• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Koleksi Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Keanekaragaman informasi dalam sebuah perpustakaan mencerminkan Keanekaragaman informasi dalam sebuah perpustakaan mencerminkan

banyaknya latar budaya lingkungan di sekitar perpustakaan. Perpustakaan umum memiliki keanekaragaman informasi yang berkaitan dengan latar belakang dan budaya masyarakat dilingkungan perpustakaan dan tentunya ditambah dengan berbagai macam informasi menarik lainnya yang disediakan oleh perpustakaan. Dan hal itu berlaku pula dengan perpustakaan lainnya, termasuk perpustakaan perguruan tinggi. Berbagai macam informasi yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang dipelajari oleh para mahasiswa disediakan oleh perpustakaan.

Untuk itu, para pengelola perpustakaan selalu berusaha menyediakan informasi yang berkualitas dan selalu terkini (up to date) aktual, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan perguruan tinggi. Untuk itu, ada

21

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pustakawan dalam mengadakan koleksi perpustakaan, antara lain :

1. Pengarang

Pengarang adalah seseorang, kelompok orang, ataupun sebuah ilustrasi yang meniptakan suatu karya, baik itu buku, film, atau lagu22. Seorang pengarang memiliki suatu gagasan mengenai suatu yang spesifik permasalahan tentang disipilin ilmu tertentu yang diekspresikan atau diungkapkan dalam bentuk tulisan secara sistematik dengan menggunakan metodologi tertentu.

Otoritas pengarang harus ditentukan secermat-cermatnya. Jika pengarang bukan pakar yang terkenal dalam bidangnya, kualifikasinya dalam penulisan buku harus diteliti dengan baik. Pengarang dikatakan berkualitas apabila memiliki wawasan yang luas tentang dislipin ilmu yang ia senangi ataupun bidang ilmu lainnya. Dan tentu saja sebuah perpustakaan hendaknya memperhatikan koleksi-koleksinya. Diusahakan koleksi yang ada merupakan ditulis ataupun dikarang oleh penulis yang berkualitas. Sehingga membuat koleksi perpustakaan menjadi berkualitas dari segi kepengarangan.

2. Penerbitan

Penerbit merupakan perusahaan yang menerbitkan (buku, majalah, dan sebagainya) dan menyebarluaskan (publikasi) karya tulis kepada masyarakat23. Karya tersebut ditulis oleh seorang pengarang. Penerbit seperti yang dikutip dalam

Random House Webster’s College Dictionary menyebutkan bahwa “Publisher is

22

Lasa H.S. Pengadaan Bahan Pustaka. (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999), hlm. 10

23

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

a person or company whose bussines is publishing of books, periodicals, computer hardware, etc24

Penerbitan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kebudayaan, intelektual, dan pendidikan suatu bangsa. Pembangunan dan penyebarluasan produk pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu peradaban.

Perubahan teknologi berpengaruh terhadap penerbitan yang tidak ada tandingannya sejak revolusi industri dalam memberikan dampak pada penulisan dan pencetakan buku dan memungkinkan diterbitkannya lagi buku bagi pasaran massal. Pada saat itu, dalam abad ke-19 di Eropa dan Amerika Utara, angka kemampuan membaca juga naik dan pendapatan meningkat sehingga menciptakan pasaran buku yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Di perkokohnya hak cipta, dan perluasan toko-toko buku dan perpustakaan umum merupakan akibat dari gabungan faktor-faktor yang penting.

Akhir abad ke-20 ini, kita menghadapi perubahan yang sama dalam hal penerbitan. Gabungan dari faktor-faktor teknologi, dihubungkan dengan komputer dengan berbagai cara dan perkembangan baru reprografi, mengubah industri itu. Perubahan ekonomi, termasuk dimultinasionalkannya perusahan penerbitan yang besar-besar, dan dikaitkannya penerbitan dengan industri pengetahuan dan hiburan yang lain, juga mengubah peta perbukuan dan penerbitan25.

24

Random House. Random House Webster’s College Dictionary. (New York : Random House References, 1999), h.997

25

Philip G. Altbach, Bunga Rampai Penerbitan dan Pembangunan. Penerjemah Hermawan Sulistyo (Jakarta : PT. Grafindo,2000),h.1

Industri penerbitan yang baru lahir di negara-negara berkembang dan industri direformasi di negara paska komunis tumbuh dengan cara yang tradisional. Sementara perusahaan multinasional, karena tidak melihat bidang jangka pendek yang tidak sejalan dengan tujuan finansial mereka, berkutat di pasaran yang telah matang. Industri-industri penerbitan ditahap awal perkembangannya tumbuh sebagai ungkapan kebudayaan dan bahasa nasional, dan pada tahap yang demikian, buku merupakan wahana yang ideal. Industri ini, yang menggantungkan pada cetakan dan kertas untuk melayani empat perlima penduduk Eropa Barat dan Amerika Utara, pada satu dekade berikutnya dapat menjadi kekuatan yang sebanding dengan, atau bahkan lebih besar dari yang sekarang.

Industri penerbitan merupakan industri yang tidak kuat dalam arah filosofis. Industri ini tumbuh atas dasar komersial, melalui merger dan akuisisi, buku sangat berkaitan erat dengan dunia penerbitan, pada masa kejayaan islam penerbitan ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat. Banyak karya pengarang besar yang diterbitkan. Dan sampai sekarang karya tersebut masih bisa dimanfaatkan. Hal ini disebabkan adanya proses penerbitan suatu karya dan disebarluaskan kepada masyarakat. Penerbitan yang bertujuan untuk membagi ilmu pengetahuan agar masyarakat menjadi pintar serta memahami perkembangan ilmu pengetahuan.

Melihat perkembangan dunia perbukuan, yang di dalamnya termasuk dunia penerbitan, yang maju sangat pesat. Dengan secara langsung maupun tidak, menciptakan dunia persaingan di bidang perbukuan. Pendapat mengenai minat

baca bangsa kita yang rendah, sudah seharusnya dirubah. Lihat saja, toko buku yang di padati pengunjung dan pasar buku di Indonesia, khususnya kota besar yang tak pernah sepi. Belum lagi berbagai pameran yang sudah menjadi agenda rutin. Semua ini membuktikan bahwa dunia penerbitan dan perbukuan adalah peluang usaha yang ideal. Masalahnya kini terletak bukan pada minat baca, tetapi daya beli masyarakat dan penyebaran buku itu sendiri, selain dari manajemen penerbitan.

Apabila perpustakaan dikaitkan dengan dunia penerbitan, maka hal tersebut adalah sebuah mata rantai.yang sangat penting dalam lingkungan distribusi, yang pada dasarnya berarti pemindahan buku dari gudang penerbit kepada pembaca tetap, bukan saja perpustakaan menyediakan buku-buku bagi siapa saja yang dapat membacanya, tatapi juga karena tidak adanya toko buku setempat, perpustakaan juga dapat mendorong dan mengembangkan kebiasaan dan pekerjaan membaca bagi berbagai jenis perpustakaan yang terdapat di Indonesia26.

3. Tempat Terbit

Bernhard mengatakan bahwa ”tempat terbit adalah negara, bangsa yang menerbitkan buku27”. Ditempat terbit tersebut koleksi diterbitkan dan disebarluaskan. Penyebarluasan pengetahuan melalui proses pencetakan buku dan pendistribusian buku. Memberikan gambaran bahwa pengetahuan tersebut diolah berdasarkan sumber informasi yang telah didapat dan disimpan untuk segera

26 Donald Barker , Haus Buku. Penerjemah Sunindyo ( Jakarta : PT Dunia Pustaka, 1973), h.50.

27

Benrhard Frances Simonsen, Introduction to Library Technical Services. (New York : The H.W. Wilson Company, 1979),h. 18

disebarluaskan. Ketika suatu karya telah dalam proses pematangan dan hasil akhir, maka karya tersebut langsung diterbitkan. Tempat terbit koleksi perpustakaan juga menjadi suatu bahan perhatian, hal ini dikarenakan dengan mengetahui dimana tempat koleksi atau buku tersebut di terbitkan, maka kita akan dapat menilai sampai sejauhmana suatu koleksi berkualitas.

4. Tahun Penerbitan (kemutakhiran koleksi)

Dalam buku AACR disebutkan bahwa tahun penerbitan adalah waktu terbitkannya sebuah koleksi atau bahan pustaka28. Koleksi perpustakaan hendaknya mencerminkan kemutakhiran. Ini berarti bahwa perpustakaan harus mengadakan dan memperbaharui bahan pustaka sesuai dengan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan.

5. Karya Terjemahan

Terjemahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menyalin (memindahkan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain; mengalih bahasakan29. Selain karya yang dibuat langsung dari seorang pengarang atau peneliti, ada juga karya yang merupakan hasil dari terjemahan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Ataupun dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa asing. Hal tersebut dapat memberikan manfaat terhadap karya yang diterjemahkan, karena dengan begitu kita akan dapat memahami sejauh mana perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang terdapat di negara lain, bagaimana cara berfikir serta minat orang asing terhadap perkembangan informasi. Tentunya, tidak harus semua

28

AACR:Anglo American Cataloging Rules. (Canada : ALA, 1978),h.35

29

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

terjemahan kita ambil untuk koleksi perpustakaan, tapi kita juga menyaring informasi apa yang sesuai dan dibutuhkan oleh perpustakaan.

Untuk itu penting sekali merintis pasaran dunia bagi terjemahan dan karya terjemahan buku bagi negara-negara sedang berkembang, setidak-tidaknya untuk memberikan kepada mereka kemampuan yang lebih besar guna mendapatkan keuntungan dan memungkinkan pencapaian perjanjian guna memperoleh imbalan soal upah terjemahan. Hak cipta bukanlah satu-satunya persoalan. Masih ada yang lain, yaitu kedudukan penterjemah sering tidak memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk tugasnya disamping memahami dan menghargai kerja yang diterjemahkannya juga mampu menuliskan kembali dalam bahasa bangsanya, suatu pekerjaan yang sering dapat disamakan dalam usaha dan kesukarannya dengan pekerjaan pencipta aslinya.

Dalam hubungannya dengan karya sastra, penterjemah harus menjadi pengarang ; apabila berhubungan dengan karya pendidikan, ilmiah atau teknis ia harus mempunyai pengetahuan khusus yang membuat ia mampu menghindari kesalahan besar sehingga karya yang ia terjemahkan sesuai dengan harapannya30.

6. Bahasa Pengantar

Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan oleh alat-alat ucap) yang bersifat konvensional yang dipkai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pemikiran31. Namun apabila dalam konteks buku atau bahan pustaka bahasa

30

Donald Barker , Haus Buku. Penerjemah Sunindyo ( Jakarta : PT Dunia Pustaka, 1973), h.50

31

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

merupakan tulisan yang digunakan sebagai alat komuniasi kepada pembaca buku atau bahan pustaka, dan dalam tulisan tersebut terdapat pesan, pemikiran, gagasan dari seorang pengarang. Untuk itulah bahasa bagi sebuah koleksi juga dapat memberikan pengaruh kepada kekuatan informasi sebuah perpustakaan. Koleksi yang berbahasa asing terkadang menyulitkan pengguna perpustakaan untuk dapat lebih memahami apa informasi yang disampaikan buku tersebut. Namun apabila kita lihat perkembangan informasi sekarang, kita seharusnya sudah dapat mengatasi masalah tersebut.

Bahasa atau Tiporafi adalah sarana memberikan kepada kata-kata bentuk yang nyata dan susunan yang mudah dipahami. Bahasa-bahasa di dunia, dan tipografinya yang beraneka ragam, adalah suatu tantangan bagi industri percetakan.

Telah diperhitungkan bahwa ada dua belas bahasa utama yang dipakai oleh tiga perempat jumlah seluruh penduduk dunia. Problem bagi para ahli tipografi pada dasarnya bukanlah dalam mengahadapi bahasa-bahasa utama itu sebab besarnya jumlah kelompok pembaca telah mendorong terciptanya huruf cetak untuk memenuhi kebutuhan mereka, bahwa meskipun alpabhet tertentu ataupun bahasa idiografis menimbulkan kesulitan istimewa.

Keadaan akan lebih rumit apabila pencetak dan penerbit menghadapi bahasa-bahasa yang penyebarannya terbatas. Keadaan ini bertambah sulit, seperti dikebanyakan di negara Afrika, apabila kedapatan bermacam-macam bahasa didalam masing-masing negara. Contohnya negara Nigeria yang memiliki duaratus bahasa daerah dan dialek dan Ghana lima puluh enam. Siera Leone,

dengan penduduk 2 juta mempunyai delapan belas dialek. Negara-negara dengan banyak bahasa daerah selalu akan menghadapi kesukaran-kesukaran yang besar untuk mencetak dan menerbitkan buku-buku dalam bahasa itu32.

32 Ibid, h.74.

BAB III

PERPUSTAKAAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU