• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Analisa Hasil Pemberdayaan

1. Analisa Kondisi Kerentanan Petani di Desa Ngemboh

163

BAB VIII

ANALISA DAN REFLEKSI HASIL PEMBERDAYAAN A. Analisa Hasil Pemberdayaan

1. Analisa Kondisi Kerentanan Petani di Desa Ngemboh Kerentanan merupakan suatu kondisi masyarakat yang ditentukan oleh faktor-faktor fisik, ekonomi, sosial dan lingkungan yang mengakibatkan peningkatan kerawanan

obyek rentan dalam mengadapai suatu bencana. 58 Dalam

penelitian ini terkait dengan kondisi petani yang berada dalam tingkat kerentanan akan keberlangusungan ekosistem usahatani serta kesejahateraan sosial-ekonomi petani di Desa Ngemboh. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2013” Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani” tertulis Pada pasal 15 ayat 1 “Pemerintah berkewajiban mengutaman produksi pertanian dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.dan pada pasal 67 ayat 1 “Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memberikan kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi untuk mencapai standart mutu komoditas pertanian.Merujuk pada kebijakan Undang-Undang diatas idealnya kondisi petani sudah memiliki kedaulatan dan kemandirian petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kehidupan yang lebih baiksebagaimana tujuan dari perlindungan dan pemberdayaan petani dalam UU No. 19 tahun 2013.

58 Nasakhaira Rahmaningtyas, Jawoto Sih Setyono. 2015. Tingkat Kerentanan Sosial Wilayah Kabupaten Wonogiri. Jurnal Statistic. Vol 4, No. 4. Diakses dari www.https://ejornal-si.undip.ac.id.com. Di Akesk Pada 13 Juni 2020.

164

Akan tetapi kondisi saat ini masih banyak petani kecil (Petani yang hanya memiliki lahan pertanian 0,25- 1 ha) masih ada yang terbelenggu oleh jeratan pihak luar dalam pemenuhan usahatani. Masyarakat pedesaan pada umumnya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian tak terkecuali di lokasi penelitian yang terletak di Desa Ngemboh Kecamatan UjungPangkah Kabupaten Gresik yang sebagian besar masyrakatnya berkerja sebagai petani. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa semua faktor-faktor yang berhubungan dengan pertanian dapat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat tani. Petani sebagai pelaku usahatani memiliki kontribusi penuh dalam pembanguan pertanian dan dalam peningkatan kesejahteran mereka. Petani di Desa Ngemboh tergolong petani skala kecil yang memiliki luas lahan sekitar 0,25ha – 1 ha. Dan rata-rata

petani disini hanya memiliki lahan 2500 m² -5000 m²59.

kepemilikan luas lahan dapat berpengaruh pada kesejahteraan ekonomi masyarakat tani.dimana kondisi petani di Desa Ngemboh masih memiliki keterbatasan wawasan mengenai pertanian yang menjadikan petani sangat bergantung pada pihak luar dalam pemenuhuhan input usahatani. ketergantungan akan input usaha tani menjadi salah satu pemicu terjadinya kegagalan panen atau rugi dalam usahataninya. Melihat sering terjadinya kerugian, gagal panen, harga komoditas menurun dll. kita kembalikan lagi ke pelaku usahatani yakni petani.

Kondisi kerentanan sosial ekonomi ini dipengaruhi oleh pola pikir petani di Desa Ngemboh yang masih dalam tingkatan kesadaran majis dan tingkatan kesadaran naif. Pada tingkatan kesadaran majis dalam hal ini petani masih berkeyakinan bahwa ketidakberhasilan usahataninya atau kegagalan panen pada saat itu karena bulan tanamnya tidak bagus, karena yaudah sudah waktunya gagal panen, karena

59 Hasil FDG bersama Kelompok tani

165

hasilnya cuma diberi segini, kerena pada saat panen tidak mendapatkan keberuntungan, begitu pula ketika petani mengalami keberhasilan atau keuntungan dari usahataninya ketika itu pasti dikaitakan dengan kondisi bulan yang bagus, keberuntungan petani,.dengan bahasa mereka “Bejo Nandur Ulan iki entok pari apik”. dan pada tingkatan kesadaran naif, ada petani yang mengatahui bahwa terjadinya gagal panan yang mereka alami karena hama, dan penyakit yang menyerang, tanaman mereka sehingga petani harus mengeluarkan biaya tambahan yang cukup banyak untuk menanggulangi intensitas terserangnya hama dan penyakit pada tanaman mereka. hal ini menyebabkan membengkaknya biaya usahatani yang tidak dapat ditutupi dengan hasil panen yang diperoleh. Rendahnya tingkat kesadaran kritis menyebabkan petani susah diarahkan untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Krisis kesadaran kritis yang ada dalam diri individu petani menjadi salah satu pemicu pola pertanian yang selama ini sangat tergantung pada penggunaan pupuk kima dan pestisida kimia, salah satu kasus petani bernama ibu Maklisa (45 thn ) yang mengolah lahan sawahnya dengan tanaman padi seluas 2500 m² dapat menghabiskan biaya Rp 1.000.000 hanya untuk menanggulani hama pada tanam padi yang dimilikinya, sama halnya dengan pemenuhan biaya pupuk kimia ( Urea, Phonska, ZA) selalu dikeluarkan petani.

Berangkat dari krisisnya kesadaran yang dimiliki oleh indivudu petani di Desa Ngemboh menjadikan petani males dan sangat tergantung dengan pembelian produk pestisida kimia dan produk pupuk kimia yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dan satu hal yang pasti dengan jeratan pupuk dan pestisida kimia trsebut akan menambah biaya pengeluaran petani untuk mengelolah per petak lahan yang diolahnya. Ketika biaya bertambah otomatis keinginan petani akan hasil panen pun diharapkan sesuai dengan biaya

166

pengeluaran usaha taninya. hal ini menjadikan petani disini memiliki ambisius untuk mengejar target keuntungan ekonomis lahan yang dikelolahnya. Dengan demikian petani akan mengeluarkan biaya berapapun untuk membeli pupuk dan pestisidal kimia yang mahal guna mengejar produktivitas lahan mereka tanpa memperhatikan kondisi finansial pembiayaan yang rentan dan kelestarian ekosistem lahan tidak lagi menjadi proititas petani. Sampai-sampai petani rela berhutang untuk membeli pupuk dan pestisida yang berharga mahal karena dalam fikiran petani dengan menggunakan pupuk kimia yang banyak dan pestisida kimia yang paling mahal akan mampu mencapai hasil panen yang melimpah ruah. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa krisisnya kesadaran kritis yang terdapat dalam diri individu petani berakibat pada penerapan pola pertanian yang digunakan dan dapat mempengaruhi produktivitas lahan petanian yang dikelolah yang berakibat pada penghasilan petani semua aspek tersebut berakibat pada kondisi kerentanan kesejahteraan sosial ekonomi petani dalam memenuhi kebutuhan keluarga tani.

2. Strategi dan Hasil Program Pemberdayaan Petani Dalam