• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.2. Pengertian Kredit

2.2.2.5. Analisa Kredit

Analisis kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehinnga dapat memberikan kenyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank

33

cukup layak. Pelaksanaan analisis kredit berpedoman pada UU No. 10 Tahun 1988 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun !992 tentang Perbankan, khususnya pasal 1 ayat (11), passal 8, dan pasal 29 ayat (3).

Sebelum melaksanakan prinsip-prinsip perkreditan dalam pemberian suatu kredit, bank harus berdasarkan kebijaksanaan kredit dengan memperhatikan 3 azas pokok (Muljono 1994 : 20), yaitu :

1. Azas likuiditas

Yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas.

2. Azas solvabilitas

Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.

3. Azas rentabilitas

Dimana dalam setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya.

Secara umum analisis kredit dilakukan berdasarkan dua prinsip (Dendawijaya, 2005 : 88), yaitu :

34

1. Analisis kredit berdasarkan prinsip “6C” yang meliputi sebagai berikut : a. Character (C-1)

Dalam melakukan analisis mengenai watak/karakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan willingness to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya. Penilaian terhadap itikad atau kemauan baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya memang agak sukar untuk dilaksanakan, khususnya terhadap calon nasabah yang baru dikenal oleh bank. Penilaian lebih mudah dilakukan jika telah terjalin hubungan antara bank dengan calon debitur atau dapat dicarikan dari informasi yang mendukung, baik dari kalangan perbankan maupun dari kalangan bisnis. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat menyurat/korespondensi antar bank yang dikenal dengan bank information, termasuk permohonan resmi ke Bank Indonesia untuk memperoleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya maupun perusahaan (bisnis) yang dimilikinya.

b. Capital (C-2)

Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal dari bank dan debitur. Oleh karena itu pihak debitur wajib memilki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya. Perbandingan antara

35

besarnya pembiayaan dari bank dengan besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah disebut debt to equity ratio. Penilaian terhadap permodalan sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek yang akan dijalankannya. Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimiliki calon nasabah, semakin mudah memperoleh data tentang modal sendiri. Perusahaan-perusahaan kecil umumnya tidak memiliki laporan keuangan yang dapat dianalisis oleh bank.

c. Capacity (C-3)

Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan. Kemampuan-kemampuan calon nasabah yang harus diukur adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan calon nasabah menyediakan dana untuk pembiayaan.

2) Kemampuan calon nasabah untuk membangun proyeknya. 3) Kemampuan nasabah untuk menghasilakan produk dari

proyeknya.

36

5) Kemampuan nasabah untuk memperoleh laba dari penjualan tersebut.

6) Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash yang memadai untuk membayar kewajiban-kewajibannya.

Dengan demikian, hal-hal yang dianalisis adalah sebagai berikut : 1) Jadwal pembangunan proyek yang akan dibiayai bank dan

nasabah.

2) Rencana produksi dan penjualan (produk maupun jasa). 3) Proyeksi laba/rugi atau projected income statements (misalnya

selama lima tahun atau selama jangka waktu kredit). 4) Proyeksi arus kas (projected cash flow).

5) Kemampuan manajerial dari pimpinan perusahaan dalam mengelola bisnisnya kelak.

6) Kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajiban-kewajiban pada pihak-pihak lainnya.

Suatu proyek yang akan dibiayai lebih bersama oleh bank dan nasabah kredit tentu memiliki berbagai ciri tertentu, misalnya jenis bisnis yang akan digeluti, jenis produk (atau jasa) yang akan diproduksi, sasaran pasar yang akan dituju, harga yang akan ditawarkan, promosi yang akan dijalankan, dan sebagainya. Dalam rangka proyeksi pemberian kredit, kondisis perekonomian harus

37

pula ikut dianalisis (paling sedikit selama jangka waktu kredit). Kondisi-kondisi tersebut anatara lain meliputi :

1) Kondisis dari sektor industri dimana proyek akan dibangun; 2) Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus diimpor; 3) Nilai kurs valuta terhadap nilai uang domestik (rupiah); 4) Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku;

5) Kondisis perekonomian secara nasional, regional, dan global; 6) Kemampuan untuk memperoleh sumber daya (bahan baku,

tenaga kerja);

7) Tingkat bunga kredit yang berlaku, dan sebagainya. d. Collateral (C-5)

Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Bank Indonesia, setiap pembelian kredit oleh bank harus didukung oleh adanya jaminan/agunan yang memadai, kecuali untuk program-program pemerintah. Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Collateral atau agunan pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterimanya. Dengan demikian, collateral atau jaminan tersebut berfungsi sebagai :

38

1) Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang dilakukan bank;

2) Cara yang dilakuakan bank untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegagalan usaha atau proyek yang dibiayainya;

3) Cara untuk mendorong nasabah agar mau bersungguh-sungguh dalam melaksanakan/mengelola proyeknya yang ikut dibiayai bank;

4) Pengganti pembayaran apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, misalnya dijual melalui lelang umum dan berbagai cara lain sesuai dengan ketentuan serta perundang-undangan yang berlaku.

e. Constrain (C-6)

Constrain merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan. Misalnya, pendirian suatu pabrik farmasi yang akan memproduksi obat-obatan antibiotika dan vitamin, tetapi merencanakan pula untuk mengelola ganja dan ekstasi, rasanya sulit untuk diberikan izin oleh instansi yang berwenang.

39 2. Analisis kredit berdasarkan “6A”

Metode analisis “6A” adalah metode analisis kredit yang lebih teliti, tepat, dan akurat. Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, pihak bank (pemberi kredit) diharuskan untuk melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan nasabah debitur (penerima kredit) untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang diterimanya. Prinsip ini meliputi sebagai berikut :

a. Analisis aspek yuridis (Hukum)

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank. Analisis ini meliputi sub aspek sebagai berikut:

1. Badan Usaha 1) Bentuk Usaha 2) Nama Badan Usaha 3) Pemegang Saham

4) Anggaran Dasar Perusahaan 5) Penanggung Jawab Perusahaan 6) Statsus Usaha

7) Bidang Usaha 8) Domisili

40

2. Izin – izin yang harus dimiliki 1) Persetujuan Prinsip 2) Izin Penggunaan Tanah 3) Izin Gangguan

4) Izin Bangunan

5) Izin Usaha Perdagangan 3. Perjanjian – perjanjian

1) Perjanjian dalam Manajemen 2) Perjanjian Lisensi Produk

3) Perjanjian Penyedian Bahan Baku 4) Perjanjian Pengalihan Saham b. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau pengelola proyek agar perusahaan dapat memenangkan persaingan yanmg cukup kompetitif. Dengan demikian, analisis yang dilakukan meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut:

1. Luas dan Bentuk Pasar 1) Kebutuhan (Demand)

41 2) Penyediaan (Supply)

3) Jumlah dan Kapasitas Produsen 4) Jenis dan Sifat Konsumen

5) Cara Menghitung Besarnya Pasar 6) Daftar Skala Prioritas (BKPM) 2. Pangsa Pasar

1) Bagian Pasar yang akan Dikuasai 2) Segmen Pasar dan jenis Konsumen 3. Saingan Usaha 1) Jumlah Saingan 2) Data Saingan a. Lokasi Usaha b. Daerah Pemasaran c. Kualitas Produk d. Harga Jual e. Pelayanan Pemasaran f. Piutang Dagang Saingan g. Teknologi yang Digunakan h. Purna Jual

3) Saingan dari Barang Impor 4. Rencana Pemasaran

42

2) Rencana Volume Penjualan 3) Rencana Harga

4) Rencana Daerah Penjulan 5) Sistem Distribusi

6) Rencana Diskon Harga dan Komisi 7) Rencana Diskon

c. Analisis Aspek Teknis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam mempersipakan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya nanti sebagai business entity. Untuk analisis di bidang teknis ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut:

1. Lokasi Pabrik/Pemilihan Lokasi 1) Faktor Bahan Baku

2) Faktor Pasar

3) Faktor Tenaga Kerja 4) Faktor Angkutan 5) Faktor Tanah (Soil) 2. Bangunan

1) Bangunan Pabrik 2) Bangunan Gudang

43 3) Bangunan Kantor 4) Bangunan Prasarana 3. Sistem dan Alat Transportasi

1) Alat Transportasi dalam Pabrik a. Overhead Crane

b. Fork Lift

2) Alat Transportasi di Luar Pabrik a. Truck

b. Sedan, Jepp, Sepeda Motor 4. Peralatan Kantor

1) Mesin Ketik, Komputer, dan Telepon 2) Faksimile, Mesin Fotocopy, Mesin Gambar 5. Layout Bangunan

6. Bahan Baku dan Bahan Penolong 1) Spesifikasi Bahan Baku 2) Sumber Bahan Baku

3) Syarat, Harga, dan Pengiriman 4) Syarat Angkutan

5) Syarat Penyimpanan 6) Kontinuitas Bahan Baku 7. Persediaan

44 2) Barang Setengah Jadi 3) Barang Jadi

8. Persediaan

1) Mesin Produksi 2) Mesin Pembantu 3) Peralatan Pabrik 4) Tata Letak Mesin 5) Cara Bekerja Mesin 6) Kapasitas Teknis (Design) 7) Rencana Produksi

8) Pelaralatan ( Maintenance ) 9) Suku Cadang

9. Proses Produksi 10. Produksi Percobaan 11. Pembuangan Sisa Proses d. Analisis Aspek Manajemen

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Penilaian dilakukan terhadap jenis serta bentuk manajemen pada saat proyek sedang dibangun (belum beroperasi)

45

dan pada saat perusahaan sudah beroperasi. Analisis pada aspek manajemen ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut :

1. Struktur Organisasi 1) Bagan Organisasi 2) Line dan Staff Function 3) Komite – komite

2. Uraian Tugas (Job Description) 3. Sistem dan Prosedur

4. Kebutuhan Tenaga Kerja (Penarikan dan Penempatan Tenaga Kerja)

5. Evaluasi Pribadi Pengusaha e. Analisis Aspek Keuangan

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan/bisnis. Analisis yang dilakukan berbeda-beda tergantung kepada jenis proyek, misalnya : proyek baru; proyek perluasan; proyek rehabilitasi; diversifikasi produk: dan lain-lain. Analisis pada aspek ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut:

46

1. Penilaian Data Keuangan Proyek 1) Biaya Proyek

a. Biaya Investasi b. Biaya Modal Kerja c. Biaya Prainvestasi 2. Sumber Pembiayaan

1) Modal Investor (Equity) 2) Kredit Bank (Debt) 3. Kemampuan Proyek

1) Proyeksi Penjualan 2) Proyeksi Arus Kas 3) Proyeksi Laba/Rugi 4) Proyeksi Neraca 5) Payback Period 6) Net Present Value

7) Internal Rate of Return (IRR) 8) Profitability Index

4. Penilaian Data Keuangan Perusahaan/Bisnis yang sudah beroperasi.

f. Analisis Aspek Sosial Ekonomi

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai

47

dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut padang sosial maupun makro ekonomis, terutama dilihat dari pandangan pihak pemerintah dan masyarakat, seperti kesempatan kerja; peneriman devisa; penghematan devisa; penggunaan bahan baku lokal; pendapatan negara dari segi pajak; kelestarian alam; dan lain sebagainya. Analisis pada aspek ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut :

1. Kesempatan Kerja (Employment) 2. Penggunaan Bahan Baku Lokal 3. Menghasilkan Devisa

4. Penghematan Devisa

5. Penerimaan Pajak Bagi Negara 6. Subsidi dari Negara

7. Tax Holiday

8. Backward dan Forward Integration 9. Pemerataan Usaha vs Konglomerasi 10. Dampak Lingkungan

Dokumen terkait