• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

4.7 Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan SPSS untuk statistik versi 19. Sedangkan analisa data yang akan digunakan adalah:

a. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik responden yaitu usia dari masing-masing responden.

b. Analisa bivariat

Analisa Bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisa bivariat akan menguraikan perbedaan mean variabel nyeri saat menstruasi. Dengan mengetahui skala nyeri saat menstruasi sebelum dan sesudah intervensi senam.Senam ini secara rutin dilakukan sebanyak2 kali dalamseminggu pada pagi dan atau sore hari sebelum siklus menstruasi selanjutnya. Analisa bivariat dilakukan dengan uji

statistik paired sampelt-test untuk mengetahui perbedaan skala nyeri dismenore sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam. Uji statistik untuk seluruh analisis tersebut dianalisis dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05). Tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu uji normalitas, setelah diketahui hasilnya normal maka dilakukan pengujian dengan uji

paired sampel t-test. Jika hasilnya tidak normal maka dilakukan pengujian

non parametrik uji Wilcoxon (Sugiono, 2008).

4.8Etika Penelitian 1. Prinsip Etik

a. Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed Consent yang telah disediakan.

b. Anonimity (tanpa nama)

Selama penelitian, peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkna nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang sudah dilakukan (Hidayat, 2008).

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti membrikan jaminan terhadap subjek mengenai kerahasiaan semua informasi, atau masalah-masalah lain termasuk hasil yang diperoleh

59

dari penelitian. Semua catatan responden disimpan dan hanya orang tetentu yang diperkenankan mengetahuinya.

d. Privacy

Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk kepentingan penelitian. Nama responden akan dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor responden.

e. Protection From Discomfort

Kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis, maka peneliti mempersiapkan responden untuk menghentikan partisipasinya.

2. Informed Consent

Informed Consent merupakan penyampaian hal-hal penting dari

penelitian terhadap calon subjek dan mendapatkan persetujuan dari calon subjek untuk berperan serta dalam penelitian sebagai subjek, yang diperoleh setelah memahami semua informasi penting. Informed Consent

mencakup empat elemem, yaitu: penyampaian tentang informasi penting, pemahaman secara komperhensif, kemampuan memberi persetujuan, dan kesukarelaan (Yani, 2008). Tujuan dari Informed Consent adalah untuk agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya (Hidayat, 2008).

Dalam penelitian ini, Informed Consent dilakukan sebelum mahasiswi yang biasa merasakan dismenore berpartisipasi dalam

penelitian ini. Para mahasiswi terlebih dahulu dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari intervensi senamyang akan dilakukan. Peneliti menjelaskan tentang hak-hak yang dimiliki oleh mereka selama dilakukannya penelitian. Formulir dan lembar persetujuan mencakup beberapa hal berikut:

a. Peneliti menjelaskan kepada subjek semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

b. Peneliti menjelaskan tentang prosedur dan teknik intervensi yang akan dilakukan oleh subjek selama penelitian dan tujuan yang akan dicapai dari intervensi yang telah dilakukan.

c. Peneliti menjelaskan tentang resiko yang akan dialami oleh subjek selama penelitian berlangsung. Termasuk kelelahan, kejenuhan serta ketidaknyamanan yang mungkin dialami oleh subjek. Jika selama penelitian berlangsung terjadi ketidaknyamanan yang dialami oleh subjek, maka intervensi bisa dihentikan.

d. Peneliti bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh subjek yang berkaitan dengan hal-hal yang belum dimengerti oleh subjek termasuk tentang prosedur intervensi yang akan dilakukan. e. Subjek penelitian berhak mengundurkan diri selama penelitian

berlangsung jika terdapat hal-hal yang dirasa tidak nyaman oleh subjek tanpa konsekuensi apapun.

62

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil dari penelitian pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, dengan waktu senam sebanyak 2-3 kali dalam seminggu, kemudian akan dibandingkan dengan intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan intervensi dan juga dibandingkan dengan responden kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli-September 2012. Dengan jumlah responden sebanyak 46 responden, dengan perincian 23 responden untuk kelompok intervensi dan 23 responden untuk kelompok kontrol.

5.1. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik responden yang diteliti. Meliputi usia, skala nyeri dismenore sebelum maupun sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan juga kelompok kontrol.

Tabel 5.1

Demografi Data Responden Berdasarkan Usia (tahun) Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

(n=46)

Karakteristik usia Kelompok Intervensi Kelompok kontrol

Rata-rata usia 20,65 20,17

Usia Maximum 22 22

Berdasarkan tabel 5.1 pada kelompok intervensi didapatkan rata-rata usia responden adalah 20,65 tahun. Usia termuda 19 tahun dan usia tertua 22 tahun. Pada kelompok kontrol rata-rata usia responden adalah 20,17 tahun. Usia termuda 18 tahun dan usia tertua 22 tahun. Rata-rata usia responden adalah sama antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Tabel 5.2

Distribusi Skala Nyeri Dismenore Sebelum Dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol

(n=46)

Intervensi Kontrol

Pre Post Pre Post

̅ 7,13 4,04 5,96 5,43

SD 1,290 1,807 1,430 1,502

Min-Max 6-10 2-8 3-8 3-8

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skala nyeri dismenore pada responden kelompok intervensi, antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi mengalami penurunan. Jumlah rata-rata skala nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi yaitu 7,09 dan jumlah rata-rata setelah diberikan intervensi yaitu 4,04. Penurunan skala nyeri terjadi pada 22 (96%) responden dari 23 responden. Hanya 1 responden (4%) yang mengalami kenaikan intensitas skala nyeri. Kenaikan yang terjadi adalah dari skala nyeri 6 menjadi 8 (lampiran 10).

Pada responden kelompok kontrol, didapatkan rata-rata skala nyeri antara sebelum dan setelah intervensi relatif sama. Jumlah rata-rata nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi yaitu 5,96 dan jumlah rata-rata

64

setelah diberikan intervensi yaitu 5,43. Sebanyak 9 responden (39%) dari 23 responden mengalami penurunan intensitas skala nyeri, 2 responden (9%) yang mengalami kenaikan intensitas skala nyeri dan 12 (52%) responden yang tidak mengalami perubahan intensitas skala nyeri.

Tabel 5.3

Klasifikasi Skala Nyeri Dismenore Sebelum Dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol

(n=46)

Intervensi Kontrol

Pre Post Pre Post

n % N % n % n %

Berat 12 52 3 13 6 26 5 22

Sedang 11 48 11 48 16 70 17 74

Ringan 0 0 9 39 1 4 1 4

Total 23 100 23 100 23 100 23 100

Peneliti membuat klasifikasi skala nyeri dismenore berdasarakan nyeri ringan, sedang dan berat. Adapun skala nyeri dismenore pada kelompok intervensi sebelum diberikan intervensi yaitu sebanyak 12 responden (52%) mengalami skala nyeri berat dan 11 responden (48%) mengalami skala nyeri sedang. Kemudian setelah diberikan intervensi terjadi perubahan yang bermakna pada responden kelompok ini. Jumlah responden dalam klasifikasi berat berubah menjadi 3 responden (13%), 11 responden (48%) dalam kategori sedang dan 9 responden (39%) dalam kategori ringan.

Pada kelompok kontrol klasifikasi skala nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi yaitu sebanyak 6 responden (26%) mengalami skala

nyeri berat, 16 responden (70%) mengalami skala nyeri sedang dan 1 responden (4%) dalam kategori ringan. Kemudian setelah diberikan intervensi klasifikasi nyeri dismenore pada kelompok ini tidak terlalu mengalami perubahan. Jumlah responden dalam klasifikasi berat sebanyak 5 responden (22%), dalam kategori sedang sebanyak 17 responden (74%) dan 1 responden (4%) dalam kategori ringan.

5.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore. Analisa ini dilihat dari seberapa besar pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore, dengan menganalisa hasil dari senam yang telah dilakukan setiap 2 kali dalam seminggu. Serta menganalisa penurunan skala nyeri dismenore pada responden kelompok kontrol.

Jenis analisis yang digunakan adalah uji statistik Wilcoxon. Sebelum menggunakan uji Wilcoxon peneliti melakukan uji normalitas. Dari uji tersebut didapatkan hasil yang tidak signifikan yaitu nilai p<0,05 sehingga analisis yang bisa diguankan yaitu uji analisis non-parametrik Wilcoxon.

66

Tabel. 5.4

Analisa Skala Nyeri Dismenore

Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol (n=46)

Kelompok Intervensi P Kelompok Kontrol P

Pre Post Pre Post

Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

7,19 1,290 4,09 1,807 0,000 5,96 1,430 5,43 1,502 0,090

Pada tabel 5.4 di jelaskan adanya pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore pada kelompok intervensi. Hal ini disimpulkan dengan adanya beda rata-rata nilai skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Didapatkan nilai yang signifikan (Z= -4,090, p= 0,000 (p<0,05)). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perubahan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan intervensi karena didapatkan nilai (Z= -1,697, p= 0,090 (p>0,05).

Secara statistik ada perbedaan yang signifikan dari rata-rata skala penurunan skala nyeri dismenore antara sebelum dengan setelah intervensi, hal ini dapat di interpretasikan sebagai adanya pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore dibandingkan dengan responden kontrol yang tidak ada perbedaan yang signifikan.

Tabel. 5.5

Distribusi Perbedaan Penurunan Skala Nyeri Dismenore Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol

(n= 23)

Kelompok

Rata-rata

Beda rata-rata P value

Pre Post

Intervensi 7,19 4,09 3,10 0,000

Kontrol 5,96 5,43 0,53

Dari tabel 5.5 menunjukan adanya selisih antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi memiliki nilai selisih lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari hasil statistik dengan menggunakan analisis Uji Mann-Whitney didapatkan nilai p 0,000 jadi nilai p<0,05 yang artinya bahwa senam ini memang memiliki pengaruh untuk mengurangi intensitas skala nyeri saat dismenore.

67

BAB VI PEMBAHASAN

Pembahasan ini meliputi intepretasi dan diskusi hasil penelitian, keterbatasan penelitian yang terkait dengan desain penelitian, intepretasi dan juga hasil diskusi. Tujuan dilakukan penelitian ini seperti telah dijelaskan pada bab I adalah untuk menjelaskan pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6.1. Hasil Penelitian Univariat 6.1.1 Karateristik responden

Usia responden pada penelitian ini antara usia 18 tahun sampai 22 tahun. Dengan presentase terbesar pada usia 21 tahun, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Dan pada kelompok intervensi tidak ada responden yang berusia 18 tahun.

Puncak kejadian nyeri saat dismenore ini terjadi pada akhir masa remaja dan di awal usia 20-an. Kejadian nyeri saat dismenore ini akan menurun seiring dengan bertambahnya usia dan meningkatnya kelahiran (Anurogo, 2008).

6.2. Hasil Penelitian Bivariat

6.2.1 Pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore pada mahasiswi program studi ilmu keperawatan

Senam merupakan salah satu cara yang paling efisien untuk menurunkan nyeri saat dismenore. Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dalam Chudnoff (2005) sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering bersamaan dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare dan tremor.

Senam yang dilakukan untuk mengurangi nyeri dismenore ini termasuk kedalam senam umum yang mana gerakannya sesuai dengan ciri dari senam umum dan juga ciri umum olahraga kesehatan yang dijelaskan oleh Giriwijoyo (1995:5) dalam Sumaryanti (2006). Latihan senam untuk mengurangi nyeri dismenore ini tidak terlepas dari sistematika umum berolahraga yang terdiri dari tiga fase, yaitu gerakan pemanasan, gerakan inti dan gerakan pendinginan (Istiqomah, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, terdapat pengaruh senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore. Rata-rata penurunan skala nyeri dismenore pada sebelum intervensi adalah 7,19. Dan rata-rata setelah intervensi adalah 4,09. Dari kedua rata-rata proporsi hasil pengukuran mengalami perbedaan sebesar 3,10 artinya tingkat nyeri saat dismenore mengalami penurunan.

69

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai yang signifikan (Z= -4,090, p= 0,000 (p<0,05)) yang artinya nilai p<0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang bermakna antara senam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan senam dapat menurunkan intensitas skala nyeri mahasiswi yang mengalami dismenore. Hasil penelitian ini sangat sesuai dengan hasil hipotesis penelitian. Data statistik juga menunjukkan bahwa senam yang dilakukan oleh mahasiswi efektif untuk menurunkan nyeri dismenore.

Secara klinis penurunan intensitas nyeri tersebut cukup baik karena terjadi perubahan penurunan skala nyeri yang berat menjadi sedang dan yang sedang menjadi ringan. Angka kejadian dari dampak yang terjadi akibat dismenore juga menurun. Data yang didapatkan sebanyak 14-52% remaja USA tidak datang sekolah karena mengalami dismenore, sedangkan pada remaja usia 11-12 tahun di Australia 53% dilaporkan mengalami keterbatasan aktivitas sosial, olahraga dan aktivitas sekolah (Harel 2002 dalam Agustina dkk 2010). Studi pendahuluan di Kuala Lumpur yang dilakukan oleh Wong (2010) dalam Agustina dkk (2010) juga menyebutkan bahwa 74,5% remajanya mengalami dismenore, 51,7% diantaranya terganggu konsentrasinya di sekolah, 50,2% terbatasi aktivitas sosialnya, 21,5%

tidak hadir ke sekolah, dan 12% menunjukan performa yang tidak masimal di sekolah.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Istiqomah (2009).

Penelitian dengan judul “efektifitas senam dismenore dalam

menggurangi dismenore pada remaja putri di SMUN 5 Semarang” dimana hasil yang didapatkan juga bahwa senam dismenore efektif untuk mengurangi dismenore.

Menurut Marwoto (2008) senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana. Disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Harry (2007) yang menyatakan bahwa olahraga atau senam merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar

b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga,

semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga/senam, maka b-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi

71

untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan.

6.2.2 Pengaruh tekhnik relaksasi tarik nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore pada mahasiswi program studi ilmu keperawatan

Tekhnik relaksai tarik nafas dalalm merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, tehnik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smelzer dan Bare, 2002).

Tekhnik relaksai napas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. (Cristine, 2005). Tekhnik relaksasi napas dalam ini juga bertujuan untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. (Smelzer dan Bare, 2002).

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa tekhnik nafas dalam yang dilakukan setiap pagi dan atau sore hari setiap

seminggu tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skala nyeri saat dismenore. Hal ini terjadi karena tekhnik relaksasi yang dilakukan diharapkan dapat mencegah terjadinya nyeri dismenore. Akan tetapi tekhnik relaksasi ini lebih berpengaruh untuk menurunkan nyeri pada saat nyeri itu terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, proporsi pengaruh tekhnik nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore pada mahasiswi program studi ilmu keperawatan rata-rata penurunan skala nyeri dismenore pada sebelum intervensi adalah 5,96 dan rata-rata setelah intervensi adalah 5,43. Dari kedua rata-rata proporsi hasil pengukuran mengalami perbedaan sebesar 0,53 artinya tingkat nyeri saat dismenore hanya sedikit mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nlai yang tidak signifikan (Z= -1,697, p= 0,090 (p>0,05)) yang artinya nilai p <0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara tehnik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri saat dismenore pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6.3. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan dalam penelitian, adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut:

73

6.3.1 Keterbatasan responden

Penelitian dilakukan bertepatan dengan waktu liburan semester genap, sehingga peneliti sulit untuk mencari responden. Responden yang didapat juga sulit untuk diobservasi karena kesibukan dan tempat tinggal setiap responden yang jauh dari lokasi penelitian. Maka peneliti mencari beberapa responden yang berdomisili di daerah Ciputat. Responden yang tidak berdomisili di daerah Ciputat peneliti mengobservasi melalui telpon atau pesan singkat dan juga diberikan video panduan untuk melakukan senam yang sesuai dengan prosedur. 6.3.2 Keterbatasan metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, yang mana setiap responden diberikan perlakuan. Responden pada kelompok intervensi diharuskan melakukan senam dan kelompok kontrol untuk melakukan tehnik relaksasi napas dalam. Setiap kelompok harus diobservasi dengan ketat pada saat melakukan senam maupun tehnik relaksasi. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan tempat peneliti tidak dapat mengobservasi setiap saat masing-masing responden.

74

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

7.1.1 Skala nyeri saat dismenore sebelum dan setelah diberikan intervensi senam pada kelompok intervensi memiliki nilai perbedaan rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7.1.2 Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada perubahan yang signifikan antara skala nyeri dismenore sebelum dan setelah diberikan intervensi tehnik relaksasi napas dalam pada kelompok kontrol dengan nilai (Z= -1,697, p= 0,090 (p>0,05)). Sedangkan untuk kelompok intervensi diperoleh hasil bahwa ada perubahan yang signifikan antara skala nyeri dismenore sebelum dan setelah diberikan intervensi senam dengan nilai (Z= -4,090, p= 0,000 (p<0,05)).

7.1.3 Dari hasil penelitian ini ada perbedaan rata-rata selisih skala nyeri dismenore (nilai p= 0,000) yang diberikan intervensi senam dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberikan tehnik relaksasi napas dalam. Sesuai dengan hasil tersebut maka senam efektif untuk menurunkan intensitas skala nyeri saat dismenore.

75

7.2.Saran

Berkaitan dengan kesimpulan diatas, ada beberapa hal yang dapat disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini terhadap penurunan intensitas skala nyeri saat dismenore.

7.2.1 Bagi peneliti selanjutnya, perlu memperbanyak sampel. Dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik peneliti selanjutnya harus lebih mengobservasi dan juga dengan variabel lebih dikembangkan.

7.2.2 Bagi responden, diharapkan dengan adanya penelitian ini responden dapat mempraktekan gerakan ringan pada senam ini untuk menurunkan nyeri saat dismenore sehingga tingkat nyeri saat dismenore dapat menurun.

7.2.3 Bagi profesi keperawatan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kesehatan, khususnya seputar nyeri saat dismenore dan memberikan cara yang efektif untuk menanganinya salahsatunya dengan senam.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, dkk. Gamabaran Perilaku Remaja Dalam Meminimalkan Nyeri

Menstruasi (Dismenore). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. 2011.

Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003.

Andriyani, Avie. Panduan Kesehatan Muslimah. 2011 http://ummushofiyya.wordpress.com

Andira, D. Seluk-beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogyakarta: A*PLUS BOOKS. 2010.

Anggreani. Perbedaan tingkat dismenore pada remaja putri antara yang rutin melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga di SMA

Negeri 1 Ambarawa tahun 2008. Ambarawa. 2008.

Anindita. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit Asam Terhadap Keluhan Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Kotamadya Surakarta.

Surakarta. 2010

Annathayakheisha. Nyeri Haid. 2009. http://forum.dudung.net diakses tanggal 17 Desember 2011

Anonim. Siklus Menstruasi. 2011 http://repository.usu.ac.id Anonim. Nyeri Menstruasi (Dismenore). 2007

http://www.kesrepro.info/?q=node/107 Anurogo. Nyeri Menstruasi. 2008.

http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2007/05/nyeri-saat-menstruasinormalka

Arifin. Hormon. 2008. http://www.ipin4u.esmartstudent.com/haid.htm

Bobak, Jensen, Zalar. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.

Chandran, Lahta. Menstruation Disorder. 2008.

http://emedicine.medscape.com/article/953945-overview.

Chudnoff, Scott G, Dysmenorrhea. Medscape Ob/Gyn & Women’s Health. 2005. http://www.medscape.com/files/feeds/asktheexpert_3_xml/

Christine, Jones Henderson. Buku Ajar KonsepKebidanan. Jakarta: EGC. 2005.

Dahlan, Sopiyudin. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

77

Darma, Andi, dkk. Endokrinologi Ginekologi. Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia (KSERI) bekerja sama dengan Media Aesculapius. 1993.

French L. Study on Dysmenorrhoea, American academy of family Physicians, J Posgrad 2005.

Edmudson, LD. Dysmenorrhea. 2006.

http://emedicine.medscape.com/article/795677-overview.

Gopar . Fisiologi Menstruasi. 2009. http://adulgopar.files.wordpress.com Harry. Mekanisme Endorphin dalam Tubuh. 2007.

http://klikharry.files.wordpress.com

Junizar, Galya,dkk. Pengobatan Dismenore Secara Akupuntur. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran. 2001.

Koizer, dan Audrey, Berman. Buku Ajar Praktek Keperawan Klinis. Alih bahasa; Meiliya dkk, Edisi 5; Jakarta: EGC, 2009.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC. 1998.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri

Ginekologi Dan KB. Jakarta: EGC. 2001.

Marwoto. Pengenalan Macam-Macam Senam dan Manfaatnya. 2008 http://eprints.undip.ac.id diakses tanggal 16 Desember 2011

Novia, Dyana. Hubungan Dismenore dengan Olahraga Pada Remaja Putri Usia

16-18 Tahun di SMA ST. Thomas 1 Medan. Medan: Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Medan. 2009.

Novia dan Puspitasari. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore

Primer. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas airlangga.

2006.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian keperawatan. Edisi 2.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 2008.

Pamungkas. Olahraga Tentang Senam. 2011 http://vandery.blog.com diakses

Dokumen terkait