• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran 2: Meningkatnya Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

5. Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan

Untuk menganalisa keberhasilan atau kegagalan indikator kinerja dalam rangka pencapaian sasaran kita lihat tabel ihktisar pencapaian capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 3.5. Ikhtisar Capaian Kinerja pada Tahun 2019

Sasaran/Indikator Kinerja % Capaian

Rata-rata Capaian

Predikat 110

keatas

90 =<s/d

<110

60=< s/d

<90 <60 Sangat

berhasil Berhasil Cukup Berhasil

Tidak Berhasil

Meningkatnya kualitas perencanaan

pembangunan daerah

85,9%

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

113,5% v

Persentase Perencanaan Perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan

108% v

Persentase Jumlah kajian/analisa/studi /rencana induk/grand design yang ditindaklanjuti

101% v

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah

107% v

Persentase Kebijakan Inovasi yang Ditetapkan di Daerah

94% v

Meningkatnya Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

99%

Hasil Evaluasi SAKIP 99% v

Berdasarkan data pada tabel 3.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum realisasi capaian indikator sasaran strategis Barenlitbang Tahun 2019 dalam katagori berhasil.

30

Analisa penyebab keberhasilan dan kegagalan capaian indikator kinerja sasaran strategis dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

Dari Tabel 3.5 diatas, terlihat bahwa hasil evaluasi kinerja terhadap sasaran meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah dengan 5 indikator kinerja sasaran menunjukkan predikat cukup berhasil yaitu mempunyai nilai capaian rata–rata 85,9%, dengan 1 indikator belum dapat mencapai target dan menunjukkan kriteria tidak berhasil. Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan capaian indikator kinerja sebagai berikut:

Persentase Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sesuai Ketentuan

Definisi: Perencanaan pembangunan daerah yang sesuai ketentuan apabila perencanaan pembangunan (RPJMD dan RKPD) memenuhi kriteria, yaitu:

1. Perencanaan pembangunan sesuai dengan tahapan yang

diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 30%);

2. Perencanaan pembangunan selesai tepat waktu sesuai yang

diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 20%);

3. Dokumen perencanaan sesuai dengan sistematika yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (15%);

4. Keselarasan antara program RPJMD dan RKPD pada tiap tahunnya (10%);

5. Perencanaan pembangunan mengakomodir amanat kebijakan daerah tentang tata ruang (Perda RTRW) (bobot 10%);

6. Indikator kinerja dan target kinerja dirumuskan secara SMART-C yaitu Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bond, dan Countinously Improve (bobot 10%);

7. Keterlibatan masyarakat melalui Musrenbang (bobot 5%).

31

Pada Tabel ikhtisar capaian kinerja terlihat bahwa, capaian indikator persentase perencanaan pembangunan daerah yang sesuai ketentuan dalam katagori sangat berhasil, yaitu tercapai 113,5 % dengan realisasi sebesar 96,53% dari target 90% hal dini karena:

1. Barenlitbang sebagai perangkat daerah yang bertanggung jawab dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah berupaya untuk mematuhi ketentuan yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perencanaan yaitu:

a. Perencanaan pembangunan daerah melalui semua tahapan yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Setiap tahapan perencanaan dilaksanakan sesuai timeline yang diatur secara rigid oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Dokumen perencanaan pembangunan disusun sesuai sistematika yang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pada saat menyusun dokumen perencanaan tahunan (RKPD) diselaraskan dan disinkronkan dengan program yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan lima tahunan (RPJMD).

3. Terus berupaya meningkatkan akomodir kebijakan daerah tentang tata ruang (RTRW) dalam dokumen perencanaan pembangunan tahunan (RKPD), karena berdasarkan hasil verifikasi, dokumen perencanaan pembangunan tahunan (RKPD) tahun 2019 hanya mengakomodir 60,38% indikasi program yang diamanatkan dalam dokumen RTRW/RDTR.

4. Indikator kinerja dan target kinerja pada dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJMD dan RKPD) telah dirumuskan secara SMART-C dan digunakan sebagai alat mencapai Visi dan Misi Kota Malang.

5. Walaupun dari tahun ke tahun usulan musrenbang yang diakomodir dalam APBD Kota Malang terus meningkat namun masih perlu terus dilakukan upaya perbaikan. Berikut disajikan diagram usulan musrenbang yang diakomodir dalam APBD sebagai berikut:

32

Gambar 3.1. Diagram usulan musrenbang yang diakomodir dalam APBD

Dari diagram diatas terlihat bahwa pada APBD tahun 2020 hanya mengakomodir usulan musrenbang sebesar 23%, turun 1% dibanding usulan musrenbang yang diakomodir pada APBD 2019, namun secara jumlah anggaran mengalami peningkatan yaitu:

APBD 2019 : mengakomodir usulan musrenbang sebesar Rp. 106.597.686.360

APBD 2020 : mengakomodir usulan musrenbang sebesar Rp. 172.845.886.044

Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Barenlitbang untuk meningkatkan kualitas usulan musrenbang Kelurahan dan Kecamatan untuk penyusunan RKPD Tahun 2021 antara lain:

1. Melakukan inisiasi program pendampingan pelaksanaan musrenbang kelurahan dan kecamatan dengan melibatkan unsur masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap program pemberdayaan masyarakat yang disebut sebagai laskar perencana. Laskar perencana direkrut secara terbuka oleh Barenlitbang dan diberi bimbingan teknis terkait perencanaan dan pemberdayaan masyarakat untuk melakukan pendampingan musrenbang kelurahan dan kecamatan. Harapannya, usulan masyarakat tidak lagi berdasarkan daftar keinginan tetapi merupakan kebutuhan prioritas dalam upaya mengatasi permasalahan di lingkungan kelurahan/kecamatan;

0%

5%

10%

15%

20%

25%

8%

13%

24% 23%

2017 2018 2019 2020

33

2. Terus memperbaiki kamus usulan musrenbang sebagai pegangan pengisian form berita acara musrenbang.

3. Mengedukasi komponen pemberdayaan masyarakat di Kelurahaan dan Kecamatan tentang regulasi daerah terkait program pemberdayaan masyarakat.

Persentase Perencanaan Perangkat Daerah yang Sesuai Ketentuan Definisi: Perencanaan perangkat daerah yang sesuai ketentuan apabila perencanaan perangkat daerah (Renstra dan Renja PD)) memenuhi kriteria, yaitu:

1. Perencanaan perangkat daerah sesuai dengan tahapan yang

diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 30%);

2. Perencanaan perangkat daerah selesai tepat waktu sesuai yang

diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 20%);

3. Dokumen Perencanaan perangkat daerah sesuai dengan sistematika yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan (bobot 15%);

4. Keselarasan antara Renstra dan Renja PD tiap tahunnya tahunnya ( bobot 20%);

5. Indikator kinerja dan target kinerja dirumuskan secara SMART-C yaitu Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bond, dan Countinously Improve (bobot 15%).

Pada Tabel ikhtisar capaian kinerja terlihat bahwa, capaian indikator persentase perencanaan Perangkat Daerah yang sesuai ketentuan dalam katagori berhasil, yaitu tercapai 108 % dengan realisasi sebesar 86,95% dari target 80%. Secara umum, indikator ini telah memenuhi target kinerja, namun kedepan perlu dilakukan upaya perbaikan untuk lebih meningkatkan kualitas perencanaan perangkat daerah. Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan capain indikator kinerja sebagai berikut:

1. Barenlitbang sebagai Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap perencanaan pembangunan daerah, memiliki 3 bidang sektoral yang menyelenggarakan fungsi pengkoordinasisan penyusunan dokumen perencanaan Perangkat Daerah. Berkaitan tugas dimaksud, bidang sektoral di Barenlitbang melakukan upaya

34

pendampingan terhadap Perangkat Daerah mitra dalam menyusun dokumen perencanaan. Pendampingan pada tahun 2019 dilakukan terhadap penyusunan Renstra Perangkat Daerah dan Renja Perangkat Daerah. dengan melakukan proses verifikasi Rancangan Renstra, Rancangan Akhir Renstra, Rancangan Renja dan Rancangan Akhir Renja. Pada proses verifikasi, bidang sektoral memastikan apakah dokumen perencanaan mitra Perangkat Daerah telah sesuai dengan kaidah yang diamanatkan peraturan perundangan yaitu:

a. bahwa sasaran kinerja telah sesuai dengan bidang urusan yang diampu, telah mengakomodir SPM dan standar nasional lainnya bagi Perangkat Daerah yang masuk dalam urusan wajib;

b. perencanaan jangka menengah perangkat daerah telah menjawab isu strategis berdasarkan tugas pokok fungsi dalam upaya meningkatkan kinerja pelayanan perangkat daerah;

c. dokumen perencanaan perangkat daerah telah disusun berdasarkan tahapan yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. dokumen perencanaan perangkat daeerah telah disusun berdasarkan sistematika yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. dokumen perencanaan perangkat daerah telah disusun sesuai timeline yang diamanatkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. memastikan sasaran dan indikator kinerja sasaran dokumen perencanaan perangkat daerah selaras dan mendukung tercapainya visi dan misi Kota Malang;

g. memastikan indikator kinerja sasaran, program dan kegiatan perangkat daerah telah bersifat SMART-C yaitu Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bond, dan Countinously Improve.

2. Sebagai Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap perencanaan pembangunan, Barenlitbang berupaya terus memberikan edukasi proses perencanaan kepada perangkat daerah, antara lain dengan menyusun petunjuk teknis penyusunan renstra termasuk template dokumen renstra yang harus disusun perangkat daerah, petunjuk teknis forum perangkat daerah, dan

35

petunjuk teknis penyusunan renja Perangkat Daerah. Personil Barenlitbang siap memberikan pendampingan dan saran masukan kepada Perangkat Daerah;

3. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan Barenlitbang dalam meningkatkan kualitas perencanaan Perangkat Daerah, ada beberapa hal yang menjadi kendala dan perlu dipikirkan jalan keluar untuk perbaikan ke depan, sehingga target persentase perencanaan Perangkat Daerah yang sesuai ketentuan pada perencanaan jangka menengah sebesar 100% bisa tercapai.

Beberapa hal yang menjadi kendala di tahun 2019 yaitu:

a. Perangkat Daerah belum mentaati timeline tahapan perencanaan, terutama timeline pengumpulan rancangan awal renstra dan renja maupun rancangan akhir Renstra dan Renja pada Barenlitbang. Sesuai dengan amanat Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 yaitu:

1. rancangan renstra disusun bersamaan secara simultan dengan penyusunan RPJMD. Dalam implementasinya, beberapa Perangkat Daerah sesuai kertas kerja pengukuran indikator sasaran, terlambat mengumpulkan lebih dari 60 hari.

2. rancangan akhir renstra disampaikan ke Barenitbang paling lambat 1 minggu setelah penetapan RPJMD. Dalam implementasinya, Perangkat Daerah mengumpulkan rancangan akhir renstra pada saat proses verifikasi, sehingga terlambat 7 hari.

3. Rancangan awal renja disampaikan ke Barenlitbang sebagai bahan penyempurnaan rancangan RKPD paling lambat minggu pertama bulan Desember N-2. Dalam implementasinya, beberapa Perangkat Daerah baru mengumpulkan di bulan Januari saat akan dilakukan konsultasi publik RKPD, sehingga terlambat 45 hari.

4. Rancangan akhir renja disampaikan ke Barenlitbang paling lambat 1 minggu setelah penetapan RKPD, dalam implementasinya, beberapa Perangkat Daerah menyampaikan rancangan akhir renja pada saat dilakukan verifikasi, itupun masih perlu beberapa penyempurnaan, sehingga terlambat 7 hari.

36

b. Sampai saat ini, penetapan Peraturan Walikota tentang Renstra dan Renja Perangkat Daerah masih dalam proses fasilitasi di bagian hukum. Berdasarkan ketentuan aturan perundangan-undangan, Renstra harus ditetapkan paling lambat 1 bulan setelah penetapan Perda RPJMD (22 Maret 2019), dan renja ditetapkan paling lambat 1 bulan setelah Perwal tentang RKPD (27 Juli 2019). Keterlambatan yang lebih dari 6 bulan ini ini disebabkan menunggu penetapan Peraturan Daerah tentang Perangkat Daerah baru di lingkungan Pemerintah Kota Malang, karena renstra tahun 2018 – 2023 dan renja 2020 menggunakan nomenklatur Perangkat Daerah baru setelah dilakukan perampingan kelembagaan.

c. Berdasarkan evaluasi Kementerian PAN-RB, ada beberapa indikator kinerja sasaran Perangkat Daerah yang levelnya kurang tinggi untuk tataran sasaran.

d. Perlunya penguatan kompetensi verfikator di bidang sektoral Barenlitbang agar bisa melakukan pendampingan secara lebih maksimal pada Perangkat Daerah. Verifikator harus lebih memahami bidang urusan dan proses bisnis Perangkat Daerah mitranya, sehingga bisa memberikan masukan terkait substansi dokumen perencanaan Perangkat Daerah Mitra.

e. Perlunya penguatan metode verifikasi dokumen perencanaan Perangkat Daerah, dengan memperbaiki kelengkapan kertas kerja yang bisa mengakomodir kebutuhan dinamika perencanaan, dilakukan rapat internal BAPPEDA untuk mendalami materi sebelum pelaksanaan verifikasi dan perlunya bidang sektoral melakukan ekspose hasil verifikasi dalam rapat internal Barenlitbang untuk dicermati secara bersama sama;

Persentase Jumlah kajian/analisa/studi/rencana induk/grand design yang ditindaklanjuti.

Definisi: Hasil dari kajian/analisa/studi/rencana induk/grand design sektoral yang mendukung perencanaan apabila:

1. digunakan dalam mendukung perencanaan pembangunan daerah dan/atau

2. ditindaklanjuti oleh Perangkat daerah terkait teknis pelaksanaannya (ditetapkan sebagai produk hukum).

37

Pada Tabel ikhtisar capaian kinerja terlihat bahwa, capaian indikator persentase jumlah kajian/analisa/studi/rencana induk/grand design yang ditindaklanjuti sesuai ketentuan dalam katagori berhasil, yaitu tercapai 101 % dengan realisasi sebesar 76,3 dari target 75%. Secara umum, indikator ini telah memenuhi target kinerja, namun ke depan perlu dilakukan upaya perbaikan untuk lebih meningkatkan kontribusi kajian/analisa dalam perencanaan pembangunan daerah. Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan sebagai berikut:

1. Dalam penyusunan kajian/analisa/studi/rencana induk/grand design, Barenlitbang bekerja sama dengan akademisi yang ahli dibidangnya sebagai bagian dari sinergi Pentahelix. Swakelola tipe 2 dengan melibatkan Perguruan Tinggi di Kota Malang merupakan pilihan yang bijak, karena Kota Malang merupakan kota pendidikan dengan jumlah perguruan tinggi kurang lebih 60 PT, dengan puluhan ribu mahasiswa dari luar Malang yang beraktivitas di Kota Malang.

Banyaknya pendatang, tentu menimbulkan masalah sosial seperti kemacetan lalu lintas dan banjir. Dengan melibatkan Perguruan Tinggi dalam menyelesaikan persoalan lewat penyusunan kajian/analisa yang mendukung kinerja perencanaan pembangunan merupakan pilihan yang tepat.

2. Penyusunan kajian dan analisa berdasarkan isu strategis Kota Malang yang membutuhkan jalan keluar penyelesaian masalah;

3. Telah dilakukan pemetaan kebutuhan kajian/analisa selama tahun renstra 2018-2023 melalui diskusi internal Barenlitbang;

4. Ke depan perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas kajian/analisa/studi/rencana induk/grand design, sehingga target jangka menengah renstra indikator kinerja persentase jumlah kajian/analisa/studi/rencana induk/grand design yang ditindaklanjuti sebesar 100% dapat terealisasi. Beberapa hal penyebab kegagalan/perlu diperbaiki kedepan adalah sebagai berikut:

a. Bidang sektoral sebagai bidang yang melaksanakan fungsi penyiapan bahan kajian kebijakan perencanaan, segera menindaklajuti hasil kajian/analisa dengan menyampaikan kepada dinas teknis sebagai pelaksana di lapangan. Dokumen kajian/analisa jangan hanya menjadi hiasan lemari perpustakaan.

Mengutip salah satu kebijakan Presiden Joko Widodo bahwa

38

birokrasi harus melayani rakyat yaitu bahwa birokrasi jangan lagi pekerjaannya hanya sending-sending, tetapi akan saya paksa bahwa tugas birokrasi adalah making delivered artinya bahwa birokrasi tidak hanya melaksanakan pekerjaan hanya sampai selesai dan ter spj kan, akan tetapi output hasil pekerjaan atau manfaat program harus dapat dirasakan masyarakat atau bermanfaat bagi masyarakat. Menindaklanjuti kebijakan Presiden Joko Widodo, ke depan Barenlitbang perlu menyusun mekanisme penyampaian tindak lanjut hasil kajian kepada dinas teknis dan memonitoring pelaksanaannya.

b. Apabila kajian/analisa dalam bentuk road map/rencana aksi/grand design yang harus dlaksanakan oleh Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Malang, maka bidang sektoral harus segera menyusun rancangan Peraturan Walikota tentang pelaksanaan rencana aksi/grand design/road map dimaksud.

c. Untuk pelaksaan ke depan bidang sektoral harus tetap berkomitmen melaksanakan analisa dan kajian sesuai dengan hasil pemetaan yang telah menjadi kesepakatan.

Persentase Pemanfaatan Hasil Kelitbangan dalam Kebijakan Daerah Definisi: yang dimaksud pemanfaatan hasil kelitbangan dalam pengambilan kebijakan daerah adalah:

1. Hasil Kelitbangan untuk merumuskan kebijakan; dan/atau 2. Hasil kajian/analisa litbang untuk mendukung perencanaan.

Pada Tabel ikhtisar capaian kinerja terlihat bahwa, capaian indikator persentase pemanfaatan hasil kelitbangan dalam kebijakan daerah dalam katagori berhasil, yaitu tercapai 107% dengan realisasi sebesar 85,7 dari target 80%. Secara umum, indikator ini telah memenuhi target kinerja, namun ke depan perlu dilakukan upaya perbaikan untuk lebih meningkatkan kontribusi pemanfaatan hasil kelitbangan dalam pengambilan kebijakan daerah. Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan sebagai berikut:

1. Barenlitbang telah melakukan pemetaan kebutuhan kelitbangan selama periode renstra tahun 2018 – 2023, sehingga penelitian dan pengembangan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan daerah dan bermanfaat bagi organisasi Pemerintah Daerah Kota Malang.

Barenlitbang mengambil kebijakan bahwa program kelitbangan

39

untuk percepatan pembangunan diperuntukkan mengukur capaian indikator kinerja sasaran pada RPJMD yang datanya tidak tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS), sehingga data dimaksud dapat digunakan sebagai bahan evaluasi capaian kinerja Pemerintah Kota Malang. Apakah pembangunan yang dibiayai oleh masyarakat lewat pajak yang selama ini dilakukan telah berhasil mewujudkan visi dan misi yang telah diperjanjikan dalam RPJMD Kota Malang.

Apabila dari data dimaksud menunjukkan performa capaian kinerja Pemerintah Kota Malang kurang maksimal, maka Pemerintah Kota Malang perlu segera mengambil kebijakan terhadap perencanaan pembangunan tahun berikutnya;

2. Penelitian dan pengembangan yang saat ini dilakukan merupakan hasil kerja sama dengan lembaga penelitian dan pengembangan di beberapa Perguruan Tinggi di Kota Malang sebagai bagian sinergi Pentahelix dalam perencanaan pembangunan.

3. Dalam program kelitbangan untuk percepatan pembangunan telah dibentuk Tim Percepatan untuk pembangunan daerah yang didalamnya berisi akademisi yang kompeten pada bidang keahliannya. Tim Percepatan secara aktif memberikan masukan kepada Walikota untuk percepatan pembangunan Kota Malang melalui analisa akademis. Berbagai hal yang menjadi isu strategis Kota Malang dilakukan analisa akademis sebagai solusi mengatasi permasalahan.

4. Ke depan perlu dilakukan upaya peningkatan pemanfaatan hasil kelitbangan dalam kebijakan daerah, sehingga target jangka menengah renstra indikator kinerja persentase pemanfaatan hasil kelitbangan dalam kebijakan daerah sebesar 100% dapat terealisasi.

Beberapa hal penyebab kegagalan/perlu diperbaiki ke depan adalah sebagai berikut:

a. Barenlitbang sebagai Perangkat Daerah yang bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi kelitbangan, belum mempunyai tenaga fungsional peneliti, sehingga penelitian dan pengembangan yang dilakukan masih dipihak ketiga kan melalui swakelola tipe 2 dengan lembaga riset Perguruan Tinggi. Ke depan perlu upaya mendorong Pemerintah Kota Malang untuk mulai membangun ekosistem yang mendukung iklim riset dan penelitian. Salah satunya dengan pengadaan SDM peneliti dan riset yang kompeten dan handal di

40

bidangnya baik itu ASN maupun tenaga P3K. Pemerintah Pusat telah mengeluarkan kebijakan untuk mendukung ekosistem riset di Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional dan RUU IPTEK tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Menindaklanjuti kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Malang akan mendorong perbaikan pengelolaan kelitbangan;

b. Perlunya memperbaiki rencana induk kelitbangan (RIK) agar lebih bisa mengikuti dinamika kebutuhan riset di Kota Malang.

Persentase Kebijakan Inovasi yang diterapkan di Daerah.

Definisi: Kebijakan inovasi yang diterapkan di daerah adalah: kebijakan inovasi yang diiusulkan dalam SIDa (Sistem Inovasi Daerah) yang diterapkan oleh perangkat daerah pada tahun ke-n.

Pada Tabel ikhtisar capaian kinerja terlihat bahwa, capaian indikator persentase kebijakan inovasi yang diterapkan di daerah dalam katagori berhasil, yaitu walaupun belum bisa merealisasikan target kinerja sebesar 5%, itu artimya pada tahun 2019, Barenlitbang telah menfasilitasi pelaksanaan kebijakan inovasi yang ditetapkan dalam SIDa pada Perangkat Daerah. Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan/kegagalan sebagai berikut:

1. Sistem Inovasi Daerah (SIDa) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian yang diturunkan secara lebih mendetail dalam Peraturan bersama Menristek dan Mendagri Nomor 3 dan 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Invoasi Daerah (SIDa), dimana pemerintah berupaya meningkatkan kapasitas pemerintah daerah terutama dalam peningkatan daya saing daerah. Di dalam peraturan bersama tersebut, SIDA di definisikan sebagai “Keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar institusi pemerintah, pemerintah daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha dan masyarakat. Terkait implementasi amanat kepada daerah untuk menyusun SIDa, Barenlitbang baru menyelesaikan penyusunan dokumen SIDa di tahun 2019. Sedangkan pada saat dilakukan lelang kinerja di akhir tahun 2018 sebagai bentuk kontrak kerja Kepala Perangkat dengan Walikota terkait indikator kinerja utama (IKU)

41

beserta target kinerja yang harus dilaksanakan Perangkat Daerah dalam dokumen RPJMD dan Renstra Perangkat Daerah, tercantum bahwa Barenlitbang harus sanggup mengampu indikator sasaran persentase kebijakan inovasi yang ditetapkan di daerah.

2. Sebagai upaya mencapai target kinerja, Barenlitbang ke depan berupaya melakukan optimalisasi fasilitasi pelaksanaan road map SIDa pada rencana kerja Perangkat Daerah. Bidang Litbang akan pro aktif bersama bidang sektoral untuk memantau dokumen perencanaan Perangkat Daerah pada saat pada proses verifikasi, apakah sudah mencantumkan program indikatif SIDa pada dokumen perencanaannya. SIDa yang telah disusun Barenlitbang mengakomodir kebijakan prioritas daerah tentang the future of malang dalam upaya meningkatkan daya saing daerah dan capaian visi misi Kota Malang yaitu:

a. malang city heritage;

b. malang 4.0;

c. malang creative;

d. malang halal;

e. malang services;

f. malang nyaman.

Sasaran Strategis 2: Meningkatnya kinerja pelayanan perangkat daerah

Dengan indikator kinerja:

Hasil evaluasi SAKIP

Definisi: hasil dari evaluasi SAKIP Barenlitbang yang dikeluarkan oleh Inspektorat

Dari Tabel 3.5 diatas, terlihat bahwa hasil evaluasi kinerja terhadap sasaran meningkatnya kinerja pelayanan perangkat daerah dengan indikator kinerja sasaran hasil dari evaluasi SAKIP menunjukkan predikat berhasil yaitu mempunyai nilai capaian 99%.

Beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan dan kegagalan capaian indikator kinerja sebagai berikut:

1. pada tabel 3.2 diatas terlihat bahwa realisasi indikator hasil evaluasi SAKIP Barenlitbang tahun 2019 sebesar 82,50 apabila dibandingkan

42

dengan realisasi hasil evaluasi SAKIP pada tahun 2018 sebesar 83,23 maka nilai SAKIP Barenlitbang menurun sebesar 0,73. Evaluasi SAKIP pada tahun 2019 yang dilakukan Inspektorat kepada Barenlitbang meliputi 5 komponen yaitu:

a. Komponen perencanaan kinerja dengan nilai 28,04 dari bobot 30;

b. Komponen pengukuran kinerja dengan nilai 19,06 dari bobot 25;

c. Komponen pelaporan kinerja dengan nilai 13,56 dari bobot 15;

d. Komponen evaluasi internal dengan nilai 10 dari bobot 10;

e. Komponen capaian kinerja dengan niilai 11,83 dari bobot 20.

Penurunan nilai hasil evaluasi SAKIP Barenlitbang tahun 2019 terjadi pada komponen capaian kinerja sebesar 0,73, sedangkan nilai dari komponen lain tidak mengalami perubahan. Hal ini dkarenakan ada indikator kinerja sasaran Barenlitbang tahun 2018 yang tidak tercapai yaitu indikator persentase peningkatan peserta kompetisi/event dibidang inovasi/IPTEK. Peningkatan peserta kompetisi INOTEK hanya tercapai 7,35% yaitu jumlah peserta INOTEK tahun 2017 sebanyak 136 sedangkan tahun 2018 sebanyak 146. Peningkatan jumlah peserta INOTEK hanya 10 peserta dengan realisasi peningkatan 7,35%, sedangkan target peningkatan peserta kompetisi INOTEK tahun 2018 sebesar 80%. Realisasi kinerja yang tidak tercapai karena penentuan target kinerja yang terlalu tinggi, sedangkan jenis kompetisi ini tidak bisa disejajarkan dengan jenis kompetisi lainnya yang memiliki persyaratan yang lebih mudah, seperti kompetisi menyanyi atau menggambar. Pada kompetisi INOTEK, peserta dituntut bahwa ide mereka harus ditunjang dengan penelitian untuk menguji bahwa hasil inovasi mereka sudah lolos uji dan menghasilkan prototype.

2. Ke depan perlu lebih meningkatkan komponen pengukuran dan capaian kinerja. Apabila ada capaian kinerja yang tidak tercapai, akan disampaikan reasoning/alasan dan data yang dapat dipertanggungjawakan, agar tidak mempengaruhi penilaian

2. Ke depan perlu lebih meningkatkan komponen pengukuran dan capaian kinerja. Apabila ada capaian kinerja yang tidak tercapai, akan disampaikan reasoning/alasan dan data yang dapat dipertanggungjawakan, agar tidak mempengaruhi penilaian

Dokumen terkait