• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Analisa Penyimpangan Biaya Produksi

Penyimpangan biaya produksi dapat diartikan sebagai perbedaan yang didapatkan dari perbandingan antara anggaran biaya produksi dibandingkan dengan realisasi biaya produksi yang terjadi dalam kenyataannya (actual). Apabila dalam perbandingan antara anggaran dengan realisasi biaya produksi itu ditemukan adanya penyimpangan maka perbedaan tersebut harus diteliti, dianalisa untuk kemudian diperbaiki. Dalam menentukan pengaruh yang ditimbulkan dari adanya penyimpangan, manajemen perusahaan perlu membuat suatu perhitungan, prosedur ataupun sebuah analisa untuk meneliti besarnya selisih penyimpangan yang ada, bersifat menguntungkan atau tidak, material atau tidak material bagi perusahaan. Analisa yang dapat digunakan dalam meneliti penyimpangan yang ada pada sebuah anggaran biaya produksi adalah analisa penyimpangan biaya produksi atau sering disebut dengan istilah Analisa Selisih.

Pada bagian-bagian organisasi yang tidak dapat menjalankan rencana karena 1 atau 2 alasan, sebaiknya jangan membuang waktu dan usaha pada kegiatan yang sudah berjalan dengan baik. Apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana, maka akan terdapat sedikit perbedaan antara hasil yang sesungguhnya dan hasil yang diharapkan sesuai dengan anggaran dan standar. Bagaimanapun, jika hasil sesungguhnya tidak sesaui dengan anggaran dan standar, sistem pelaporan kinerja akan memberikan tanda kepada manajer bahwa telah terjadi “pengecualian”. Tanda-tanda ini dalam bentuk selisih dari anggaran atau sTanda-tandar.

Perbedaan antara hasil sesungguhnya dengan yang diharapkan akan hampir selalu terjadi. Jika setiap selisih diselidiki, maka manajemen akan membutuhkan banyak waktu. Selisih dapat terjadi dengan berbagai alasan dan hanya beberapa saja yang penting dan membutuhkan perhatian manajemen.

Bagaimanakah seharusnya manajer memutuskan selisih mana yang penting untuk diteliti? Salah satu petunjuk yang membantu adalah ukuran selisih tersebut. Suatu selisih yang bernilai $5 mungkin tidak cukup besar untuk meminta perhatian manajemen, sedangkan selisih yang bernilai $5000 mungkin sebaiknya ditelusuri. Petunjuk lain adalah ukuran selisih terhadap jumlah pengeluaran yang terjadi. Selisih yang hanya 0,1% dari jumlah pengeluaran mungkin dianggap baik. Dilain pihak, selisih sebesar 10% dari pengeluaran lebih mungkin merupakan tanda bahwa telah terjadi suatu kesalahan. Jadi, material atau tidaknya suatu penyimpangan (selisih) tergantung dari ukuran yang ditetapkan oleh perusahan.

Penyimpangan biaya produksi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Favorable cost variance, yaitu penyimpangan biaya yang bersifat menguntungkan. Hal ini terjadi karena biaya standar lebih besar dari biaya yang sesungguhnya terjadi.

b. Unfavorable cost variance, yaitu penyimpangan biaya yang tidak menguntungkan atau disebut dengan penyimpangan yang merugikan. Keadaan ini terjadi apabila biaya standar lebih kecil dari biaya yang sesungguhnya terjadi.

Dalam mempelajari dan mengevaluasi varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya, kemungkinan berikut ini perlu dipertimbangkan:

1. Varians tidak material.

2. Varians disebabkkan oleh kesalahan pelaporan.

3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen.

4. Banyak varians yang dapat dijelaskan dalam hal dampak dari faktor yang tidak dapat dikendalikan yang diidentifikasi.

5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian utama dan harus diselidiki secara teliti.

Ada banyak cara untuk mempelajari atau menyelidiki varians untuk menentukan sebab yang mendasarinya. Berikut beberapa pendekatan yang utama : 1. Pertemuan dengan manajer pusat tanggung jawab, penyelia dan karyawan

lainnya dalam pusat tanggung jawab yang terlibat.

2. Analisis situasi kerja termasuk arus kerja, koordinasi aktivitas, keefektifan penyeliaan, dan keadaan umum lainnya.

3. Pengamatan langsung.

4. Penyelidikan ditempat oleh manajer lini.

5. Penyelidikan oleh kelompok staf (dispesifikasi menurut tanggung jawab). 6. Pemeriksaan intern.

7. Penelitian khusus. 8. Analisis varians.

Analisa varians melibatkan penggunaan hubungan antara dua variabel yang masing-masing terdiri dari rangkaian data untuk memantau sebab-sebab terjadinya penyimpangan. Analisa varians digunakan secara luas dalam laporan keuangan dan sering diaplikasikan menurut keadaan berikut :

a. Penyelidikan penyimpangan antara relisasi tahun berjalan dengan realisasi tahun lalu, dimana tahun lalu dianggap sebagai dasar.

b. Penyelidikan penyimpangan antara realisasi dengan anggaran atau biaya standar, dimana anggaran atau biaya standar diperlukan sebagai dasar pembanding.

c. Penyelidikan penyimpangan antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba. Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagai dasar.

Penyimpangan biaya produksi dapat dibedakan menjadi : 1. Material Cost Variance, yang terdiri dari :

a. Peyimpangan harga bahan baku ( Material Cost Variance ) b. Penyimpangan pemakaian bahan baku ( Material Cost Variance ) 2. Labour Variance, yang terdiri dari :

a. Penyimpangan tarif upah ( Labour Rate Variance ) b. Penyimpangan jam kerja ( Labour Time Variance )

3. Factory Overhead Variance, yang menggunakan tiga jenis metode, yaitu : a. Metode dua selisih, terdiri dari :

1. Controllable Variance 2. Volume Variance

b. Metode tiga selisih, terdiri dari : 1. Spending Variance

2. Idle Capacity Variance 3. Efficiency Variance

c. Metode empat selisih, terdiri dari 1. Spending Variance

2. Idle Variance

3. Variable Efficiency Variance 4. Fixed Efficiency Variance

Untuk memudahkan pengertian maka penulis hanya membahas model dua selisih untuk biaya bahan baku dan biaya upah langsung. Dan untuk biaya overhead pabrik penulis mencoba menggunakan model dua selisih, model tiga selisih dan model empat selisih.

Sebagai contoh :

Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar disajikan seperti :

Biaya bahan baku 5 Kg @ Rp. 1.000 Rp. 5.000

Biaya tenaga kerja 20 jam @ Rp. 500 Rp. 10.000

Biaya overhead pabrik :Variabel 20 jam @ Rp. 400 Rp. 8.000 Tetap *) 20 jam @ Rp. 300 Rp. 6000

Total Rp. 29.000

*) kapasitas produksi perbulan direncanakan perusahaan sebesar 5.200 jam tenaga kerja langsung.

Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari 19XX adalah sebagai berikut : 1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 Kg @ Rp. 1.100

2. Jumlah produk yang diproduksikan dan selesai diproses dalam bulan Januari 19XX adalah 250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya adalah sebagai berikut :

a. Biaya bahan baku 1.050 Kg @ Rp. 1.100 = Rp. 1.155.000 b. Biaya tenaga kerja 5.100 jam @ Rp. 475 = Rp. 2.422.500

c. Biaya overhead pabrik = Rp. 3.650.000

Atas dasar data dalam contoh maka :

Biaya Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih

Selisih Harga Bahan Baku

(HSt-HS) x KS

(Rp. 1.000- Rp. 1.100) x 1.050 Kg = Rp. 105.000 R

Selisih Kuantitas Biaya Bahan Baku

(KSt-KS) x HSt

(1.250-1.050) x Rp. 1.000 = Rp. 200.000 L

Dimana

HSt = Harga Standar KSt = Kapasiatas Standar HS = Harga Sesungguhnya KS = Kapasitas Sesungguhnya

Biaya Tenaga Kerja Langsung dengan Model Dua Selisih

Selisih tarif upah

(TUSt-TUS) x JKS

(Rp. 500 – Rp. 475) x 5.100 jam = Rp. 127.500 L

Selisih efisiensi upah

(JKSt-JKS) x TUSt

(5.000-5.100) x Rp. 500 = Rp. 50.000 R

Total selisih biaya tenaga kerja langsung Rp. 77.500 L

Dimana

TUSt = Tarif Upah Standar TUS = Tarif Upah Sesungguhnya JKSt = Jam Kerja Standar JKS = Jam Kerja Sesungguhnya

1) Selisih Biaya Overhead Pabrik dengan Model Dua Selisih

Selisih Terkendalikan (Controllable Variance)

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 3.650.000

Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal

(5.200 x Rp. 300) Rp. 1.560.000

Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya Rp. 2.090.000 Biaya overhead pabrik variabel pada jam standar

(5.000 jam x Rp. 400) Rp. 2.000.000

Selisih Volume

Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 5.200 jam

Jam tenaga kerja standar 5.000 jam

Selisih volume 200 jam

Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp. 300 per jam

Selisih volume (200 jam x Rp. 300) Rp. 60.000 R

2) Model Tiga Selisih

Selisih biaya overhead pabrik sebesar Rp. 150.000 tersebut dapat dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu :

Selisih Pengeluaran ( Spending variance)

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 3.650.000

Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal

(5.200 x Rp. 300) Rp. 1.560.000

Biaya overhead variabel sesungguhnya Rp. 2.090.000

Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang dianggarkan

Pada jam sesungguhnya dicapai (5.100 jam x Rp. 400) Rp. 2.040.000

Selisih pengeluaran Rp. 50.000 R

Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance)

Kapasiats normal 5.200 jam

Kapasitas sesungguhnya 5.100 jam

Kapasitas yang tidak dipakai 100 jam

Selisih kapasitas (100 jam x Rp. 300) Rp. 30.000 R

Selisih Efisiensi

Jam standar 5.000 jam

Jam sesungguhnya 5.100 jam

Selisih efisiensi 100 jam

Tarif biaya overhead pabrik Rp. 700 per jam

Selisih efisiensi ( 100 jam x Rp. 700) Rp. 70.000 R

3) Model Empat Selisih

Model empat selisih merupakan perluasan model tiga selisih. Selisih efisiensi dalam tiga variabel tersebut dipecah menjadi selisih efisiensi variabel dan selisih efisiensi tetap. Selisih biaya overhead sebesar Rp. 150.000 R tersebut dipecah menjadi empat macam selisih sebagai berikut

Selisih pengeluaran Rp. 50.000 R

Selisih kapasitas Rp. 30.000 R

Selisih efisiensi dipecah menjadi :

Selisih efisiensi variabel 100 jam x Rp. 400 Rp. 40.000 R Selisih efisiensi tetap 100 jam x Rp. 300 Rp. 30.000 R

Total selisih biaya overhead Rp. 150.000 R

Pada umumnya penyimpangan bahan baku baik yang sifatnya menguntungkan (favorable) maupun yang merugikan (unfavorable) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya fluktuasi harga yang sulit diramalkan, tingkat persaingan pasar yang kompetitif, dan lain sebagainya. Penyimpangan pemakaian bahan baku dapat terjadi karena bahan baku yang diolah tidak sesuai dengan standar, jadwal penerimaan bahan

baku yang tidak tepat, adanya perubahan metode produksi, dan penyusunan rencana produksi yang tidak teliti.

Penyimpangan upah langsung dapat terjadi karena adanya perbedaan tarif dan jumlah pemakaian jam kerja, jika dibandingkan dengan standar tarif dan standar pemakaian jam kerja langsung. Penyimpangan tarif upah langsung dapat disebabkan karena rencana dan jadwal penugasan tenaga kerja yang tidak efisien, penetapan tarif upah langsung berbeda untuk masing-masing pekerja.

Penyimpangan efisiensi upah langsung dapat disebabkan karena tenaga kerja bekerja tidak efisien, sehingga hasil kerjanya berada dibawah standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Peralatan kerja yang tidak memadai, bahan baku yang dibutuhkan tidak sesuai dengan standar kebutuhan produksi yang mengakibatkan tenaga kerja tidak bekerja secara penuh dan sebagainya.

Penyimpangan biaya pabrik tidak langsung dibedakan atas biaya terkendali (Controllable Variance) dan penyimpangan volume (Volume Variance). Penyimpangan terkendali pada umumnya disebabkan karena kenaikan harga bahan tidak langsung, upah tidak langsung, dan sebagainya. Penyimpangan volume terjadi karena adanya perubahan metode penyusutan atas bangunan pabrik, misalnya metode garis lurus diganti dengan metode saldo menurun berganda. Penyebab lainnya adalah karena kenaikan premi asuransi, kenaikan gaji karyawan pabrik, dan lain sebagainya. Pembebanan penyimpangan bahan baku langsung, upah langsung dan biaya pabrik tidak langsung dapat dibebankan ke harga pokok penjualan dan ke persediaan barang jadi.

Dokumen terkait