PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN
S K R I P S I
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN BIAYA
PRODUKSI MINYAK SAWIT PADA PTPN IV
UNIT/KEBUN PABATU
Oleh :
Nama
: ROBIE MAULANA
N I M : 050522052
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini berjudul :
Perencaanaan dan Pengawasan Biaya Produksi Minyak Sawit pada PTPN IV Unit/Kebun Pabatu.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar dan apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas.
Medan, Juni 2008
Yang Membuat Pernyataan
Robie Maulana
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat yang telah
diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memperoleh gelar
Kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Program Extension Universitas Sumatera Utara.
Atas rasa bersyukur penyelesaian skripsi ini, penulis telah mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis akan mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga. Mec, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs, Arifin Akhmad. Msi, Ak, selaku Ketua Pengelola Jurusan
Akuntansi Program Extension Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar. MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan kesabaran yang sangat besar dalam setiap bimbingan.
4. Bapak Syamsul Bahri TRB. MM, Ak, selaku Dosen Pembanding/Penguji I.
5. Bapak Drs. Syahrul Rambe. MM, Ak, selaku Dosen Pembanding/Penguji II.
6. Bapak Drs. H. Tajuddin, MM, Ak, selaku Kepala Bagian Keuangan PTPN IV
Medan.
7. Bapak Drs. Johanes Sitepu, selaku Kepala Bagian Akuntansi PTPN IV Medan.
8. Bapak H. Syafrudin Lubis, selaku Manajer Unit/Kebun Pabatu.
9. Bapak H. M. Cholil Lubis, selaku Kepala Dinas Tata Usaha Unit/Kebun
Pabatu.
10.Seluruh karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana Urusan Anggaran
Bagian Keuangan dan Urusan Akuntansi Bagian Pelaporan PTPN IV Kantor
Butar , SE, Fahmi Siregar, SE, dan Tante Dra. Hj. Nurhayati Lubis.
11.Dosen dan staf pengajar serta para pegawai Fakultas Ekonomi atas bantuan
yang diberikan selama ini.
12.Buat para sahabat yang telah memberikan bantuan dalam mendorong sehingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua,
Papa dan Ibunda tersayang, serta untuk para Kakanda, Kak Lia, Dina, Yoan, Bang
Jefri, Bang Yudhi, dan semua keponakanku.
Akhirnya harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca umumnya. Dan tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini. Sebab penulis menyadari akan
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini khususnya keterbatasan data
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah Nya
kepada kita semua. Amin ya Robbal Alamin.
Medan, Juni 2008
Penulis
Dalam waktu 3 tahun terakhir, Anggaran Biaya Produksi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu mengalami penyimpangan yang bernilai materil pada beban penyusutan, biaya tanaman, biaya pengolahan dan biaya umum. Dimana hal ini sangat mempengaruhi peningkatan laba ataupun kerugian perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan dalam hal perencanaan dan pengawasan biaya produksi dan sikap-sikap yang diambil oleh manajemen perusahaan berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan bagian akuntansi dan bagian keuangan di Kebun Pabatu maupun di Kantor Pusat, bagian tanaman maupun bagian pengolahan. Data sekunder berupa struktur organisasi, gambaran umum perusahaan, data anggaran biaya produksi dan realisasai, daftar produksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya penyimpangan biaya produksi Unit/Kebun Pabatu adalah kurang akuratnya perencanaan yang dilakukan oleh manajemen Kantor Pusat dalam menetapkan norma, standard, tarif dan harga bahan yang akan dipedomani Unit/Kebun, pertanggungjawaban pemakaian anggaran biaya produksi bersifat global yang hanya berorientasi pada harga pokok produksi.
In the last 3 years, the production budget of PTPN IV Unit of Pabatu Plantation has a material discrepancy on the depreciation, plants cost, processing cost and the general cost. This condition influence the increasing of profit or losses of the firm. This research aims to study any problem faced by firm in planning and monitoring of production cost and any efforts of management to handle any discrepancies.
This research is a case study approach by descriptive method. The applied data in this research consist of primary and secondary data. Primary data is an interview to the accounting and financial department of Pabatu Plantation and also to the head office, plants and processing department. Secondary data are structure of organization, a general depiction of company, budget data on production cost and its realization, production list.
The results of this study indicates that the deiscrepancy of production cost at Pabatu Plantation caused by unaccurate planning conducted by management in head office in determining norm, standard, rate and price of materials, responsibility on production cost globally that orientedated to cost of goods sold.
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
E. Kerangka Konseptual ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Fungsi dan Unsur-Unsur Biaya Produksi ... 8
B. Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi ... 16
C. Pengertian, Fungsi dan Jenis Anggaran Produksi ... 25
D. Prosedur Penyusunan Anggaran Produksi ... 29
E. Analisa Penyimpangan Biaya Produksi ... 44
F. Laporan Realisasi Biaya Produksi ... 53
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55
B. Jenis Penelitian ... 55
E. Metode Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV Medan ... 57
2. Unsur-Unsur Biaya Produksi ... 63
3. Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Biaya Produksi ... 67
4. Pelaksanaan Anggaran Biaya Produksi ... 71
5. Pengawasan Biaya Produksi ... 73
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Unsur-Unsur Biaya Produksi Pada PTPN IV Unit/Kebun Pabatu ... 75
2. Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Pada PTPN IV Unit/Kebun Pabatu ... 77
3. Pengawasan Biaya Produksi Pada PTPN IV Unit/Kebun Pabatu ... 78
4. Penyimpangan Biaya Produksi Pada PTPN IV Unit/Kebun Pabatu ... 78
5. Tindakan Korektif Yang dilakukan Terhadap Penyimpangan-Penyimpangan Yang Terjadi ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 1. Tabel Anggaran Produksi PT. CHARISMA ... 37
Tabel 2. Tabel Kebutuhan Bahan Baku PT. CHARISMA ... 39
Tabel 3. Tabel Anggaran Pembelian Bahan Baku PT. CHARISMA ... 40
Tabel 4. Tabel Anggaran Biaya Bahan Baku PT. CHARISMA ... 40
Tabel 5. Tabel Anggaran Biaya Upah Langsung PT. CHARISMA ... 41
Tabel 6. Tabel Anggaran Biaya Tidak Langsung PT. CHARISMA ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1. Anggaran Produksi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu Tahun 2004
2. Anggaran Produksi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu Tahun 2005
3. Anggaran Produksi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu Tahun 2006
4. Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu Tahun 2004
5. Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu Tahun 2005
6. Anggaran Biaya Produksi dan Realisasi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu Tahun 2006
7. Struktur Organisasi PTPN IV Medan
Dalam waktu 3 tahun terakhir, Anggaran Biaya Produksi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu mengalami penyimpangan yang bernilai materil pada beban penyusutan, biaya tanaman, biaya pengolahan dan biaya umum. Dimana hal ini sangat mempengaruhi peningkatan laba ataupun kerugian perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi perusahaan dalam hal perencanaan dan pengawasan biaya produksi dan sikap-sikap yang diambil oleh manajemen perusahaan berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan bagian akuntansi dan bagian keuangan di Kebun Pabatu maupun di Kantor Pusat, bagian tanaman maupun bagian pengolahan. Data sekunder berupa struktur organisasi, gambaran umum perusahaan, data anggaran biaya produksi dan realisasai, daftar produksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya penyimpangan biaya produksi Unit/Kebun Pabatu adalah kurang akuratnya perencanaan yang dilakukan oleh manajemen Kantor Pusat dalam menetapkan norma, standard, tarif dan harga bahan yang akan dipedomani Unit/Kebun, pertanggungjawaban pemakaian anggaran biaya produksi bersifat global yang hanya berorientasi pada harga pokok produksi.
In the last 3 years, the production budget of PTPN IV Unit of Pabatu Plantation has a material discrepancy on the depreciation, plants cost, processing cost and the general cost. This condition influence the increasing of profit or losses of the firm. This research aims to study any problem faced by firm in planning and monitoring of production cost and any efforts of management to handle any discrepancies.
This research is a case study approach by descriptive method. The applied data in this research consist of primary and secondary data. Primary data is an interview to the accounting and financial department of Pabatu Plantation and also to the head office, plants and processing department. Secondary data are structure of organization, a general depiction of company, budget data on production cost and its realization, production list.
The results of this study indicates that the deiscrepancy of production cost at Pabatu Plantation caused by unaccurate planning conducted by management in head office in determining norm, standard, rate and price of materials, responsibility on production cost globally that orientedated to cost of goods sold.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan semakin pesatnya perkembangan ekonomi dan teknologi dewasa ini
maka barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan pada masyarakat
semakin banyak dan bervariasi baik dari segi kualitas, model, ukuran, maupun
jenisnya. Barang dan jasa yang ditawarkan tersebut tidak mungkin menjelma dengan
sendirinya melainkan harus melalui suatu proses produksi tertentu.
Dalam menghasilkan suatu produk baik barang ataupun jasa, dibutuhkan suatu
ketrampilan agar dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi dan sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan. Faktor-faktor produksi tersebut berupa tenaga kerja
yang memiliki kemampuan dalam hal proses produksi dan hal lain yang dibutuhkan
oleh perusahaan, bahan baku termasuk di dalamnya bahan penolong, mesin-mesin
yang digunakan serta modal yang dialokasikan untuk proses produksi tersebut. Selain
itu diperlukan suatu metode produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk
baik barang ataupun jasa. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan
pertanian, mineral-mineral yang terdapat di alam dan keadaan cuaca juga menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi produksi perusahaan.
Setiap perusahaan mempunyai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, yaitu
memperoleh laba maksimal dan juga memberikan sumbangan terhadap perbaikan
ekononomi dan sosial lingkungan yang lebih luas. Laba yang diperoleh perusahaan
berasal dari pendapatan dikurangi dengan semua biaya yang terjadi selama periode
produksinya, perusahaan mengeluarkan bermacam-macam biaya produksi dimana
jumlahnya akan berpengaruh pada laba yang diperoleh pada akhir suatu periode.
Biaya produksi merupakan komponen yang penting dalam perusahaan baik itu
perusahaan industri maupun pada perusahaan perkebunan, karena biaya produksi
merupakan unsur dari perhitungan harga pokok produk yang akan dihasilkan
perusahaan tersebut, yang pada akhirnya akan menentukan besarnya laba yang
diperoleh perusahaan dimasa yang akan datang.
Pada perusahaan berukuran besar, dimana didalamnya terdapat
kegiatan-kegiatan yang sangat kompleks diperlukan suatu manajemen yang profesional dalam
mengelola perusahaan tersebut agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satu hal
yang dituntut dari manajemen profesional berupa pengelolaan biaya khususnya biaya
produksi, agar perusahaan diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan efisien
sehingga perusahaan dapat memperoleh tingkat laba yang optimal serta terjaminnya
pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu diperlukan adanya suatu
perencanaan yang baik dalam pembuatan anggaran biaya produksi yang disusun oleh
manajemen perusahaan.
Perencanaan disusun sebagai dasar pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
perusahaan. Perencanaan adalah suatu proses penentuan terlebih dahulu tentang
aktivitas atau yang akan dilakukan di waktu yang akan datang, yang didalamnya
terdapat strategi dan teknik yang akan dilakukan, dengan menggunakan sumber daya
yang ada, dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam suatu perencanaan, jumlah dan unsur-unsur biaya produksi perlu
dianggarkan terlebih dahulu, dimana anggaran akan memberikan manajemen suatu
proyeksi yang dapat dipercaya mengenai rencana kegiatan produksi yang akan
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun secara teliti,
didasarkan atas pengalaman didapat dari dari masa lalu ditambah dengan ramalan atau
proyeksi mengenai hal-hal yang yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Anggaran disusun secara terperinci dapat menjadi petunjuk bagi perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan operasional perusahaan dan dalam proses pengambilan
keputusan.
Perencanaan selalu diikuti dengan pengawasan karena bagaimanapun baiknya
suatu rencana tidak akan mencapai tujuan yang dikehendaki tanpa disertai adanya
pengawasan yang baik. Dalam kegiatan produksi, mungkin saja terjadi suatu
penyimpangan dari yang direncanakan atau yang dianggarkan. Apabila terjadi
penyimpangan, dalam hal ini pengawasan akan diusahakan sedemikian rupa sehingga
penyimpangan dapat ditekan sekecil mungkin.
Dengan demikian jika perusahaan merencanakan ingin memproduksi suatu
barang dalam jumlah tertentu maka perusahaan hendaknya menyusun anggaran
terlebih dahulu yang disebut anggaran biaya produksi. Aspek pengawasan melalui
anggaran biaya produksi yang telah dibuat tersebut adalah dengan
membandingkannya dengan biaya produksi yang sebenarnya terjadi. Penyimpangan –
penyimpangan biaya produksi yang terjadi harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran biaya produksi di masa yang akan datang.
PT. Perkebunan Nusantara IV Medan adalah salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang mempunyai modal dari kekayaan Negara, bergerak pada
bidang usaha perkebunan dan berkedudukan di Sumatera Utara dengan mengambil
komoditas tanaman kelapa sawit dan teh. Seperti diketahui pada awalnya keberadaan
perkebunan ini adalah milik Maskapai Belanda yang dinasionalisasikan sekitar tahun
menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Produk yang dihasilkan berupa
Crude Palm Oil (CPO), Palm Kernel Oil (PKO), Palm Kernel Meal (PKM), RBD
Olein, Crude Stearine, Fatty Acid dan Teh. Sehubungan dengan ini penulis hanya
membahas tentang produk minyak Kelapa Sawit (CPO) yang dihasilkan oleh
perusahaan. Perusahaan mengambil buah kelapa sawit berupa Tandan Buah Segar
(TBS) yang berasal dari tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di kebun-kebun
perusahaan untuk selanjutnya diolah di pabrik menjadi minyak sawit dan inti sawit,
kemudian dijual sebagai komoditi yang dapat dijadikan bahan baku industri.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada PT. Perkebunan Nusantara IV
(PTPN IV) Unit/Kebun Pabatu, penulis menemukan adanya
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi berupa selisih antara anggaran biaya produksi dengan
realisasinya dalam jumlah yang cukup besar selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun
2006, tahun 2005 dan tahun 2004. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama
beberapa tahun terakhir ini bersifat material dan terjadi pada perkiraan dari biaya
langsung dan perkiraan biaya tidak langsung. Berikut ini adalah data-data biaya
produksi selama 3 tahun terakhir : Pada tahun 2004 terjadi penyimpangan Biaya
Produksi Kebun Sendiri sebesar Rp 5,443,579,067 (21% dari yang dianggarkan). Pada
tahun 2005 terjadi penyimpangan Biaya Produksi Kebun Sendiri sebesar Rp
5,641,584,316 (17% dari yang dianggarkan). Dan pada tahun 2006 terjadi
penyimpangan Biaya Produksi Kebun Sendiri sebesar Rp 1,403,697,045 (3% dari
yang dianggarkan).
Hal inilah yang menarik perhatian penulis guna mengetahui lebih jauh
mengenai pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan terhadap biaya produksi
minyak kelapa sawit yang dihasilkan perusahaan. Dan sebab itulah yang membuat
Biaya Produksi Minyak Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero) Unit/Kebun Pabatu.”
B. Batasan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya
maka penulis mencoba untuk membuat batasan masalah dalam penulisan skripsi ini
yaitu :
1. Analisis yang penulis lakukan terbatas disalah satu Unit/Kebun di PTPN
IV yaitu di Unit Kebun Pabatu
2. Analisis difokuskan terhadap Biaya Umum yang merupakan Biaya Tidak
langsung dan Biaya Tanaman ditambah dengan Biaya Pabrik yang
merupakan Biaya Langsung serta Biaya Penyusutan pada Biaya Produksi
Kebun Sendiri, sebab penyimpangan ketiga kelompok biaya tersebut
terjadi selama 3 tahun cukup signifikan jumlahnya.
3. Analisis yang penulis lakukan terbatas hanya selama 3 tahun terakhir
berturut-turut yaitu Periode tahun 2004, tahun 2005, dan tahun 2006.
C. Perumusan Masalah
Berkenaan dengan hal yang menjadi latar belakang permasalahan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan biaya produksi
minyak kelapa sawit pada PTPN IV Unit Kebun Pabatu?
2. Tindakan koreksi apakah yang diambil oleh manajemen perusahaan
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi PTPN IV Unit/Kebun Pabatu dalam
perencanaan dan pengawasan biaya produksi.
2. Untuk mengetahui mengenai sikap-sikap yang diambil manajemen perusahaan
berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
B. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian haruslah memiliki manfaat, begitu juga dengan penelitian ini.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis sendiri, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi penulis khususnya dalam hal perencanaan dan pengawasan
Biaya Produksi dari komoditas tanaman kelapa sawit di salah satu perkebunan
milik negara (BUMN).
2. Bagi perusahaan yang diteliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan-
pemikiran yang berguna mengenai hal-hal yang dianggap perlu khususnya
mengenai perencanaan dan pengawasan biaya produksi dari tanaman kelapa
sawit.
3. Bagi ilmu pengetahuan, yakni sebagai referensi bagi yang berminat melakukan
penelitian yang berhubungan dengan perencanaan dan pengawasan biaya
E. Kerangka Konseptual
Untuk menyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan
menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut :
PERENCANAAN BIAYA PRODUKSI
PENGAWASAN BIAYA PRODUKSI
REALISASI BIAYA PRODUKSI ANGGARAN
BIAYA PRODUKSI
PENYIMPANGAN (VARIANCE)
ANALISIS VARIANS
PERBAIKAN MELALUI TINDAKAN KOREKTIF YANG SESUAI OLEH
MANAJEMEN PERUSAHAAN JUDUL
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN BIAYA PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Biaya Produksi
1. Pengertian Biaya Produksi
Biaya Produksi merupakan salah satu elemen yang penting dalam aktivitas
produksi dari suatu perusahaan dalam pembentukan laba usaha. Biaya produksi
menurut Mulyadi (2000:14) : “Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap dijual”.
Menurut Adolf Matz, Milton F Usry dan Lawrence Hammer (1997:24) :
“Biaya pabrikasi atau yang sering disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik
(factory cost) adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu bahan langsung, pekerja
langsung dan overhead pabrik”.
R. A. Supriono (1999:18) menyatakan bahwa, “Biaya produksi adalah
semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi”.
Dari definisi diatas, dapat diambil pengertian bahwa biaya produksi
merupakan semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk
menghasilkan barang jadi. Fungsi produksi itu sendiri merupakan suatu fungsi yang
terdapat di dalam perusahaan yang kegiatannya berhubungan dengan pengolahan
bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Dengan adanya perencanaan
biaya produksi , diharapkan dapat membantu pimpinan dalam memperkirakan jumlah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Harga pokok yang
telah dihitung dapat digunakan untuk menentukan harga jual per unit dengan
2. Klasifikasi (Penggolongan) Biaya
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi yang akan digunakan
untuk berbagai tujuan antara lain penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya
dan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan pengklasifikasian biaya yang harus
disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Oleh karena itu
dalam pengklasifikasian biaya tergantung untuk apa biaya tersebut diklasifikasikan,
karena untuk tujuan berbeda diperlukan cara pengklasifikasian biaya yang berbeda,
75sebab tidak ada satu cara pengklasifikasian biaya yang dapat dipakai untuk semua
tujuan menyajikan informasi barang.
Penggolongan biaya menurut Mulyadi (2000, 14) ada lima yaitu terdiri dari :
a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran.
b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
d. Penggolongan menurut perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan
volume kegiatan.
e. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya.
R.A Supriono (1999,18) membagi penggolongan biaya menjadi enam
golongan, yaitu :
a. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan / aktivitas
perusahaan.
b. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan
dibebankan.
c. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahaannya terhadap
d. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang
dibiayainya.
e. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya.
f. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan.
Karena penggolongan biaya menurut R.A Supriono dianggap penulis lebih
lengkap dibandingkan penggolongan biaya menurut Mulyadi, maka penulis hanya
menjabarkan biaya menurut R.A Supriono sebagai berikut :
Ad. a. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan atau aktivitas
perusahaan, yang terdiri dari :
i. Biaya produksi
Biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau pengolahan bahan baku sampai menjadi produk atau barang jadi. Biaya
produksi digolongkan dalam :
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik.
ii. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan untuk melaksanakan penjualan
dari produk yang telah selesai sampai dengan pengumpulan dari piutang
menjadi kas.
iii. Biaya administrasi dan umum
Yang dimaksudkan dengan biaya administrasi dan umum adalah semua biaya
yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum yang ada di
iv. Biaya keuangan
Yaitu semua biaya yang terjadi dalam rangka untuk melaksanakan fungsi
keuangan dalam perusahaan.
Ad. b. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya tersebut
akan dibebankan, terdiri dari :
i. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)
Pengeluaran modal (Capital Expenditure) adalah pengeluaran yang akan dapat
memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi yang akan datang. Pada
saat terjadinya, pengeluaran ini dikapitalisasi kedalam perolehan aktiva dan
akan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmati
manfaatnya.
ii. Pengeluaran Penghasilan (Revenues Expenditure)
Pengeluaran penghasilan (Revenues Expenditure) adalah pengeluaran yang
akan hanya memberikan manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran
tersebut terjadi. Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran langsung
diperhitungkan menjadi biaya atau tidak dikapitalisasi agar menjadi aktiva.
Ad. c. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahaannya terhadap aktivitas
atau kegiatan atau volume, yang terdiri dari :
i. Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut :
Biaya yang jumlah totalnya tetap, konstan atau tidak dipengaruhi oleh
Pada biaya tetap, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan, jadi biaya satuan konstan.
ii. Biaya variabel (Variable Cost)
Biaya variabel ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total
biaya variabel dan sebaliknya.
Pada biaya variabel, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik
dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin
rendah biaya satuan begitu pula sebaliknya.
iii. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi
volume kegiatan semakin besar jumlah total biaya, semakin rendah volume
kegiatan semakin rendah biaya total, tetapi perubahan yang terjadi tidak
sebanding.
Biaya satuan akan berbanding terbalik dihubungkan dengan perubahan volume
kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkat kegiatan
tertentu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan
demikian pula sebaliknya.
Ad. d. Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai, yang
dapat digolongkan menjadi :
Biaya langsung (Direct Cost) merupakan biaya yang terjadi atau manfaatnya
dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu. Konsep biaya
langsung lebih luas dari pengertian bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
Sebagai contoh, jika Reebok membebankan biaya ke berbagai kantor
penjualan regional dan nasional, gaji manajer penjualan di kantor Tokyo
menjadi biaya langsung kantor tersebut.
ii. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung (Indirect Cost) ini merupakan biaya yang terjadinya atau
manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya yang
dibiayai, atau biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya
yang bersangkutan. Sebagai contoh, pabrik Campbel soup memproduksi
sejumlah jenis soup kalengan. Gaji manajer pabrik menjadi biaya tidak
langsung dari setiap jenis soup kalengan yang dibuat seperti chicken noodle
sou. Alasannya adalah bahwa gaji manajer pabrik tidak disebabkan oleh salah
satu jenis produk soup tetapi terjadi sebagai konsekuensi semua kegiatan di
pabrik
Ad. e. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya, yang terdiri dari :
i. Biaya terkendali (Controllable Cost)
Biaya terkendali merupakan biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi
oleh seorang pemimpin tertentu dalam jangka waktu tertentu.
ii. Biaya yang tidak terkendali (Uncontrollable Cost)
Biaya yang tidak terkendali merupakan biaya yang dapat dipengaruhi oleh
seorang pemimpin atau pejabat tertentu berdasarkan wewenang yang dimiliki
Selain biaya-biaya yang terdapat diatas terdapat biaya-biaya yang digunakan
untuk akuntansi pengendalian biaya. Biaya itu berupa biaya taksiran dan biaya
standar. Biaya taksiran (estimated cost) merupakan salah satu bentuk biaya yang
ditentukan dimuka sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan.
Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan
suatu penentuan biaya di muka dalam menghitung harga pokok produk yang
diproduksikan. Sedangkan biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan
produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi,
efisiensi, dan faktor-faktor lain. Meskipun kedua biaya ini merupakan biaya yang
ditentukan di muka, terdapat perbedaan dalam metode penentuan, pengumpulan,
penafsiran dan penggunaan biaya tersebut.
Ad. f. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan, yang terdiri
dari :
i. Biaya Relevan (Relevant Cost)
Biaya relevan adalah biaya yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan,
oleh karena itu biaya relevan ini harus dapat diperhitungkan didalam
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat berupa mengambil
alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia.
ii. Biaya Tidak Relevan (Unrelevant Cost)
Biaya tidak relevan ini adalah biaya yang tidak diperhitungkan pada saat
pengambilan keputusan sehingga tidak perlu diperhitungkan atau diperhatikan
3. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Biaya produksi terdiri dari tiga unsur, yaitu :
1. Bahan langsung (Direct Material).
Adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan
dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan
utama dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan langsung adalah
kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut menjadi bahan
jadi. Contohnya dapat berupa paku untuk membuat paralatan mebel tak pelak
lagi merupakan bagian dari barang jadi, namun agar penghitungan biaya mebel
tersebut dapat dilakukan secara cepat, bahan ini dapat diklasifikasikan sebagai
bahan langsung.
2. Tenaga kerja langsung (Direct Labour).
Adalah biaya tenaga yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi biaya
yang dikeluarkan untuk karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan
langsung menjadi bahan jadi. Tenaga kerja langsung disebut juga “touch
labour” karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas produk
pada saat produksi. Biaya ini meliputi gaji para karyawan yang dapat
dibebankan kepada produk tertentu misalnya adalah tenaga kerja bagian
perakitan seperti halnya biaya untuk tukang kayu, tukang batu dan operator
mesin.
3. Biaya overhead pabrik (Factory Overhead) atau yang disebut juga overhead
pabrikasi dapat didefinisikan sebagai biaya dari bahan tidak langsung, pekerja
tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan
langsung ke produk tertentu. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa
pekerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung,
tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan biaya produksi,
listrik dan penerangan, pajak property, penyusutan, asuransi fasilitas-fasilitas
produksi. Didalam perusahaan juga terdapat biaya listrik dan penerangan,
pajak property, penyusutan, asuransi, dan sebagainya berkaitan dengan fungsi
administrasi dan penjualan. Hanya biaya-biaya yang berkaitan dengan operasi
perusahaanyang termasuk kategori biaya overhead produksi.
Menurut Mulyadi (2000:15) biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi
(conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan
baku menjadi produk jadi.
B. Perencanaan dan Pengawasan Biaya Produksi
1. Perencanaan Biaya Produksi
Biaya produksi memerlukan perencanaan yang hati-hati agar perusahaan dapat
mencapai tingkat efisiensi biaya produksi yang sesuai dengan yang diharapkan
perusahaan. Di dalam perencanaan biaya produksi tidak semata dititikberatkan pada
penurunan biaya produksi, karena ada kalanya diperlukan biaya produksi yang besar
pula. Hal ini dapat terjadi bila pengeluaran biaya produksi yang lebih besar tersebut
dapat meningkatkan mutu dari barang yang dihasilkan sehingga sehingga penjualan
dapat ditingkatkan.
Terkadang perusahaan menekan biaya produksi tanpa memperdulikan
akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti penekanan biaya pemeliharaan mesin, bangunan
panjang biaya-biaya itu justru semakin besar. Jadi perencanaan biaya produksi harus
dititikberatkan pada perbandingan biaya produksi dan hasil produksi yang diinginkan.
Dengan adanya perencanaan biaya produksi, diharapkan dapat membantu
pimpinan untuk memperkirakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead. Harga pokok yang telah dihitung dapat digunakan untuk menentukan
harga jual per unit dengan memperhatikan kondisi pasar dan kompetisi dari
perusahaan lain. Informasi anggaran biaya juga sangat berguna untuk membantu
pengambilan keputusan yang berkenaan dengan peningkatan produksi dan penjualan,
melakukan pilihan antara lain membeli atau membuat sendiri ataupun dengan
menyewa.
Tujuan yang hendak dicapai dalam perencanaan biaya produksi adalah :
1. Menghasilkan produk dengan biaya yang seminimal mungkin tanpa mengurangi
kualitas dari produk yang dihasilkan.
2. Untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu yang akan dicapai perusahaan.
3. Untuk melaksanakan proses produksi perusahaan pada tingkat efisiensi dan
efektivitas tertentu.
Melalui perencanaan biaya produksi perusahaan memperoleh manfaat sebagai
berikut :
1. Perencanaan menimbulkan aktivitas yang teratur.
2. Perencanaan membantu memvisualisasikan kemungkinan-kemungkinan pada
masa yang akan datang.
3. Perencanaan memberikan dasar untuk pengawasan.
4. Perencanaan memotivasi prestasi kerja.
Perencanaan biaya produksi terdiri dari :
b. Perencanaan biaya tenaga kerja langsung
c. Perencanaan biaya overhead pabrik
Ad.a. Perencanaan biaya bahan baku
Perencanaan bahan baku merupakan perencanaan terhadap jumlah, mutu dan
harga bahan baku yang akan digunakan dalam produksi. Bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi dikelompokkan menjadi bahan baku langsung dan bahan baku
tidak langsung. Perencanaan bahan baku hanya menyangkut bahan baku langsung
saja, sedangkan bahan baku tidak langsung dimasukkan dalam perencanaan biaya
overhead pabrik.
Menurut Gunawan Adisaputro (2003:214) perencanaan bahan baku
mempunyai tujuan antara lain :
a. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku.
b. Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan .
c. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan
untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
d. Sebagai dasar penyusunan, yakni memperkirakan komponen harga pokok
pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi. e. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
Ad.b. Perencanaan biaya tenaga kerja langsung.
Perencanaan biaya tenaga kerja langsung merupakan perencanaan terhadap
jumlah dan mutu tenaga kerja langsung serta upah tenaga kerja langsung yang akan
digunakan dalam proses produksi. Sebelum menyusun perencanaan biaya tenaga kerja
langsung perlu ditentukan terlebih dahulu dasar satuan utama yang digunakan untuk
menghitungnya. Pada umumnya satuan hitung yang digunakan adalah dasar jam kerja
Dalam persiapan penyusunan perencanaan upah tenaga kerja langsung terlebih dahulu
dibuat manning table.
Menurut Gunawan Adisaputro (2003:260) manning table merupakan daftar
kebutuhan yang menjelaskan :
1. Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.
2. Jumlah masing-masing jenis tenaga kerja tersebut pada berbagai tingkat kegiatan.
3. Bagian-bagian yang membutuhkannya.
Ad.c. Perencanaan Biaya Overhead Pabrik.
Berbeda dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, overhead
pada umumnya merupakan sebagian kecil dari seluruh biaya produksi. Overhead ini
juga harus direncanakan dengan seksama mengingat sifat overhead ini ada yang
bersifat tetap, variabel, atau semi variabel.
Untuk biaya semi variabel sebaiknya dimasukkan kepada overhead tetap atau
variabel supaya membantu pengawasan biaya. Overhead memiliki dua ciri khas yang
harus dipertimbangkan dalam pembebanannya pada hasil produksi yang wajar, yaitu
produk itu sendiri dan jumlah yang diproduksi. Overhead ini banyak jenisnya
sehingga menimbulkan kesulitan bagi manajemen sebagai pengambil keputusan.
Untuk menghindari pembebanan biaya yang berlebihan atau kekurangan diperlukan
perencanaan yang tepat. Perencanaan overhead ini dilakukan dengan menggolongkan
overhead tetap dan variabel yang berguna untuk pengawasan biaya.
2. Pengawasan Biaya Produksi
Pengawasan merupakan usaha sistematis yang dilakukan oleh pimpinan
perusahaan untuk membandingkan hasil-hasil yang dicapai dengan rencana yang telah
berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana
yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga
dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dihindari kejadiannya
di kemudian hari.
Tujuan utama pengawasan adalah mengawasi dan memastikan bahwa apa
yang telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan dan kemudian menjadi
kenyataan. Kegiatan tidak hanya terbatas pada penilaian setelah kegiatan usaha selesai
seluruhnya, tetapi juga selama kegiatan usaha tersebut berjalan. Dengan kata lain
tahap ini meliputi operating dan measurement serta reporting dan analysis.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pengawasan biaya produksi adalah :
1. Untuk memperoleh hasil produksi dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki
dari sejumlah bahan tertentu, tenaga kerja, usaha atau fasilitas-fasilitas.
2. Untuk memperoleh hasil produksi dengan biaya yang seefisien mungkin sesuai
dengan rencana yang telah direncanakan.
3. Untuk mengetahui adanya penyimpangan biaya dari yang telah direncanakan
sehingga dapat diambil tindakan yang diperlukan terhadap penyimpangan tersebut
sedini mungkin.
Melalui pengawasan biaya produksi, perusahaan memperoleh manfaat sebagai
berikut :
1. Menentukan penilaian apakah perencanaan telah dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
2. Menentukan bagian yang bertanggungjawab dan mengukur penyimpangan yang
terjadi.
4. Dapat segera mengambil tindakan koreksi
Pengawasan biaya produksi secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu :
a) Pengawasan bahan baku
b) Pengawasan biaya upah langsung
c) Pengawasan overhead pabrik
Ad.a). Pengawasan Biaya Bahan Baku
Pengawasan biaya bahan baku mencakup kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan bahan baku dari pemasok yang tepat dalam kuantitas, harga, kualitas
dan waktu yang tepat. Bahan baku yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya
dan dipertanggungjawabkan secara penuh serta dipergunakan sesuai anggaran.
Ad.b). Pengawasan Biaya Upah Langsung
Pengawasan terhadap upah langsung dilakukan dengan cara membandingkan
anggaran dengan realisasi biaya upah langsung, sehingga dapat diketahui apakah
terdapat perbedaan antara anggaran dengan realisasi. Apabila perbedaan tersebut
material, kegiatan selanjutnya adalah mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan untuk
keperluan perbaikan selanjutnya.
Salah satu cara untuk menganalisis perbedaan antara anggaran upah langsung
dengan biaya yang sesungguhnya adalah dengan melakukan analisis selisih biaya
tenaga kerja (Labour Variance). Selisih biaya ini dapat dapat disebabkan oleh
ketidakefisienan kerja ataupun disebabkan oleh perubahan kebijaksanaan akan tarif
Pengawasan terhadap upah langsung memerlukan suatu standar. Umumnya
standar yang digunakan adalah jumlah output per jam kerja buruh atau jumlah menit
per unit yang ditetapkan terlebih dahulu sebagai standar. Pengawasan berkisar pada
pengukuran prestasi pelaksanaan yang sebenarnya danmengadakan tindak lanjut
tehadap alasan terjadinya penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan. Beberapa
hal lain yang dapat dilaksanakan dalam rangka peningkatan prestasi karyawan,
misalnya dengan memberikan imbalan (bonus) pada karyawan yang berprestasi dan
pemberian sanksi (hukuman) kepada karyawan yang tidak disiplin.
Ad.c). Pengawasan Overhead Pabrik
Overhead pabrik umumnya terdiri dari banyak unsur, seperti biaya pen yusutan,
upah tidak langsung, biaya perbaikan dan pemeliharaan mesin dan biaya lainnya. Hal
tersebut merupakan salah satu yang membedakan overhead pabrik dengan biaya
bahan baku dan upah langsung.
Pengawasan overhead pabrik dapat dilakukan dengan cara :
1) Departementalisasi Overhead Pabrik
Untuk pengawasan yang akurat, salah satu persyaratan yang penting adalah
pengklasifikasian perkiraan secara wajar. Pengklasifikasian utama yang dilakukan
adalah menurut tanggungjawab masing-masing individu, yaitu dengan menetapkan
prinsip responsibility accounting. Tiap-tiap departemen bertanggungjawab sendiri atas
biaya yang terjadi pada departemennya masing-masing. Departemen yang
bertanggungjawab atas overhead pabrik adalah departemen produksi dan departemen
jasa. Departemen produksi adalah departemen yang berhubungan dengan proses
produksi, sedangkan departemen jasa hanya berfungsi memberikan pelayanan atau
2) Pemisahan Overhead Pabrik
Langkah lain yang penting dalam pengawasan overhead pabrik adalah
pemisahan overhead pabrik menjadi dua, yaitu overhead variabel dan biaya overhead
tetap. Kegagalan dalam membedakan kedua jenis biaya ini dapat mengakibatkan
kegagalan dalam pengawasan overhead pabrik. Hal ini disebabkan karena akan sangat
sulit mendapatkan kepastian apakah kenaikan overhead diakibatkan oleh overhead
tetap perunit yang lebih tinggi karena volume pekerjaan yang terlalu rendah, atau
diakibatkan oleh adanya kegagalan untuk mengawasi biaya variabel dalam batas-batas
yang semestinya.
3. Teknik Pengawasan Biaya Produksi
Dalam melaksanakan pengawasan Biaya Produksi, dapat digunakan teknik
sebagai berikut :
a. Pengawasan Dengan Menggunakan Anggaran
Jika anggaran dipakai sebagai alat pengawasan biaya produksi, maka pada
awal periode ditentukan anggaran biaya untuk setiap biaya yang didistribusikan bagi
setiap bagian dari departemen yang merupakan kegiatan fungsional.
Pengawasan membutuhkan suatu alat pengukur untuk keseluruhan organisasi,
dalam hal ini anggaran mempunyai peranan sebagai alat pengukur atas pelaksanaan
yang sesungguhnya. Informasi yang diberikan melalui anggaran ditunjukkan kepada
pimpinan dalam bentuk laporan yang disusun sedemikian rupa sehingga akan jelas
terlihat apabila terdapat hal-hal yang memerlukan perbaikan dengan segera.
Penyimpangan yang bersifat merugikan serta dapat dikendalikan harus segera
ditingkatkan atau setidaknya dapat dipertahankan sehingga dapat dijadikan dasar
untuk perencanaan dan pengawasan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Analisa yang dilakukan terhadap penyimpangan perlu dilakukan, Karena tidak
ada gunanya mengetahui adanya suatu keadaan yang kurang baik tanpa melakukan
tindakan perbaikan terhadap tersebut. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa
hal-hal yang telah sesuai dengan anggaran dapat diabaikan oleh pimpinan, tetapi harus
waspada terhadap adanya kemungkinan kesesuaian yang disengaja untuk menutupi
kesalahan atau kekurangan yang sebenarnya ada. Dengan demikian jelaslah bahwa
anggaran perusahaan merupakan alat yang penting bagi pimpinan untuk melakukan
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Anggaran merupakan suatu rencana untuk masa yang akan datang, sedangkan
keadaan dimasa yang akan datang diliputi oleh sesuatu yang tidak pasti, selalu terjadi
perubahan baik yang disebabkan oleh faktor intern maupun faktor ekstern perusahaan.
Agar anggaran sebagai alat pengawasan dapat berhasil guna, maka sebaiknya
dilakukan perbandingan antara realisasi dengan anggaran secara teratur dan
terus-menerus yang dicatat dalam laporan relisasi anggaran.
Jelaslah anggaran mempunyai peranan yang penting dalam fungsi pengawasan
biaya produksi, yaitu sebagai alat pengukur bagi pelaksanaan dari rencana yang telah
disusun agar dapat dicegah adanya pemborosan beban.
b. Pengawasan Dengan Menggunakan Standar
Tujuan pemakaian standar disini adalah untuk lebih meningkatkan efisiensi
kegiatan dengan cara mengaitkan antara prestasi dari kegiatan dengan biaya yang
terjadi. Untuk mengetahui apakah ada penyimpangan khususnya penyimpangan biaya
produksi dalam biaya standar ini adalah membandingkan biaya standar dengan biaya
aktual.
Biaya Standar mencerminkan biaya yang seharusnya terjadi yang ditentukan
untuk setiap elemen biaya pada setiap departemen. Biaya standar ini merupakan target
yang dituju dan juga merupakan patokan yang dapat dipakai untuk mengukur dan
menilai biaya sesungguhnya.
C. Pengertian, Fungsi, dan Jenis Anggaran Biaya Produksi
1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan
program-program yang telah disahkan. Anggaran merupakan alat manajemen dalam
mencapai tujuan, jadi anggaran bukan tujuan dan tidak dapat menggantikan
manajemen. Anggaran merupakan rencana kuantitatif terhadap operasi organisasi.
Anggaran mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan organisasi selama periode anggaran.
Dalam penyusunan anggaran perlu dipertimbangkan beberapa faktor berikut
ini :
1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan,
2. Data-data waktu yang lalu,
3. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing,
4. Penilaian untuk pengembangan perusahaan.
2. Fungsi Anggaran
Sesuai dengan fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan, fungsi anggaran juga demikian. Hal ini disebabkan
a. Fungsi Anggaran
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang teliti
dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.
Misalnya, laba tahun 1996 direncanakan setinggi-tingginya. Rencana yang
dirumuskan dengan kata “setinggi-tingginya” tidak jelas maksudnya, karena laba yang
setinggi-tingginya bagi perusahaan yang satu tidak sama dengan perusahaan yang
lain. Dalam anggaran, rencana laba setinggi-tingginya dirumuskan teliti dan nyata,
yaitu dinyatakan secara kuantitatif. Misalnya laba tahun 1996 yang harus dicapai
perusahaan kecap sehat direncanakan setinggi-tingginya Rp. 2.835.872.
b. Fungsi Pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Jadi
anggaran penting untuk menyelaraskan setiap bagian kegiatan.
c. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan, pengawasan berarti mengevaluasi
terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:
1. Membandingkan realitas dengan rencana (anggaran),
2. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu misalnya jika terdapat
penyimpangan yang merugikan.
3. Jenis-jenis Anggaran
Anggaran dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian, bila dilihat dari sudut
pandang berikut:
a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval kapasitas
tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat
disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas yang berbeda, misalnya : Anggaran
penjualan disusun berkisar antara 1000 unit sampai 2000 unit. Anggaran
variabel disebut juga dengan anggaran fleksibel.
b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat
kapasitas tertentu. Misalnya penjualan direncanakan 1500 unit, dengan
demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1500 unit.
Anggaran tetap disebut juga anggaran statis.
2. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran-anggaran operasional dan
anggaran keuangan.
a. Anggaran operasional, adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan
rugi/laba. Anggaran operasional antara lain terdiri dari :
1) Anggaran penjualan
2) Anggaran biaya pabrik, terdiri dari :
- Anggaran biaya bahan baku
- Anggaran biaya tenaga kerja langsung
- Anggaran biaya overhead pabrik. 3) Anggaran beban usaha
4) Anggaran laporan rugi/laba
b. Anggaran keuangan, adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca dan
anggaran keuangan, antara lain terdiri dari :
1) Anggaran kas
2) Anggaran piutang
4) Anggaran utang
5) Anggaran modal
Untuk keanggaran perusahaan satu tahun, kita mengacu pada anggaran induk.
Anggaran induk adalah rencana keuangan komprehensif yang dibuat dari
anggaran-anggaran kegiatan dan depertemen-departemen.
Sebuah anggaran induk dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Anggaran Kegiatan Operasional (Operasional Budget), yang terdiri dari :
a. Anggaran penjualan.
b. Anggaran produksi.
c. Anggaran biaya produksi.
d. Anggaran perhitungan laba rugi.
2. Anggaran Keuangan (Financial Budget), yang terdiri dari :
a. Anggaran kas.
b. Anggaran neraca.
c. Anggaran modal.
Anggaran kegiatan operasi adalah anggaran kegiatan-kegiatan sebuah
perusahaan yang menghasilkan pendapatan. Tujuan utama kegiatan operasi adalah
menjadi sebuah pro forma atau laba-rugi.
Anggaran keuangan berkaitan dengan arus kas masuk dan arus kas keluar
beserta dengan posisi keuangan. Anggaran induk dibuat untuk periode satu tahun,
sesuai dengan tahun fiskal perusahaan. Anggaran tahunan ini dipecah menjadi
anggaran kuartalan atau anggaran bulanan. Penggunaan periode-periode yang pendek
memungkinkan para manajer membandingkan data aktual dengan data anggaran
Jenis-jenis Anggaran Induk, yaitu :
1. Anggaran Induk Konvensional, dalam banyak segi anggaran ini didasarkan
pada anggaran induk yang mendahuluinya.
2. Zero-Based Budget (ZBB), sistem ini dimulai dengan menyusun suatu daftar
mengenai seluruh aktivitas atau program yang disebut paket-paket keputusan
dari suatu pusat pertangguangjawaban.
3. Perencanaan Program dari Sistem Anggaran (PPSA), mengalokasikan
sumber-sumber kas organisasi yang jumlahnya terbatas untuk setiap aktivitas dan
program yang paling memungkinkan untuk memenuhi tujuan dan maksud
organisasi.
D. Prosedur Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
1. Penentuan, Manfaat dan Masalah Potensial Biaya Standar
Dalam penyusunan anggaran sebaiknya ditentukan terlebih dahulu
standard-standard yang digunakan baik untuk standard-standard biaya maupun standard-standard untuk hal lain
yang mungkin berguna. Khusus untuk biaya, biaya standar dan biaya taksiran
digunakan untuk menjadi tolak ukur pengawasan biaya. Informasi mengenai selisih
antara biaya standar dan biaya sesungguhnya ini disajikan kepada manajemen untuk
dijadikan dasar penentuan sebab-sebab terjadinya selisih. Informasi mengenai
penyebab terjadinya selisih ini dapat dipakai untuk menilai prestasi kerja yang
bertanggung jawab atas terjadinya selisih tersebut.
Biaya standar dihitung berdasarkan standar fisik yaitu standar dasar dan
standar yang berlaku pada saat ini (current). Standar dasar adalah tolak ukur yang
digunakan untuk membandingkan baik yang diharapkan maupun yang sesungguhnya
Penentuan biaya standar yang dilakukan manajemen perusahaan terhadap
anggaran biaya produksi dapat dikategorikan :
1. Standar Biaya Material
Standar yang didapat dari standar biaya material ini berupa standar harga
material dan kuantitas. Standar harga memungkinkan manajemen untuk mengecek
pelaksanaan dan pengaruh dari faktor-faktor internal maupun eksternal. Selain itu
pengaruh turun naiknya harga terhadap keuntungan perusahaan. Jika harga yang
dibayar lebih atau kurang dari harga standar, maka terjadi penyimpangan harga (price
variance). Standar kuantitas dan penyimpangannya umumnya disusun dari
perincian-perincian material yang dibuat oleh departemen teknik atau bagian yang merancang
barang produksi. Standar kuantitas dapat dihitung dengan mengalikan jumlah bahan
baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit barang standar dengan jumlah
yang sesungguhnya dengan angka standarnya, dimana keduanya dihitung dengan
penentuan dari harga standar yang sama.
2. Standar Upah Buruh atau Tenaga Kerja Langsung
Standar upah buruh langsung ini terdiri dari standar tarif (upah atau biaya) dan
standar efisiensi (waktu dan pemakaian). Tarif upah dapat ditentukan atas dasar
perjanjian dengan organisasi karyawan, data upah masa lalu yang dapat digunakan
sebagai dasar tarif standar. Sedangkan jam tenaga kerja standar dapat ditentukan
dengan cara menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam satu pekerjaan
pada periode yang lalu, membuat test run atau percobaan operasi produksi dibawah
keadaan normal yang diharapkan, mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari
berbagai kerja bawahan dibawah keadaan nyata yang diharapkan, mengadakan
taksiran yang wajar didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi
3. Standar Biaya Overhead Pabrik
Penentuan standar biaya overhead pabrik adalah menggunakan anggaran
fleksibel yang memisahkan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Standar biaya
overhead pabrik dapat ditetapkan untuk setiap unsur biaya yang dianggarkan, baik
dalam jumlah total per unsur atau per unit, misalnya biaya energi per jam kerja atau
per luas ruangan yang dipakai.
Sedangkan biaya taksiran dapat ditentukan atas dasar data masa lalu, dari
perhitungan yang dibuat oleh perusahaan, dari rumus kimia atau matematis, atau
secara sederhana dengan taksiran. Biaya taksiran ditentukan untuk setiap jenis produk
yang diproduksi, pada awal masa produksi atau pada awal tahun anggaran.
Sistem Biaya Standar mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Penggunaan biaya standar dapat mengarahkan manajemen pada
penyimpangan-penyimpangan yang memerlukan perhatian (management by exception).
Pendekatan ini membantu manajer memusatkan pada isu yang penting.
2. Sejauh standar tersebut dipandang masuk akal bagi karyawan, mereka dapat
mempromosikan ekonomi dan efisiensi. Mereka menyediakan benchmark yang
dapat digunakan oleh individu untuk mengukur kinerja mereka.
3. Biaya standar dapat menyederhanakan pembukuan. Selain pencatatan biaya ke
tiap-tiap pekerjaan, biaya standar untuk bahan, tenaga kerja dan overhead pabrik
dapat dibebeankan ke pekerjaan.
4. Biaya standar cocok dalam sistem terintegrasi “akuntansi pertanggungjawaban”.
Standar tersebut menetapkan berapa biaya yang seharusnya, siapa yang
bertanggung jawab terhadapnya dan apakah biaya sesungguhnya terkendali.
Penggunaan biaya standar dapat menimbulkan sejumlah masalah potensial,
a. Laporan selisih biaya standar biasanya disiapkan secara bulanan dan seringnya
dikeluarkan beberapa hari atau minggu setelah akhir bulan. Sebagai
konsekuensinya informasi dalam laporan tersebut begitu membosankan sehingga
hampir membuat tidak berguna lagi.
b. Apabila manajer tidak begitu peka dan menggunakan laporan selisih sebagai suatu
kelompok, maka semangatnya akan berkurang. Jika selisih digunakan sebagai
suatu kelompok para bawahan mungkin berusaha untuk menutupi selisih yang
tidak menguntungkan atau mungkin mengambil tindakan yang berlawanan dengan
tujuan perusahaan sehingga selisih tersebur seakan-akan menguntungkan bagi
perusahaan.
c. Dalam beberapa kasus, selisih “menguntungkan” dapat buruk atau lebih buruk
dibandingkan dengan selisih “tidak menguntungkan”.
d. Mungkin terdapat kecenderungan dalam sistem pelaporan biaya standar untuk
menekankan pemenuhan standar dengan mengesampingkan tujuan penting lainnya
seperti memelihara dan meningkatkan kualitas, pengiriman tepat waktu dan
kepuasan konsumen.
e. Memenuhi standar mungkin saja tidak cukup, perbaikan berkelanjutan mungkin
diperlukan agar tetap bertahan dalam lingkungan perbaikan sekarang.
2. Prosedur Penyusunan Anggaran
Pada dasarnya yang berwenang dan yang bertanggung jawab atas penyusunan
dan pelaksanaan anggaran adalah pemimpin tertinggi (manajemen puncak)
perusahaan. Hal ini disebabkan manajemen yang paling berwenang dan bertanggung
Pada umumnya dalam suatu perusahaan yang sudah cukup besar terdapat 3
pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran yang terdiri dari : Komite
anggaran, departemen anggaran, dan para manajer pusat pertanggungjawaban.
Penyusunan rancangan anggaran dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh
komite anggaran dan departemen anggaran. Komite anggaran adalah satu unit
organisasi yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai
pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran
induk.
Komite Anggaran mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menetapkan kebijakan umum.
2. Meminta, menerima, dan meninjau estimasi anggaran dari masing-masing bagian
dalam organisasi.
3. Mengusulkan perbaikan-perbaikan atas estimasi anggaran tersebut.
4. Menyusun anggaran serta perbaikan-perbaikannya.
5. Menerima dan menganalisa berbagai laporan keuangan.
6. Memberikan rekomendasi bagi tindakan yang direncanakan guna meningkatkan
efisiensi bila diperlukan.
Kedudukan komite anggaran dalam perusahaan tergantung kepada direktur
organisasi perusahaan tersebut. Komite anggaran biasanya terdiri dari manajer pabrik,
manajer produksi, manajer bagian umum dan administrasi, dan internal auditor atau
controller. Kadang-kadang terdiri dari direktur utama, direktur keuangan, terlepas dari
siapa anggotanya, komisi ini melakukan penilaian, mengesahkan dan merevisi
anggaran.
Biasanya beberapa bulan sebelum waktu pengesahan rancangan anggaran
bagian di lingkungan perusahaan yang isinya meminta mereka untuk mempersiapkan
rancangan anggaran masing-masing bagian untuk tahun yang akan datang.
Departemen anggaran mempunyai tugas untuk :
1. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran setiap
pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan.
2. Mengkoordinasikan dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar
penyusunan anggaran.
3. Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun rancangan
anggaran pusat pertanggungjawaban.
4. Mengolah rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban menjadi rancangan
induk.
5. Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada komite
anggaran.
6. Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat laporan
ringkas mengenai hasil analisisnya kepada direksi.
Anggaran yang disusun oleh bagian produksi atau oleh komite anggaran
barulah merupakan rancangan anggaran (draft budget) yang kemudian akan disahkan
oleh manajemen puncak menjadi anggaran yang sebenarnya.
Dalam menyusun anggaran biaya perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut :
1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan,
2. Data-data waktu lalu,
3. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi,
4. Pengetahuan tentang teknik, strategi pesaing dan gerak-gerik pesaing.
5. Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah,
Dalam menyusun anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana
anggaran dengan cara mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak
menggambarkan kedinamisan, sedangkan anggaran yang dibuat terlalu tinggi
hanyalah angan-angan,
2. Untuk memotivasi manajer pelaksana, diperlukan partisipasi top manajer.
Penyusunan anggaran dapat dilakukan secara top down, yaitu anggaran yang
disusun oleh manajemen puncak untuk manajemen dibawahnya. Langkah-langkah
yang diambil dalam penyusunan anggaran secara top down, yaitu sebagai berikut :
a. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan anggaran (termasuk
tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta membentuk komite
anggaran jika belum memiliki komite,
b. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana laba) dimulai
dengan membuat anggaran penjualan,
c. Bagian / departemen keuangan menyusun anggaran keuangan perusahaan,
d. Negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan atasan,
e. Koordinasi dan perubahan kembali terhadap rancangan anggaran yang diajukan
masing-masing departemen oleh komite anggaran,
f. Persetujuan akhir dari manajemen puncak.
3. Prosedur Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
Penyusunan anggaran biaya produksi dimulai dengan anggaran penjualan. Hal
ini menjadi dasar perencanaan berkala dalam perusahaan, karena praktis semua
angggaran selanjutnya adalah anggaran produksi, karena rencana penjualan yang telah
disusun harus direalisasikan dengan memproduksi barang-barang yang telah
dianggarkan. Langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi
bertitik tolak dari anggaran produksi dan anggaran penjualan.
Dalam bukunyan Glen A. Welsch (2000: 180) menggambarkan hubungan
anggaran penjualan, anggaran produksi dan anggaran biaya produksi sebagai berikut :
Gambar 1 : Perencanaan Organisasi Manufaktur
Sumber : Welsch, Glen A, Ronald W, Hilton dan Paul N Gordon, Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba, diterjemahkan oleh Purwatiningsih,
Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2000, hal. 180.
1. Anggaran Produksi
Aktivitas selanjutnya setelah anggaran penjualan disusun adalah penyusunan
anggaran produksi. Total unit yang harus diproduksi tergantung pada penjualan yang
direncanakan dan tingkat perubahan persediaan yang diharapkan. Jadi anggaran
produksi adalah rencana terperinci yang menunjukkan jumlah unit yang harus
diproduksi selama satu periode dengan memperhatikan besarnya penjualan dan
keperluan persediaan barang jadi. Jumlah unit yang akan diproduksi dalam satu
periode anggaran dihitung dengan cara:
Penjualan menurut anggaran xxx
Rencana Penjualan
Perubahan Persediaan Produk Jadi
Rencana Produksi
Anggaran Bahan Langsung
Anggaran Tenaga
--- (+)
Jumlah xxx
Persediaan awal (xxx)
--- (-)
Unit yang akan diproduksi xxx
Adapun tujuan penyusunan anggaran produksi adalah :
a. Menunjang kegiatan penjualan agar produk dapat disediakan sesuai dengan
yang direncanakan.
b. Menjaga tingkat persediaan yang memadai.
c. Sebagai informasi untuk menyusun anggaran lainnya.
d. Mengatur jadwal produksi.
e. Menetapkan jumlah aturan fisik yang akan diproduksi dalam waktu atau
periode tertentu.
f. Menentukan waktu berproduksi.
g. Menentukan penggunaan fasilitas lainnya.
h. Menentukan penggunaan bahan baku, tenaga kerja, service, dan peralatan.
Berikut akan disajikan contoh anggaran produksi :
Tabel 1
Ditambahkan dengan persediaan akhir Total unit yang diperlukan
2. Anggaran Biaya Produksi
Setelah menyusun anggaran produksi, langkah selanjutnya ialah menentukan
berapa besarnya biaya yang dikeluarkan, dan jenis apa saja yang diperlukan terhadap
jumlah produksi yang akan dihasilkan. Anggaran ini dinamakan anggaran biaya
produksi, yang terdiri dari :
1. Anggaran biaya bahan baku.
2. Anggaran biaya upah langsung
3. Anggaran biaya tidak langsung
Ad. 1. Anggaran Biaya Bahan Baku.
Anggaran biaya bahan baku merupakan rencana tentang biaya bahan baku
langsung yang diperlukan untuk menghasilkan barang jadi sesuai dengan anggaran
produksi. Adapun tujuan penyusunan anggaran biaya bahan baku adalah sebagai
berikut :
1. Menaksir jumlah bahan baku yang diperlukan
2. Menaksir besarnya kuantitas pemakaian bahan baku dalam proses produksi.
3. Menaksir besarnya dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian
bahan baku.
4. Sebagai pedoman menghitung biaya per unit atau harga pokok produksi
barang yang akan diproduksi.
5. Sebagai dasar pengawasan bahan baku.
Anggaran biaya bahan baku ini terdiri dari tiga buah anggaran, yang disusun
secara berurutan, yaitu :
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan kuantitas bahan baku yang
dibutuhkan untuk keperluan kegiatan produksi pada periode mendatang. Dalam
anggaran ini dicantumkan :
a. Jenis barang yang dihasilkan.
b. Jenis bahan baku yang digunakan.
c. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi.
d. Standart pemakaian bahan baku.
e. Waktu pemakaian bahan baku.
Berikut ini disajikan contoh anggaran kebutuhan bahan baku :
Tabel 2 PT. CHARISMA
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
BAHAN X Y Z
PRODUK A
Unit yang diproduksi
Standar bahan untuk 1 unit produksi Unit bahan yang dibutuhkan
PRODUK B
Unit yang diproduksi
Standar bahan untuk 1 unit produksi Unit bahan yang dibutuhkan
Total unit bahan yang dibutuhkan
9500
Sumber : Munandar, M, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, hal 125.
B). Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan kuantitas bahan baku yang harus
dibeli pada periode mendatang. Bahan baku yang harus dibeli diperhitungkan dengan
mempertimbangkan faktor persediaan dan kebutuhan bahan baku. Dalam anggaran ini
dicantumkan :