• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Analisa Site

4.1.1. Analisa Aksebilitas

Analisa aksebilitas jalur kendaraan pada lokasi site memberi kepastian dalam merencanakan entrance site. Perletakkan site yang sisi depannya berbatasan langsung dengan jalan yang satu arah akan memudahkan meletakkan aksebilitas entrance menuju site, yang pada selanjutnya di analisa lebih lanjut untuk menentukan perencanaan yang tepat.

Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa area perencanaan perancangan hanya mempergunakan beberapa bagian site yang sesuai dengan perhitungan kebutuhan dari jumlah total keseluruhan site. Area site untuk perancangan tersebut telah dipilih pada site yang berbatasan dengan jalan Puncak Borobudur dengan pertimbangan kemudahan aksebilitas. Bagian sekitar site sudah tidak bisa lagi dijadikan pilihan area entrance karena berbatasan langsung dengan site perencanaan lain yang tidak memungkinkan adanya area bukaan menuju jalan. Disini area main entrance dianalisa dari dua faktor, antara lain :

a. Arah jalur kendaraan

Jalan Raya Puncak Borobudur ini memiliki dua arah yang berlawanan. Intensitas kendaraan pada jalan ini cukup padat, karena fungsinya sendiri sebagai jalan raya dan jalan arteri kota.

b. Orientasi pengendara

Yang dimaksud disini adalah analisa berdasarkan kemudahan pengendara dalam memperoleh view obyek atau site dengan baik sehingga terdapat waktu persiapan menuju ke obyek atau site.

Dari arah jalan utama yaitu jalan Soekarno-hatta site berada di sisi kanan, arah pandangan utama terhadap site bisa tampak paling baik dari arah jalan tersebut, sehingga kesan menarik perhatian bisa didapatkan karena intensitas orang yang melihat cukup tinggi.

A

B

Gambar 4.1: Analisa pilihan entrance menuju lokasi proyek (sumber: dok.pribadi)

Site dapat dicapai dari dua pilihan, sehingga dalam penentuan perletakan

main entrance maupun side entrance perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu. Penilaian dilakukan dengan beberapa aspek yang dipertimbangkan, yang dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penilaian Pemilihan Entrance

No. Aspek Titik A Titik B

1. Keleluasaan pengamatan

terhadap obyek 3 3

2. Ruang yang memiliki potensi sebagai titik pandang

pengamat untuk mengenali obyek

3 3

3. Sudut pandang ( orang

4. Kecepatan maksimum kendaraan pada lalu lintas yang ada.

2 2

Total 10 11

Dengan penilaian terhadap titik pemilihan letak entrance, maka didapatkan bahwa titik B merupakan titik yang memenuhi aspek kriteria, sehingga titik B akan dijadikan sebagai main entrance. Sedangkan titik A ditetapkan sebagai side entrance.

4.1.2. Analisa Iklim

4.1.2.1.Analisa Suhu dan Orientasi Matahari

Gambar 4.2. : Arah sinar matahari terhadap site (sumber : dok.pribadi)

Sesuai dengan arah terbit dan terbenam matahari, maka pada pagi hari sisi sebelah Timur mendapat panas yang terbanyak sedangkan pada sore hari terjadi kebalikannya yaitu sisi Barat yang mendapat panas terbanyak.

Massa bangunan yang berada pada sisi Timur dan Barat site perlu diolah lagi perencanaanya agar tidak terganggu dengan panas matahari, mengingat fungsi bangunan disini sebagian besar ruangannya adalah tempat belajar yang membutuhkan tingkat kenyamanan dari gangguan panas matahari. Hal itu dapat ditanggulangi dengan memberikan penyelesaian secara arsitektural. Misalnya dengan

S N

pengolahan bentukan massa bangunan sehingga secara otomatis member efek atau berfungsi sebagai teritisan/sosoran. Dengan meminimalkan bukaan pada daerah yang banyak tertimpa panas matahari dengan frekuensi panas yang tinggi. Dapat juga memberikan elemen penyerap panas yang membuffer site atau massa bangunan, seperti elemen air dan pohon. Dapat juga dengan menggunakan material-material yang dapat menyerap dan mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan, seperti penggunaan batu marmer untuk pelapis dinding, juga penggunaan tirai atau kisi-kisi (sun screen).

4.1.2.2.Analisa Angin

Gambar 4.3 : Arah Angin pada Lokasi (sumber : dok. pribadi)

Angin yang ada pada lokasi site cenderung memiliki angin dengan kecepatan rata-rata adalah 0,7 km/jam. Angin di sini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan bangunan sekitar, yang merupakan angin lokal. Dengan ketinggian rata-rata bangunan 2-4 lantai, area jalan yang lebar, daerah yang tidak begitu padat, dan lokasi yang berhadapan dengan danau pada bagian depannya, maka hembusan angin akan datang dari arah barat-timur. Kondisi ini menjadikan salah satu penanggulangan terhadap tingkat panas yang tinggi pada arah hadap obyek rancang. Maka, fasilitas yang menjadi fasilitas utama dari obyek rancang dapat diletakkan pada area depan site, yang juga merupakan jalan utama.

S N

4.1.2.3.Analisa Kontur dan Curah Hujan

Gambar 4.4 : Analisa Curah Hujan dan Kontur Lahan (sumber : dok. pribadi)

Kelembaban rata-rata yang berada pada wilayah lokasi site dalam kurun 64-85%. Sementara, site memiliki tanah yang tidak begitu berkontur, karena tanah pada site hanya sedikit memiliki kemiringan lahan antara 0% sampai 8%. Pada kemiringan lahan tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai kenaikan lahan untuk memasuki area site. Selain itu, kemiringan lahan ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengalirkan air hujan ke luar site, sehingga pada bagian depan lahan akan diberikan saluran tepi jalan untuk menghindari adanya genangan pada area depan site.

4.1.3. Analisa Lingkungan Sek itar 4.1.3.1. View

Wilayah perencanaan mempunyai potensi yang baik untuk view facade, karena view obyek perancangan bisa dinikmati dari dua arah yang berlawanan arah yang langsung berbatasan dengan jalan. Begitu pula dengan tidak adanya bangunan tinggi lain yang terlalu menonjol di sekitar site yang bisa menutupi view obyek perancangan.

Dalam site ini memiliki 2 arah pandangan yang luas terhadap wilayah perencanaan, akan tetapi view yang paling tepat arah pandangannya terhadap

S N

wilayah perancangan adalah dari arah timur site yaitu dari arah jalan Soekarno-Hatta menuju jalan Puncak Borobudur.

Masih berkaitan dengan analisa Main Entrance dimana pengguna jalan harus dapat “menangkap” adanya obyek perencanaan dari sejak zona datang, maka arah dimana pengguna jalan datang menuju ke obyek juga perlu menjadi perhatian karena view awal pengguna jalan terhadap obyek berasal dari sini.

4.1.3.2. Kebisingan

Meninjau dari letak, arah hadap dan kondisi lingkungan site, dapat diketahui arah datangnya sumber-sumber kebisingan yang dapat mempengaruhi perancangan nantinya.

Gambar 4.5 : Tingkat Kebisingan

Karena letak site terletak di daerah perumahan, maka sumber kebisingan terbesar terhadap site hanya berasal dari site yang berbatasan langsung dengan jalan Puncak Borobudur. Sumber kebisingan berasal dari suara kendaraan bermotor yang lewat hamper setiap saat selama aktif aktifitas manusia. Hal itu berpengaruh terhadap ruangan-ruangan yang letaknya berada di depan atau tidak jauh dari entrance, sehingga dalam perancangan nantinya diberikan solusi seperti bagian massa ruangan yang berada di depan direncanakan bukan merupakan ruangan yang membutuhkan tingkat ketenangan yang tinggi.

4.1.3.3. Bangunan sekitar site

Terkadang kondisi di sekitar dari suatu site dapat memberikan pengaruh pada obyek yang berada di dalam site tersebut, baik mempengaruhi dari segi fungsi bangunan maupun penampilan bangunan. Hal tersebut wajar adanya dalam memberikan keterkaitansatu sama lain yang terkadang keterkaitan tersebut malah member nilai yang lebih bagi lingkungan sekitarnya.

Jika kita membahas dari segi arsitektural, maka keterkaitan yang biasanya terjadi pada suatu rancangan dengan lingkungan sekitarnya adalah pengaruh tampilannya. Yang dimaksud seperti karakter suatu lingkungan dapat mempengaruhi tampilan bangunan yang dihasilkan, bisa jadi pengaruh tersebut menghasilkan karakter tampilan yang tidak jauh beda temanya dengan lingkungannya atau bangunan sekitarnya, yang bertujuan untuk memberikan keseimbangan dan keselarasan yang dapat dinikmati.

4.1.4. Analisa Zoning

Orientasi zoning bangunan selalu dari public ke private, dimana public

terletak di entrance hall dan parkir pengunjung. Sedangkan private terletak di inti bangunan. Apabila disesuaikan dengan fungsi bangunan yang merupakan fasilitas pendidikan, maka area public bangunan ini ialah parkir, galeri, dan ruang pertunjukan outdoor. Dengan area semi public bangunan ini ialah ruang pendidikan. Sedangkan area private dan service terletak di sebelah bangunan utama tetapi merupakan lahan yang jauh dari area public, yaitu office area dan ruang ME.

Gambar 4.6 : Pengelompokan Fungsi Bangunan

4.2 Analisa Ruang 4.2.1. Or ganisasi Ruang

Dari pemrograman ruang berdasarkan kebutuhan yang telah dilakukan di bab 2 sebulumnya, telah ditemukan ruang-ruang dengan perbedaan fungsi, kebutuhan, aktifitas yang terjadi di dalamnya, dan juga perbedaan pengguna yang direncanakan hadir dalam perancangan proyek. Dari beragam jenis ruang-ruang yang ada tersebut, perlu dilakukan sebuah pengorganisasian ruang agar ruang-ruang tersebut dapat hadir dengan perancangan yang lebih terarah, teratur, terencana dan tidak abstrak penempatannya sehingga secara pasti untuk mempermudah pengguna dalam menggunakan ruang-ruangtersebut nantinya.

Ruang-ruang yang hadir dalam perencanaan berdasarkan pemrograman kebutuhan ruang yang telah dilakukan (bersifat ruang secara umum, ruang skala besar), sebagai berikut :

Tabel 4.2. Program ruang

No. Fasilitas Ruang yang dibutuhkan

1 Fasilitas Utama a. Fasilitas Pendidikan b. Fasilitas Pengelola a. Ruang Lukis b. Ruang Tari c. Ruang Otomotif d. Ruang Menjahit e. Ruang Kerajinan f. Ruang Musik

g. Ruang hunian anak jalanan

a. R. pengisi struktur organisai inti yayasan (ketua, wakil, sekretaris)

b. R. Humas dan Informasi c. R. Administrasi dan keuangan

d. R. Bagian pengembangan ketrampilan e. R. Tata usaha

f. R. Pegawai (R. staff, R. Pengajar, R. Kabag olahraga, R. Kabag perpustakaan)

2 Fasilitas Penunjang a. Lap. Sepak bola mini b. Outbond Area

3 Fasilitas Umum a. Enterance b. Musholla

c. Gallery

d. Gedung Pertunjukan Outdoor

Ent rance

4 Fasilitas Ser vis a. Ruang Istirahat Karyawan b. Gudang

c. Ruang Genset

d. Ruang Tandon

e. Ruang Gerdu & Panel Listrik

Ruang-ruang tersebut dikelompokkan atau diorganisasikan dengan yang saling berkaitan memiliki kedekatan, baik dari fungsi, aktifitas yang terjadi maupun pengguna nantinya.

Diagram 4.1. organisasi ruang

4.2.2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi

Hubungan ruang menjelaskan tentang seberapa dekat keterkaitan antara satu ruang dengan yang lainnya. Karena suatu hubungan ruang dapat mempengaruhi atau menjadi pertimbangan terhadap perletakkan ruang atau bentukan rancangan nantinya. Hubungan ruang dan sirkulasi dalam pembangunan proyek Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini merupakan langkah awal

R. Fasilitas Umum R. Fasilitas Penunjang R. Fasilitas Pengelola R. Fasilitas ser vis R. Fasilitas Pendidikan

dalam proses perancangan. Hal ini berfungsi untuk memudahkan dalam proses pencapaian pengunjung antara satu ruangan ke ruangan yang lain. Dan berikut adalah diagram hubungan ruangan yang ada didalam proyek berdasarkan pengunjung dan pengelola. Keterangan : : Dekat : Sedang : Jauh/Jarang 4.2.3. Diagr am Abstr ak

Proyek rancangan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang merupakan obyek tatanan massa. Sehingga zonning yang dilakukan merupakan zonning dalam skala makro, dalam proyek ini dilakukan secara vertikal. Dalam diagram abstrak akan diketahui hubungan ruang Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang pada site perancangan.

Fasilitas Pendidikan

Fasilitas Pengelola

Fasilitas Penunjang

Fasilitas Umum

Gambar 4.7 : Diagram Abstrak

4.3. Analisa Bentuk dan Tampilan 4.3.1. Analisa Bentuk Massa Bangunan

Proyek rancangan Pusat Pengembengan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang mengambil konsep terhadap bangunan yang modern. Hal ini karena isi utama dari bangunan ini adalah pengamen jalanan yang mengutamakan kenyamanan di dalamnya. Oleh karenanya, obyek rancang ini menggunakan bentuk geometri yang umum dan juga dikenal orang.

4.3.2. Analisa Tampilan

Tampilan yang akan disajikan dalam Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu konsep tampilan bangunan modern.. Untuk tampilan obyek rancang ini, terdapat beberapa refrensi bangunan yang menggunakan konsep minimalis modern yang dapat dijadikan sebuah acuan dalam tampilan obyek rancang.

Gambar 4.9 : Sentul Marketing Office

Dari gambar 4.9 terlihat bahwa bentuk bangunan minimalis modern yang diberikan permainan layer dinding bangunan, hal ini dapat menjadi salah satu acuan untuk tampilan obyek rancang. Karena dengan pengguna para anak jalanan, makan tampilan bangunan juga harus menyesuaikan akan sifat dari para anak jalanan tersebut, yang mengandung unsur unik, inovatif, dan dinamis.

BAB V

Dokumen terkait