• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIFITAS ANAK JALANAN KOTA MALANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PUSAT PENGEMBANGAN KREATIFITAS ANAK JALANAN KOTA MALANG."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIFITAS

ANAK J ALANAN KOTA MALANG

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mememperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

Diajukan Oleh :

SEPTAFIAN ADHE PERMANA

0851010028

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

TUGAS AKHIR

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIFITAS

ANAK J ALANAN KOTA MALANG

Dipersiapkan dan Disusun Oleh:

SEPTAFIAN ADHE PERMANA

0851010028

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Tanggal : 14 Agustus 2012

Pembimbing Utama Penguji I :

Ir . Niniek Anggr iani, MTP. Ir . Eva Elviana, MT. NIP. 19580124 198703 2 00 1 NPT. 3 6604 94 0032 1

Pembimbing Pendamping Penguji II

Dyan Agustin, ST., MT. Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT. NPT. 3 7708 04 0203 1 NPT. 3 6706 94 0034 1

Penguji III

Ir . Syaifuddin Zuhr i, MT. NIP. 19621019 199403 1 00 1

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S-1)

Tanggal : 17 September 2012

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

(3)

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIFITAS

ANAK J ALANAN KOTA MALANG

Septafian Adhe Permana 0851010028

ABSTRAKSI

Anak jalanan merupakan manusia yang masih kecil yang hidup di jalan, lorong, yang berkaitan dengan sepanjang jalan. Mereka sering terlihat berlalu lalang di jalan saat lampu merah. Berpenampilan lusuh, menggunakan kemampuan yang ada untuk bekerja yang menimbulkan kebisingan serta mengganggu ketertiban lalu lintas atau pengguna jalan, tak jarang jauh dari keindahan dan terkadang melakukan pemaksaan kepada penumpang yang tidak memberikan uang receh kepadanya.

Faktor yang menyebabkan anak-anak turun ke jalanan untuk bekerja adalah karena tuntutan ekonomi yang dimiliki keluarganya sangat kurang dari kecukupan. Kondisi ini ternyata telah mengusik Pemerintah Daerah untuk membersihkan ketertiban umum. Petugas Keamanan selalu rutin bereaksi untuk membersihkan para anak jalanan dari kota, akan tetapi sepertinya ini bukanlah cara yang efektif karena sama sekali tidak menunjukkan bahwa anak jalanan mulai berkurang. Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang berguna untuk memberikan keterampilan dan pengembangan kreatifitas terhadap mereka. Sehingga hal ini dapat memajukan tingkat potensi anak jalanan dan mereka juga mendapat peluang kerja sesuai ketrampilan serta bakat yang mereka miliki, khususnya untuk anak jalanan yang berada di Kota Malang. Dalam wadah ini, para anak jalanan mendapatkan pengajaran tentang keterampilan agar mereka dapat memiliki skill yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan kerja nantinya.

Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini merupakan jenis bangunan yang bersifat rumah singgah, bersifat edukasi, serta informative dalam skala kota. Proyek rancangan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang mengambil konsep terhadap bangunan yang modern. Yang dimaksud dengan konsep bangunan modern ialah bangunan yang mengandung citra dinamis, estetis, dan inovativ.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ditujukan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “PUSAT PENGEMBANGAN KREATIFITAS ANAK J ALANAN KOTA MALANG” ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur di Surabaya.

Bersama ini penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. Naniek Ratni. JAR, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Tekni Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.

3. Ir. Eva Elviana, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Seminar.

4. Dyan Agustin, ST. dosen pengampu Tugas Akhir, terima kasih banyak atas bimbingannya.

5. Lily Syahrial, ST, MT. selaku dosen wali.

6. Ir. Niniek Anggriani, MTP. selaku dosen pembimbing utama, terima kasih banyak atas bimbingannya.

7. Dyan Agustin, ST, MT. selaku dosen pembimbing pendamping, yang membimbing tugas akhir saya dari awal penyusunan. Terima kasih atas bimbingannya.

8. Ir. Eva Elviana, MT; Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT ; Ir. Syaifuddin Zuhri, MT. selaku dosen penguji. Terima kasih atas semua kritik dan sarannya. 9. Segenap dosen jurusan Arsitektur UPN Veteran Jawa Timur, atas segala

(5)

10. Kedua orang tua saya, Bapak Agus Purnomo dan Ibu Dwiani Andarmawanti yang senantiasa selalu memberikan doa, dukungan, semangat, serta mengajarkan arti kerja keras dan kesabaran dalam menyelesaikan tugas akhir ini

11. Saudara saya, Yananda Adhe Purmawan yang senantiasa membantu dan mendukung terselesaikannya tugas akhir ini.

12. Teman-teman angkatan 2008 dan teman-teman penghuni studio tugas akhir yang selalu mendukung saya, Nabila, Savitri, Syahfitri, Indah, Lili Indah, Lucky, Reza Agung, Aci, Kiki, Rama, Ekak, Syarif, Mufid, Yanuar, Rezha, Asro, Adit, Kenyul, Tiar, Ulik, Mas Sonie, Mas Yudha, Mas Arif, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

13. Pengelola sanggar SPJM Kota Malang, teman – teman anak jalanan Kota Malang, Sri Dhoho, Dadang, Sunday, dan teman dekat saya Dewi Chrisna yang senantiasa selalu memberi dukungan, semangat dan bantuannya untuk cepat menyelesaikan tugas akhir ini. Semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Surabaya, Agustus 2012

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ……… ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstraksi ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Sasaran Perancangan ... 3

1.3 Batasan Dan Asumsi ... 3

1.4 Tahapan Perancangan ... 4

1.5 Sistematika Laporan ... 5

BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN ... 7

2.1 Tinjauan Umum Perancangan ... 7

2.1.1 Pengertian Judul ... 7

2.1.2 Studi Literatur ... 8

2.1.3 Studi Kasus ... 10

2.1.4 Analisa Hasil Studi ... 15

2.2 Tinjauan Khusus Perancangan ... 17

2.2.1 Penekanan Perancangan ... 17

2.2.2 Lingkup Pelayanan ... 17

2.2.3 Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang ... 18

2.2.4 Perhitungan Luasan Ruang ... 24

(7)

BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN ... 37

3.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 37

3.2 Penetapan Lokasi ... 41

3.3 Kondisi Fisik Lokasi ... 42

3.3.1 Existing Site ... 42

3.3.2 Aksebilitas ... 43

3.3.3 Potensi Lingkungan ... 44

3.3.4 Infrastruktur Kota ... 44

3.3.5 Peraturan Bangunan Setempat ... 45

BAB IV ANALISA PERANCANGAN ... 46

4.1 Analisa Site ... 46

4.1.1 Analisa Aksebilitas ... 46

4.1.2 Analisa Iklim ... 48

4.1.3 Analisa Lingkungan Sekitar ... 50

4.1.4 Analisa Zoning ... 52

4.2 Analisa Ruang ... 53

4.2.1 Organisasi Ruang ... 53

4.2.2 Hubungan Ruang dan Sirkulasi ... 55

4.2.3 Diagram Abstrak ... 56

4.3 Analisa Bentuk Dan Tampilan ... 57

4.3.1 Analisa Bentuk Massa Bangunan ... 57

4.3.2 Analisa Tampilan ... 58

BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 59

5.1 Tema Rancangan ... 59

5.1.1 Pendekatan ... 59

5.1.2 Penentuan Tema Rancangan ... 59

5.2 Konsep Rancangan ... 60

5.2.1 Konsep Tatanan Massa dan Sirkulasi ... 60

(8)

5.2.3 Konsep Tampilan ... 60

5.2.4 Konsep Ruang Luar ... 61

5.2.5 Konsep Ruang Dalam ... 61

5.2.6 Konsep Struktur Dan Material ... 61

5.2.7 Konsep Utilitas ... 61

5.2.8 Konsep Mekanikal Elektrikal... 62

BAB VI APLIKASI RANCANGAN ... 64

6.1 Zooning ... 64

6.2 Bentuk dan Tampilan Bangunan ... 65

6.3 Ruang Luar ... 66

PENUTUP ……… ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Kota Malang Tahun 2009 ... 2

Tabel 2.1 Fungsi Belahan Otak Kiri dan Belahan Otak Kanan ... 8

Tabel 2.2 Analisa Hasil Studi Objek Perancangan ... 15

Tabel 2.3 Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang ... 18

Tabel 2.4 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Pelengkap ... 22

Tabel 2.5 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Umum ... 23

Tabel 2.6 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Servis... 23

Tabel 2.7 Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Pendidikan dan Pengembangan Keterempilan dan Kreatifitas ... 24

Tabel 2.8 Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Pengelola ... 28

Tabel 2.9 Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Penunjang ... 31

Tabel 2.10 Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Umum ... 32

Tabel 2.11 Perhitungan Luas Ruang Fasilitas Servis ... 33

Tabel 2.12 Program Ruang... 34

Tabel 3.1 Hasil Penilaian pada 3 Pilihan Lokasi Tapak di Surabaya ... 41

Tabel 4.1 Penilaian Pemilihan Entrance ... 47

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Lokasi ... 12

Gambar 2.2 Areal Outbond ... 13

Gambar 2.3 Rumah Kayu ... 13

Gambar 2.4 Tampak Depan ... 14

Gambar 2.5 Ruang Tamu Dik Doank ... 15

Gambar 3.1 Peta Lokasi I Jalan Puncak Borobudur ... 38

Gambar 3.2 Peta Lokasi II Jalan Bukit Cemara Tidar ... 39

Gambar 3.3 Peta Lokasi III Jalan Mayjend Sungkono ... 40

Gambar 3.4 Peta Site Lokasi Proyek di Jalan Puncak Borobudur ... 41

Gambar 3.5 Peta Site dan Ukuran Lokasi Proyek di Jalan Puncak Boronudur ... 42

Gambar 3.6 Peta Aksebilitas Lokasi Proyek di Jalan Puncak Borobudur .. 43

Gambar 4.1 Analisa Pilihan Entrance Menuju Lokasi Proyek ... 47

Gambar 4.2 Arah Sinar Matahari Terhadap Site ... 48

Gambar 4.3 Arah Angin Pada Lokasi ... 49

Gambar 4.4 Analisa Curah Hujan dan Kontur Lahan ... 50

Gambar 4.5 Tingkat Kebisingan ... 51

Gambar 4.6 Pengelompokkan Fungsi Bangunan ... 53

Gambar 4.7 Diagram Abstrak ... 57

Gambar 4.8 Bentuk Dasar Bangunan ... 57

Gambar 4.9 Sentul Marketing Office ... 58

Gambar 4.10 Privat Residence Malang ... 58

Gambar 6.1 Zonning Pada Site Objek Rancang ... 64

Gambar 6.2 Bentuk Bangunan Pada Site ... 65

(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pembangunan di Indonesia menghasilkan perubahan-perubahan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi hantaman krisis ekonomi telah membuat meningkatnya masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan dan akhirnya memaksa mereka mencari berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan hidup di jalanan mencari nafkah.

Para anak jalanan ini telah banyak ditemui di mana-mana mulai dari di jalanan, di pasar maupun di dalam kendaraan umum. Sebagian besar menganggap pekerjaan mereka sebelah mata. Mereka sering terlihat berlalu lalang di jalan saat lampu merah. Berpenampilan lusuh, menggunakan kemampuan yang ada untuk bekerja yang menimbulkan kebisingan serta mengganggu ketertiban lalu lintas atau pengguna jalan, tak jarang jauh dari keindahan dan terkadang melakukan pemaksaan kepada penumpang yang tidak memberikan uang receh kepadanya. Kondisi ini ternyata telah mengusik Pemerintahan Daerah untuk membersihkan para anak jalanan ini. Pasalnya mereka dianggap Pemerintah telah mengganggu ketertiban umum. Petugas Keamanan selalu rutin beraksi untuk membersihkan para anak jalanan dari kota, tetapi sepertinya ini bukanlah cara yang efektif karena sama sekali tidak menunjukkan bahwa anak jalanan mulai berkurang.

Belum maksimalnya tempat singgah untuk para anak jalanan di kota Malang yang dilakukan oleh Pemerintah saat ini. Hal ini menjadikan suatu pemikiran dan peluang yang dapat dikembangkan untuk membina para anak jalanan menjadi lebih berkembang dan lebih kreatif dalam bakat yang dimilikinya. Faktor yang menyebabkan para anak-anak turun ke jalanan untuk bekerja adalah karena tuntutan ekonomi yang dimiliki keluarganya sangat kurang dari kecukupan. Banyak sekali anak jalanan yang ada saat ini tidak memiliki keterampilan, sehingga mereka hanya bisa meminta-minta ke setiap orang yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(13)

tersebut dapat di lihat pada tabel 1.1 Anak jalanan memang tidak hanya ada di kawasan pemukiman warga, entah di kawasan kota maupun desa. Di kereta api kelas ekonomi, di bus kota, bahkan di bawah lampu lalu lintas terkadang juga ada anak jalanan.

Tabel 1.1

DATA ANAK JALANAN YANG TELAH MEMPEROLEH PEMBINAAN DARI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN SOSIAL KOTA MALANG TAHUN 2009

No Pengamen

menur ut umur

J umlah Pengamen

Laki-laki Per empuan J umlah

1 5-10 1 1 2

2 11-15 15 8 23

3 16-20 33 6 39

4 21-25 5 0 5

5 26-30 1 0 1

J UMLAH 70

Sumber : Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial Kota Malang

Untuk saat ini kegiatan yang dilakukan anak jalanan sehari-hari di pagi hari ada yang masih sekolah, kemudian setelah pulang sekolah mereka baru turun ke jalanan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan seperti mengamen di jalanan dan tempat-tempat umum, ada juga anak jalanan yang langsung bekerja mulai terbitnya fajar hingga malam hari. Mereka tidak mengenal waktu untuk bekerja. Selain itu anak jalanan juga telah diberi bekal keterampilan umum oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial Kota Malang, seperti belajar menyetir mobil, otomotif, dan lain-lain,tetapi kemampuan yang diberikan masih belum maksimal.

(14)

seperti ini di harapkan dapat membuka wawasan untuk masyarakat awam di Kota Malang.

1.2 Tujuan dan Sasar an

Tujuan perancangan diadakannya proyek ini adalah dapat mengembangkan keterampilan kreatifitas yang dimiliki oleh anak jalanan sehingga mereka dapat lebih terampil dalam bekerja. Tidak hanya dalam hal keterampilan saja yang di berikan melainkan para anak jalanan juga mendapatkan pengajaran tentang pengetahuan umum agar wawasan mereka dapat lebih luas lagi. Selain itu juga dapat membantu program pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, anak-anak telantar, serta kejahatan yang semakin merajalela di Negara ini terutama di kota Malang.

Sasaran perancangan diadakannya proyek ini adalah sebagai tempat untuk mengembangkan kreatifitas anak jalanan yang ada di jalanan, mereka juga mendapatkan tempat pengajaran untuk memantapkan lagi kemampuan yang sudah dimilikinya agar lebih berkembang lagi, selain itu tempat ini juga berguna sebagai rumah singgah serta tempat berkumpulnya para anak jalanan yang ada di kota Malang yang dapat membantu program pemerintah tersebut.

1.3 Batasan dan Asumsi

Ada batasan usia untuk tinggal di tempat ini, mulai dari anak-anak yang berumur 10 tahun hingga dewasa yang berumur 20 tahun dapat menikmati semua fasilitas yang ada pada bangunan tersebut. Selain itu para penghuni bangunan ini juga dapat mengembangkan bakat dan kreatifitas yang dimilikinya. Waktu beroperasinya aktifitas di tempat ini di mulai pukul 08.00-17.00 WIB, dimana pada waktu tersebut para pengamen mendapatkan pengajaran serta aktifitas yang bermanfaat sehingga mengurangi beban mereka untuk turun di jalanan mengais recehan.

(15)

1.4 Tahapan Per ancangan

Metode pembahasan yang digunakan dalam proyek perencanaan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini adalah :

• Studi Literatur

Dilakukan guna mendapatkan data-data yang berhubungan dengan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang, yang menyangkut dengan persyaratan dan peraturan dalam segi perencanaan dan perancangan fasilitas serupa.

• Internet

Mencari informasi dan data dari situs intertnet yang berhubungan dengan anak jalanan serta ilmu psikologi, yang dapat digunakan sebagai referensi maupun bukti tertulis yang telah diinformasikan melalui layanan internet.

Pemilihan

(16)

• Studi Kasus

Dilakukan dengan mempelajari dan mengenal lebih detail terhadap bangunan sejenis yang ada untuk mendapatkan masukan, yang berguna sebagai gambaran dan asumsi arah perencanaan dari proyek yang akan dibangun ini.

• Metode Survey Lapangan

Dengan melakukan studi lapangan pada site yang telah dipilih guna mengenali karakter site yang menyangkut batasan, kendala dan potensi yang ada.

• Pengolahan dan Penyusunan Data

Data yang telah diperoleh kemudian disusun, dievaluasi untuk kemudian hasilnya dijadikan pedoman dalam perencanaan Pusat Informasi dan Teknologi Robotika.

1.5 Sistematika Laporan

Dalam penyusunan proyek Pusat Informasi dan Teknologi Robotika ini, menggunakan sistematika pembahasan yang dibagi menjadi beberapa bab dan sub pokok, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pembuka laporan, yang merupakan uraian tentang latar belakang perancangan, maksud dan tujuan perancangan, lingkup perancangan, metode perancangan, dan sistematika laporan.

BAB II : TINJAUAN OBJEK PERANCANGAN

Pada bab ini diuraikan tentang alasan pemilihan judul, secara teruarai antara lain meliputi :

a. Tinjauan umum

(17)

b. Tinjauan khusus

Merencanakan sebenarnya judul tugas akhir dengan batasan yang dibuat sebelum merancang. Lingkup pelayanan yang akan dilayani serta aktifitas berupa studi gerak dan perletakkan perabot yang akandi lakukan pada perancangan. Sehingga akan muncul besaran ruang dan fasilitas yang dibutuhkan.

BAB III : TINJAUAN LOKASI

Pada bab ini merupakan penjelasan mengenai lokasi proyek yang akan dipilih. Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi terutama potensi site, pencapaian, dan keadaan lingkungan sekitar site.

BAB IV : ANALISA PERANCANGAN

(18)

BAB II

TINJ AUAN OBYEK PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum Per ancangan

Keberadaan anak-anak jalanan masih dianggap sebagai limbah kota yang harus disingkirkan. Peningkatan jumlah anak jalanan merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Tentunya, dengan status sosial sebagai anak jalanan mereka tidak mempunyai kesempatan untuk menikmati pendidikan secara formal. Mereka harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah. Karenanya pusat pengembangan kreatifitas ini dibangun agar dapat mengembangkan keterampilan kreatifitas yang dimiliki anak jalanan serta mendapatkan pendidikan yang layak dan bermanfaat agar di massa datang hidup mereka dapat menjadi lebih baik.

2.1.1 Penger tian J udul

(19)

2.1.2 Studi Liter atur

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun saampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hokum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991).

Perkembangan kreatifitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreatifitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreatifitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Fungsi otak belahan kiri mengarah kepada cara berpikir konvergen (convergent thinking), sedangkan fungsi otak belahan kanan mengarah kepada cara berpikir menyebar (divergent thinking).

Berkenan dengan teori belahan beserta fungsinya ini (Clark, 1983: 24) mengemukakan sejumlah fungsi otak sesuai dengan belahannya itu sebagaimana tertera pada Tabel 2.1.

Table 2.1.

Fungsi Belahan Otak Kir i dan Belahan Otak Kanan (Clar k, 1983: 24)

No Belahan Otak Kir i

(Left Hemispher e)

Belahan Otak Kanan

(Right Hemispher e)

1 Math, history, language Self, elaborates and increases variable, inventive

2 Verbal, limit sensory, input Nonverbal perception and expressiveness

3 Sequential, measurable Spatial

(20)

5 Comparative Holistic

6 Relational Integrative

7 Referential Nonreferential

8 Linear Gestalt

9 Logical Imagery

10 Digital Better at deepth perception, facial recognition

11 Scientific, technological Mystical, humanistic

Mencermati perkembangan teori belahan otak dalam kaitannya dengan perkembangan kreatifitas individu sebagaimana didiskusikan terdahulu, menjadi semakin tampak jelas bahwa kreatifitas berkaitan dengan fungsi belahan otak kanan, dan berarti berkaitan pula dengan perkembangan intelek.

Kreatifitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Prebedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreatifitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Seorang ahli yang sangat menekankan pentingnya dukungan factor lingkungan bagi berkembangnya kreatifitas adalah Torrance (1981). Menurut Torrance (1981) kreatifitas adalah proses kemampuan individu untuk memehami kesenjangan atau hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis baru, dan mengomunasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk dapat melakukan semua itu diperlukan adanya dorongan dari lingkungan yang didasari oleh potensi kreatif yang telah ada pada dirinya. Dengan demikian, terjadi saling menunjang antara factor lingkungan dengan potensi kreatif yang telah dimiliki sehingga dapat mempercepat berkembangnya kreatifitas pada individu yang bersangkutan.

Beberapa factor yang mendukung berkembangnya potensi kreatifitas, antara lain sebagai berikut :

(21)

• Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.

• Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relatif.

• Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relatif.

• Remaja sudah mampu melekukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks.

• Remaja sudah mampu melakukan abstaraksi reflektif dan berpikir hipotesis.

• Remaja sudah memiliki diri ideal (ideal self).

• Remaja sudah menguasai bahasa abstrak.

Gowan (1987) mengatakan bahwa jika dikaitkan dengan teori perkembangan kognitif dari Piaget, kreativitas individu sudah mulai berkembang dengan baik ketika individu telah memasuki tahap operasional formal, yaitu umur 11 tahun ke atas.

2.1.3 Studi Kasus

2.1.3.1 SPJ M (Ser ikat Pengamen J alanan Kota Malang) A. Lokasi

Untuk mengetahui bagaimana bangunan tempat berkumpulnya para anak jalanan khususnya yang berada di kota Malang, maka dilakukannya studi kasus pada bangunan SPJM dan Griya Baca. Pada studi obyek bangunan yang ada, contoh bangunan yang diambil adalah bangunan yang berada di kota Malang. Lebih tepatnya lagi bangunan ini terletak di daerah Malang Kota Lama yang beralamatkan di Jl. Muharto 5B RT. 12 RW. 08 Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Bangunan ini tidak luas yang begitu besar karena bangunan ini hanya digunakan tempat berkumpulnya para anak jalanan dan pengamen jalanan apabila ada acara dan lain-lain. Untuk mencapai bangunan ini dapat melalui jalur arah Tumpang kemudian ke arah selatan, disitulah bangunan ini berdiri.

B. Fasilitas

(22)

para anak jalanan. Bangunan ini memiliki daya tampng kurang lebih sekitar 50 orang.

C. Tatanan Massa/Tatanan Ruang

Bangunan ini merupakan bangunan single building. Dari beberapa fasilitas yang ada, maka dapat terlihar bahwa penataan ruang dalam bangunan ini dibagi sesuai dengan jenis fasilitas tersebut dan lebih sederhana. Pada daerah depan bangunan ini digunakan sebagai teras. Setelah masuk lebih dalam dari bangunan ini, terdapat ruang yang tidak begitu luas yang biasanya ditempati para anak jalanan untuk berkumpul. Selain itu juga terdapat ruang yang berfungsi sebagai kantor dan kamar.

D. Tampilan

Tampilan massa pada bangunan ini mengguanakan gaya arsitektur local yang sederhana saja seperti pada bangunan pada umumnya. Bangunan ini banyak menggunakan bahan material batu bata sebagai dinding. Bangunan ini menggunakan warna yang cerah yaitu warna orange karena agar terlihat menonjol meskipun bangunannya hanya sederhana.

2.1.3.2 Kandank J urang Dik Doank J akar ta A. Lokasi

(23)

Serpong. Setelah itu ada pertigaan, kemudian lewati jembatan, sekitar 83 meter dari jembatan tampak sudah Kandank Jurank Dik Doank.

Gambar 2.1 peta lokasi B. Fasilitas

Obyek Kandank Jurank Dik Doank ini dirancang untuk rumah tinggal pribadi serta untuk sekolah dengan konsep alam yang ditujukan untuk anak-anak yang tidak mampu untuk sekolah di sekolah yang sebenarnya. Dengan konsep bangunan yang seperti itu, maka bangunan ini memiliki berbagai fasilitas yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan kegiatan lain yang mendukung anak-anak. Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada Kandank Jurank Dik Doank adalah :

• Lapangan sepak bola mini

• Lapangan badminton

• Lapangan basket

• Perpustakaan

• Areal outbond

• Panggung terbuka

• Panggung pertunjukan

(24)

Gambar 2.2 areal outbond

Gambar 2.3 rumah kayu

Di bangunan ini juga terbangun rumah-rumah kayu yang sebagian berbentuk rumah panggung yang memiliki berbagai macam fungsi, seperti studio musik, warung makan, tempat beristirahat, juga ruang kerja pribadi yang hanya bisa dimasuki oleh Dik Doank saja yang diberi nama Rumah Induk Semang.

Di sudut halaman lain, ada lima bangunan rumah yang belum selesei dibangun. Bangunan itu adalah rumah pintar yang nantinya akan digunakan untuk ruang pamer, kantor, perpustakaan dewasa dan anak-anak, serta ruang multi media.

C. Tatanan Massa/Tatanan r uang

(25)

banyaknya tumbuhan hijau di bangunan ini, maka hawa sejuk sangat terasa sehingga dapat menambah gairah anak-anak untuk belajar serta mengembangkan kreatifitasnya.

D. Tampilan

Tampilan bangunan pada Kandank Jurank Dik Doank ini lebih menjorok kepada tampilan rumah jawa kuno serta menyatu dengan alam. Dengan menggunakan material kayu serta warna coklat pada bangunan ini membuat bangunan ini lebih terasa unsur keasliannya serta ditambahi berbagai macam tumbuhan hijau membuat bangunan ini benar-benar menyatu dengan alam.

Gambar 2.4 tampak depan

E. Ruang Dalam

(26)

menggantnungkan di langit-langit, Dik Doank berharap segala bentuk kemaksiatan menjauhi dirinya.

Gambar 2.5 ruang tamu dik doank

F. Ruang Luar

Bagian luar pada Kandank Jurank Dik Doank ini juga terdapat banyak alam. Letak bangunan ini sangat strategis yang terletak di pinggir jurang dimana di bawahnya area sawah hijau menghampar. Lima ratus meter ke arah utara terdapat rel kereta api jurusan Jakarta – Serpong membentang. Dengan adanya faktor alam yang berada di sekitarnya menunjukkan bahwa banguna ini memang benar menyatu dengan alam, oleh karena itu bangunan ini didirikan menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.

2.1.4 Analisa Hasil Studi

Dari beberapa studi kasus yang ada, dapat diperoleh analisa hasil studi terhadap 2 bangunan tersebut sebagai berikut :

Tabel 2.2. : Analisa Hasil Studi Objek Perancangan

ASPEK SPJ M Kandank J ur ank Doank

Lokasi Pinggiran kota Pinggiran kota

Pengguna Bangunan Anak-anak Jalanan,pengelola

(27)

bangunan.

Aktifitas Tempat berkumpul anak jalanan, serta tempat untuk rapat apabila ada acara.

Kegiatan belajar dalam bidang akademik maupun non

Tampilan Bangunan Menggunakan gaya arsitektur lokal dengan bentuk yang sederhana.

Cenderung menggunakan gaya arsitektur jawa kuno yang menyatu dengan alam.

Interior Berupa ruang-ruang untuk membedakan jenis-jenis kegunaan.

Berupa ruang-ruang untuk membedakan jenis-jenis kegunaan.

Pola Tatanan Massa Single building dengan ruang luar yang disekitar bangunan.

(28)

Kesimpulan dari analisa hasil studi kedua obyek tersebut, bahwa dengan luasan dan penempatan lokasi yang berbeda, maka wadah kegiatan yang ditampung tidak semuanya memiliki kesamaan. Jika pada SPJM, bangunan tersebut hanya digunakan sebagai tempat berkumpulnya anak-anak jalanan serta mengadakan rapat atau diskusi apabila mau diadakan acara. Sedangkan pada Kandank Jurank Doank, bangunan tersebut digunakan sebagai tempat pembelajaran untuk anak-anak yang tidak mampu untuk sekolah di sekolah yang sesungguhnya. Tetapi pada kedua bangunan tersebut memiliki kesamaan yaitu mengumpulkan para anak-anak serta member pengajaran yang layak kepada mereka.

Bentuk massa pada kedua bangunan tersebut juga berbeda. Pada SPJM hanya menggunakan bentuk arsitektur lokal yang sederhana. Sedangkan Kandank Jurank Doank menggunakan bentuk arsitektur jawa kuno yang menyatu dengan alam.

2.2. Tinjauan Khusus Per ancangan 2.2.1. Penekanan Per ancangan

Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang memiliki penekanan obyek rancang pada tatanan massa mengingat massa bangunan kompleks dan terletak di tanah yang berkontur di daerah pegunungan. Pemilihan penekanan perancangan yang seperti itu karena sesuai dengan study kasus yang telah dilakukan, dengan menggunakan banyak massa. Sehingga bangunan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini menjadi bangunan yang dapat menjadikan anak-anak jalanan meiliki keahlian serta kreatifitas yang dapat digunakan di dunia luar.

2.2.2. Lingkup Pelayanan

(29)

tahun mencapai 20 orang, maka diperkirakan jumlah anak jalanan d 10 tahun ke depan mencapai 290 orang.

2.2.3. Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang

Untuk mengetahui aktifitas dan kebutuhan ruang yang dibutuhkan, harus didasarkan pada pengguna bangunan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang, yaitu:

• Anak-anak jalanan

• Pengelola bangunan

• Pembimbing (tenaga pengajar)

• Karyawan

• Tamu

Dengan diketahuinya para pengguna bangunan, maka aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh para pengguna bangunan tersebut dapat dijabarkan dalam tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3. Aktifitas Pemakai Bangunan dan Kebutuhan Ruang

No. Pengguna Bangunan

Aktifitas Kebutuhan Ruang

Fasilitas Perabot yang Dibutuhkan

1. Anak Jalanan Memperoleh pengarahan

(30)
(31)

Melakukan

3. Karyawan Membersihkan Rg. Penyimpan alat

Beristirahat Rg. Istirahat dan kamar

Fas. Servis Meja, kursi, almari,kasur

Rg. sekretaris Fas. Pengelola

(32)
(33)

Menyimpan

Tabel 2.4. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Pelengkap

Per sonil Aktivita s Kebutuhan Ruang

Semua pengguna Mendapat perawatan dan melakukan aktivitas periksa kesehatan

Ruang perawatan dan periksa

Dokter Istirahat, kantor, meletakkan semua barang pribadi

Ruang dokter

Perawat Istirahat dan meletakkan semua barang pribadi

Ruang perawat

Pengelola fasilitas kesehatan

Menyimpan dan mengambil obat Ruang obat

Konselor Meletakkan dan menyimpan arsip Ruang arsip

Konselor dan anak jalanan

(34)

Konselor Istirahat dan meletakkan semua barang pribadi

Ruang konselor

b. Fasilitas umum

Tabel 2.5. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Umum

Per sonil Aktivita s Kebutuhan Ruang

Pengunjung Diterima Enterance/bangunan

penerima obyek, loby

Semua pengguna Melakukan aktivitas ibadah Musholla

Semua pengguna Tempat memamerkan semua karya seni anak jalanan

Galeri

Semua pengguna Melihat pertunjukan Ruang pertunjukan

Semua pengguna Parkir kendaraan Area parkir

c. Fasilitas Servis

Tabel 2.6. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Servis

Per sonil Aktivita s Kebutuhan Ruang

Karyawan, staff Mengganti baju Locker, istirahat dan ruang ganti

Karyawan Menerima bahan barang Loading dock

(35)

Teknisi Memeriksa dan memperbaaiki Ruang genset, ruang gardu dan panel listrik, ruang tendon

Juru masak Memasak Dapur/pantry

2.2.4. Per hitungan Luasan Ruang

Menjelaskan secara detail tentang jumlah luasan yang diperlukan dari masing-masing kebutuhan ruang, agar dapat di asumsikan luasan total yang dibutuhkan untuk perancangan.

a. Fasilitas Pengembangan Kr eatifitas

Tabel 2.7. Perhitungan luas ruang fasilitas pendidikan dan pengembangan keterampilan dan kreativitas

No. Program Ruang

Studi Luasan Perhitungan

Luas (m2)

1. R. Lukis Asumsi & banding :

1 org @ (1.35m x 1.2m = 1.62 m2 dengan meja + kursi)

Lemari peralatan

0.4m x 1.2m = 0.48m2

Area pengajar 2m x 2.5m = 5m2

Asumsi :

50org @ 1.62m2 = 81m2

Lemari peralatan 0.48m2

Area pengajar 5 m2

Sirkulasi 30%

64.8+0.48+5 = 70.28m2

(36)

2. R. Otomotif Asumsi & banding :

1 org @ (1.35m x 1.2m = 1.62 m2)

Area pengajar 2m x 2m = 4m2

Asumsi & banding :

1 org @ (1.25m x 1m = 1.25m2)

Lemari peralatan 1.5m x 0.4m = 0.6m2

(37)

4. R. Kerajinan Asumsi & banding :

1 org @ 1.2m x 1.25m = 1.5m2 (Dengan alat)

Area pengajar 2m x 2.5m = 5m2 x 2 ruang = 10m2

Lemari pajang 1.5m x 0.6m = 0.9m2 x 2 unit = 1.8m2

Rak peralatan 0.6m x 1.8m = 1.08m2 x 2 unit = 2.16m2

Literatur :

Bak cuci 1.5m x 0.6m = 0.9m2 x 2 unit = 1.8m2 (NAD)

Asumsi :

40 org x 1.5m2 = 60 m2

Area pengajar 10 m2

Lemari pajang 1.8 m2

Rak peralatan 2.16 m2

Bak cuci 1.8 m2

Sirkulasi 30%

(38)

5. R. Musik

R. Recorder

Asumsi & banding :

1 org @ 1.5m2 (dengan kursi dan alat)

Panggung pengajar 2.5m x 2m = 5 m2

Rak alat 2.5m x 1.4m = 3.5 m2

Asumsi & banding :

1 org @ 1 m2

Panggung pengajar 2m x 2m = 4 m2

Lemari penyimpanan alat 2m x 0.4m = 0.8 m2

Asumsi :

40 org @ 1.5m2 = 60 m2

Panggung pengajar 5 m2

Rak alat 3.5 m2

Sirkulasi 30%

Ditentukan :

10 org @ 1 m2 = 10 m2

Panggung pengajar 4 m2

Lemari penyimpanan alat 0.8 m2

Sirkulasi 30 %

60+5+3.5= 68.5m2 = 78m2

(39)

6. Hunian anak jalanan

Asumsi & banding :

Tempat tidur susun

Tabel 2.8. Perhitungan luas ruang fasilitas pengelola

No. Program ruang

Studi Luasan Perhitungan

Luas (m2)

(40)

Meja + kursi kerja

Lemari penyimpanan 0.4m x 1.5m = 0.6 m2

Lemari penyimpanan 0.4m x 1.5m = 0.6 m2

(41)

1.2m x 1.35m = 1.62 m2

Literatur :

Lemari (NAD)

Meja + kursi kerja 1.62 m2

Lemari penyimpanan 0.4m x 1.5m = 0.6 m2 x 2 unit

Lemari penyimpanan 0.4m x 1.5m = 0.6 m2 x 2 unit

Lemari penyimpanan 0.4m x 1.5m = 0.6 m2

(42)

9. R. Loker Banding :

1 org @ 1 m2

Lemari loker 0.4m x 0.5m = 0.2 m2 x 8 bagian ke samping

Asumsi :

5 org @ 1m2 = 5 m2

Lemari loker 1.6 m2

Sirkulasi 30%

Lemari arsip 0.5m x 2m = 1m2 x 2 unit =

Tabel 2.9. Perhitungan luas ruang fasilitas penunjang

No. Program ruang

Studi Luasan Perhitungan

Luas (m2)

(43)

30m x 40m Lap. Futsal 1200m2

Area outbond 1160 m2

= 1160m2

Total 2360 m2

d. Fasilitas Umum

Tabel 2.10 Perhitungan luas ruang fasilitas umum

No. Program ruang

Studi Luasan Perhitungan

Luas (m2)

Area mimbar 2.25 m2

Ruang peralatan 3.6 m2

Area wudlu 1.6 m2

Gallery Ruang Pamer 225m2

(44)

-Mobil

Luas parkir + sirkulasi = 25 m2

-Motor

Luas parkir motor = 2.1 m2

e. Fasilitas Ser vis

Tabel 2.11. Perhitungan luas ruang fasiltas servis

No. Program ruang

Studi Luasan Perhitungan

Luas (m2)

1. R. istirahat karyawan

Asumsi & banding :

Lemari locker 0.4m x 0.5m = 0.2 m2 x 6 service/tukang kebun + 1 orang pengurus pantry) @ 1 m2 = 6 m2

Lemari locker 1.2 m2

(45)

Sirkulasi 30 %

R. Gardu dan Panel Listrik 6 m2

Sirkulasi 30 %

= 6 m2

= 7.8 m2

Tabel 54.7 m2

Sumber : Analisa Penulis, 2011 Keterangan :

- NAD : Neufert Architects Data 2.2.5. Pr ogr am Ruang

Perhitungan luas ruang disusun berdasarkan jumlah dan standar satuan terkecil dari masing aktifitas, serta prasarana yang dibutuhkan pada masing-masing ruang tersebut. Dan secara jelas diuraikan dan dihitung pada tabel 2.16 di bawah ini.

Tabel 2.12. Program Ruang

No. Kebutuhan Ruang Fasilitas Ruang Luas

I Fas. Pendidikan Ruang Lukis 112.42 m2

Ruang Otomotif 167.25 m2

Ruang Menjahit 88.5 m2

Ruang Kerajinan 98.11 m2

Ruang Musik 97.25 m2

Ruang hunian anak jalanan 1545.55 m2

(46)

II Fas. Pengelola Ruang Ketua Yayasan 14.35 m2

Ruang Wakil Ketua 14.35 m2

Ruang Sekretaris 9.5 m2

Ruang Humas & Informasi 15.10 m2

Ruang Admin & Keuangan 8.9 m2

Ruang Tata usaha 16.75 m2

Ruang Kabag 18.6 m2

Ruang Pengajar 54 m2

Ruang Locker 8.5 m2

Ruang Arsip 7 m2

Lobby 9 m2

Pantry 8.3 m2

Kamar mandi 7.8 m2

Total 192.15 m2

III Fas. Penunjang Lap. Futsal 1200 m2

Outbond Area 1160 m2

Total 2360 m2

IV Fas. Umum Enterance 10 m2

Musholla 86.45 m2

Gallery 225 m2

(47)

Outdoor

Area Parkir 532.5 m2

Total 2113.95 m2

V Fas. Servis Ruang Istirahat Karyawan 15.7 m2

Gudang 11.7 m2

Ruang Genset 11.7 m2

Ruang Tandon 7.8 m2

Ruang Gerdu & Panel Listrik 7.8 m2

Total 54.7 m2

(48)

BAB III

TINJ AUAN LOKASI P ERANCANGAN

3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini merupakan jenis bangunan yang bersifat rumah singgah, bersifat edukasi, serta informatif dalam skala kota, sehingga penempatan lokasi bangunan diusahakan berada di daerah yang mendekati pusat kota dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Faktor kondisi lingkungan, dimana terdapat sarana untuk menunjang kegiatan mengembangkan kreatifitas para anak jalanan, yaitu tidak jauh dari pusat perdagangan maupun pendidikan.

b. Faktor perkembangan, dimana letak proyek ini akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya sehingga perlu perletakan lokasi yang sudah dikenal masyarakat.

c. Faktor lingkup pelayanan proyek ini adalah untuk anak-anak jalanan kota Malang, maka lokasi yang dipilih mampu meraup atau setidaknya menjadi sentral dari wilayah-wilayah yang banyak di dominasi anak jalanan atau lokasi yang yang dekat dengan wilayah persebaran mereka.

d. Faktor aksebilitas disini adalah kemudahan bagi anak jalanan dalam mencapai lokasi yang dituju melalui sarana transportasi yang sering mereka gunakan. Jadi lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang mempunyai kemudahan jalur bagi kendaraan terutama angkutan umum.

Adapun pertimbangan sebelum penetapan lokasi proyek antara lain penganalisaan segala aktivitas, kebutuhan ruang terbuka, kebutuhan ruang pribadi, luas lahan, tingkat ekonomi pengguna, serta keamanan lokasi. Aktivitas pada proyek ini nantinya adalah aktivitas yang berhubungan dengan edukasi dan hunian sehingga dibutuhkan lokasi yang tidak jauh dari pusat kota.

(49)

karena apabila salah bidikan maka bangunan ini menjadi tidak efektif dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Apabila disesuaikan dengan sasaran proyek, lingkup pelayanan proyek, serta fungsi proyek ke depannya maka ada beberapa pilihan lokasi proyek ini, yaitu di Jalan Puncak Borobudur, Jalan Bukit Cemara Tidar, Jalan Mayjend Sungkono.

Gambar 3.1 : Peta Lokasi I Jalan Puncak Borobudur (sumber : google earth)

(50)

Gambar 3.2 : Peta Lokasi II Jalan Bukit Cemara Tidar (sumber : google earth)

(51)

Gambar 3.3 : Peta Lokasi III Jalan Mayjend Sungkono (sumber : google earth)

Pada gambar di atas menunjukkan pilihan lokasi ketiga yaitu di Jalan Mayjend Sungkono. Dari segi lokasi, merupakan lokasi yang terletak di pinggiran kota. Lokasi tersebut terletak di kawasan perkantoran terpadu serta tempat olah raga, sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Dengan tingkat kebutuhan ruang terbuka yang cukup dengan view yang cukup luas (tidak terhimpit oleh kondisi padat bangunan), sehingga pengolahan ruang luar (ruang terbuka) dapat optimal. Meskipun lokasi ini terletak di kawasan perkantoran terpadu dan olah raga, namun lokasi ini tidak terletak di koridor jalan utama, jadi tingkat kebisingan pada lokasi ini tidak terlalu tinggi. Kemungkinan harga lahan di lokasi ini cukup tinggi dikarenakan letak lahan tersebut terletak di pinggir jalan serta terletak di kawasan perkantoran terpadu dan olah raga.

(52)

Tabel 3.1 Hasil Penilaian pada 3 Pilihan Lokasi Tapak di Surabaya

Lokasi Aktivita s

Kepadata n

Rg.

Ter buka Ketenangan

Tgkt. Ekonomi Pengguna

Har ga Lahan

Jalan Puncak

Borobudurr 3 3 2 3 3 3

Jalan Bukit Cemara

Tidar 2 2 3 3 3 2

J

JaallaannMMaayyjjeenndd S

Suunnggkkoonnoo 33 22 33 22 33 33

Keterangan: 3: Sangat baik 2: Cukup baik 1: Kurang

3.2. Peneta pan Lokasi

Berdasarkan pertimbangan dan pemenuhan tuntutan dari beberapa factor di atas, maka untuk obyek rancang ini bertempat di Jalan Puncak Borobudur, kawasan Malang bagian utara.

Gambar 3.4 : Peta site lokasi proyek di Jalan Puncak Borobudur (sumber : dokumen pribadi)

S N

(53)

Adapun batas lokasi, antara lain : Sebelah utara : Jalan Batujajar

Sebelah selatan : Blok IJ-Perumahan Griya Shanta Sebelah barat : Jalan Permata Jingga 3A

Sebelah timur : Jalan Terusan Sudimoro 2

3.3. Kondisi Fisik Loka si 3.3.1. Existing Site

Gambar 3.5 : Peta site dan ukuran lokasi proyek di Jalan Puncak Borobudur (sumber : dokumen pribadi)

Lokasi site merupakan sebuah lahan kosong yang berada di kawasan kota Malang bagian utara, tepatnya di Jalan Puncak Borobubudur dengan luasan lahan ± 1.3 hectar atau 13000 m2. Lokasi ini terletak di daerah perumahan menengah ke atas yang masih berbatasan dengan lahan kosong di sekelilingnya. Dengan kemiringan lahan sekitar 4,3 % sehingga tergolong lahan datar. Kondisi tanah pada lahan ini merupakan tanah Aluvial kelabu tua, dan saat ini lahan ini ditumbuhi oleh vegetasi – rumput yang cukup tinggi dan lebat.

100 m

150 m

S N

(54)

3.3.2. Aksebilitas

Jalan Puncak Borobudur merupakan jalan arteri sekunder di dalam wilayah kota Malang. Jalan Puncak Borobudur ini terletak di kawasan Jalan Soekaarno-hatta yang merupakan jalan arteri sekunder dari jalan A. Yani yang merupakan jalan utama serta juga merupakan gerbang masuk ke arah Malang dari arah Surabaya. Hal tersebut menjadikan Jalan Puncak Borobudur secara otomatis memiliki kemudahan akses untuk dijangkau.

Gambar 3.6 : Peta aksebilitas lokasi proyek di Jalan Puncak Borobudur (sumber : dokumen pribadi)

Terutama dalam konteks ini yaitu yang mudah dicapai oleh kendaraan pribadi terutama oleh sarana transportasi umum (sarana yang banyak digunakan oleh anak jalanan). Terminal umum yang dekat dengan wilayah perencanaan adalah terminal Arjosari, yang menyediakan jalur Lyn angkutan umum bemo termasuk ke arah jalan Puncak Borobudur. Jalur angkutan umum bemo yang biasa di akses dari terminal Arjosari menuju ke wilayah perencanaan adalah Lyn ABG dengan rute ke terminal Gadang yang melewati jalan A. Yani serta jalan Soekarno-Hatta. Setelah sampai di bundaran pesawatan Soekarno-Haatta, di sebelah barat sudah tampak jalan Puncak Borobudur dan skitar 100-200 meter dari arah jalan Soekarno-Hatta sudah tepat di lokasi site.

(55)

3.3.3. Potensi Lingkungan

Potensi lingkungan yang dapat mendukung perencanaan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan adalah sebagai berikut :

Landmark Mayor pada site adalah patung pesawat yang terletak di entrance menuju site, tidak jauh dengan SMAN 9 Malang.

• Lokasi sekitar site sudah terdapat vegetasi yang cukup tertata dengan baik, dengan jalur hijau dan lebar jalan 15m. Pada lahan site itu sendiri juga sudah terdapat vegetasi yang membatasi antar lahan dengan jalan, menjadikan lingkungan yang hijau pada site.

3.3.4. Infr astr uk tur Kota a. Jaringan air bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah perencanaan mutlak diperlukan. Kawasan rencana pada wilayah studi telah masuk dalam daerah pelayanan PDAM yang dipasok dari instalasi pengolahan Sawojajar. Perolehan air bersih dengan jasa PDAM dialirkan melalui jaringan perpipaan. Perpipaan di wilayah perencanaan ter dari sitem perpipaan primer, sekunder, tersier.

b. Jaringan listrik

Jaringan listrik wilayah perencanaan dilayani oleh PT. PLN. Kapasitas atau daya yang melyani perencanaan berkisar dari 300-6000 watt.

c. Jaringan telepon dan komunikasi

Pelayanan telepon di wilayah perencanaan cukup memadai, jaringan telepon sudah merrambah di seluruh wilayah perencanaan. Adapun menurut survey jumlah rata-rata dari utilitas jaringan telepon adalah 1-3 unit per – Kelurahan dalam wilayah UD perencanaan.

d. Sistem pembuangan sampah

Penanganan limbah baik limbah rumah tangga dan limbah industri yang terpisah menggunakan system onsite dan offsite dengan pertimbangan sebagai berikut :

(56)

domestic (rumah tangga) ditangani secara komunal, dimana septictank dan sumur resapan digunakan oleh 4-5 KK.

2. Pada kawasan permukiman formal, dimana lahan yang tersedia cukup luas untuk menggunakan system onsite. Limbah dibuang ke fasilitas sanitasi (sumur resapan dan septictank)

e. Saluran drainase

Pada lokasi site, saluran drainasenya sudah cukup baik, hal ini karena terstrukturnya jaringan drainase serta tingginya kualitas dan kuantitas yang ada untuk mengalirkan debit air yang tercurah. Saluran yang adapun sudah terpelihara dengan baik, yang mempengaruhi akan kondisi inlet dan outlet pada saluran kawasan.

3.3.5. Per atur an Bangunan Setempat

Peraturan yang berlaku pada tapak yang mempengaruhi perencanaan adalah:

• Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50% - 60 %

• Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 150-200 %

• Tinggi Bangunan : 2-3 lantai

(57)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1. Analisa Site

4.1.1. Analisa Aksebilitas

Analisa aksebilitas jalur kendaraan pada lokasi site memberi kepastian dalam merencanakan entrance site. Perletakkan site yang sisi depannya berbatasan langsung dengan jalan yang satu arah akan memudahkan meletakkan aksebilitas entrance menuju site, yang pada selanjutnya di analisa lebih lanjut untuk menentukan perencanaan yang tepat.

Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa area perencanaan perancangan hanya mempergunakan beberapa bagian site yang sesuai dengan perhitungan kebutuhan dari jumlah total keseluruhan site. Area site untuk perancangan tersebut telah dipilih pada site yang berbatasan dengan jalan Puncak Borobudur dengan pertimbangan kemudahan aksebilitas. Bagian sekitar site sudah tidak bisa lagi dijadikan pilihan area entrance karena berbatasan langsung dengan site perencanaan lain yang tidak memungkinkan adanya area bukaan menuju jalan. Disini area main entrance dianalisa dari dua faktor, antara lain :

a. Arah jalur kendaraan

Jalan Raya Puncak Borobudur ini memiliki dua arah yang berlawanan. Intensitas kendaraan pada jalan ini cukup padat, karena fungsinya sendiri sebagai jalan raya dan jalan arteri kota.

b. Orientasi pengendara

Yang dimaksud disini adalah analisa berdasarkan kemudahan pengendara dalam memperoleh view obyek atau site dengan baik sehingga terdapat waktu persiapan menuju ke obyek atau site.

(58)

A

B

Gambar 4.1: Analisa pilihan entrance menuju lokasi proyek (sumber: dok.pribadi)

Site dapat dicapai dari dua pilihan, sehingga dalam penentuan perletakan

main entrance maupun side entrance perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu. Penilaian dilakukan dengan beberapa aspek yang dipertimbangkan, yang dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penilaian Pemilihan Entrance

No. Aspek Titik A Titik B

1. Keleluasaan pengamatan

terhadap obyek 3 3

2. Ruang yang memiliki potensi sebagai titik pandang

pengamat untuk mengenali obyek

3 3

3. Sudut pandang ( orang

(59)

4. Kecepatan maksimum kendaraan pada lalu lintas yang ada.

2 2

Total 10 11

Dengan penilaian terhadap titik pemilihan letak entrance, maka didapatkan bahwa titik B merupakan titik yang memenuhi aspek kriteria, sehingga titik B akan dijadikan sebagai main entrance. Sedangkan titik A ditetapkan sebagai side entrance.

4.1.2. Analisa Iklim

4.1.2.1.Analisa Suhu dan Orientasi Matahari

Gambar 4.2. : Arah sinar matahari terhadap site (sumber : dok.pribadi)

Sesuai dengan arah terbit dan terbenam matahari, maka pada pagi hari sisi sebelah Timur mendapat panas yang terbanyak sedangkan pada sore hari terjadi kebalikannya yaitu sisi Barat yang mendapat panas terbanyak.

Massa bangunan yang berada pada sisi Timur dan Barat site perlu diolah lagi perencanaanya agar tidak terganggu dengan panas matahari, mengingat fungsi bangunan disini sebagian besar ruangannya adalah tempat belajar yang membutuhkan tingkat kenyamanan dari gangguan panas matahari. Hal itu dapat ditanggulangi dengan memberikan penyelesaian secara arsitektural. Misalnya dengan

S N

(60)

pengolahan bentukan massa bangunan sehingga secara otomatis member efek atau berfungsi sebagai teritisan/sosoran. Dengan meminimalkan bukaan pada daerah yang banyak tertimpa panas matahari dengan frekuensi panas yang tinggi. Dapat juga memberikan elemen penyerap panas yang membuffer site atau massa bangunan, seperti elemen air dan pohon. Dapat juga dengan menggunakan material-material yang dapat menyerap dan mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan, seperti penggunaan batu marmer untuk pelapis dinding, juga penggunaan tirai atau kisi-kisi (sun screen).

4.1.2.2.Analisa Angin

Gambar 4.3 : Arah Angin pada Lokasi (sumber : dok. pribadi)

Angin yang ada pada lokasi site cenderung memiliki angin dengan kecepatan rata-rata adalah 0,7 km/jam. Angin di sini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan bangunan sekitar, yang merupakan angin lokal. Dengan ketinggian rata-rata bangunan 2-4 lantai, area jalan yang lebar, daerah yang tidak begitu padat, dan lokasi yang berhadapan dengan danau pada bagian depannya, maka hembusan angin akan datang dari arah barat-timur. Kondisi ini menjadikan salah satu penanggulangan terhadap tingkat panas yang tinggi pada arah hadap obyek rancang. Maka, fasilitas yang menjadi fasilitas utama dari obyek rancang dapat diletakkan pada area depan site, yang juga merupakan jalan utama.

S N

(61)

4.1.2.3.Analisa Kontur dan Curah Hujan

Gambar 4.4 : Analisa Curah Hujan dan Kontur Lahan (sumber : dok. pribadi)

Kelembaban rata-rata yang berada pada wilayah lokasi site dalam kurun 64-85%. Sementara, site memiliki tanah yang tidak begitu berkontur, karena tanah pada site hanya sedikit memiliki kemiringan lahan antara 0% sampai 8%. Pada kemiringan lahan tersebut, dapat dimanfaatkan sebagai kenaikan lahan untuk memasuki area site. Selain itu, kemiringan lahan ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengalirkan air hujan ke luar site, sehingga pada bagian depan lahan akan diberikan saluran tepi jalan untuk menghindari adanya genangan pada area depan site.

4.1.3. Analisa Lingkungan Sek itar 4.1.3.1. View

Wilayah perencanaan mempunyai potensi yang baik untuk view facade, karena view obyek perancangan bisa dinikmati dari dua arah yang berlawanan arah yang langsung berbatasan dengan jalan. Begitu pula dengan tidak adanya bangunan tinggi lain yang terlalu menonjol di sekitar site yang bisa menutupi view obyek perancangan.

Dalam site ini memiliki 2 arah pandangan yang luas terhadap wilayah perencanaan, akan tetapi view yang paling tepat arah pandangannya terhadap

S N

(62)

wilayah perancangan adalah dari arah timur site yaitu dari arah jalan Soekarno-Hatta menuju jalan Puncak Borobudur.

Masih berkaitan dengan analisa Main Entrance dimana pengguna jalan harus dapat “menangkap” adanya obyek perencanaan dari sejak zona datang, maka arah dimana pengguna jalan datang menuju ke obyek juga perlu menjadi perhatian karena view awal pengguna jalan terhadap obyek berasal dari sini.

4.1.3.2. Kebisingan

Meninjau dari letak, arah hadap dan kondisi lingkungan site, dapat diketahui arah datangnya sumber-sumber kebisingan yang dapat mempengaruhi perancangan nantinya.

Gambar 4.5 : Tingkat Kebisingan

(63)

4.1.3.3. Bangunan sekitar site

Terkadang kondisi di sekitar dari suatu site dapat memberikan pengaruh pada obyek yang berada di dalam site tersebut, baik mempengaruhi dari segi fungsi bangunan maupun penampilan bangunan. Hal tersebut wajar adanya dalam memberikan keterkaitansatu sama lain yang terkadang keterkaitan tersebut malah member nilai yang lebih bagi lingkungan sekitarnya.

Jika kita membahas dari segi arsitektural, maka keterkaitan yang biasanya terjadi pada suatu rancangan dengan lingkungan sekitarnya adalah pengaruh tampilannya. Yang dimaksud seperti karakter suatu lingkungan dapat mempengaruhi tampilan bangunan yang dihasilkan, bisa jadi pengaruh tersebut menghasilkan karakter tampilan yang tidak jauh beda temanya dengan lingkungannya atau bangunan sekitarnya, yang bertujuan untuk memberikan keseimbangan dan keselarasan yang dapat dinikmati.

4.1.4. Analisa Zoning

Orientasi zoning bangunan selalu dari public ke private, dimana public

(64)

Gambar 4.6 : Pengelompokan Fungsi Bangunan

4.2 Analisa Ruang 4.2.1. Or ganisasi Ruang

Dari pemrograman ruang berdasarkan kebutuhan yang telah dilakukan di bab 2 sebulumnya, telah ditemukan ruang-ruang dengan perbedaan fungsi, kebutuhan, aktifitas yang terjadi di dalamnya, dan juga perbedaan pengguna yang direncanakan hadir dalam perancangan proyek. Dari beragam jenis ruang-ruang yang ada tersebut, perlu dilakukan sebuah pengorganisasian ruang agar ruang-ruang tersebut dapat hadir dengan perancangan yang lebih terarah, teratur, terencana dan tidak abstrak penempatannya sehingga secara pasti untuk mempermudah pengguna dalam menggunakan ruang-ruangtersebut nantinya.

(65)

Tabel 4.2. Program ruang

No. Fasilitas Ruang yang dibutuhkan

1 Fasilitas Utama

a. Fasilitas Pendidikan

b. Fasilitas Pengelola

a. Ruang Lukis

b. Ruang Tari

c. Ruang Otomotif

d. Ruang Menjahit

e. Ruang Kerajinan

f. Ruang Musik

g. Ruang hunian anak jalanan

a. R. pengisi struktur organisai inti yayasan (ketua, wakil, sekretaris)

b. R. Humas dan Informasi c. R. Administrasi dan keuangan

d. R. Bagian pengembangan ketrampilan e. R. Tata usaha

f. R. Pegawai (R. staff, R. Pengajar, R. Kabag olahraga, R. Kabag perpustakaan)

2 Fasilitas Penunjang a. Lap. Sepak bola mini

b. Outbond Area

3 Fasilitas Umum a. Enterance

b. Musholla

c. Gallery

d. Gedung Pertunjukan Outdoor

(66)

Ent rance

4 Fasilitas Ser vis a. Ruang Istirahat Karyawan

b. Gudang

c. Ruang Genset

d. Ruang Tandon

e. Ruang Gerdu & Panel Listrik

Ruang-ruang tersebut dikelompokkan atau diorganisasikan dengan yang saling berkaitan memiliki kedekatan, baik dari fungsi, aktifitas yang terjadi maupun pengguna nantinya.

Diagram 4.1. organisasi ruang

4.2.2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi

Hubungan ruang menjelaskan tentang seberapa dekat keterkaitan antara satu ruang dengan yang lainnya. Karena suatu hubungan ruang dapat mempengaruhi atau menjadi pertimbangan terhadap perletakkan ruang atau bentukan rancangan nantinya. Hubungan ruang dan sirkulasi dalam pembangunan proyek Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini merupakan langkah awal

R. Fasilitas Umum

R. Fasilitas Penunjang R. Fasilitas

Pengelola

R. Fasilitas ser vis

(67)

dalam proses perancangan. Hal ini berfungsi untuk memudahkan dalam proses pencapaian pengunjung antara satu ruangan ke ruangan yang lain. Dan berikut adalah diagram hubungan ruangan yang ada didalam proyek berdasarkan pengunjung dan pengelola.

Keterangan :

: Dekat

: Sedang

: Jauh/Jarang

4.2.3. Diagr am Abstr ak

Proyek rancangan Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang merupakan obyek tatanan massa. Sehingga zonning yang dilakukan merupakan zonning dalam skala makro, dalam proyek ini dilakukan secara vertikal. Dalam diagram abstrak akan diketahui hubungan ruang Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang pada site perancangan.

Fasilitas Pendidikan

Fasilitas Pengelola

Fasilitas Penunjang

Fasilitas Umum

(68)

Gambar 4.7 : Diagram Abstrak

4.3. Analisa Bentuk dan Tampilan 4.3.1. Analisa Bentuk Massa Bangunan

Proyek rancangan Pusat Pengembengan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang mengambil konsep terhadap bangunan yang modern. Hal ini karena isi utama dari bangunan ini adalah pengamen jalanan yang mengutamakan kenyamanan di dalamnya. Oleh karenanya, obyek rancang ini menggunakan bentuk geometri yang umum dan juga dikenal orang.

(69)

4.3.2. Analisa Tampilan

Tampilan yang akan disajikan dalam Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang sesuai dengan konsep yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu konsep tampilan bangunan modern.. Untuk tampilan obyek rancang ini, terdapat beberapa refrensi bangunan yang menggunakan konsep minimalis modern yang dapat dijadikan sebuah acuan dalam tampilan obyek rancang.

Gambar 4.9 : Sentul Marketing Office

Dari gambar 4.9 terlihat bahwa bentuk bangunan minimalis modern yang

diberikan permainan layer dinding bangunan, hal ini dapat menjadi salah satu acuan

untuk tampilan obyek rancang. Karena dengan pengguna para anak jalanan, makan

tampilan bangunan juga harus menyesuaikan akan sifat dari para anak jalanan

tersebut, yang mengandung unsur unik, inovatif, dan dinamis.

(70)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

Dalam sebuah proses perancangan, diperlukan adanya analisa dan pembuatan konsep yang didasari atas hasil analisa yang di dalamnya terdapat penyelesaian – penyelesaian terhadap permasalahan yang ada tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan konsep rancangan yang diambil untuk diterapkan pada Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini.

5.1 Tema Rancangan 5.1.1 Pendekatan

Rancangan dengan judul Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak Jalanan Kota Malang ini dipilih karena belum adanya tempat yang dapat mengembangkan kreatifitas dan bakat anak jalanan secara maksimal. Selain itu belum juga ada rumah singgah yang tetap untuk menampung anak – anak jalanan yang masih berkeliaran di jalanan.

Penentuan lokasi rancang ini adalah Jalan Puncak Borobudur, hal ini dikarenakan lokasinya yang strategis serta berada di kawasan perumahan serta kawasan pendidikan kota Malang. Selain itu dengan adanya rancangan ini, diharapkan anak – anak jalanan dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya serta dapat bekerja dengan layak dan tidak lagi turun di jalanan.

5.1.2 Penentuan Tema Rancangan

(71)

5.2 Konsep Rancangan

5.2.1 Konsep Tatanan Massa Dan Sirk ulasi

Rancangan ini mengguanakan konsep tatanan massa serta menggunakan sirkulasi linear. Hubungan ruang menjelaskan tentang seberapa dekat keterkaitan antara satu ruang dengan yang lainnya. Karena suatu hubungan ruang dapat mempengaruhi atau menjadi pertimbangan terhadap perletakkan ruang atau bentukan rancangan nantinya. Konsep tersebut disesuaikan dengan bentuk site serta dari fungsi bangunan yang ada.

5.2.2 Konsep bentuk Tatanan Massa Bangunan

Konsep bentukan bangunan ini mempunyai bentuk memusat. Bentukan ini disesuaikan dengan bentuk site. Pada bagian tengah bangunan terdapat panggung pertunjukan outdor yang dapat dijadikan sebagai tempat berkumpulnya anak – anak jalanan.

5.2.3 Konsep Tampilan

Rancangan ini memiliki tampilan bangunan yang selaras dari bangunan sekitar serta menggunakan tipe bangunan arsitektur tropis karena menyesuaikan kondisi lokasi perancangan. Meski tampilan bangunannya selaras, akan tetapi ada bagian yang kontras dari bangunan ini yang dapat menjadikan suatu ketertarikan orang agar memperhatikan anak – anak jalanan yang berada di dalamnya.

(72)

5.2.4 Konsep Ruang Luar

Rancangan ini memiliki prosentase konsep ruang luar yang lebih besar daripada bentuk massa. Dimana ruang luar banyak dpergunakan sebagai tempat pertunjukan, tempat bersantai, tempat olah raga, serta sebagai tempat berkumpulnya anak – anak jalanan.

5.2.5 Konsep Ruang Dalam

Karena rancangan ini menggunakan konsep keterbukaan, jadi pada konsep ruang dalamnya tidak tertutup sehingga antara ruang luar dan ruang dalam masih bisa terhubung secara langsung.

5.2.6 Konsep Str uktur Dan Mater ial

Bangunan ini menggunakan tipe struktur rangka batang sebagai struktu utamanya dengan ketinggian rata – rata 1 lantai. Untuk material yang digunakan terdapat batu alam yang digunakan pada eksterior, kemudian pada ruang luarnya banyak menggunakan material tumbuh – tumbuhan, terdapat juga material kayu yang digunakan sebagai pembuatan gazebo, serta penggunaan unsur kaca yang digunakan pada interiornya.

5.2.7 Konsep Utilitas

5.2.7.1 Konsep Penyediaan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah perencanaan mutlak diperlukan. Kawasan rencana pada wilayah studi telah masuk dalam daerah pelayanan PDAM yang dipasok dari instalasi pengolahan Sawojajar. Perolehan air bersih dengan jasa PDAM dialirkan melalui jaringan perpipaan. Perpipaan di wilayah perencanaan ter dari sitem perpipaan primer, sekunder, tersier.

(73)

5.2.7.3 Konsep Pembuangan Air Hujan

Konsep pembuangan air hujan pada rancangan ini banyak menggunakan penyerapan tanah yang terdapat pada ruang luar serta menggunakan pembuangan pada sisi samping site yang kemudian dialirkan menuju selokan yang tersedia.

5.2.7.4 Konsep Pembuangan Sampah atau Limbah

Penanganan limbah baik limbah rumah tangga dan limbah industri yang terpisah menggunakan system onsite dan offsite dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pada kawasan permukiman formal yang cukup padat, dimana tidak tersedia lahan yang cukup untuk pngadaan fasilitas sanitasi. Limbah domestic (rumah tangga) ditangani secara komunal, dimana septictank dan sumur resapan digunakan oleh 4-5 KK.

2. Pada kawasan permukiman formal, dimana lahan yang tersedia cukup luas untuk menggunakan system onsite. Limbah dibuang ke fasilitas sanitasi (sumur resapan dan septictank)

5.2.8 Konsep Mekanikal Elektr ikal 5.2.8.1 Konsep Penghawaan

Penghawaan yang digunakan pada rancangan ini menggunakan sistem penghawaan alami dengan sirkulasi angin lokal yang maksimal.

5.2.8.2 Konsep Pencahayaan

Pencahayaan yang digunakan pada rancangan bangunan ini yaitu pada pagi hari menggunakan pencahayaan alami sedangkan pada sore dan malam hari meenggunakan pencahayaan buatan.

5.2.8.5 Konsep Pencegahan Bahaya Kebakar an

(74)

5.2.8.6 Konsep J ar ingan Listr ik Dan Genset

Jaringan listrik wilayah perencanaan dilayani oleh PT. PLN. Kapasitas atau daya yang melyani perencanaan berkisar dari 300-6000 watt.

5.2.8.8 Konsep J ar ingan Telekominikasi Dan PABX

(75)

BAB VI

APLIKASI R ANCANGAN

6.1 Zonning

Gambar 6.1 : Zonning pada Site Obyek Rancang

: Area Service, yang terdiri dari kantor pengelola.

: Area Public, yang terdiri dari panggung pertunjukan outdoor, lapangan futsal, area oubond, dan gallery. : Area Semi Public, yang terdiri dari rg. latihan musik, rg.

latihan jahit, rg. latihan lukis, rg. latihan otomotif, dan kerajinan.

(76)

6.2 Bentuk dan Tampilan Bangunan

Bentuk dasar yang dianut dari obyek rancang ialah bentuk persegi yang mengalami transformasi bentuk. Hal ini sesuai dengan ide dasar yang diambil, yaitu menciptakan suatu kenyamanan sebagai faktor utama pada nilai bangunan ini. Selain dari segi pengguna bangunan, bentuk persegi ini juga untuk menyesuaikan bentuk site bangunan yang cenderung kaku dan memiliki dominan bentuk persegi.

Gambar 6.2 : Bentuk Bangunan pada Site

(77)

pengarahan. Tampilan tersebut akan berbeda dengan bangunan gallery yang memiliki tampilan lebih teratur.

Gambar 6.3 : Perbedaan Tampilan Bangunan

6.3 Ruang Luar

Ruang luar pada bangunan difungsikan sebagai fasilitas-fasilitas penunjang, yaitu diantaranya lapangan futsal. Area outbond, serta panggung pertunjukan outdoor. Diberikannya fasilitas outdoor seperti ini untuk menyesuaikan akan kebiasaan dari para anak jalanan, yang memang cenderung menghabiskan waktunya di luar. Dan juga hal ini sangat sesuai dengan tema rancang yang inign dicapai, yaitu

Playful in Education.

Gambar

Tabel 2.4. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Pelengkap
Tabel 2.6. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang Fasilitas Servis
Tabel 2.8. Perhitungan luas ruang fasilitas pengelola
Tabel 2.9. Perhitungan luas ruang fasilitas penunjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

data, meminjam arsip, mengembalikan arsip, pencarian arsip, membuat kartu kendali dan fungsi-fungsi lain. 3) Buku Agenda Surat Masuk-Keluar, merupakan buku agenda digital

Media juga dapat digunakan sebagai nsarana untuk menjembatani siswa dalam belajar sehingga materi yang dirasa sulit dipelajari akan berasa sangat mudah apabila

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas paling lama 3

Museum berada pada posisi sebelah kiri dari kontinum berarti mengambil posisi yang lebih realis, maka pandangan yang menentukan adalah bahwa pengetahuan yang ada secara

Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa : (1) Jenis bonggol produksi menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bonggol anakan dilihat pada variabel jumlah daun,

Karya akhir ini berjudul Pengaruh Altruisme Dan Persepsi Kemanfaatan Terhadap Penggunaan Layanan Jaringan Sosial Di Media Sosial (Study Kasus : Pengguna Media

(5) Dalam hal Pemeriksaan BPHTB merupakan bagian dari pemeriksaan untuk seluruh jenis pajak, maka Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Harmonisa arus merupakan gelombang distorsi yang merusak bentuk gelombang fundamental (sinusoidal) arus, sehingga bentuk gelombang arus menjadi buruk (tidak