• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Permasalahan dan Rekomendasi 1 Analisa Permasalahan

Secara umum fungsi saluran drainase adalah sebagai penggelontor air kota dan mematuskan air permukaan agar tidak terjadi banjir atau genangan air

MONITORING DAN EVALUAS

4.5.3 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi 1 Analisa Permasalahan

Pada prinsipnya ini merupakan bagian awal dari proses pendefinisian masalah yang menjadi bagian awal dari proses perencanaan system secara keseluruhan. Indikasi permasalahan merupakan hasil analisis detail berdasarkan data-data hasil survai. Karena terbatasnya data- data drainase yang bersifat data teknis detail, maka Inventarisasi permasalahan sebagai hasil analisis pada tahap ini lebih merupakan permasalahan yang bersifat umum atas dasar masukan dari berbagai sumber. Meskipun demikian konsultan tetap berupaya melakukan pendalaman melalui analisis yang relevan sehingga didapatkan gambaran permasalahan yang sebenarnya. Genangan dengan parameter luas genangan, tinggi genangan, dan lamanya genangan merupakan permasalahan utama yang menjadi fokus perhatian studi. Terjadinya genangan pada beberapa lokasi di wilayah studi secara pasti akan menimbulkan permasalahan berkelanjutan pada system interaksi sosial, ekonomi.

budaya, dan aspek interkasi masyarakat lainnya. Dari hasil inventarisasi terdapat 89 lokasi genangan di Kabupaten Malinau. Data selengkapnya mengenai lokasi, parameter genangan, dampak, dan masalah atau penyebabnya dapat dilihat pada tabelserta gambar berikut :

Tabel 4.17

Lokasi Genangan di Kabupaten Malinau

No Lokasi Luas (ha) Lama Genangan Tinggi Genangan Penyebab

1 Desa Malinau Kota 12 6 jam 15 - 1.00 cm

- Penyempitan Alur - Tumbuhnya

permukiman di

sebagian badan sungai 2 Desa Malinau Hilir 6 6 jam 15 - 60 cm

- Kapasitas bangunan persilangan kurang memadai 3 Desa Malinau Seberang, Desa Kaliamok dan Desa

46 6 jam 15 – 1.00 cm - Wilayah pasang surut

No Lokasi Luas (ha) Genangan Lama Genangan Tinggi Penyebab Lepaga , Belayan

Salap, Kelapis dan Seruyung 4 Tg. Lapang 6 6 jam 15 - 50 cm - Kapasitas bangunan persilangan kurang memadai - Perubahan kemiringan tajam

5 Kuala Lapang 4 6 jam 15 - 50 cm

- Kapasitas bangunan persilangan kurang memadai

- Permukiman mulai berkembang

6 Desa Batu Lidung 11 6 jam 15 - 50 cm

- Merupakan daerah depresi - Bangunan persilangan kurang memadai 7 Tg. Keranjang 11 6 jam 15 - 50 cm - Pengelakan alur Sungai Malinau - Kurangnya kapasitas bangunan persilangan

8 Sesua , Sempayang 23 6 jam 15 - 50 cm

- Merupakan daerah depresi

- Kurangnya kapasitas bangunan persilangan

Dari hasil inventarisasi serta informasi dari berbagai sumber, penyebab terjadinya genangan tersebut antara lain adalah :

1. Luapan dari beberapa sungai yang disebabkan oleh :

a. Kapasitas sungai yang ada tidak mampu menampung debit banjir yang terjadi;

b. Pada beberapa lokasi penampang hidrolis yang ada tidak memadai atau tidak dapat menampung debit banjir yang ada;

c. Pada beberapa lokasi penampang hidrolis sungai berkurang akibat dari terjadinya sedimentasi dan penyempitan penampang sungai. d. Akibat kerusakan tanggul sungai dan bocoran – bocoran yang tidak

segera diatasi, sehingga semakin membesar tingkat kerusakan, 2. Elevasi dari beberapa area berada di bawah elevasi muka air air banjir

sungai, bahkan beberapa lokasi elevasinya berada di bawah muka air normal sungai. Dengan kondisi tersebut debit limpasan tidak bisa segera dibuang ke sungai, dan jika terjadi kebocoran pada tanggul sungai dapat menyebabkan genangan pada areal yang sangat luas.

3. Sistem pembuang yang ada belum dibagi menurut system pembagian block plan yang ideal, sehingga ada sungai yang melayani area terlalu besar, dan akibatnya kapasitas sungai tidak mampun menampung debit yang terjadi.

4. Luapan dari system pembuang yang ada sebagai akibat pendangkalan, penyempitan dan penyumbatan oleh sampah akibat gorong – gorong, sypon, dan pintu pengatur tersumbat atau tidak berfungsi;

5. Inlet saluran tidak tepat posisinya, terlalu tinggi dan sering tersumbat oleh pasir/tanah dan sampah sehingga limpasan air hujan tidak bisa/kurang lancar masuk ke sistem saluran drainase yang ada.

6. Akibat aliran permukaan (“debit run off”) pada saat hujan yang tidak bisa segera dibuang atau dialirkan ke sungai atau system pembuang yang ada, karena pada saat bersamaan sungai yang ada sudah penuh sehingga tidak mampu menampung tambahan debit dari aliran permukaan;

7. Berkurangnya luas areal resapan akibat perubahan penggunanaan lahan (untuk permukiman, dan lain sebagainya);

8. Kondisi fisik jaringan drainase yang ada sudah kurang memadai, sehingga sering terjadi kebocoran dan luapan pada tanggul saluran; 9. Tidak terdapatnya system (jaringan) drainase yang memadai pada

kawasan atau lokasi rawan banjir, sehingga debit aliran permukaan tidak bisa dibuang/dialirkan secara cepat.

Saluran drainase pada dasarnya berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan. Saluran ini pada umumnya terdapat di sepanjang jaringan jalan yang terdapat disekitar pusat kota dan pada lingkungan pemukiman penduduk yang sudah teratur muapun pemukiman yang berkembang secara alami yaitu air mengalir oleh gaya gravitasi dari daerah tinggi ke daerah yang rendah melalui alur-alur alam dan saluran-saluran buatan yang sesuai dengan bentuk topografinya. Dengan begitu, dibutuhkan sarana prasarana drainase yang baik agar air yang masuk kedalam drainase tidak menumpuk dan terjadi banjir. Tujuan utama pengembangan sistem jaringan drainase di Kawasan Perkotaan Malinau diantaranya adalah :

Mengalirkan limpasan air hujan agar tidak terjadi genangan air/banjir, yaitu dengan membuat jaringan drainase dengan kapasitas yang memadai atau sesuai dengan kondisi alamnya, sehingga dapat menampung limpasan air hujan dan mengalirkannya kesaluran-saluran pembuangan akhir.

Menahan air dalam suatu tempat dan meresapkannya se-optimal mungkin ke dalam tanah mengisi air tanah, yaitu dengan mengusahakan peresapan air kedalam tanah se-optimal mungkin melalui upaya pembuatan sumur-

sumur resapan di setiap rumah sebelum air hujan tersebut dialirkan kesaluran drainase.

Gambar 4.7

Kondisi Drainase Kawasan Perkotaan

Sumber : Hasil Survei 2011

Gambar diatas menunjukkan kondisi drainase pada salah satu jalan di Kawasan Perkotaan Malinau yang biasanya tergenang air (banjir) jika turun hujan. Dengan begitu diperlukan sistem drainase yang baik agar air tidak meluap ke atas jalan dan menyebabkan banjir. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah sebagai berikut ; Meluaskan drainase sehingga air yang mengalir dapat berjalan lancar, emperbesar daya tampung dan membuat sistem tertutup sehingga apabila banyak sampah tidak meluap

Tabel 4.19

Rencana Pengaturan Drainase

N o

Fungsi

Saluran Trase Dimensi Profil Basah

Keteran gan 1. Tersier Sejajar Jalan lokal

Di dalam Rumija 60 - 100 60 - 100 60 - 80 (6 m) (12 m) 2. Sekunder - Sejajar jalan arteri

dan kolektor (lebar 12 s.d 26 m) 100 – 150 75 - 100 100 - 120 (12 m) 3. Primer - Khusus saluran

pembuang

(26 m)

Sumber : Hasil Analisis 2011

Sedangkan untuk konsep pengelolaan drainase Kawasan Perkotaan Malinau dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 4.8

Konsep DiagramPengelolaan Drainase Kawasan Perkotaan

Sumber : Hasil Analisis 2011

4.5.3.2 Rekomendasi

Beberapa Rekomendasi yang dajukan, antara lain;

1. Pembangunan Sistem drainase, hendaknya dilakukan persatuan hidrologi secara simultandan tuntasdalam satuan – satuan hidrologis, dimulai dari hilir ke hulu. Dalam hal ini Perencanaan konstruksi dalam bentuk detail engeneering design ( DED ), sangat disarankan untuk dilakukkan dalam satuan hidrologis;

2. Di samping pembangunan fisik, pembangunan sistem drainase sangat disarankan dilakukan secara simultan dengan pembangunan mentalitas- kepedulian masyarakat, terutapa dalam hal berprilaku terhadap pengelolaan air limpasan hujan dan pengelolaan sampah/limbah.

Danau Buatan Badan Sungai Peruntukan Ruang /Lahan Jaringan Drainase Primer Kolam Penyaringan dan Pengendapan Jaringan Drainase Terseir /Sekunder

3. Seluruh sistem drainase bermuara pada saluran alami (sungai) sebagai outpole utama. Drainase yang baik dan lancer pada kawasan daerah tangkapan sungai akan memberikan beban tambahan tersendiri pada sungai-outpole berupa penambahan beban debit puncak dan volume air. Oleh karena itu sangat penting dilakukan normalisasi sungai-sungai yang ada pada kawasan perkotaan Malinau, agar penanganan drainase perkotaan dan pemukiman tidak bersifat memindahkan masalah. Dalam hal ini, koordinasi dan kesinergian pengelolaan drainase dengan Pemerintah Provinsi dan BBWS wilayah III Kaltim sebagai lembaga yang berwenang. 4. Agar pengelolaan drainase memberikan manfaat yang besar, maka

pengelolaan drainase harus didekati minimal dari dua yaitu sisi, yaitu pengelolaan sumberdaya air (SDA) dan pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, secara simultan dan terintegrasi dengan master plan ini, segera

5. mungkin disusun Masterplan yang terkait dengan sanitasi lingkungan permukiman seperti pengelolaan limbah dan sampah.

4.5.4 Sistem Prasarana yang diusulkan

Rencana Prasarana yang diusulkan dibagi menjadi dua program diantaranya

4.5.4.1 Program Non Fisik :

1. Program Pengembangan dan Perencanaan Drainase :

2. Program Promosi Pengelolaan Drainase;

3. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Drainase;

4.5.4.2Program Fisik :

1. Program Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan;

2. Program Pembangunan Drainase pada Kawasan Strategis/tertentu dan

Pemulihan Dampak Bencana;

3. Program Pengembangan Drainase Skala Kawasan / Lingkungan Berbasis

Tabel 4. 20

Pentahapan Program Pengembangan Sistem Dranase Kawasan Perkotaan Kabupaten Malinau Tahun 2013 – 2018

No Program Tahun

Sumber Dana

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Fs & DED Drainase Sekunder ( SYAP-A10)

2 Fs & DED Sekunder ( SEM – 3 )

3 Fs & DED Drainase Sekunder ( SYAP- B6)

4 Identifikasi Pemutahiran data base untuk data saluran drainase

5 Pra FS untuk Kebutuhan Program Non Fisik drainase 6 Pekerjaan Fisik untuk Drainase

(SYAP- A10)

APBD II,APBN 7 Pekerjaan Fisik Drainase

Sekunder ( SEM-3 )

APBD II,APBN

8 Pekerjaan Fisik ( SYAP – B6 APBD II,

APBN

Sumber: Masterplan Drainase Kawasan Perkotaan Malinau

Peta 4.4

Peta Rencana Drainase Induk

4.6 Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah

Dokumen terkait