• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah 1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah

Secara umum fungsi saluran drainase adalah sebagai penggelontor air kota dan mematuskan air permukaan agar tidak terjadi banjir atau genangan air

MONITORING DAN EVALUAS

4.6 Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah 1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Malinau dalam penanganan limbah domestik menggunakan sistem on site dengan septik tank dan peresapan ke tanah.

Limbah industri mengandung zat-zat yang berbahaya yang dapat mengancam kesehatan. Sifat dari limbah industri adalah mengandung racun, bersuhu tinggi, menimbulkan iritasi, menimbulkan bau, mudah terbakar, bereaksi pada jaringan tubuh dan termasuk dalam kategori bahan-bahan berbahaya (B-3).

Limbah medis Rumah Sakit dan Puskesmas tidak seperti limbah lain pada umumnya yang bisa dibuang ke TPA maupun IPAL komunal. Hal ini disebabkan limbah medis Rumah Sakit dan Puskesmas merupakan limbah infectious yang berbahaya apabila limbah tersebut tidak dikelola dengan baik. Limbah medis ini berupa:

a) Limbah cair: limbah cair dari ruang operasi, apotek, radiologi, kamar mandi, toilet dan lain – lain;

b) Limbah padat: jarum suntik, potongan organ tubuh, botol infus, tempat obat, sarung tangan dan lain-lain.

4.6.1.1 Strategi dan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah dalam rencana Kota dan Pedesaan.

1. Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on - site maupun off – site di perkotaan dan pedesaan;

a. Peningkatan Pelayanan dan kualitas sistem air limbah untuk mencapai pelayanan minimal baik di perkotaan dan pedesaan;

b. Pengembangan pelayanan sistem air limbah terpusat di perkotaan secara bertahap berdasarkan tanggap kebutuhan ( demand responsible ) ;

c. Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah yang dikelola oleh BUMD dan Dinas ;

d. Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah yang dikelola secara langsung oleh Masyarakat ;

e. Meningkatkan Kinerja BUMD dan Penyelenggaran lainnya dalam pengelolaan air limbah;

f. Prioritas pembangunan pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit terkait air limbah;

g. Mendorong kerja sama antar Kabupaten/Kota dalam upaya melindungi badan air dari pencemaran air limbah permukiman.

2. Peningkatan dan Pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah;

a. Mendorong peningkatan altrernatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan;

b. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan sistem air limbah perkotaan;

c. Mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah daerah dalam pengembangan sistem pengelolaan air minum;

d. Meningkatkan pembiayaan dari pemerintah dan swasta;

e. Pembangunan dan pengelolaan berbasis masyarakat ( community based development ).

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangaan sistem pengelolaan air limbah;

a. Penyelengaraan sosialisasi perlunya perilaku hidup sehat;

b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah melalui pemberian penghargaan dan sangsi; c. Melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam

pembangunan dan pengelolaan air limbah. 4. Penguatan Kelambagaan;

a. Meningkatkan Koordinasi dan kerja sama antar kegiatan dan antar wilayah dalam pengelolaan air limbah;

b. Fasilitasi peningkatan manajemen pembangunan air limbah di daerah; c. Fasilitasi peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan

pendidikan SDM yang kompeten.

5. Pengembangan perangkat perundang – undangan.

a. Revisi peraturan perundang – undangan yang melakukan pengaturan terhadap BUMD yang bergerak dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah;

b. Peningkatan forum di daerah dalam pengelolaan air limbah dalam mendorong pelaksanaan pengaturan yang lebih baik.

c. Meningkatkan tersedianya NSPM dalam pengembangan sistem pembuangan air limbah.

4.6.2 Profil Pengelolaan Air Limbah

Kondisi pengelolaan air limbah di Kabupaten Malinau belum terkelola dengan baik, masih banyaknya limbah yang berasal dari rumah tangga maupun limbah dari kegiatan lainnya yang dibuang langsung kesaluran drainase.

IPAL yang tersedia di Kabupaten Malinau masih merupakan IPAL yang berbentuk sederhana berupa septictank, belum ada sarana atau prasarana seperti IPAL yang disediakan olah pemerintah. Masyarakat diKabupaten Malinau menggunakan drainase sebagai sebagai saluran pembuangan air limbah ( grey water). Prasarana pengelolaan lumpur tinja ( black water ) yang paling banyak adalah septictank dan cubluk ( on-site system ). Intalasi pengelolaan limbah terpadu belum tersedia.

4.6.2.1 Tingkat Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Mayoritas rumah tangga di Kabupaten Malinau menggunakan jamban sendiri untuk membuang limbah tinja, namun dibeberapa kecamatan penduduknya masih menggunakan jamban bersama seperti ditunjukan pada tabel 4. 21

Tabel 4.21

Cakupan Pelayanan Air Limbah On-site Kabupaten Malinau

Jamban Keluarga MCK Komunal Septitank Cubluk Lain - lain

1 Kayan Hulu 727 73 654 - 642 12 - 2 Kayan Selatan 507 51 456 - 456 12 - 3 Sungai Boh 548 55 493 - 481 12 - 4 Kayan Hilir 358 72 286 - 259 27 - 5 Pujungan 461 47 414 - 401 13 - 6 Bahau Hulu 342 35 307 - 297 10 - 7 Malinau Kota 5,037 1,520 4,885 6 4,292 587 - 8 Malinau Selatan 1,975 198 1,777 - 1,723 54 - 9 Malinau Barat 2,256 68 2,188 - 2,144 44 - 10 Malinau Utara 2,557 77 2,480 - 2,405 75 - 11 Mentarang 1,364 41 1,323 - 1,312 11 - 12 Mentarang Hulu 204 21 183 - 110 73 - 16,336 2,258 15,446 6 14,522 930 - Jumlah

Jumlah KK Pengumpulan Pengolahan

Jumlah Prasarana dan Sanitasi Sistem On - Site Kecamatan

No

Sumber : RTRW Kabupaten Malinau Tahun 2007

4.6.1.2 Volume Air Limbah Yang dihasilkan Penduduk di Wilayah Perkotaan Kabupaten Malinau

Debet air limbah keseluruhan yang dihasilkan oleh penduduk baik itu limbah buangan domestik ataupun non domestik tidak semua air yang dipergunakan menjadi air limbah yang masuk kedalam pipa pembuangan, tetapi ada sebagian yang langsung meresap kedalam tanah atau mengalami penguapan. Besarnya rata – rata debit air limbah yang dihasilkan perorang perhari akan masuk kedalam pipa dengan rumus:

Q

limbah = ( 60-80) % x Kebutuhan air bersih

dalam perencanaan ini diambil 80 %

Untuk desain diameter pipa limbah , digunakan debit jam puncak ( Q peack ), dengan rumus;

Q peack = ( 5 x p 5/8 x Q max )/1000 x Q max + Q infiltrasi

Dimana Q infrintasi = 10 % Q rata – rata limbah dan p = Jumlah Penduduk. Untuk desain IPLT, maka volume lumpur yang dihitung didasarkan pada kriteria bahwa setiap penduduk menghasilkan lumpur sebesar 30 - 50 L/orang/tahun,dengan waktu pengurasan tangki septic rata – rat 2 tahun ; Q lumpur = 30 1/Orang x jumlah penduduk x periode pengurasan.

4.6.2.3 Sasaran Pengelolaan Air Limbah

Sasaran pengelolaan air limbah di Kabupaten Malinau adalah :

a. Tersedianya sarana pengelolaan air limbah secara terpusat ( off - site ) maupun setempat ( on – site ) yang terkendali;

b. Peningkatan sanitasi lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan terwujudnya permukiman yang bersih dan sehat; c. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mengurangi tingkat

pencemaran air tanah permukaan seperti saluran, kali atau sungai;

d. Mengubah perilaku perilaku masyarakat tidak menganggap kali / atau sungai ( badan air) sebagai tempat pembuangan air limbah;

e. Memulihkan fungsi saluran drainase sebagai saluran pembuangan air hujan utnuk mengurangi dan mencegah bahaya banjir;

f. Mencegah berkembangnya vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, tikus serta menghindari terjangkitnya wabah penyakit menular seperti typus, muntaber dan sebagainya.

4.6.3 Rumusan, Analisa Permasalahan dan Rekomendasi 1) Rumusan Permasalahan :

a) Prasarana air limbah yang terbatas sehingga menyebabkan permasalahan yang kompleks;

b) Kesehatan masyarakat terancam karena pengelolaan air limbah yang belum tersistem dengan benar;

c) Kerusakan lingkungan akibat dari kebiasaan masyarakat yang membuang air limbah langsung ke sungai.

Dokumen terkait