• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa permasalahan Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) yaitu antara lain :

 Sedekat mungkin dekat dengan sumber sampah. Dimana untuk pengumpulan secara manual jarak maksimum adalah 1000 meter.

Access road. TPS dekat dengan jalan raya, sehingga memudahkan dalam pengangkutan sampah ke TPA.

 Gangguan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya harus seminimal mungkin.  Kontruksi dan operasi semurah mungkin, akan tetapi mempertimbangkan aspek keamanan

dan keselamatan.

 Pertimbangan daur ulang, recovery, reuse dan lain-lain.

 Perlu dilakukan analisa yang akurat, apabila ada beberapa lokasi yang potensial.

Secara umum penyebaran TPS sudah dapat melayani seluruh Wilayah Perkotaan Ponorogo. Namun pada beberapa lokasi jarak pengumpulan ke TPS masih belum memenuhi persyaratan, dimana untuk pengumpulan secara manual jarak maksimum adalah 1000 meter. Untuk itu pada beberapa wilayah masih perlu penambahan TPS. Peletakan TPS belum memperhatikan aspek estetika, hygenis, dan kesehatan. Beberapa TPS yang lokasinya tidak sesuai dengan standar penempatan lokasi TPS antara lain:

 TPS Jl. Bahayangkara; letaknya langsung berhimpitan dengan permukiman penduduk sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari warga sekitarnya. Warga terganggu karena bau yang ditimbulkan dari sampah, suara (kebisingan) yang ditimbulkan dari truk yang

VI-64 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

menaruh/mengambil container dan banyaknya lalat yang berterbangan di sekitar TPS. Hal ini tentunya juga berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar TPS.

 TPS Jl. Pahlawan; letaknya kurang baik, karena disekitar TPS terdapat fasilitas perdagangan dan jasa berupa tempat perdagangan barang-barang bekas juga

 dekat dengan kawasan pemukiman penduduk dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, sehingga sangat mengganggu aktifitas mereka sehari-hari.

 TPS Jl. Sukarno Hatta, lokasinya kurang strategis, karena letaknya dekat dengan pemukiman penduduk. Selain itu di dekat TPS terdapat tempat pengolahan sampah, dimana bila proses pengolahan sampah dilakukan, bau yang ditimbulkan mengganggu warga di sekitarnya.

 TPS Pasar Legi; lokasinya menurut warga setempat dirasa cukup menggangu aktivias pasar. Selain itu, lokasinya juga dekat dengan permukiman penduduk dan letaknya tidak bisa dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah (Amr roll).

 TPS Perum Tajuk; banyak warga yang mengeluhkan peletakannya, karena bau dari sampah yang sangat mengganggu aktifitas mereka sehari-hari. Selain itu pada saat pengangkutan menimbulkan suara yang bising.

Kondisi TPS di wilayah Kota Ponorogo umumnya masih baik, namun ada sebagian sudah mengalami kerusakan (seperti bak maupun landasan container) yang harus segera diperbaiki agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar TPS tersebut. Selain itu, penempatan TPS perlu dievaluasi sehingga tidak mengganggu keindahan kota dan juga masyarakat disekitarnya, permasalahan yang muncul adalah sulitnya mencari lokasi TPS. Lokasi penempatan TPS sebaiknya diadakan penataan sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti pencemaran udara akibat dari bau busuk yang dihasilkan, dan juga kuman penyakit yang disebarkan oleh lalat yang berkerumun ditempat sampah tersebut. Manajemen penanganan sampah yang baik sangat diperlukan sehingga TPS hanya terisi sampah pada interval waktu yang pendek. Oleh karena itu jadwal pengumpulan dari masing- masing rumah tangga ke TPS dengan jadwal pengangkutan ke TPA harus terkoordinasi. E. Analisa permasalahan sistem Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Berdasarkan data dari Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ponorogo, jumlah yang terangkut ke TPA Mrican sebesar 180 m3/hari atau 55 % dari total volume sampah Kota Ponorogo 328 m3/hari. Jumlah timbulan sampah ini cenderung selalu meningkat setiap tahunnya. Pada suatu saat hal ini akan menyebabkan TPA Mrican tidak dapat menampung jumlah timbulan sampah di Kota Ponorogo, jika tidak dilakukan upaya reduksi dari sumber sampah maupun tidak ada penerepan sistem pengelolaan sampah di TPA Mrican yang tepat dan terpadu. Dengan mengasumsikan terjadi peningkatan pelayanan sebesar 2% setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan kualitas teknik pengolahan di TPA Mrican maka dapat diperkirakan jumlah total timbulan sampah yang masuk TPA sampai tahun 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

VI-65 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Tabel 6. 19

Proyeksi Jumlah Timbunan Sampah yang Terangkut ke TPA Mrican Tahun 2009-2018

No. Tahun Volume timbulan (m3/hr) Tingkat pelayanan (%) Total timbulan sampah TPA (m3/hr) 1. 2009 353,13 55% 194,22 2. 2010 355,78 57% 202,80 3. 2011 358,45 59% 211,49 4. 2012 361,14 61% 220,30 5. 2013 363,85 63% 238,28 6. 2014 366,58 65% 247,45 7. 2015 369,33 67% 256,75 8. 2016 372,08 69% 266,05 9. 2017 374,83 71% 275,35 10. 2018 377,58 73% 284,65 Tabel 6. 20

Proyeksi Kebutuhan Lahan Untuk Area Penimbunan Sampah Tahun 2009-2018

No. Tahun Timbulan sampah masuk TPA Timbulan sampah setelah pemadatan Luas lahan tiap tahun (Ha) (m3/hr) (m3/tahun) (m3/hr) (m3/tahun) 1. 2009 202,80 74.020,72 81,12 29.608,29 0,20 2. 2010 211,49 77.192,57 84,59 30.877,03 0,21 3. 2011 220,30 80.407,84 88,12 32.163,14 0,21 4. 2012 229,22 83.666,99 91,69 33.466,80 0,22 5. 2013 238,28 86.970,51 95,31 34.788,20 0,23 6. 2014 247,45 90.318,87 98,98 36.127,55 0,24 7. 2015 256,75 93.712,57 102,70 37.485,03 0,25 8. 2016 266,17 97.152,10 106,47 38.860,84 0,26 9. 2017 275,72 100.637,94 110,29 40.255,17 0,27 10. 2018 285,40 104.170,61 114,16 41.668,24 0,28

Sumber: Hasil Analisa 2013 Keterangan:

Asumsi faktor pemadatan tiap tahun = 25% Asumsi rencana ketinggian lahan TPA = 15 m

Pada kondisi eksiting, sistem pengelolaan sampah di TPA Mrican dilakukan secara open dumping. Hal ini tidak sejalan dengan konsep control landfill yang diterapkan di TPA Mrican. Untuk itu, minimal perlu upaya untuk merehabilitasi penerapan konsep pengelolaan sampah dengan sistem control landfill di TPA Mrican. Berdasarkan Masterplan Tempat Pembuangan

VI-66 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Akhir Sampah Ponorogo, TPA Mrican direncanakan akan dikembangkan dengan membagi areal penimbunan sampah menjadi 3 blok.

Untuk lebih jelas mengenai perhitungan luas dan volume masing-masing blok zona penimbunan sampah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. 21

Luas dan Volume Tiap Blok Zona Penimbunan Sampah TPA Mrican

No. Zona Penimbunan sampah Luas (m2) Tinggi (m) Volume (m 3 ) Tinggi setelah ditambah 5 m (m) Volume setelah ditambah tinggi 5 m (m3) 1. Blok 1 888,30 18 15.989,4 23 20.430,9 2. Blok 2 1.239,64 20 24.792,8 25 30.991,0 3. Blok 3 738,40 8 5.907,2 13 9.599,2 2.866,34 46.689,4 61.021,1

Sumber: Hasil Analisa Perencanaan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Ponorogo, 2008 Keterangan:

Asumsi penambahan tinggi lahan maksimal = 5 m

Keterangan:

1. Pos Jaga 2. Kantor 3. Kamar mandi

4. Recycling center (non organic)

5. Komposting (organic) 6. Tempat timbang

7. Gudang

8. Tempat Parkir Kendaraan Berat

9. Water Treatment 10. Pengolahan Air Limbah

VI-67 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Gambar 6.8. Gambar Site TPA Mrican

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa daya tampung areal penimbunan sampah yang ada di TPA Mrican mencapai 61.021,1 m3 hanya dapat menampung sampah selama + 2 tahun yaitu tahun 2008-2009 sebanyak 57.965, 02m3.

Selain pembagian blok zona penimbunan, dalam rencana pengembangan TPA Mrican juga terdapat area deposit coversoil yang mempunyai luas area + 3.966,15 m2, dengan rencana ketinggian 15 (diperoleh dengan membuat cekungan di area setinggi 10 m dan ditambah gundukan 5 m). Pengembangan ini hanya bisa menampung volume sampah untuk 2 tahun berikutnya yaitu 2010 dan 2011.

Mengingat kapasitas ketersediaan lahan TPA yang semakin sempit dan juga sistem control landfill ini sulit di-implementasikan di TPA Mrican., untuk kedepannya sistem pengelolaan sampah di TPA Mrican akan direncanakan dengan sistem sanitary landfill. Sistem sanitary landfill akan direncanakan sampai waktu minimal 10 tahun. Sanitary landfill adalah sistem pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah lapis demi lapis, sedemikian hingga sampah tidak berada di alam terbuka. Berikut dijelaskan kebutuhan pengembangan pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill di TPA Mrican.

Tabel 6. 22

. Kebutuhan Lahan dan Sel Harian Sanitary Landfill TPA Mrican No. Tahun

Timbulan sampah masuk TPA Timbulan sampah setelah pemadatan Luas lahan tiap tahun (Ha)

Luas sel harian efektif (m2) (m3/hr) (m3/tahun) (m3/hr) (m3/tahun) 1. 2008 194,22 70.891,81 77,69 28.356,73 0,19 77,69 2. 2009 202,80 74.020,72 81,12 29.608,29 0,20 81,12 3. 2010 211,49 77.192,57 84,59 30.877,03 0,21 84,59 4. 2011 220,30 80.407,84 88,12 32.163,14 0,21 88,12 5. 2012 229,22 83.666,99 91,69 33.466,80 0,22 91,69 6. 2013 238,28 86.970,51 95,31 34.788,20 0,23 95,31 7. 2014 247,45 90.318,87 98,98 36.127,55 0,24 98,98 8. 2015 256,75 93.712,57 102,70 37.485,03 0,25 102,70 9. 2016 266,17 97.152,10 106,47 38.860,84 0,26 106,47 10. 2017 275,72 100.637,94 110,29 40.255,17 0,27 110,29 11. 2018 285,40 104.170,61 114,16 41.668,24 0,28 114,16

Sumber: Hasil Analisa 2013

Tabel 6. 23

Kebutuhan Cover Soil TPA Mrican No. Tahun Luas Lahan

(m2) Daily cover (tebal = 0,15 m) Intermediate (tebal=0,3 m) Final (tebal=0,6 m) 1. 2008 1.890,45 4.253,51 1.701,40 1.134,27 2. 2009 1.973,89 4.441,24 1.776,50 1.184,33 3. 2010 2.058,47 4.631,55 1.852,62 1.235,08 4. 2011 2.144,21 4.824,47 1.929,79 1.286,53 5. 2012 2.231,12 5.020,02 2.008,01 1.338,67 6. 2013 2.319,21 5.218,23 2.087,29 1.391,53

VI-68 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

No. Tahun Luas Lahan (m2) Daily cover (tebal = 0,15 m) Intermediate (tebal=0,3 m) Final (tebal=0,6 m) 7. 2014 2.408,50 5.419,13 2.167,67 1.445,10 8. 2015 2.499,00 5.622,75 2.249,10 1.499,40 9. 2016 2.590,72 5.829,13 2.331,65 1.554,43 10. 2017 2.683,68 6.038,28 2.415,31 1.610,21 11. 2018 2.777,88 6.250,24 2.500,09 1.666,73

Sumber: Hasil Analisa 2013

Tabel 6. 24

Kebutuhan Kolam Stabilisasi/ IPAL lindi TPA Mrican No. Tahun Timbulan sampah setelah pemadatan (m3/hr) Produksi lindi tiap persegi timbulan (m3/hr) Jumlah lindi per hari (m3)

Kebutuhan kolam stabilisasi/IPAL lindi (m3)

1. 2008 77,69

0,0765

5,94 Terdiri 2 unit pengolahan:

- Luas kolam fakultatif = 81,48 m2 - Luas kolam pematangan = 40,74 m2 + Total luas kolam stabilisasi = 122,22 m2

Keterangan:

V = Q (Q lindi terbesar) x td (waktu tendensi) L = V/ H (kedalaman) 2. 2009 81,12 6,21 3. 2010 84,59 6,47 4. 2011 88,12 6,74 5. 2012 91,69 7,01 6. 2013 95,31 7,29 7. 2014 98,98 7,57 8. 2015 102,70 7,86 9. 2016 106,47 8,14 10. 2017 110,29 8,44 11. 2018 114,16 8,73

Sumber: Hasil Analisa 2013

Tabel 6. 25

Kebutuhan Pipa Ventilasi Gas TPA Mrican No. Tahun Panjang

(m) Lebar (m) Jumlah ventilasi Diameter (mm) 1. 2008 63,02 30 2 150 2. 2009 65,80 30 2 150 3. 2010 68,62 30 2 150 4. 2011 71,47 30 2 150 5. 2012 74,37 30 3 150 6. 2013 77,31 30 3 150 7. 2014 80,28 30 3 150 8. 2015 83,30 30 3 150 9. 2016 86,36 30 3 150 10. 2017 89,46 30 3 150 11. 2018 92,60 30 3 150

Sumber: Hasil Analisa 2013

Tabel 6. 26

Kebutuhan Pengembangan Prasarana Penunjang TPA Mrican

Uraian Kebutuhan pengembangan

Prasarana jalan

Jalan akses menuju TPA  Jalan akses menuju TPA perlu dilakukan perbaikan, mengingat kondisi yang sempit yang mempersulit kelancaran arus kendaraan yang keluar masuk TPA.

VI-69 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Uraian Kebutuhan pengembangan

Jalan akses di dalam TPA  Jalan akses di dalam TPA dibangun dengan tujuan untuk memperlancar pengangkutan sampah hingga ke cell sampah.

 Jalan yang direncanakan harus tahan terhadap beban tinggi dan tahan terhadap kualitas lindi yang merusak struktur jalan.

Saluran drainase  Saluran drainase direncanakan dengan tujuan untuk mengurangi volume

air hujan yang masuk timbulan sampah dan juga mencegah kemungkinan lolosnya lindi dari cell sampah yang dapat mencemari lingkungan sekitar.  Saluran drainase yang direncanakan berbentuk trapesium dengan luas

0,8617 m2 dan keliling 2,47 m (b=1m, h=0,7 m, m=1/3 )

Pagar keliling  Pagar keliling direncanakan berupa kawat duri atau pagar hidup (green belt)

 Pagar keliling direncanakan berjarak 10 m dari tepi lahan efektif.]  Tanaman green belt disesuaikan dengan tanaman yang dapat hidup di

daerah setempat (missal bambu)

Jembatan timbang  Jembatan timbang direncanakan dengan tujuan untuk mengetahui tonase

sampah yang masuk TPA

 Lokasi jembatan timbang direncanakan berada dekat dengan kantor/pos jaga dan terletak pada jalan masuk TPA

 Jembatan timbang direncanakan 1 unit dengan lebar 3,5 m dan dapat menahan minimal 15 ton

 Luas lahan untuk jembatan timbang direncanakan 4 x 8 = 32 m2

Fasilitas administrasi dan penunjang

Kantor administrasi  Kantor administrasi direncanakan 2 lantai, lantai 1 untuk administrasi dan laboratorium, sedang lantai 2 untuk ruang pertemuan

 Lahan untuk kantor administrasi direncanakan seluas 80 m2

Gapura pintu masuk  Direncanakan 1 unit gapura pintu masuk sebagai penanda lokasi TPA Pos jaga  Pos jaga direncanakan dengan tujuan untuk pengamanan fungsi TPA dan

pengaturan laju kendaraan keluar masuk lokai TPA  Luas lahan pos jaga direncanakan 3 x 3 = 9 m2

Bengkel/garasi  Bengkel/garasi direncanakan dengan tujuan untuk tempat perbaikan dan pemeliharaan mesin kendaraan.

 Luas lahan bengkel/garasi direncanakan 200 m2

Area parkir  Area parkir direncanakan dengan konstruksi paving bock seluas 2.000 m2

Recycling center Recycling center merupakan tempat percontohan untuk proses daur ulang dan pengkomposan.

Recycling center direncanakan akan diterapkan pada setiap TPS di Kota Ponorogo

 Area recycling center yang direncanakan seluas 400 m2

Sumber: Hasil Analisa Perencanaan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Sampah Kota Ponorogo, 2007

6.4.2.3.Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

6.4.3. Drainase

6.4.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Pada umumnya di Kota Ponorogo sudah dilayani oleh saluran-saluran drainase, mulai saluran drainase kwarter, tersier, sekunder dan sebagai buangan akhir adalah saluran alam sebagai saluran primer.

VI-70 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Kondisi saluran drainase primer yang merupakan saluran alam (berupa sungai) yang melewati Kota Ponorogo menyesuaikan dengan kondisi morfologi alirannya. Berikut uraian kondisi saluran alam (sungai) dan afvour sebagai saluran drainase primer di Kota Ponorogo:

a. Kali Ketegan di hulu dan di hilir mempunyai kondisi dasar sungai yang berbeda. Di bagian hulu sungai dibangun Dam Cokromenggalan sehingga dasar sungai di bagian hulu ini relatif lebih tinggi dibanding dengan di hilir karena efek sedimentasi akibat pembendungan. Jika terjadi banjir maka pada bagian hulu muka air akan meluap terlebih dahulu karena penampang alur tidak mampu. Karena Kali Jaraan pada bagian hilir ini bermuara di Kali Sekayu, maka banjir di Kali Sekayu akan berpengaruh pada tinggi muka air di Kali Jaraan. b. Kali Mungkungan dan Kali Urung-urung pada bagian selatan Kota Ponorogo kondisinya

juga mengikuti morfologi sungai itu sendiri. Penampang alur sungai ini cukup dalam kurang lebih 5,0 m dengan lebar sungai antara 8,0 m s/d 15,0 m setelah Dam urung-urung. Sepanjang kiri dan kanan sungai ditumbuhi dengan semak belukar. Sungai ini di Jembatan Jenes dimensinya berubah agak sempit dengan lebar rata-rata 6,0 dan kedalaman alur kuang lebih 3,5 m. Kemiringan rata-rata sungai Dam Urung-urung sampai jembatan Jenes adalah 0,0018.

c. Saluran primer yang paling selatan adalah Kali Keyang dengan dimensi lebar rata-rata 13 m dan kedalaman 7 s/d 8 m. Berupa saluran tanah dengan kemiringan tebing 4 : 1 m. Muara Kali Keyang ini adalah di Kali Sekayu. Debit Kali Keyang dibagian muara bertambah besar setelah aliran dari Jembatan Jenes masuk ke Kali Keyang

d. Afvour Tambak Kemangi mempunyai penampang aliran yang cukup baik pada bagian hilir Dam Tambak Kemangi karena sudah dinormalisasi. Tebing kiri dan kanan alur dibuat dari pasangan batu Kali dengan kemiringan 4 : 1. Pada bagian hulu Dam Tambak Kemangi alurnya hanya mempunyai tinggi jagaan 0,5 m s/d 0,8 m terhadap permukaan jalan (sepanjang Jalan H. Juanda). Adapun pada bagian hilirnya tersedia kedalaman alur cukup memadai yaitu sampai 5,0 m. Dengan demikian jika terjadi banjir dari arah hulu maka daerah pada bagian hulu dam ini berpeluang seKali menjadi daerah genangan banjir karena air cukup sebagian efek pembendungan dam dan tinggi jagan aliran yang memadai melampaui tebing afvour.

e. Pada bagian lain di selatan Kota Ponorogo afvour Sedodok dengan dimensi lebar rata-rata 2,5 m dan kedalaman 2,0 m s/d 2,5 m. Kondisi afvour ini masih merupakan saluran tanah dengan kemiringan tebing 4 : 1 s/d 2 : 1. Muara dari afvour ini di Kali Urung-urung pada Jembatan Jenes. Dengan demikian pada Jembatan Jenes terdapat tiga muara alur yaitu afvour Tambak Kemangi, afvour Sedodok dan Kali Urung-urung.

2. Saluran drainase sekunder

Saluran drainase sekunder di pusat kota mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai penampung limbah domestik dan penampung limpasan air hujan. Saluran drainase sekunder di pusat kota dilengkapi dengan lubang-lubang penangkap (inlet drain) yang berukuran kecil dan

VI-71 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

tidak diperhitungkan sesuai dengan aliran yang akan masuk dan masih memungkinkan untuk tersumbat oleh sampah dan batu/kerikil dan endapan debu sehingga menyebabkan genangan. Saluran drainase sekunder di pusat kota secara umum sudah dibangun dengan pasangan batu kali dan sudah ditutup dibagian atasnya yang sekaligus penutup tersebut berfungsi sebagai trotoar jalan dan pada jarak tertentu disediakan lubang kontrol untuk keperluan pemeliharaan. Pada kondisi eksisting saluran ini sudah cukup lebar namun banyak terjadi endapan sedimen yang seharusnya sering dilakukan kegiatan normalisasi.

Sementara itu untuk saluran drainase sekunder dipinggir kota kebanyakan masih berfungsi menampung limpasan air hujan. Saluran drainase sekunder dipinggir kota masih berupa saluran dari tanah dan terbuka.

Tabel 6. 27

Saluran Drainase di Kota Ponorogo Nama Jalan/Lokasi Saluran n

Dimensi

Type

b (m) m h (m) d (m)

Sal Jemb Ketegan Kanan 0.025 2 0.25 1 0 Trapesium

Sal Jemb Ketegan Kiri 0.025 2 0.25 1 0 Trapesium

Jl. Letjen Sutoyo Kanan 0.025 1 0 1 0 Segi Empat

Jl. Letjen Sutoyo Kiri 0.025 1 0 0.7 0 Segi Empat

Jl. Soekarno-Hatta Kanan 0.025 1.4 0 1.2 0 Segi Empat

Jl. Soekarno-Hatta Kiri 0.025 1.4 0 1.2 0 Segi Empat

Jl. Niken Gandini 0.025 6 0.15 1.75 0 Trapesium

Jl. Jendral Suprapto Kanan 0.025 1 0.15 0.8 0 Trapesium

Jl. Jendral Suprapto Kiri 0.025 1 0.15 0.8 0 Trapesium

Jl. Batoro Katung Kanan 0.025 0.75 0 0.8 0 Segi Empat

Jl. Batoro Katung Kiri 0.025 0.75 0 0.8 0 Segi Empat

Jl. Kawung Kanan 0.025 0.3 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. Kawung Kiri 0.025 0.3 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. Jagadan Kanan 0.025 0.3 0 0.3 0 Segi Empat

Jl. Jagadan Kiri 0.025 0.3 0 0.3 0 Segi Empat

Jl. Menur Kanan 0.025 0.5 0.25 1.53 0 Trapesium

Jl. Menur Kiri 0.025 0.5 0.25 1.53 0 Trapesium

Jl. Ir. H Juanda VI 0.016 0 0 0 0.5 Lingkaran

Jl. Sekar arum 0.016 0 0 0 0.5 Lingkaran

Up Stream DamTambak Kemangi 0.025 5 0.25 2.1 0 Trapesium

Down Stream DamTambak Kemangi 0.025 6 0.25 1.5 0 Trapesium

Jl. Suryomenggolo 0.016 0 0.15 0 0.75 Lingkaran

Jl. Sultan Agung Kiri 0.03 1 0 1.4 0 Segi Empat

Jl. Sultan Agung Kanan 0.025 1 0 1.4 0 Segi Empat

Jl. Ir. H Juanda Kiri 0.025 0.6 0 0.8 0 Segi Empat

Jl. Ontorejo Kanan 0.025 0.6 0 0.6 0 Segi Empat

Jl. Irawan Kanan 0.025 0.5 0.15 1.5 0 Trapesium

Jl. Irawan Kiri 0.025 0.5 0.15 1.5 0 Trapesium

Jl. Janoko Kiri 0.016 0 0 0 0.5 Lingkaran

VI-72 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Nama Jalan/Lokasi Saluran n Dimensi Type

b (m) m h (m) d (m)

Jl. Kamajaya Kiri 0.03 0.5 0 0.5 0 Segi Empat

Jl. Barong 0.025 0.4 0 0.5 0 Segi Empat

Jl. Pramuka Kanan 0.03 0.6 0.15 0.8 0 Trapesium

Jl. Pramuka Kiri 0.03 0.6 0.15 0.8 0 Trapesium

Sal Depan Stadion Kanan 0.025 0.75 0 0.8 0 Segi Empat

Jl. Seram 0.03 0.9 0.15 0.5 0 Trapesium

Jl. Sulawesi Kanan 0.025 0.6 0 0.7 0 Segi Empat

Jl. Sulawesi Kiri 0.025 0.6 0 0.7 0 Segi Empat

Jl. Sinom Parijoto Kiri 0.025 2 0.15 1.5 0 Trapesium

Jl. Trunojoyo Kiri 0.025 1.75 0.15 1.5 0 Trapesium

Jl. Trunojoyo Kanan (C-4 Irigasi) 0.025 1.75 0.15 1.5 0 Trapesium Jl. Halim Perdana Kusuma Kiri 0.03 0.9 0 0.75 0 Segi Empat Jl. Halim Perdana Kusuma Kanan 0.025 0.9 0 0.75 0 Segi Empat

Jl. Ki Ageng Kutu 0.02 0.75 0.15 1 0 Trapesium

Jl. Sekar Gayam Kanan 0.025 0.3 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. Sekar Gayam Kiri 0.025 0.3 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. DI Panjaitan Kanan 0.025 0.94 0 1.1 0 Segi Empat

Jl. DI Panjaitan Kiri 0.025 0.9 0 1 0 Segi Empat

Jl. Sekar Pudak Kiri 0.025 0.55 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. Sekar Pudak Kanan 0.025 0.35 0 0.9 0 Segi Empat

Jl. Basuki Rahmat 0.025 1 0 1 0 Segi Empat

Jl. Jenar 0.025 0.6 0 0.8 0 Segi Empat

Jl. Subali Gg I 0.025 0.3 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. Subali 0.025 0.7 0 1 0 Segi Empat

Jl. Anggada Kanan 0.025 0.4 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. Anggada Kiri 0.025 0.4 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. A. Yani Kanan 0.025 1 0 1.3 0 Segi Empat

Jl. A. Yani Kiri 0.025 1 0 1.3 0 Segi Empat

Jl. Ontoseno Kiri 0.025 1 0.15 1.5 0 Trapesium

Jl. Ontoseno Kanan 0.025 0.4 0 0.4 0 Segi Empat

Jl. Poncowolo Kanan 0.025 0.4 0 0.5 0 Segi Empat

Jl. Poncowolo Kiri 0.025 0.4 0 0.5 0 Segi Empat

Jl. Subali Sel Kali Kanan 0.025 1 0 1.5 0 Segi Empat

Jl. Subali Sel Kali Kiri 0.025 0.3 0 0.3 0 Segi Empat

Jl. R.Wijaya Kanan 0.025 0.2 0 0.2 0 Segi Empat

Jl. R.Wijaya Kiri 0.025 0.2 0 0.2 0 Segi Empat

Jl. Sultan Trenggono Kanan 0.025 1 0 0.7 0 Segi Empat

Jl. Sultan Trenggono Kiri 0.025 1 0 0.7 0 Segi Empat

Pot. A1 Dam Cokromenggalan 0.025 1 0 0.6 0 Segi Empat

Pot. B1 Dam Cokromenggalan 0.025 1.2 0 1 0 Segi Empat

Pot. C1 Dam Cokromenggalan 0.025 1.5 0 1 0 Segi Empat

Pot. A2 Dam Cokromenggalan 0.025 0.4 0 0.4 0 Segi Empat

Pot. B2 Dam Cokromenggalan 0.025 1.5 1 0.8 0 Trapesium

Pot. B3 Dam Cokromenggalan 0.025 0.2 0 0.5 0 Segi Empat

Pot. B4 Dam Cokromenggalan 0.025 0.6 0 0.7 0 Segi Empat

Pot. C5 Dam Tambak Kemangi 0.025 1.5 0 1 0 Segi Empat

VI-73 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Nama Jalan/Lokasi Saluran n Dimensi Type

b (m) m h (m) d (m)

Pot. B6 Dam Tambak Kemangi 0.025 0.8 0 1.3 0 Segi Empat

Pot. C2 Dam Cokromenggalan 0.025 1.5 0 1 0 Segi Empat

Jl Imam Bonjol Kanan 0.025 0.8 0.25 0.9 0 Trapesium

Jl Imam Bonjol Kiri 0.025 1.75 0.25 1.5 0 Trapesium

Sumber : Kompilasi Data Masterplan Drainase Kota Ponorogo

Dokumen terkait