• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 5dca20584a BAB VI006. BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR PRINT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 5dca20584a BAB VI006. BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR PRINT"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

VI-1 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN (BANGKIM)

6.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan.

Berbagai isu strategis Kabupaten Ponorogo yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

Tabel 6. 1

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Ponorogo

NO. ISU-ISU STRATEGIS KETERANGAN

1 Kepenudukan

Kecamatan Ponorogo mempunyai jumlah penduduk terbesar, yaitu 76.383 jiwa, diikuti Kecamatan Babadan 64.947 jiwa dan Kecamatan

Ngrayun sebanyak 56.237 jiwa. Sementara kepadatan penduduk Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014 mencapai 631 jiwa per km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Ponorogo yaitu 3.424 jiwa per km2 dan terendah di Kecamatan Pudak yaitu 190 jiwa per km2

2 Lingkungan

Kondisi lingkungan perumahan permukiman di beberapa lokasi pada wilayah perkotaan Ponorogo termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter. Penentuan permukiman kumuh (slum) didasarkan pada 4 kondisi yaitu kondisi bangunan (mayoritas non permanen), kondisi sarana prasarana (MCK, air bersih, saluran buangan, sanitasi, listrik, gang lingkungan terkesan jorok dan menjadi sarang penyakit), kondisi lokasi, dan kondisi sosial ekonomi. Sedangkan gambaran permukiman squaters lebih pada permukiman yang berlokasi di daerah bukan difungsikan sebagai kawasan permukiman dan atau terletak di daerah rawan bencana (bantaran sungai, sempadan jalan, bahu jalan, sempadan rel kereta api). Tabel berikut memaparkan beberapa desa/kelurahan dengan perumahan permukimannya yang termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter

3 Tenaga Kerja Isu – isu strategis di bidang ketenagakerjaan lainnya antara lain, terbatasnya kesempatan kerja, Kemampuan atau skill tenaga kerja yang tidak memadai, kurangnya modal dan sarana pemasaran untuk industri rumah tangga serta masih kurangnya investasi Sementara jumlah TKI/TKW yang diberangkatkan ke luar negeri pada tahun 2014 mencapai 4.039 orang yang terdiri dari 974 tenaga kerja laki-laki dan 3.065 tenaga kerja perempuan. Negara

tujuan TKI/TKW terbesar adalah Taiwan dan Hongkong

(2)

VI-2 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

Sampai tahun 2012, luas kawasan permukiman di Kabupaten Ponorogo secara keseluruhan sebesar 21.654 Ha (sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka, 2013). Kawasan permukiman di Kabupaten Ponorogo berdasarkan fungsi kegiatannya dibedakan menjadi dua yaitu kawasan permukiman perkotaan (kota kabupaten maupun IKK/ perkotaan kecamatan) dan kawasan permukiman perdesaan.

A. Kondisi Perumahan Permukiman

Penyediaan perumahan di Kabupaten Ponorogo dibedakan berdasarkan karakter wilayahnya. Perumahan di wilayah perkotaan Ponorogo disediakan baik secara individu, swasta, maupun pemerintah. Sedangkan di wilayah perdesaan lebih cenderung disediakan dengan swadaya masyarakat. Berikut merupakan perumahan yang disediakan oleh swasta/developer :

a. Perumahan Singosaren

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1984, perumahan berada di Kelurahan Singosaren, Kecamatan Jenangan. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 2 tipe rumah yaitu 70, 42 dan 36 yang masing-masing terdiri dari 160 unit rumah dan 155 unit rumah dengan total rumah yang ada 315 unit rumah. Sarana yang ada diantaranya lapangan olah raga (bulu tangkis, voli), kontainer sampah, dan masjid.

b. Perumahan Patihan Kidul

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1985, perumahan berlokasi di Kelurahan Tajug, Kecamatan Siman. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 3 tipe rumah yaitu 70, 60 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 26 unit rumah, 39 unit rumah dan 50 unit rumah dengan total rumah yang ada 115 unit rumah. Sarana yang ada adalah kontainer sampah, masjid, dan lapangan olah raga (voli).

c. Perumahan PEPABRI Keniten

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1992, perumahan berada di Kelurahan Keniten, Kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 2 tipe rumah yaitu 36 dan 45 yang masing-masing terdiri dari 85 unit rumah dan 35 unit rumah dengan total rumah yang telah dibangun adalah 120 unit rumah. Adapun rencana pembangunan permukiman tersebut memiliki kualitas lingkungan yang cukup baik karena dilengkapi dengan utilitas dan fasilitas yang menunjang kebutuhan hidup dan interaksi masyarakat. Namun pembangunan permukiman tersebut sasaran utama penghuninya ditujukan kepada TNI/Polri sehingga belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sarana yang disediakan diantaranya : laporan. Sarana yang ada : olah raga, mushola, kontainer sampah, dan pos kampling.

d. Perumahan Kertosari Indah

(3)

VI-3 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

yaitu 21, 27, 36 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 146 unit rumah, 75 unit rumah, 83 unit rumah dan 56 unit rumah dengan total rumah yang ada 360 unit rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga dan masjid.

e. Perumahan Grisimai

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1995, perumahan ini berlokasi di Kecamatan Siman. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 5 tipe rumah yaitu 21, 27, 36, 45 dan 70 yang masing-masing terdiir dari 87 unit rumah, 37 unit rumah, 45 unit rumah, 31 unit rumah dan 10 unit rumah dengan total rumah yang ada 210 unit rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga, dan masjid.

f. Perumahan Kertosari Estate

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1997, perumahan ini berlokasi di Kelurahan Kertosari, kecamatan Babadan. Perumahan ini sampai saat ini terdiri dari 4 tipe rumah yaitu 21, 27, 36 dan 42 yang masing-masing terdiri dari 16 unit rumah, 26 unit rumah, 10 unit rumah dan 20 unit rumah dengan total rumah yang ada 70 unit rumah. Sarana yang disediakan diantaranya : lapangan olah raga, dan masjid, TPS, dan pos kampling.

g. Perumahan Keniten

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 1997, perumahan berada di Kelurahan Keniten, kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 2 tipe rumah yaitu 21 dan 36 yang masing-masing terdiri dari 294 unit rumah dan 77 unit rumah dengan total rumah yang ada 371 unit rumah. Selain unit perumahan di perumahan ini juga dikembangkan sarana perdagangan dengan konsep rumah-toko (ruko) yang terdiri dari 17 unit ruko. Sarana yang disediakan diantaranya: lapangan olah raga, dan masjid, TPS, dan pos kampling.

h. Perumahan Setono

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 2002, perumahan ini berada di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 3 tipe rumah yaitu 27, 36 dan 45 yang masing-masing terdiri dari 12 unit rumah, 162 unit rumah dan 8 unit rumah dengan total rumah yang ada 182 unit rumah. Sarana yang disediakan adalah lapangan olah raga.

i. Perumahan Bangunsari

Perijinan perumahan ini telah keluar sejak tahun 2004, perumahan ini berada di Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Ponorogo. Perumahan ini sampai saat terdiri dari 3 tipe rumah yaitu 70, 100 dan 150 yang masing-masing terdiri dari 30 unit rumah, 14 unit rumah dan 11 unit rumah dengan total rumah yang ada 55 unit rumah. Sarana yang ada adalah kontainer sampah, masjid, dan lapangan olah raga (voli).

(4)

VI-4 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Pada kawasan permukiman perdesaan Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa kawasan perdesaan yang memiliki beragam potensi untuk pengembangan pusat permukiman, yaitu antara lain:

1. Kawasan Agropolitan

Pada wilayah Kabupaten Ponorogo terdapat Kawasan Agropolitan yaitu di Kecamatan Ngebel dan Kecamatan Pudak (lihat gambar 4.3). Kawasan Agropolitan Ngebel dan Pudak ini merupakan salah satu Kawasan Agropolitan yang ada di Propinsi Jawa Timur. Lokasi Kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Agropolitan berdasarkan SK. Gubernur Jatim.

a. Wilayah administrasi Kawasan Agropolitan Ngebel terdapat di Kecamatan Ngebel dan terdiri dari 8 desa yaitu:

- Desa Ngrogung, sebagai sentra tanaman pangan

- Desa Sempu, sebagai sentra tanaman pangan dan buah-buahan - Desa Sahang, sebagai sentra buah-buahan

- Desa Wagir Lor, sebagai sentra buah-buahan

- Desa Ngebel, sebagai sentra perikanan dan perkebunan - Desa Gondowido, sebagai sentra peternakan

- Desa Talun, sebagai sentra peternakan - Desa Pupus, sebagai sentra peternakan

b. Wilayah administrasi Kawasan Agropolitan Pudak terdapat di Kecamatan Pudak dan terdiri dari 6 desa yaitu:

- Desa Pudak Wetan, sebagai sentra tanaman pangan dan sayuran - Desa Pudak Kulon, sebagai sentra tanaman pangan dan sayuran - Desa Tambang, sebagai sentra buah-buahan dan perkebunan - Desa Krisik, sebagai sentra buah-buahan dan sayuran

- Desa Banjarejo, sebagai sentra buah-buahan dan perkebunan - Desa Bareng, sebagai sentra tanaman pangan dan perkebunan. 2. Kawasan Permukiman Desa Perbatasan

(5)

VI-5 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

B. Kondisi Sarana dan Prasarana Permukiman

Kondisi sarana prasarana permukiman di Kabupaten Ponorogo akan dijelaskan berdasarkan jenis kegiatannya, yaitu antara lain

1. Sarana dan Prasarana Permukiman Perkotaan

Berdasarkan hasil studi RP4D Kabupaten Ponorogo dapat diketahui kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman beserta lingkungannya pada wilayah permukiman perkotaan. Wilayah permukiman perkotaan dalam hal ini adalah perkotaan Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo, dan Ponorogo.

a) Jalan lingkungan

Kondisi jalan pada wilayah di Kecamatan Babadan, Jenangan, Siman, Sukorejo, didominasi oleh kondisi jalan aspal. Kecamatan Babadan dan Ponorogo merupakan kecamatan dengan kondisi jalan yang cukup baik dengan prosentase kondisi jalan aspal pada masing-masing kecamatan sebesar 64% dan 73 %. Sedangkan pada Kecamatan Jenangan masih didominasi oleh kondisi jalan batu (41%) dan pada wilayah Kecamatan Siman serta Sukorejo didominasi oleh kondisi jalan tanah dengan prosentase masing-masing kecamatan sebesar 41 % dan 43%.

b) Jaringan drainase

Kondisi drainase di wilayah Perkotaan Ponorogo dapat dilihat dari keberadaan saluran drainase yang ada yang terbagi menjadi 3, yaitu: saluran primer, sekunder, dan tersier. Keberadaan saluran drainase primer, sekunder dan tersier tersebar di 5 kecamatan. Keseluruhan panjang drainase tersier di wilayah perencanaan adalah kurang lebih sepanjang 177.445 m, drainase sekunder sepanjang 103.135,90 m dan drainase primer sepanjang 90.878,9 m.

c) Persampahan

Kondisi pelayanan jaringan sampah di wilayah Perkotaan Ponorogo telah menjangkau sebagian besar kecamatan, hanya terdapat 1 kecamatan yang belum terlayani, yaitu kecamatan Sukorejo. Sedangkan Kecamatan Babadan, Jenangan dan Siman telah terlayani oleh jaringan pelayanan persampahan yang dikelola oleh pemerintah yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Kondisi tingkat pelayanan persampahan di wilayah perencanaan dapat terlihat pada sarana dan prasarana persampahan yang ada: Transfer Depo, TPS, Container dan TPA.

d) Air minum

(6)

VI-6 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

2. Sarana dan Prasarana Kawasan Agropolitan

Kawasan Agropolitan Ngebel ditunjang dengan sarana dan prasarana penunjang meliputi sarana perekonomian berupa pasar desa (pasar Desa Ngebel, Wagir Lor, dan Talun) dan prasarana jalan berupa jalan poros desa. Adapun kondisi jalan poros desa yang menghubungkan Kawasan Agropolitan Ngebel dengan daerah lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. 2

Kondisi Jalan Poros Desa Pada Kawasan Agropolitan Ngebel

No. Desa Nama Pangkal Nama Ujung

Panjang (km)

Lebar

(m) Tipe Jalan Kondisi 1 Ngrogung Jati Ngrogung Krangkungan Ngrogung 1,50 3,00 Makadam Sedang

2 Sempu Sejarak Tileng 1,00 2,50 Makadam Sedang

3 Sempu Seglagah Sempu Tileng Dagangan 2,50 2,50 Makadam Sedang

4 Ngebel Ngebel Semenok 3,85 3,00 Aspal Sedang

5 Ngebel Mlingi Gedangan 4,50 2,50 Makadam Sedang

6 Ngebel Jagalan Piring 1,00 3,00 Makadam Sedang

7 Ngebel Semenok Semenok 1,40 3,00 Makadam Sedang

8 Pupus Prambon PUpus Jawol Ngebel 2,00 3,00 Aspal/ Sedang

9 Gondowido Krajan Gondiwido Krajan 3,00 3,00 Makadam Sedang

10 Gondowido Briket Gondowido Brambang 2,00 3,00 Makadam Sedang

11 Sahang Bujet Ngrambing Danten PUle Ngrogung 3,00 2,50 Makadam Sedang

12 Wagir Lor Pucuk Wagir Lor Krajan Wates 4,50 3,00 Makadam Baik

13 Ngrogung Jati Ngrogung Galih Wates 1,00 3,00 Makadam Sedang

14 Talun Krajan Talun Krajan 4,00 3,00 Makadam Baik

15 Talun Krajan Talun Dusun Sedayu 3,50 3,00 Makadam Rusak

16 Talun Krajan Talun Dusun Tritis 4,00 2,50 Makadam Sedang

17 Talun Krajan Talun Dusun Sidomukti 2,00 3,00 Makadam Sedang

18 Sahang Mutihan Sahang Bugan Wagur Lor 2,20 3,00 Makadam Baik

19 Gondowido Krajan Gondiwido Batik 2,50 3,00 Makadam Sedang

20 Sempu Dusun Seglagah Dusun Segodeng 4,50 2,50 Makadam Sedang

Sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo, 2008

3. Sarana dan Prasarana Desa Perbatasan

(7)

VI-7 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Tabel 6. 3Kondisi Prasarana dan Sarana Pada Permukiman Kawasan Perbatasan Ponorogo-Pacitan

No Desa Per-Batasan Kondisi prasarana sarana

1 Dayakan-Watupatok (Kec.Badegan - Kec. Bandar)

- Kondisi akses masih kurang memadai (sedang sampai buruk) menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani di musim kemarau

- Belum adanya angkutan perdesaan sehingga mempersulit pergerakan penduduk

2 Dusun bangunsari-watuagung

(Kec.Badegan - Kec. Bandar)

- Sebagian jalan masih banyak yang belum diaspal

- Irigasi masih buruk

- Desa ini tidak ada sumber mata air, sehingga ada pembagian air.

3 Desa Krebet-sidoharjo dengan desa watupatok

- Belum adanya tempat untuk menampung hasil pertanian masyarakat

- Mayoritas sebagai petani, buruh tani, hanya sebagian kecil yang menjadi pegawai

4 Desa Karangpatihan-ngendut-pandak dan desa tahunan

(Kec.

Balong-Kec.Tegalombo)

- Permasalahan akses yang sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani

- Fasilitas masih kurang utamanya untuk kesehatan

- Kendala pemasaran untuk produk pertanian 5 Desa wates-Gemaharjo.

(Kec.Slahung - Tegalombo)

- Memiliki beberapa industri bidang peternakan (desa wates) yang mempunyai aset besar bagi pendapatan kabupaten dan menyerap tenaga kerja

- Memiliki jalan penghubung (kolektor primer) ke wil.Kab.Pacitan untuk jalur perekonomian.

- Akses/jalur tembus antar desa dalam konsisi sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian serta masih adanya daerah rawan bencana longsor di jalur penghubung kedua kawasan

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen

- Penerangan jalan masih kurang

- Kurang optimalnya pengelolaan SDM 6 Desa Mrayan-Binade

dengan Desa Ketro dan Pucang Ombo. (Kec. Ngrayun dengan Kec. Tulakan - Tegalombo)

- Kondisi akses yang sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian

- Jaringan komunikasi kurang

- Jaringan irigasi dan drainase yang masih non permanen mempersulit petani

Sumber: Kompilasi Pengembangan Kawasan Perbatasan Ponorogo-Pacitan

4. Infrastruktur perdesaan

(8)

VI-8 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

pembangunan perdesaan. Jalan poros desa merupakan jalan yang menghubungkan antar desa yang merupakan jalan poros masyarakat perdesaaan dalam meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan). Panjang jalan poros yang terdapat di Kabupaten Ponorogo sepanjang 1.390,474 km (sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo 2008), dimana kondisi jalan poros desa pada beberapa desa di Kabupaten Ponorogo masih didominasi dengan jalan tanah. Berikut tabel mengenai kondisi jalan poros desa di Kabupaten Ponorogo.

Tabel 6. 4Jalan Poros Desa di Kabupaten Ponorogo dengan Kondisi Rusak

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang

Banteng Sukorejo Kali Pucang Sekuwung Tanah 0,18

Kedung

Banteng Sukorejo Kali Pucang Kali Pucang Makadam 0,15

Japan Babadan Desa Gupalo Desa Babadan Tanah 0,65

Kedung

Banteng Sukorejo Krajan Sekuwung Makadam 0,575

Gelang Lor Sukorejo Desa Kauman Desa Boto Makadam 0,75

Trisono Babadan Desa Karang Gayam Desa Banjarejo Penetrasi 1,25

Gandu Kepuh Sukorejo Desa Ngujung Desa Ngujung Tanah 0,12

Prajegan

Desa/Serangan Makadam 0,525

Cekok Babadan Jambean Jambean Tanah 0,25

Somoroto Kauman Jl. Bantaran Angin Batas Desa Maron Aspal 0,97

Prajegan

Sukorejo

Jalan PU

Seragen-Gegeran Batas Desa Makadam 1,05

Gandu Kepuh

Sukorejo Desa Gandu Kepuh

Jalan Batas Desa

Setono Jenangan Sejanjang Serut Makadam 1,30

Bandar Alim Badegan Jalan Propinsi Km 12 Balai Desa Makadam 3,55

Sendang Ngrayun Tumpak Salam Ngringin-Pasar Makadam 4,50

(9)

VI-9 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Kesugihan Pulung Krajan Kebonagung Tanah 4,00

Bancar Bungkal Dusun Duwet Dusun Nglodo Sirtu 1,00

Bekare Bungkal Dusun Bugis Batas Desa Menggare Makada,Tanah 1,80

Sawoo

Sawoo

Jalan PU Sawoo

Tempuran Batas Desa Temon Makadam,Sirtu 2,90

Sawoo

Sawoo

Jalan PU Bina

Marga Prop Batas Desa Pangkal Makadam,Sirtu 2,10

Totokan

Mlarak Pertigaan Bendo

Batas Desa

Serangan/Bakalan Makadam,Tanah 3,30

Bekare Bungkal Dusun Bugis Dusun Kepandean Tanah 2,40

Mrayan

Ngrayun

Jalan PU

Montongan Gunung PUyang Makadam 1,70

Mrayan Ngrayun Pakel Gawangan Makadam,Tanah 4,50

Tumpuk Sawoo Dusun Salam Dusun Nggondang Tanah 1,50

Duri Slahung Desa Brambang Desa Brambang Tanah 0,50

Wonodadi Ngrayun Krajan Krajan Makadam 3,00

Badegan Badegan Dukuh Nglambong Dukuh Nglambong Tanah 0,85

Badegan Badegan Dukuh Badegan Dukuh Nglambong Tanah 1,80

Somoroto Kauman Jl. Intan Gandini Batas Desa Maron Tanah 1,526

Somoroto Kauman Jl. Parang Garuda Batas Desa Maron Tanah 0,50

Somoroto Kauman Jl. Dorowati Jl. Sayang Ayu Tanah 0,90

Ngrandu Kauman Dukuh Ngeluk Dukuh Bulur Tanah 1,00

Ngrandu Kauman Jalan PUK Batas Desa Tanah 0,20

Japan Babadan Desa Sidorejo Desa Sidorejo Tanah 1,00

Japan Babadan Desa Babadan Desa Pondok Tanah 0,575

Japan Babadan Desa Krajan Desa Krajan Tanah 0,35

Ngrupit Jenangan Jl. Dusun Krajan Gentan Tanah 1,50

Bedi Wetan Bungkal Dukuh Krajan Dukuh Krajan Tanah 0,80

Ketonggo Bungkal Dusun Ketonggo Dusun Ketonggo Tanah 0,80

Menggare Slahung Krajan Yanglung Tanah 0,60

Prayungan

Mlarak Mlarak Purworejo Ngledok Makadam 0,30

Mlarak Mlarak Purworejo Pelem Bebek Makadam 0,85

Mrayan Ngrayun Krajan Pasar Guwangan/

Baosan Lor Aspal 1,50

Temon Ngrayun Krajan Ngrayun Makadam 0,50

Wonodadi Ngrayun Gamping Sendang Makadam 2,50

Selur Ngrayun Putuk Sidomulyo Tanah 2,00

(10)

VI-10 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Selur

Ngrayun

Jalan PU

Ngrayun-Jajar Batas Wonodadi Makadam 1,30

Ngadisanan Sambit Gangin Banyu Gong Aspal 2,00

Semanding

Kauman

Dukuh

Bentong/Jalan PU Desa Tosanan Makadam 0,40

Karang Joho Badegan Dukuh Bandar Dukuh Mitir Aspal 1,80

Blembem Jambon Ngadirejo Wetan Nagdirejo Kulon Tanah 0,90

Jambon Jambon Krajan Dusun Sumpel Tanah 1,50

Jambon Jambon Dukuh Bureng Batas Desa Blembem Tanah 1,00

Blembem Jambon Dukuh Sekaran Tanah 1,00

Blembem Jambon Tunjungan Dukuh Tanah 0,68

Ngilo-Ilo Slahung Pengkol Pasar Desa Tanah 0,50

Slahung Slahung Tengger Tengger Tanah 0,60

Slahung Slahung Tengger Tengger Tanah 1,00

Slahung Slahung Tengger Gembes Tanah 4,00

Binade

Ngrayun Krajan

Pucang Ombo

Tegal/Ombo Pacitan Makadam 1,50

Baosan Lor Ngrayun Ngembel Bon Kandang Tanah 0,95

Baosan Lor Ngrayun Banu Sendang Tanah 3,45

Baosan Lor Ngrayun Ngembel Perbatasan Ngrayun Makadam 4,95

Sendang Ngrayun Tawing Putuk Makadam 1,10

Sendang Ngrayun Pagersari Milir Tanah 1,27

Wonodadi Ngrayun Krajan Manggis Makadam,Aspal 4,00

Nglarangan Kauman Dukuh Ngarangan I Kidul Kali Tanah 0,55

Nglarangan Kauman Dukuh Ngarangan I Dukuh Ngarangan I Tanah 0,35

Slahung Slahung Gembes Gembes Tanah 3,00

Semanding

Kauman

Dukuh Dampak/

Jalan PU Desa Pulosari Makadam 1,50

Sampung Sampung Dusun Boworejo Bi Babat Aspal 3,00

Kauman Kauman Dusun Tengah Dusun Tengah Grosok 0,60

Ploso Jenar Kauman Ploso Jenar Ploso Jenar Tanah 1,00

Pengkol Kauman Pengkol Pengkol Tanah 0,70

Semanding Kauman Dukuh Bentong Dukuh Klampean Makadam 1,00

Kranggan

Sukorejo

Dukuh Jayengranan

RT 01/01 Batas Desa Nampan Tanah 2,50

Sukosari Babadan Danyang Jogoragan Makadam 2,10

Sukosari Babadan Krajan Krajan Makadam 0,90

Sukosari Babadan Krajan Demung Makadam 1,00

Lembah Babadan Jl. Kojang Manden/Ngrupit Aspal 0,90

Lembah Babadan Desa Jajar Desa Jajar Aspal 2,20

Purwosari Babadan Jalan Propinsi Boro/Desa Lembah Aspal 5,00

(11)

VI-11 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Lembah Babadan Asem Growong Malang Makadam 0,60

Kertosari Babadan Jl. Grinsing Jl. Grinsing Aspal 0,60

Kadipaten Babadan Lingkungan Jurang

Gandul Jalan Kabupaten Aspal 3,00

Kadipaten Babadan Lingkungan Tengah Jurang Gandul Aspal 0,30

Kadipaten Babadan Lingkungan Tengah Kebon Aspal 0,30

Japan Babadan Jl. Ki Lelono Jl. Ki Lelono Aspal 0,60

Panjeng Jenangan Perempatan Batas Desa Makadam 0,50

Singosaren Jenangan Segaran Segaran Lapen 0,60

Singosaren Jenangan Semampir Semampir Makadam 0,30

Mrican Jenangan Krajan Trenceng Makadam 3,00

Kemiri Jenangan Krajan Desa Tumpuk Makadam 1,50

Brahu Siman Besaran Krajan Aspal 0,70

Brahu Siman Krajan Krajan Tanah 0,525

Bajang Mlarak Bajang Bajang Tanah 0,20

Mangunsuman Siman Jalan Kabupaten Jalan Abiyoso Aspal 0,20

Prajegan Sukorejo Jalan PU Batas Desa

Kedungbanteng

Tanah,

Makadam 1,00

Kedungbanteng Sukorejo Dusun Tambang Dusun Tambang Makadam 0,75

Sidorejo Sukorejo Dusun Buyanan Jangglengan Grosok Gamping 1,50

Bangun Rejo Sukorejo Dukuh Walikukun Dukuh Walikukun Tanah 1,00

Karanglo Lor Sukorejo Desa Kulon Desa Kulon Makadam 0,75

Sidorejo Sukorejo Dusun Gadel/Jl. SDN Gelang Lor Grosok Gamping 0,70

Prajegan Sukorejo Karang/Prajegan Burungan/Gegeran Tanah 1,00

Gelang Lor Sukorejo Menggeng Batas Desa Gegeran Tanah 0,20

Gelang Lor Sukorejo Menggeng Menggeng Tanah 0,20

Kranggan Sukorejo Krajan Krajan Tanah 0,50

Talun Ngebel Krajan Talun Dusun Sedayu Makadam 3,50

Pulung Merdiko Pulung Krajan Segropyak Aspal 0,70

Tegalrejo Pulung Krajan Krajan Makadam 2,00

Bedrug Pulung Bentis Jati Makadam 1,50

Karangpatihan Pulung Selodono Malangsari Makadam 0,50

Pomahan Pulung Sabil Pohijo Makadam 0,30

Jabung Mlarak Jalan PU Batas Desa

Wonoketro Jetis Makadam 1,00

Nglumpang Mlarak Dukuh IV Dukuh IV Tanah 1,30

Kaponan Mlarak Jalan PUK Jabung Mlarak Aspal 1,20

Joresan Mlarak Joresan Batas Moko Aspal 1,10

Tugu Mlarak Pojok Bondrang Makadam 0,15

Kaponan Mlarak Pertigaan Jeblok Batas Desa

Karangrubuh Aspal, Tanah 1,20

(12)

VI-12 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Ngadisanan Sambit Sanan Sanan Aspal 0,70

Mojomati Jetis Mojomati II Mojomati I Tanah 2,222

Kutuwetan Jetis Dusun I Dusun I Aspal 0,70

Kutuwetan Jetis Bulus Sidorejo Tanah 0,70

Bedi Kulon Bungkal Bedi Kulon Bedi Kulon Tanah 1,00

Bancar Bungkal Dusun Nglodo Desa Nglodo Sirtu 0,90

Koripan Bungkal Dusun Banyu

Panguripan Batas Desa Tiron Makadam 3,00

Koripan Bungkal Dusun

Penanggungan Batas Desa Koripan Tanah Dan 3,50

Munggu Bungkal Muwung Dusun Bungur Tanah 6,50

Munggu Bungkal Muwung Ngemplak Aspal 0,68

Munggu Bungkal Muwung Sumber Rejo Aspal 1,00

Belang Bungkal Belang Keplekan Tanah 3,00

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Tanah 0,60

Belang Bungkal Belang Batas Desa Bungkal Tanah 1,60

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Tanah 0,75

Bungkal Bungkal Bungkal Bungkal Makadam 0,75

Belang Bungkal Dusun Gondang Dusun Kanigoro Aspal 0,80

Munggu Bungkal Muwung Sumber Sari Makadam 2,50

Munggu Bungkal Muwung Pager Aspal 1,50

Bancar Bungkal Bancar Bancar Sirtu 0,75

Sambi Lawang Bungkal Dusun Suki Dusun Suki Tanah 1,60

Sambi Lawang Bungkal Dusun Bandang Dusun Ngijo Tanah 1,80

Bareng Pudak Tajem Moncol Makadam,Tanah 5,00

Bareng Pudak Duwet Tengger Makadam 2,50

Tambang Pudak Krajan Krajan Aspal 1,00

Pudak Wetan Pudak Dusun Ngelo Dusun Ngelo Tanah 1,50

Pudak Kulon Pudak Dukuh Toro Dukuh Toro Aspal 0,20

Pudak Kulon Pudak Dukuh Toro Dukuh Toro Aspal 2,50

Pudak Wetan Pudak Dusun Ngelo Kali PUter Tanah 2,50

Banjar Rejo Pudak Krajan Dukuh Makadam 1,50

Banjar Rejo Pudak Bedog Dukuh Makadam 1,00

Banjar Rejo Pudak Dukuh Gempol Makadam,Tanah 3,50

Ngadirojo Sooko Dukuh Krajan Dukuh Wates Makadam 6,00

Desa Ngadirojo Sooko Dukuh Krajan-Ngadirojo

Dukuh Buyut

Ngadirojo Makadam 8,00

Desa Suru Sooko Dusun Popongan Dusun Popongan Makadam 3,00

Desa Bedoho Sooko Dusun Sepung Dusun Jetis Aspal 2,00

Desa Bedoho Sooko Dusun Jetis Dusun Jetis Aspal 1,00

Desa Ngadirojo Sooko Dukuh Karang Rejo-Ngadirojo

Dukuh Karang

(13)

VI-13 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Desa Ngadirojo Sooko Dukuh Ploso Dukuh Ploso Makadam 3,50

Jurug Sooko Setumbal Plongko Makadam 2,50

Bondrang Sawoo Jotongan Jotongan Makadam 0,70

Sawoo Sawoo Jalan PU Bina

Marga Prop

Batas Desa

Prayungan Makadam, Sirtu 1,70

Temon Sawoo Senarang Tunggangan Tanah 2,00

Temon Sawoo Senarang Bentis Makadam 1,50

Sriti Sawoo Dung Petung Tanggul/Temon Tanah 2,60

Tempuran Sawoo Darungan Batas Desa

Tempuran-Desa Sriti Makadam 2,00

Tempuran Sawoo Tempuran Batas Desa Dermosari Tanah 3,00

Ngilo-Ilo Slahung Suka Maju Suka Maju Tanah 1,00

Tegalrejo Pulung Krajan Sawur Makadam 1,50

Karangpatihan Pulung Krajan Selodono Makadam 0,70

Besuki Sambit Putuk Wilangan Bedagan Tanah 1,50

Bungu Bungkal Desa Bungu Desa Bungu Sirtu 1,10

Ketro Sawoo Ketro Selatan Ketro Aspal 0,3

Biting Badegan Dukuh Temon Dukuh Brangkal Aspal 0,4

Baosan Kidul Ngrayun Gedangan Kali Jabug Makadam,Tanah 7,00

Ngrandu Kauman Jalan PU Dukuh Ngeluk Makadam,Tanah 2,50

Ngasinan Jetis Sumbersari Samen Makadam,Tanah 1,90

Bajang Balong Jalan PUK

Balong-Ngasinan Jalan Desa Katekan Tanah Sirtu 0,825

Selur Ngrayun Jalan PU Selur

Tenggaran Batas Desa Sidomulyo Tanah 0,50

Selur Ngrayun Ngelos Putuk Tanah 2,00

Cepoko Ngrayun Gunung Gede Batas Desa Poyong Makadam 6,00

Pondok Babadan Pondok Ngrambang Aspal 0,70

Madusari Siman Majasem Majasem Tanah 0,30

Pelem Bungkal Dukuh Pelem Dukuh Swari Tanah 5,25

Tambang Pudak Krajan Tengger Tanah 0,70

Bareng Pudak Ngecek-Ecek Wot Duwur Makadam 3,65

Temon Sawoo Mloko Legi Tumpak Tanah 0,70

Temon Sawoo Senarang Tanggul Tanah 0,50

Tumpak Pelem Sawoo Karangbendo Tumpak Andong Tanah 0,70

Tugu Mlarak Pojok Pojok Tanah 0,45

Siman Siman Jalan PUK

Jeruksing-Jabung

Batas Kelurahan

Probosuman Tanah 0,80

(14)

VI-14 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Desa Kecamatan Nama pangkal Nama ujung Tipe jalan

Panjang dengan kondisi rusak(km)

Suren Mlarak Wonojati-Suren Jalan Desa Tanah 1,50

Pudak Kulon Pudak Dukuh Toro Dusun Pandan Sari Tanah 3,00

Truneng Slahung Dusun Setono Dusun Setono Tanah 0,45

Bekare Bungkal Dusun Bugis Dusun PUnung Tanah 0,65

Pangkal Sawoo Pangkal Pangkal Tanah 1,00

Sumber: Studi Penyusunan Status Jalan Kabupaten Ponorogo, 2008

C. Kondisi Lingkungan Permukiman

Kondisi lingkungan perumahan permukiman di beberapa lokasi pada wilayah perkotaan Ponorogo termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter. Penentuan permukiman kumuh (slum) didasarkan pada 4 kondisi yaitu kondisi bangunan (mayoritas non permanen), kondisi sarana prasarana (MCK, air bersih, saluran buangan, sanitasi, listrik, gang lingkungan terkesan jorok dan menjadi sarang penyakit), kondisi lokasi, dan kondisi sosial ekonomi.

Sedangkan gambaran permukiman squaters lebih pada permukiman yang berlokasi di daerah bukan difungsikan sebagai kawasan permukiman dan atau terletak di daerah rawan bencana (bantaran sungai, sempadan jalan, bahu jalan, sempadan rel kereta api). Tabel berikut memaparkan beberapa desa/kelurahan dengan perumahan permukimannya yang termasuk dalam kriteria permukiman kumuh (slum) dan squatter.

Tabel 6. 5Kawasan Permukiman Kumuh (slum) dan Squatters di Perkotaan Ponorogo dan Perkotaan IKK

No Kecamatan Kategori Lokasi Desa/kel Keterangan

1 Babadan

Slum & Squatter Cekok sempadan sungai,kawasan rawan bencana

Squatter Ngunut rawan banjir karena berada di sempadan

sungai

Slum Kadipaten dan Japan rawan banjir karena berada di sempadan sungai

Slum Purwosari kawasan irigasi mulai dikembangkan

sebagai kawasan permukiman besar 2. Jenangan Slum & Squatter Mrican rumah-rumah non permanen

Squatter Pintu warung/toko yang berada di sempadan

jalan

Slum Panjeng permukiman kondisi sebagian besar

non-permanen, kawasan rawan bencana Slum & Squatter Kemiri kawasan rawan bencana

Slum Nglayang, Paringan, dan Wates

kawasan rawan bencana

3. Siman Slum Jarak standar kesehatan rendah

Slum & Squatter Tranjang kawasan rawan bencana dan standar kesehatan rendah

(15)

VI-15 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

No Kecamatan Kategori Lokasi Desa/kel Keterangan

Slum Madusari, Beton, Ngabar, Ronowijayan, dan Brau

rawan banjir dan genangan krn berada di sempadan sungai

4. Sukorejo Slum Morosari, Sragi, Lengkong, Prajegan, dan Serangan

kawasan standar kesehatan rendah

Slum & Squatter Kedungbanteng kawasan standar kesehatan rendah 5. Ponorogo Slum & Squatter Tambakbayan kawasan rawan bencana daerah bantaran

sungai

Slum & Squatter Paju kawasan rawan bencana daerah bantaran sungai Sekayu

Slum & Squatter Kauman dan Pinggirsari kawasan rawan bencana daerah bantaran sungai (Sungai Sekayu dan

Tambakkemang)

Slum & Squatter Beduri, Jingglong,Keniten kawasan rawan genangan air/banjir

6. Badegan Slum & Squatter Biting, Dayakan, Kapuran, dan Badegan

daerah rawan bencana longsor dan tepi sungai

7. Balong Slum & Squatter Ngampel, Tatung, Balong, Purworejo, Sedarat, Jalen, Bajang, Ngumpul dan Bulak

daerah rawan bencana longsor dan tepi sungai

Permasalahan Pengembangan Permukiman

Secara umum beberapa pokok permasalahan terkait pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Ponorogo(baik kawasan perkotaan dan pedesaan), antara lain sebagai berikut:

1. Adanya backlog rumah di hampir setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Ponorogo. 2. Masih terdapatnya permukiman kumuh pada beberapa lokasi khususnya di Perkotaan

Ponorogo. Dimana prasarana dan sarana pada lokasi permukiman kumuh tersebut masih minim.

3. Permasalahan akses perdesaan yaitu dengan kondisi jalan sedang sampai buruk menyebabkan terhambatnya pergerakan perekonomian. Sebagian jalan masih banyak yang belum diaspal.

4.

Kurang memadainya beberapa sarana dan prasarana khususnya pada Kawasan Agropolitan yang meliputi prasarana perekonomian (untuk menampung hasil pertanian), prasarana jalan dan transportasi, dan prasarana air bersih.

6.1.2. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

(16)

VI-16 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

A. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

Di wilayah Kabupaten Ponorogo terdapat kecenderungan bahwa pertumbuhan permukiman di perkotaan berjalan dengan pesat dengan dimotori oleh wilayah Kecamatan Ponorogo sebagai pusat dari Kabupaten Ponorogo. Beberapa usulan program dan kegiatan terkait kebutuhan dan permasalahan pengembangan permukiman khususnya di kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 - 2018 adalah Infrastruktur kawasan permukiman perkotaan : Penyediaan PSD permukiman di kawasan RSH.

B. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

Pertumbuhan permukiman di Kabupaten Ponorogo masih cenderung terpusat di wilayah perkotaan. Sedangkan permukiman perdesaan tidak berjalan dengan pesat dan pertumbuhan cenderung berjalan lambat karena tidak terdapat fungsi guna lahan yang dapat menarik pergerakan ke arahnya dan kondisi morfologi yang berbukit di Jenangan dan Siman serta minimnya sarana prasarana kebutuhan masyarakat. Diharapkan adanya pemerataan fungsi dan kegiatan di daerah luar wilayah Perkotaan Ponorogo yang nantinya akan memicu pertumbuhan di wilayah di Kabupaten Ponorogo.

Dalam kebijakan RTRW Kabupaten Ponorogo tahun 2008-2028 dijelaskan bahwa skenario pengembangan wilayah Kabupaten Ponorogo antara lain mendorong pertanian melalui agropolitan; mengembangkan infrastruktur sampai perdesaan; serta pengembangan fasilitas perkotaan sesuai orde masing-masing untuk mendukung pengembangan wilayah secara struktur dan efisien. Berdasarkan hasil analisa yang disesuaikan dengan kebijakan, maka usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman khususnya pada kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 - 2018 adalah Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan : Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Agropolitan.

6.1.3. Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor Pengembangan Permukiman

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

(17)

VI-17 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. 2. Khusus

Rusunawa

 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

RIS PNPM

 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.

 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM. PPIP

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik  Tingkat kemiskinan desa >25%

PISEW

 Berbasis pengembangan wilayah

 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan

 Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

(18)

VI-18 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana a. Kondisi Jalan

b. Drainase c. Air bersih d. Air limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

(19)

VI-19 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

6.2. PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN (PBL)

6.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan.

1. Kondisi Kepadatan Bangunan dan Pola Penataan Lingkungan Permukiman

Kepadatan bangunan di wilayah Perkotaan Ponorogo rata-rata memiliki kepadatan bangunan rendah (1-35 unit/Ha). Dimana sebagian besar desa/kelurahan (86 desa/ kelurahan) memiliki kepadatan rendah, sedangkan 1 desa/ kelurahan memiliki kepadatan sedang dan tidak ada desa/kelurahan yang memiliki kepadatan tinggi. Dari keseluruhan kecamatan yang ada, kepadatan bangunan tertinggi terdapat di Kecamatan Siman yaitu dengan kepadatan rata-rata 4,28 unit/Ha. Sedangkan kepadatan bangunan terendah terdapat di Kecamatan Jenangan dimana rata-rata kepadatan di kecamatan ini adalah 2,05 unit/Ha. Terdapat satu kelurahan di kecamatan Ponorogo yaitu Kelurahan Taman Arum yang memiliki kepadatan bangunan mencapai 26,59 unit/Ha.

Pola penataan lingkungan di wilayah Perkotaan Ponorogo meliputi pola penataan lingkungan perumahan yang berbentuk radial, linier dan tersebar. Pola penataan radial adalah pola penataan perumahan yang cenderung memusat pada suatu kawasan tertentu karena adanya pemusatan pelayanan, fasilitas, dan lain sebagainya. Pola ini pada umumnya terdapat di kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan (IKK). Sedangkan pola penataan linier adalah penataan lingkungan yang cenderung linier mengikuti jaringan jalan yang ada. Perumahan pada pola ini pada umumnya terletak di sepanjang jalan utama atau jalan-jalan yang banyak menimbulkan bangkitan lalu lintas. Untuk pola tersebar, adalah pola penataan lingkungan yang cenderung menyebar pada seluruh kawasan yang pada umumnya terjadi pada perumahan pinggiran kota.

2. Kondisi Sarana Lingkungan Hijau

Kawasan peruntukan tata hijau kota mencakup pola, skala, tatanan ruang terbuka menurut kebutuhan hidup kota. Dalam hal ini kawasan peruntukan ruang hijau terdapat di Kota Ponorogo. Di Kota Ponorogo ruang terbuka jenis ini meliputi taman kota, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, makam, dan lapangan olah raga.

a. Taman Kota : 77.265 m2

 Taman Alun-alun Kota : 37.200 m2

 Taman Sukowati : 2800 m2

 Pendopo Kabupaten : 6200 m2

 Taman air Mancur : 1.042,5 m2  Taman Perempatan Jalan : 95,78 m2

 Tugu Batas Kota : 2400 m2

 Taman lainnya : 27.526,72 m2

b. Hutan Kota : 122.975 m2

c. Jalan : 499 km

(20)

VI-20 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

e. Makam : 326.634 m2

f. Pekarangan : 4.660.000 m2

g. Rekreasi dan olah raga : 323.400 m2  Taman wisata Ngembag : 12.451 m2

 Gor : 4.900 m2

Joging track : 7500 m2

 Stadion Batoro katong : 48.165 m2

 Sawah perkotaan : 20.750.000 m2

Secara garis besar, fungsi RTH Kota Ponorogo terbagi menjadi dua, yaitu fungsi utama (intrinsik) dan fungsi tambahan (ekstrinsik). RTH yang mempunyai fungsi intrinsik meliputi RTH Hutan Kota, dan RTH Jalur Hijau Sempadan Sungai, karena ketiganya mempunyai fungsi utama sebagai fungsi ekologis yang mempunyai tujuan utama untuk menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik dan terdiri dari beberapa fungsi, seperti pengendali banjir, penyerap air hujan, penyegaran udara, pemeliharan ekosistem tertentu, dan sebagainya. Sementara itu ke – 6 RTH lainnya tergolong RTH yang mempunyai fungsi ekstrinsik (fungsi tambahan) karena RTH tersebut berfungsi sosial, ekonomi, arsitektural serta merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan kota tersebut, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

3. Kondisi Kawasan Bersejarah/Tradisonal

Kabupaten Ponorogo memiliki kawasan bangunan bersejarah/tradisional yang yang memiliki nilai historis. Kawasan bangunan bersejarah/tradisional tersebut juga dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Berikut beberapa kawasan bersejarah/tradisional di Kabupaten Ponorogo:

 Makam Bathoro Katong di Desa Sentono Kecamatan Jenangan  Makam Jayengrono di Kecamatan Pulung

 Makam Astana Srandil di Kecamatan Badegan  Sendang Waluyo Jatiningsih di Kecamatan Sooko  Masjid Jami’i Kabupaten Ponorogo

 Makam Kyai Ageng Mohammad Besari di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis  Makam Merto Hadinegoro di Desa Tajug Kecamatan Siman

 Pondok Modern Gontor di Kecamatan Mlarak  Ponpes Putri Al-Mawadah di Kecamatan Mlarak  Ponpes Ar-Risalah di Kecamatan Slahung  Ponpes Kyai Hasyim Ashari

(21)

VI-21 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

berumur rata-rat tergolong tua, berkepadatan tinggi, dan masih tersedia cukup lahan terbuka. Adapun kondisi lebih detail yang ada di lingkungan Makam Kyai Ageng Mohammad Besari sebagai berikut:

a. Bangunan

Bangunan cungkup masjid terdiri dari dua buah tipe, yaitu cungkup Kyai Ageng Besari, beratap Tajug, sedangkan di sebelahnya juga atap tajug yang didempetkan sehinnga membentuk tajug loro.

b. Ruang Luar

Masih banyak terdapat lahan kosong di sekitarnya dan letak makam berada tepat di belakang bangunan masjid, atau berada pada sebelah baratnya.

c. Penanda

Perbedaan ketinggian dan peletakan makam juga tergantung dari statusnya, semakin keramat status bangunan maka semakin tinggi pula bangunan tersebut.

Keberadaan Makam Kyai Ageng Mohammad Besari di Desa Tegalsari sebagai tujuan wisata religi/budaya didukung dengan keberadaan Desa Karanggebang dan Desa Mojorejo terkait kegiatan ekonomi desa. Desa Tegalsari merupakan desa penghasil bambu (berupa lonjoran bambu) dan Desa Karanggebang merupakan desa utama konsumen bambu lonjoran tersebut, yang kemudian diolah menjadi kerajinan anyaman yang terkenal khas Ponorogo. Sementara itu Desa Mojorejo merupakan wilayah yang dibelah oleh jalur utama transportasi regional dari Ponorogo ke Trenggalek, yang secara kebetulan juga terdapat simpang empat menuju akses jalur lingkar luar Kota Ponorogo. Dimana di sekitar simpang empat tersebut merupakan pusat kegiatan strategis untuk pertumbuhan ekonomi.

4. Kondisi Sarana dan Prasarana Pemadam Kebakaran Kabupaten Ponorogo

Sarana instansi pemadam kebakaran merupakan bangunan pemadam kebakaran yang disediakan untuk menanggulangi kebakaran pada suatu wilayah. Bangunan pemadam kebakaran pada wilayah Kabupaten biasanya memiliki status bangunan Pos Pemadam Kebakaran (PPK). Di Kabupaten Ponorogo terdapat bangunan PPK dengan luas lahan ± 200 m2. Sarana yang tersedia pada bangunan PPK Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. 6

Sarana dan Prasarana Pemadam Kebakaran Kabupaten Ponorogo

Klasifikasi Keterangan

Jenis PMK UPT

Lokasi Jl. Alun-Alun Utara No.9 Komp. Perkantoran Pemda Ponorogo Kec. Ponorogo, Kab. Ponorogo

Struktur Organisasi Pos Pemadam Kebakaran Jumlah Personil 35 Org (Sistem sif)

(22)

VI-22 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Ketersediaan Peralatan

- 3 Unit Mobil Pemadam - 1 Unit Mobil Patroli - 2 Unit Sepeda Motor - 7 Pcs Baju Anti Panas - 7 Pcs Sepatu Anti Panas - 2 Unit Breathing Apparatus - 12 Unit Selang 20 meter

Sumber : UPT Pemadam Kebakaran, Kabupaten Ponorogo

Selain tersedianya bangunan pos pemadam kebakaran, terdapat juga prasrana hydrant yang berpusat di Kecamatan Ponorogo. Terdapat 22 buah hydrant yang tersedia dan 20 diantaranya merupakan hydrant yang aktif. Berikut merupakan lokasi detail beberapa hydrant aktif di Kabupaten POnorogo :

 Jalan Sinduro / Ahmad yani (1 hidran aktif)  Jalan Kesatrian (1 hidran aktif)

 Jalan Sultan Agung (1 hidran aktif)  Jalan Batoro Katong ( 2 hidran aktif)  Jalan Semeru (1 hidran aktif)

 Pasar Songgolangit (2 hidran aktif)  Pasar Legi (1 hidran aktif)

 Alun – Alun Kota (1 hidran aktif)

Dari 10 hydrant yang ada, terdapat 4 hydrant yang sering dipergunakan yaitu hydrant yang terletak di Jl. Sinduro/Ahmad Yani, Jl. Kesatrian dan Jl. Batoro Katong.Selain bangunan pos pemadam kebakaran dan ketersediaan hydrant, belum tersedia sarana dan prasarana lainnya di Wilayah Kabupaten Ponorogo.

5. Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Beberapa isu permasalahan terkait penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Ponorogo antara lain sebagai berikut:

a. Beberapa bangunan/kawasan yang ada di Kabupaten Ponorogo memerlukan perawatan karena merupakan bangunan/kawasan yang bersejarah, misanya bangunan Masjid Tegalsari dan kawasannya, Makam Setono dan kawasannya serta masih banyak lagi bangunan dan kawasan yang memerlukan konservasi, renovasi,restorasi, maupun preservasi.

b. Penandaan wilayah Ponorogo yang kental dengan bentuk budaya dan ornamen reog yang mulai tereliminasi oleh bentuk bangunan modern

(23)

VI-23 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

6.2.2. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.

Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

 Program Bangunan dan Lingkungan;  Rencana Umum dan Panduan Rancangan;  Rencana Investasi;

 Ketentuan Pengendalian Rencana;  Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

(24)

VI-24 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

- Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:

1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;

4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat. - Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 6.28, yang dapat dijadikan acuan untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Tabel 6. 7

(25)

VI-25 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:

1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan); 2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.

6.2.3. Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapanuntuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah: - Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

Kriteria Khusus:

 Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;  Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG.

- Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas:

(26)

VI-26 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis-nya;

 Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi :

 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;  Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;

 Kawasan yang dilestarikan/heritage;  Kawasan rawan bencana;

 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

 Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

 Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;  Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

- Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen

kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

Kriteria Umum:

 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;

 Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);

 Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:  Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

(27)

VI-27 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

 Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:

 Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik);

 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);

 Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:  Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);

 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;  Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):

 Ada Perda Bangunan Gedung;

 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;

 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi

 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata Ruang;  Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah:

 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional- Bersejarah;  Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;

 Ada DDUB;

 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;

 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

(28)

VI-28 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

 Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal SK/peraturan bupati/walikota);

 Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD);  Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;

 Ada lahan yg disediakan Pemda;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:

 Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;

 Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun, bandara);

 Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat (taman, alun-alun);

(29)

VI-29 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

6.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

6.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

Isu-isu strategis dari kondisi Existing dan permasalahan Pengembangan SPAM dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. 8Kondisi Eksisting dan Permasalahan Pengembangan SPAM

Sistem Jaringan

Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air Luas WP

%Penduduk %Wilayah Lokasi Debit

Perpipaan Hampir sudah

A. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Ponorogo dibedakan berdasarkan karakteristik wilayahnya yaitu perdesaan dan perkotaan IKK, hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan pelayanannya. Berdasarkan ketentuan perkotaan, seharusnya utilitas air minum untuk air minum di wilayah IKK disediakan oleh PDAM, akan tetapi ada beberapa IKK di Kabupaten Ponorogo yang belum terlayani oleh PDAM yaitu antara lain IKK Sambit, IKK Pudak, IKK Jambon, IKK Sukorejo. Sementara itu, pelayanan air minum di wilayah perdesaan di Kabupaten Ponorogo secara umum telah dilayani dengan sistem perpipaan maupun non perpipaan. Pelayanan air minum dengan sistem perpipaan meliputi PDAM, HIPPAM, WSLIC-2, dan swadaya perpipaan, sedangkan sistem non perpipaan meliputi sumur gali maupun sumur pompa.

Tabel 6. 9Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

No Uraian Satuan Sistem Non

Perpipaan Sistem Perpipaan Keterangan

1. Pengelola - Masyarakat HIPPAM, WSLIC,

PDAM

(30)

VI-30 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

No Uraian Satuan Sistem Non

Perpipaan Sistem Perpipaan Keterangan

2. Tingkat Pelayanan % 21,7% 26,71% Daerah pelayanan PDAM dibagi

- pipa distribusi dengan diameter 25-75 mm (PVC, ACP, dan Gi),

- pipa transmisi memiliki diameter 100-400 mm (ACP, Gi, dan PVC - total panjang pipa adalah 408.832 m - sistem yang digunakan adalah

system pemompaan dan gravitasi. 4. Kapasitas Sub Sistem Produksi

Kapasitas Terpasang

l/dt - PDAM:208 l/dt Kapasitas terpasang ada yang lebih ada yang kurang. Kelebihan kapasitas tersebut tidak bisa untuk memenuhi / menyuplai daerah yang kurang karena terletak di beberapa IKK yang jaraknya sangat jauh

Sumber: Kompilasi Data Pelayanan Air Bersih di Kabupaten Ponorogo, DED Air Bersih Kerjasama Antar Kabupaten Ponorogo-Madiun, dan Masterplan Air Bersih Perdesaan Kabupaten Ponorogo

Tabel 6. 10.Pelayanan HIPPAM di Kabupaten Ponorogo

No. Kecamatan Jumlah HIPPAM Keterangan

1. Ngrayun 6 HIPPAM Terdapat di Desa Binade, Selur, Cepoko, Ngrayun, Temon 2. Slahung 3 HIPPAM Terdapat di Desa Senepo, Ngilo-ilo, Wates

3. Pudak 2 HIPPAM Terdapat di Desa Tambang dan Bareng 4. Sooko 2 HIPPAM Terdapat di Desa Suru, Bedoho, dan Jurug 5. Bungkal 3 HIPPAM Terdapat di Desa Pelem, Koripan, dan Bungkal

6. Ngebel 6 HIPPAM Terdapat di Desa Ngrogung, Ngebel, Wagir Lor, Pupus, Gondowido, dan Talun

7. Sambit 2 HIPPAM Terdapat di Desa Gajah dan Ngadisanan 8. Badegan 2 HIPPAM Terdapat di Desa Dayakan dan Biting 9. Balong 2 HIPPAM Terdapat di Desa Karang Patihan dan Pandak

10. Pulung 11 HIPPAM Terdapat di Desa Singgahaan, Wagir Kidul, Bekering, Munggung, Banaran, Singgahan, Bedrug, Tegalrejo, Karang Patihan, Wayang, dan Serag

Gambar

Tabel 6. 1
Tabel 6. 2
Tabel 6. 4 Jalan Poros Desa di Kabupaten Ponorogo dengan Kondisi Rusak
Tabel 6. 5 Kawasan Permukiman Kumuh (slum) dan Squatters di Perkotaan Ponorogo dan Perkotaan IKK
+7

Referensi

Dokumen terkait

melayani lebih dari 10 interval cabang harus dilengkapi dengan pipa ven„yoke‟ untuk setiap 10 interval cabang dihitung dari cabang lantai paling atas. Pipa ven tegak sama dengan

Qur’an. Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam masalah hafalan Al- Qur’an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar

Sikap positif itu adalah pengendalian diri agar senantiasa berfikir dengan melihat sisi positif disetiap obyek yang terlihat, terdengar, atau bahkan dalam bentuk afirmasi

Seperti pada UU Nomer 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan bahwa “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

Hasil ini diikuti dengan 56% perawat memiliki tingkat resiliensi yang sangat tinggi, 42% perawat memiliki tingkat resiliensi tinggi, dan 2% perawat memiliki

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

Maramis, dr., SpKJ(K) Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan