• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Kota Ponorogo mempunyai kondisi topografi relatif lebih rendah dibanding dengan daerah lain di wilayah kabupaten yaitu kurang dari 100 mdpl. Karena letaknya yang lebih rendah dari daerah di sekelilingya maka Kota Ponorogo dilewati aliran air yang datang dari daerah yang lebih tinggi elevasinya seperti Kali Keyang dari arah timur dan selatan, Kali Slahung dari arah selatan dan Kali Sungkur dari arah barat. Dan akhirnya muara ketiga sungai tersebut bertemu di Kali Sekayu.

Kemiringan dasar dari ketiga sungai tersebut cukup besar, kemudian muara dari ketiga sungai itu bertemu pada posisi yang dapat dikatakan hampir satu titik di badan sungai yang mempunyai kemiringan dasar relatif landai dan kondisinya berbelok-belok. Maka apabila hujan turun di daerah hulu dengan intensitas cukup besar maka aliran hujan dengan segera akan terkonsentrasi di pertemuan ketiga sungai tersebut. Akibatnya bisa dikatakan akan terjadi akumulasi debit yang sangat besar dan apabila K. Sekayu tidak mampu mengalirkan dengan segera maka dapat dipastikan aliran akan meluap dari tebing sungai dan menggenangi daerah sekitarnya. Untuk mengetahui lebih detail daerah genangan air di wilayah Kota Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.36. Tabel 6. 28

Daerah Genangan di Perkotaan Ponorogo

No Daerah Genangan Luas Genangan

(ha) frekuensi Banjir/Tahun lama (hari) Kedalaman (cm) 1 Disekitar Kabupaten Jl. Bayangkara 3 1 - 8 0.5 - 1 30 – 50 2 Jl. MT. Haryono 4.5 1 - 8 0.5 - 1 30 – 50

3 Jl. Yos Sudarso, Gatot Subroto dan A. Yani

5 1 - 3 0.5 - 1 30 – 50

4 Daerah sekitar K. Jenes, K Keyang sampai Tempuran

100 1 - 5 1 – 2 30 – 50

5 Daerah sekitar K. Sekayu 80 1 - 5 2 – 3 30 – 90

6 Jl. DI. Panjaitan 1 1 - 5 0.5 - 1 30 – 50

7 Jl. Halim Perdanakusuma 1 1 - 8 0.5 - 1 30 – 50

8 Depan Gor Jl. Pramuka 1 1 - 8 0.5 - 1 30 – 50

Sumber : Kompilasi Data Masterplan Drainase Kota Ponorogo

VI-74 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Beberapa permasalahan yang terjadi pada drainase perkotaan di Kota Ponorogo yang menyebabkan terjadinya banjir atau genangan sesaat adalah :

1. Kondisi beberapa saluran drainase yang kurang berfungsi secara optimal, karena usia guna, aktivitas manusia dan perubahan tata guna lahan. Misalnya seperti:

- Saluran di Jalan Letjen Suprapto terdapat penyempitan karena ada pembangunan jembatan oleh warga.

- Saluran di Jalan Niken Gandini masih belum terencana dengan baik yaitu berupa saluran tanah, hanya ada pada satu sisi jalan dan terdapat penyempitan di ujung/muara saluran tersebut karena ada bangunan gorong-gorong yang dibangun tidak sesuai dengan debit yang ditampung.

- Saluran di Depan Gor Jalan Pramuka ada yang terputus sehingga air dapat meluap. - Saluran di Jalan Mayjen S.Parman (Keniten) hanya ada pada satu sisi ruas jalan dan

bentukbya masih berbelok-belok tidak langsung menuju ke saluran sekunder.

- Saluran di Jalan Bhayangkara – Jalan Jaksa Agung Suprapto kapasitas salurannya kurang untuk menampung debit yang harus ditampung sehingga menyebabkan luapan.

- Sipon pada saluran di Jalan Sukarno Hatta, Jalan Lawu, Jalan Merbabu dan sekitarnya tidak mampu menampung debit air sehingga meluap dan banjir.

2. Terdapat saluran yang berfungsi ganda sebagai saluran irigasi dan saat ini sekaligus berfungsi pula sebagai saluran drainase. Misalnya seperti saluran di perempatan Jalan Sumatra dengan Jalan MT. Haryono.

3. Adanya pandangan bahwa sungai atau selokan merupakan tempat pembuangan sampah, hal ini menjadi kendala tersendiri yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Karena walau secara teknis sudah dinyatakan aman tapi karena sumbatan sampah maka saluran drainase jadi tidak berfungsi sebagaimana yang direncanakan.

4. Kepemilikan wewenang pengelolaan dan pemeliharaan sungai-sungai utama ada pada Pemerintah Propinsi Jawa timur. Sehingga Pemerintah Kabupaten Ponorogo tidak dapat langsung bertindak/ berbuat langsung terhadap sungai-sungai yang berada pada wilayahnya.

6.4.3.2. Analisis Kebutuhan Pengembangan

Pada beberapa titik wilayah Kota Ponorogo terdapat lokasi genangan sesaat yang disebabkan oleh kurangnya kapasitas saluran dalam menampung limpasan air hujan, karena sumbatan oleh endapan sedimen/sampah dan terjadi penyempitan saluran. Berdasarkan Masterplan Drainase Kota Ponorogo dapat diketahui beberapa saluran drainase yang masih mengalami luapan. Berikut hasil evaluasi beberapa saluran drainase di Kota Ponorogo.

Dari evalusi saluran tersebut di atas, terdapat beberapa ruas saluran yang melimpas ketika terjadi hujan dengan kala ulang 5 tahun. Hal ini berarti saluran tersebut tidak mampu mendukung debit air hujan yang melewatinya. Berikut beberapa rekomendasi terkait hasil evaluasi kondisi saluran drainase di Kota Ponorogo, yaitu:

VI-75 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

1. Rehabilitasi saluran eksisting

Saluran drainase di daerah perkotaan Kabupaten Ponorogo telah direncanakan dengan baik ketika awal perencanaan. Kenyataan dengan adanya pertumbuhan penduduk dan perubahan tata guna lahan yang semakin cepat, membuat saluran drainase dengan kapasitas awal tidak dapat menampung debit air yang melewatinya. Hal ini perlu dilakukan suatu rehabiltasi dengan :

a. Pelebaran saluran.

Dengan pertimbangan daerah sekitarnya, artinya jika daerah sekitar masih memungkinkan untuk dilakukan pelebaran saluran drainase.

b. Penambahan kedalaman saluran.

Kedalaman saluran yang telah direncanakan memiliki kedalaman tertentu, pada kenyataan di lapangan saluran pada titik-titik tertentu sering meluap ketika hujan. Kedalaman saluran dapat berubah seiring waktu kasus yang sering terjadi yaitu pendangkalan. Jika pada saluran tidak terjadi pendangkalan, tetapi saluran tersebut sering meluap maka perlu dilakukan penambahan kedalaman.

c. Perubahan struktur saluran

Rekomendasi dengan perubahan struktur jika memungkinkan seminimal mungkin dilaksankan, karena dengan perubahan stuktur akan memakan biaya yang besar. Perubahan struktur lebih diutamakan pada gorong-gorong outlet ke sungai, sebab struktur gorong-gorong atau pipa tertutup yang berdiameter kecil dapat menimbulkan luapan pada saluran di upstream nya sehingga menyebabkan luapan di daerah sekitar upstream. Langkah yang dapat dilakukan dengan merubah outlet saluran yang berupa pipa tertutup (buis beton) tersebut dengan saluran terbuka bentuk trapesium atau segiempat.

2. Pembangunan saluran baru

Daerah yang belum terdapat saluran perlu dibangun saluran dengan kapasitas yang mampu mengalirkan debit air hujan dengan kala ulang 5 tahun dan limbah domestik dari daerah sekitarnya. Diharapkan dengan adanya saluran baru ini mampu menampung debit air hujan dan limbah domestik agar tidak meluap ke daerah sekitarnya, juga untuk pengaliran ke sungai alami dengan aspek hidrolika yang layak.

3. Normalisasi saluran

Pada umumnya saluran-saluran drainase tidak akan bebas dari sedimentasi, baik yang terjadi secara alami maupun karena ulah tangan manusia yang tidak mau memperhatikan kondisi lingkungannya seperti sampah atau material bangunan. Dengan adanya sedimen yang terdapat dalam saluran pasti akan mengurangi kapasitas tampung saluran dan menghambat kelancaran aliran yang akan menyebabkan air meluap dari saluran. Oleh sebab itu perlu dilakukan kegiatan normalisasi saluran secara berkala.Kegiatan normalisasi ini sebaiknya dilakukan minimal 2 kali dalam setahun yaitu sebelum musim hujan agar aliran air lancar dan setelah musim hujan agar saluran menjadi tampak bersih, indah dan sehat.

VI-76 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

Beberapa titik di wilayah Kota Ponorogo sangat berpotensi timbul genangan air. Hal ini perlu penanganan khusus baik secara struktural maupun nonstruktural. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. 29

. Analisa Permasalahan Genangan Air di Kota Ponorogo dan Solusi Penangannya

No Lokasi Permasalahan Solusi

1 Jalan Letjend Suprapto

- debit saluran besar dari perumahan greysimey

- dataran sangat landai - aliran berbelok 45 

- penyempitan saluran oleh decker jembatan rumah tangga

- ujung hilir bertemu dengan saluran yang berasal dari sumber ngembak

- Penertiban sempadan saluran dari decker jembatan

- membuat sudetan pada belokan saluran menyeberang jalan dan diteruskan dengan saluran drainase di barat jalan

2 Jalan Halim Perdana Kusuma

- Lokasi genangan berupa lodokan yang posisinya lebih rendah dari daerah sekitarnya

- rehabilitasi saluran dengan cara

mempertinggi dan memperlebar saluran - membuat inlet penangkap aliran air 3 Jalan Niken Gandini - Saluran belum terencana dengan baik

- Debit sangat besar

- Terdapat penyempitan di ujung/muara saluran tersebut.

- Saluran hanya ada pada satu sisi

- merehabilitasi saluran sesuai dengan kapasitas

- penertiban sempadan saluran

- Menambah saluran pada sebelah barat utara jalan

4 Depan Gor Jalan Pramuka

- saluran terputus belum ada terusannya

- membuat gorong-gorong dan saluran drainase yang meneruskan aliran air menuju ke saluran Tambak Kemangi - merehab saluran yang rusak

5 Jalan DI. Panjaitan - daerah cekungan/ledokan - belum ada saluran drainase

- membuat saluran baru di sisi kanan dan kiri jalan

- saluran dilengkapi dengan inlet penangkap aliran

6 Jalan Mayjend S. Parman Keniten

- saluran masih di satu sisi jalan - saluran masih berbelok-belok

- membuat gorong-gorong untuk meluruskan arah aliran

- membuat saluran di satu sisi jalan lagi yang dialirkan menuju Kali Sekayu 7 Jalan Bhayangkara –

Jalan Jaksa Agung Suprapto

- Kapasitas saluran tidak memenuhi - lahan terbatas

- menambah rutinitas pengerukan sedimen

- memutus aliran yang menuju ke Jalan Bhayangkara

VI-77 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

No Lokasi Permasalahan Solusi

8 Perempatan Jalan Sumatra dengan Jalan MT. Haryono

- jembatan Jalan MT. Haryono terlalu pendek, sehingga mengahambat aliran - saluran setelah jembatan menyempit

- memperdalam saluran di bawah jembatan

- memperlebar saluran drainase di Jalan MT. Haryono sampai saluran di Jalan Puspowarno

9 Jalan Yos Sudarso, Jalan Gatot Subroto, Jalan A. Yani, Jalan Poncowolo sampai persawahan antara Kali urung-urung dan Afvour Sedodog

- Debit Kali urung-urung dan Afvour Sedodog yang sangat besar dan meluap

- Lokasi banjir adalah daerah dataran yang sangat landai

- Terjadi hambatan aliran oleh ranting- ranting bambu yang tumbuh di sepanjang sungai di Kali Urung-urung - Pengaruh back water di daerah

pertemuan tiga sungai

- melakukan normalisasi minimal 2 kali dalam satu tahun

- memperkuat tebing kedua saluran primer tersebut

- membuat tanggul-tanggul banjir pada sisi saluran yang airnya meluap. - melakukan koordinasi dengan Dinas

Pengairan Jawa Timur dalam mengelola dan mencari solusi back water yang terjadi di Kali Sekayu

10 Daerah Kali Jenes, Kali Keyang sampai Tempuran

- Pengaruh back water di pertemuan tiga sungai

- Normalisasi saluran minimal 2 kali pertahun

- Perkuatan tebing saluran

- pembuatan tanggul-tanggul banjir - pembuatan pintu back water - Koordinasi dengan Dinas Pengairan

Jawa Timur 11 Jalan Sukarno Hatta,

Jalan Lawu, Jalan

Merbabu dan

sekitarnya

- terdapat daerah cekungan/ledokan di jalan Soekarno Hatta

- Siphon yang kurang kapasitasnya dan banyak terjadi sedimentasi di saluran

- Merubah bangunan bagi sadap dengan cara membongkar bendung dan diganti dengan pintu

- Merubah arah aliran yang berada di sebelah timur jalan Soekarno Hatta - Normalisasi dengan cara pengerukan

sedimen

- penertiban sempadan saluran 12 Jalan Jenderal

Sudirman (daerah aloon-aloon)

- Kondisi dataran landai - Membuat shortcut menuju Afvour Tambak kemangi dan menutup aliran yang menuju ke Bapeda

Upaya-upaya penanganan terhadap permasalahan khusus tersebut perlu dinilai untuk prioritas pelaksanaannya. Faktor yang dapat berpengaruh terhadap prioritas usulan kegiatan penanganan permasalahan drainase tersebut antara lain :

 Tata guna lahan - Pemukiman - Persawahan - Tanah ladang

 Aktivitas manusia (kegiatan perekonomian dan pemerintahan) - Perkantoran, perdagangan

- Pendidikan dan jasa - Pertanian

 Tingkat kejadian bencana (banjir, genangan dan kerugian) - Kritis

VI-78 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

- Sedang - Tidak kritis  Daerah penguasaan

- Wilayah kerja Kabupaten Ponorogo - Bukan wilayah kerja Kabupaten Ponorogo

Berdasarkan pertimbangan faktor di atas secara terintegrasi. Maka dilakukan penilaian terhadap masing-masing lokasi yang telah direkomendasikan sehingga didapatkan prioritas pelaksanaan penanganan, yaitu antara lain:

A. Prioritas I

- Pembuatan shortcut dari saluran sebelah utara Jalan Jendral Sudirman yang mengalir ke arah aloon-aloon menuju ke selatan Jalan Jenderal Sudirman

- Memutus saluran yang menuju Jalan Bhayangkara dan mengarahkan ke saluran KBP Duriyat

- Menambah inlet penangkap limpasan air di daerah cekungan jalan Soekarno-Hatta dan merubah arah saluran drainase timur jalan menuju ke Kali Jarakan serta membongkar bendung bangunan pembagi menjadi bangunan pintu

- Melakukan normalisasi saluran irigasi dan drainase di daerah jembangan secara rutin paling tidak empat kali dalam satu tahun.

- Memperdalam saluran irigasi di bawah jembatan jalan MT. Haryono dan memperlebar saluran drainase mulai jembatan tersebut sampai jalan Puspowarno - Membuat gorong-gorong dan saluran yang ada dijalan pramuka sampai menuju

saluran sekunder tambak kemangi

- Normalisasi Afvour Sedodog dan Kali Urung-urung dan pembuatan tanggul-tanggul banjir pada sisi tempat luapan air dari saluran primer

- Normalisasi dan plengsengan saluran drainase di jalan Niken Gandini dan penertiban sempadan

- Penertiban sempadan saluran yang telah dibangun decker jembatan penduduk di daerah jalan Letjen suprapto dan pembuatan sudetan yang diteruskan dengan saluran menuju tambak kemangi. Dan berikutnya adalah normalisasi saluran Primer tambak kemangi.

- Pembuatan sudetan berupa gorong-gorong bawah jalan di perempatan jalan S. Parman menuju saluran sekunder cokromenggalan kanan dan penambahan saluran B. Prioritas II

- Normalisasi secara berkala minimal 2 kali setahun pada seluruh saluran primer dan sekunder

- Rehabilitasi saluran yang rusak dan tidak memenuhi kapasitas banjir

- Melakukan Koordinasi dengan Dinas Pengairan Jawa Timur dalam mengatasi genangan dan banjir yang berkaitan dengan Kali Sekayu, terutama efek back water akibat pertemuan tiga sungai

VI-79 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020

- Pelestarian Hutan Kota dan Ruang terbuka hijau

- Pelestarian daerah tangkapan air terutama pada bagian hulu-hulu sungai - Peningkatan partisipasi masyarakat untuk ramah terhadap lingkungan

- Meningkatkan koordinasi pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase

- Mentertibkan dan menjaga sempadan saluran drainase C. Prioritas III

- Pembuatan saluran baru dimulai dari daerah yang akan dibuat pemukiman atau daerah yang sudah banyak ditempati untuk kegiatan dan aktivitas masyarakat. Sosialisai dan pembuatan sumur resapan dengan cara memulai pelaksanaannya di daerah lokasi institusi pemerintahan, mewajibkan pada pihak-pihak swasta yang membangun pertokoan dan perumahan atau yang lainnya untuk menyediakan lahan untuk pembuatan sumur resapan atau kolam resapan.

6.4.3.3. Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

6.4.4.

Usulan Kebutuhan

Program dan Kegiatan Sektor.

Tabel 6. 30

Dokumen terkait