• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Univariat

Dalam dokumen Hubungan Karakteristik Perawat dalam Kep (Halaman 48-55)

Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene 2016

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar umur perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah 26-35 tahun dengan frekuensi sebanyak 134 orang (57%).

Umur berpengaruh terhadap pola pikir seseorang dan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Umur seseorang secara garis besar menjadi indikator dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya (Evin, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden berusia 26-35 tahun. Umur 26-35 tahun bagi perawat dianggap sebagai umur yang sudah matang, sehingga umur 26-35 tahun bagi perawat diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan dapat menyalurkan pengetahuan dan pengetahuan yang dimilikinya untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien (Saragih dan Rumapea, 2010).

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah perempuan dengan frekuensi sebanyak 182 orang (77,4%).

Jenis kelamin terbentuk dari dimensi biologis, hal tersebut dapat digunakan untuk menggolongkan ke dalam dua kelompok biologis yaitu laki-laki dan perempuan (Saragih dan Rumapea, 2010).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah berpendidikan D-III dengan frekuensi sebanyak 161 orang (68,5%).

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang (Suharto, 2000 dalam Sukamto, 2007).

Penelitian ini sama dengan penelitian Saragih dan Rumapea (2010) yang menyatakan mayoritas responden berpendidikan Diploma III (D-III). Dasar penataan pendidikan perawat adalah menuju tatanan profesionalisme dan globalisasi. Profesionalisme perawat harus menyelesaikan pendidikan akademik dan profesi, disamping itu International Council of Nursing (ICN) menuntut seorang perawat yang akan memberikan pelayanan harus melalui sertifikasi dan uji kompetensi untuk memperoleh Register Nurse (RN) (Warianto, 2007 dalam Saragih dan Rumapea, 2010). d. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar masa kerja perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah <5 Tahun dengan frekuensi sebanyak 101 orang (43%).

Pengalaman atau masa kerja adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang dari peristiwa-persitiwa yang dialami selama perjalanan kerja (Wursono, 2003). Semakin lama seseorang menggeluti bidang pekerjaannya, semakin terampil seseorang dalam bekerja atau berkarya (Supratman, 2008). Orang yang mempunyai

pengalaman akan selalu lebih pandai dalam menyikapi dari segala hal daripada mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman (Gibson, 2009).

e. Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Secara Umum Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.5 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan secara umum yang berada pada kategori tidak patuh sebanyak 215 orang (91,5%) dan kategori patuh sebanyak 20 orang (8,5%). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan secara umum di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 berada pada kategori tidak patuh.

Kebersihan tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga kejadian infeksi nosokomial termasuk didalamnya phlebitis dapat berkurang. (WHO, 2002) dalam Jamaludin, dkk (2012). Salah satu komponen standar kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial adalah menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan melaksanakan secara efektif (WHO, 2009).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional berperilaku benar dalam kebersihan tangan adalah 23,2%. Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Cummings (2010) dengan “Judul kebersihan tangan, ketidakpatuhan dan biaya rumah sakit”, hasil yang didapat tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan tergolong tidak patuh 50% (Cummings, 2010). Penelitian Khuan (2012) dengan “Judul memimpin kebersihan tangan dari lingkungan perhatian ke lingkungan pengaruh” dengan hasil tingkat kesehatan terkait infeksi sebesar 1,6 % dan tingkat kepatuhan kebersihan tangan yang didapat adalah 22%, setelah dilakukan seminar tentang kebersihan tangan, kepatuhan meningkat menjadi 86% (Khuan, 2012). Hasil penelitian tersebut dianalisis bahwa penelitian Cummings kepatuhan perawat

melakukan cuci tangan tergolong tidak patuh, sedangkan hasil penelitian Khuan didapat kepatuhan mencuci tangan tergolong patuh.

Dari hasil analisa data tersebut, peneliti berpendapat bahwa perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoel Abidin dalam melakukan kebersihan tangan secara umum cenderung tidak patuh, hal ini didukung dengan persentase sebanyak 215 orang (91,5%) perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoe Abidin berada pada kategori tidak patuh. Hal ini disebabkan karena dikatakan patuh apabila perawat melakukan kebersihan tangan pada kelima moment. Sedangkan pada penelitian ini, angka kepatuhan perawat yang tinggi hanya pada moment 3, 4 dan 5. Sedangkan pada moment 1 dan 2 angka kepatuhannya masih berada pada persentase < 50%.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value sebesar 0,359 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkan H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa usia akan mempengaruhi jiwa seseorang yang menerima untuk mengolah kembali pengertian-pengertian atau tanggapan, sehingga semakin tinggi usia seseorang, maka proses pemikirannya lebih matang. Semakin lanjut umurnya semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral dan lebih berbakti daripada usia muda (Notoatmodjo, 2003). Semakin meningkat usia seseorang, diharapkan juga psikologis serta kedewasaannya ikut meningkat. Seseorang tersebut juga diharapkan mampu menunjukkan kematangan jiwa, pengambilan keputusan yang semakin bijaksana, pengendalian emosi yang semakin baik, serta semakin toleran terhadap pandangan orang lain sehingga diharapkan kinerja meningkat (Widyaningrum, 2005).

Namun hasil penelitian Hassan (2004) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok rentang usia dewasa awal dan dewasa akhir pada indikasi melakukan hand hygiene.

Pada rentang usia dewasa awal dilihat dari sisi tugas tahap perkembangannya, yaitu mempunyai pola kooperatif, kompetitif dan pola persahabatan. Tahapan usia ini jika dihubungkan dengan pelaksanaan aktivitas hand hygiene dapat dilakukan dengan memanfaatkan tahapan perkembangan petugas kesehatan tersebut. Hal ini didukung oleh As’ad (2000) yang mengatakan bahwa pekerja usia 20-30 mempunyai motivasi kerja relatif tinggi dibanding pekerja usia tua.

b. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,164 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi tahapan cuci tangan seseorang, sebagian besar perempuan memiliki kebiasaan dalam pola hidup bersih (Cahyani, 2010). Perempuan memiliki sifat seperti perhatian yang lebih, penyabar dan ulet dalam melakukan pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan oleh setiawati (2009) yang menyebutkan bahwa perawat laki-laki lebih patuh untuk melakukan hand hygiene daripada perawat perempuan.

c. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,169 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

Menurut Nursalam (2013), tingkat pendidikan adalah level atau tingkat suatu proses yang berkaitan dalam mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan. Pendidikan seseorang menentukan luasnya pengetahuan seseorang dimana orang yang berpendidikan rendah sangat sulit menerima sesuatu yang baru. Saat ini dasar penataan pendidikan perawat adalah menuju tatanan profesionalisme dan globalisasi. Profesionalisme menuntut perawat harus menyelesaikan pendidikan akademik dan profesi sebagaimana profesi lain yang berkembang. Rendahnya pelayanan keperawatan dan daya saing perawat tersebut dengan perawat lain (Suara Merdeka Semarang, 2007).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan faktor informasi yang diperoleh dari penyuluhan atau media dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tanpa latar belakang pendidikan hal ini sesuai dengan teori Azrul dalam Effendi (1998) menyatakan sering terpapar informasi baik berupa leflet, atau penyuluhan kesehatan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan sehingga tahu, mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Dengan demikian dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga tidak berhubungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hassan (2004) yang mana dilakukan pada responden yang homogen yaitu semuanya pada level registered nurse (RNs). Namun walaupun demikian hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kepatuhan pada level registered nurse dalam melakukan hand hygiene masih < 50 % yaitu 32%.

d. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo (2004) menyatakan bahwa semakin lama seseorang menggeluti bidang pekerjaannya, semakin terampil seseorang dalam bekerja atau berkarya. Dengan uji chi-square dan signifikansi 0,111 dalam penelitiannya di RSUD DR. Moewardi Surakarta terhadap kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi, didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan masa kerja perawat dengan kepatuhan perawat dalam pencegahan infeksi.

Teori lain menyebutkan bahwa masa kerja merupakan salah satu faktor dalam diri manusia yang sangat menentukan dalam tahap penerimaan rangsangan. Pada proses persepsi langsung orang yang punya pengalaman akan selalu lebih pandai dalam menyikapi dari segala hal daripada mereka yang sama sekali tidak memiliki penngalaman (Suharto, 2000).

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada BAB V, maka dapat dihasilkan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, secara lebih khusus dapat dirincikan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara umur dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 dengan p-value = 0,359.

2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 dengan p-value = 0,164.

3. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 dengan p-value = 0,169.

4. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 dengan p-value = 0,468.

B. Saran

1. Komite PPIRS harus melakukan evaluasi/sosialisasi kembali tentang keefektifan program

Dalam dokumen Hubungan Karakteristik Perawat dalam Kep (Halaman 48-55)

Dokumen terkait