• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Perawat dalam Kep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Karakteristik Perawat dalam Kep"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit” (Tunggal, 2010). Segala bentuk pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah.

Menurut Soeroso (2000) di negara berkembang termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi Healthcare Associated Infections selanjutnya disingkat HAIs adalah sekitar 9,1% dengan variasi 6,1%-16,0%. Di Indonesia kejadian HAIs pada jenis/tipe rumah sakit sangat beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 diperoleh data proporsi kejadian HAIs di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien berisiko 160.417 (55,1%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 pasien dari jumlah pasien berisiko 130.047 (35,7%). Untuk rumah sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 pasien dari jumlah pasien berisiko 1.672 (9,1%).

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan HAIs di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Saat ini angka kejadian HAIs telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian HAIs. (Darmadi, 2008).

(2)

pelaksanaan cuci tangan sering dipicu oleh keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun ketika sudah ada dana, kendala berikutnya yang sebenarnya paling memprihatinkan adalah kurangnya kepatuhan untuk mentaati prosedur.

Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih sekitar 65%. Sama halnya dengan program cuci tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal ini bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan ini. (Perdalin, 2010).

Perawat yang bekerja di rumah sakit mempunyai karakter yang berbeda-beda dan sangat beragam baik tingkat pendidikan, umur, masa kerja, maupun tingkat pengetahuannya. Perbedaan karakteristik ini tentunya akan berpengaruh terhadap penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional seorang perawat dalam menjalankan perannya.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin adalah sebuah rumah sakit milik Pemerintah Aceh yang terletak di Jalan Tengku Daud Beureueh no. 108, dalam menjalankan fungsinya selain memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, juga sebagai pusat pendidikan dan penelitian baik untuk karyawan rumah sakit maupun para peserta didik yang menggunakan RSUD dr. Zainoel Abidin sebagai lahan praktek. Rumah sakit ini menyediakan beberapa pelayanan medis yaitu Pelayanan Rawat Inap, Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasai Bedah Sentral, Instalasi Intensive Terpadu, Instalasi Dialisis, serta Unit Penunjang seperti Radiologi, Laboratorium, Fisioterapi dan Farmasi. Di rumah sakit ini terdapat kurang lebih 30 ruang perawatan dan tindakan dimana tiap ruangan terdiri dari 6 - 28 tempat tidur.

Untuk pengendalian kejadian infeksi HAIs, Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin mempunyai komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit. Komite PPI mempunyai kegiatan-kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang terprogram. Program tersebut dapat berupa pelatihan ataupun pengawasan langsung ke setiap ruang perawatan.

(3)

maju adalah sekitar 7 – 12 ‰. Untuk data IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) adalah rata-rata 14,7‰. Sedangkan untuk insiden ISK (Infeksi Saluran Kencing) rata-rata kejadian adalah 12,9 ‰ dimana data tertinggi berada pada bulan Agustus yaitu 32,6‰. Untuk angka kejadian ILO (Infeksi Luka Operasi) rata-rata angka kejadian adalah 1,31% untuk jumlah kasus 229 orang (Komite PPI, RSUD dr. Zainoel Abidin, 2015). Berdasarkan hasil survei tentang isolasi dan identifikasi bakteri terdapat kasus MRSA sebanyak 8 pasien pada bulan Januari 2016 (Instalasi Laboratorium Terpadu RSUD dr. Zainoel Abidin, 2016).

Apabila kejadian infeksi ini terus berulang maka image rumah sakit akan jelek dan selanjutnya pasien akan enggan datang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin yang pada akhirnya akan menurunkan BOR (Bed Occupotional Rate) rumah sakit. Apabila BOR rumah sakit menurun terus kita tahu apa yang akan terjadi, rumah sakit bisa tutup, tidak bisa beroperasional lagi karena dana yang tidak cukup dan berdampak akan dilakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan akhirnya menambah jumlah pengangguran. Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

B. Rumusan Masalah

Munculnya kejadian infeksi yang teus berulang merupakan ancaman keselamatan bagi pasien dan pemberi pelayanan kesehatan yang berada di rumah sakit, yang selanjutnya berdampak terhadap buruknya citra rumah sakit. Kepatuhan dalam menjaga kebersihan tangan telah terbukti sebagai upaya pengendalian infeksi sekaligus sebagai proteksi diri petugas di rumah sakit belum sepenuhnya dilakukan dengan baik.

(4)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi hubungan umur perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.

b. Untuk mengidentifikasi hubungan jenis kelamin perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.

c. Untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.

d. Untuk mengidentifikasi hubungan lama bekerja perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.

e. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat jalan, intensif, ruang tindakan maupun keluarganya. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dasar menentukan kebijakan terkait dengan upaya pencegahan infeksi.

2. Bagi Perawat

Sebagai masukan dalam menerapkan prosedur cuci tangan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

3. Bagi Pasien

(5)

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan untuk mengetahui lebih dalam tentang prosedur cuci tangan, serta sebagai gambaran nyata yang dapat dimanfaatkan untuk evaluasi keefektifan program pencegahan HAIs rumah sakit khususnya tentang kepatuhan perawat melakukan prosedur cuci tangan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(6)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Karakteristik

Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras dan status. (Widianingrum, 2000). Menurut Efendi, demografi berkaitan dengan stuktur penduduk, umur, jenis kelamin dan status ekonomi sedangkan data kultural mengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya. Pada penelitian ini karakteristik yang diteliti adalah pengetahuan, pendidikan, umur dan masa kerja.

1. Umur

Umur berpengaruh terhadap pola fikir seseorang dan pola fikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Umur seseorang secara garis besar menjadi indikator dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan semakin banyak umur maka dalam menerima sebuah instruksi dan dalam melaksanaan suatu prosedur akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Semakin cukup umur seseorang akan semakin matang dalam berfikir dan bertindak (Evin, 2009).

2. Jenis Kelamin

Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki-laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.

3. Pendidikan

(7)

(Asmadi, 2010). Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan (Asmadi, 2010). Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal.

4. Masa Kerja

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1991 masa kerja (lama kerja) adalah merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Kreitner dan Kinichi (2004) menyatakan bahwa masa kerja yang lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah organisasi hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam pekerjaannya. Semakin lama seseorang bekerja maka tingkat prestasi akan semakin tinggi, prestasi yang tinggi didapat dari perilaku yang baik.

B. Konsep Kepatuhan

Kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan mencuci tangan didefinisikan sebagai melakukan cuci tangan pada 5 momen secara keseluruhan dengan benar, dan dinilai dengan lembar observasi yang diadopsi dari HIPPII (Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia). Menurut Smet kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini perawat disarankan untuk selalu melakukan prosedur cuci tangan pada setiap 5 momen.

C. Konsep Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.

D. Konsep Kebersihan Tangan

(8)

Indonesia, Perdalin, 2010). Menurut Sumurti (2008), cuci tangan dilakukan bertujuan untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi dan memberikan perasaan segar dan bersih. Prosedur cuci tangan dilakukan pada setiap 5 momen dengan 6 langkah (WHO, 2009).

Selain mencuci tangan dengan menggunakan sabun anti septik di bawah air mengalir, cuci tangan juga dapat dilakukan dengan memakai handrub berbasis alkohol. Waktu untuk menggunakan handrub antiseptik adalah kondisi emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit dijangkau, fasilitas cuci tangan inadequat, saat ronde di ruangan yang memerlukan desinfeksi tangan dan bukan pengganti cuci tangan bedah.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa tangan harus dibersihkan sebelum mengenakan sarung tangan medis. harus digunakan sebagai antisipasi setiap kontak dengan cairan tubuh pasien atau pasien perlu dilindungi dalam lingkungan yang steril. Tujuan dari pemakaian sarung tangan medis adalah untuk memberikan perlindungan dan penghalang terhadap mikroba berbahaya namun tidak menghilangkannya. Sarung tangan dapat berkontribusi pada penyebaran infeksi jika prosedur kebersihan tangan tidak benar dilakukan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dunia telah menyatakan bahwa salah satu langkah yang paling penting untuk mencegah penyebaran patogen adalah mencuci tangan yang efektif.

Agen antiseptik atau antimikroba adalah bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi jumlah hitung bakteri total.

Handrub antiseptik berisi emolien seperti gliserin, glisol propelin, atau sorbitol yang melindungi dan melembutkan kulit. Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh, harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu. Handrub antiseptik yang tidak mengiritasi dapat dibuat dengan menambahkan gliserin, glikol propilen atau sorbitol ke dalam alkohol (2 ml dalam 100 ml etil atau isopropil alkohol 70%).

(9)

kesehatan dengan five moments for hand hygiene adalah melakukan cuci tangan : 1. Sebelum bersentuhan dengan pasien

2. Sebelum melakukan tindakan atau prosedur bersih/steril 3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi 4. Setelah bersentuhan dengan pasien

5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan disekitar pasien

Teknik membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan seperti di bawah ini: 1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih

2. Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan tangan 3. Ratakan dengan kedua telapak tangan

4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari

6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya

9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir

(10)
(11)

E. Konsep Rumah sakit

(12)

F. Perilaku Cuci Tangan Petugas Kesehatan

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, 2003).

Menurut teori Green dalam Notoadmojo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dimana kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (Behavior Causes) dan faktor diluar perilaku (Non Behavior Causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kemudian faktor-faktor pendukung (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saran-sarana kesehatan misalnya fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

(13)

Karakteristik variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel nilai yang menentukan variabel lain sedangkan variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini berupa karakteristik perawat, yang terdiri dari pengetahuan, pendidikan, umur dan masa kerja. Sedangkan variabel dependennya adalah kepatuhan melakukan kebersihan tangan meliputi patuh dan tidak patuh. Adapun bentuk hubungan antara variabel-variabel penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini : melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2016.

(14)

c. Ho : Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2016.

d. Ho : Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin Tahun 2016.

C. Definisi Operasional

Agar mudah memahami pengertian dari variabel dan subvariabel yang diteliti, maka dapat dilihat pada definisi operasional berikut ini:

No Variabel

2. Umur Usia yang berpengaruh terhadap pola fikir seseorang dan pola fikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

Kuesioner Wawancara Interval 1. Remaja Akhir (17-25 3. Jenis Kelamin Perbedaan antara

perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir

Kuesioner Wawancara Nominal 1. Laki-Laki 2. Perempuan

4. Pendidikan Pendidikan terakhir dari seorang responden.

Kuesioner Wawancara Interval 1. D-III 2. D-IV 3. S1 5. Masa Kerja Pengalaman individu

yang akan menentukan

(15)

No Variabel

penelitian Definisi Operasional

Alat

Ukur Cara Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur pertumbuhan dalam

pekerjaan dan jabatan.

3. > 10 Thn Variabel Dependen

6. Kepatuhan melakukan kebersihan tangan

Kepatuhan melakukan kebersihan tangan didefinisikan sebagai melakukan cuci tangan pada 5 momen secara keseluruhan dengan benar

Kuesioner dan Lembar Observasi

Observasi Ordinal Patuh x ≥ ´x

Tidak Patuh x < ´x

BAB IV

(16)

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif; deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran hubungan 2 variabel penelitian yaitu antara variabel independen (bebas) karakteristik perawat (pengetahuan, pendidikan, umur, masa kerja) dengan variabel dependen (terikat) yaitu kepatuhan perawat melakukan cuci tangan.

Pendekatan yang digunakan adalah belah lintang (cross sectional) karena pengukuran data penelitian dilakukan saat bersamaan/sesaat. Tempat penelitian dilakukan adalah di RSUD dr. Zainoel Abidin. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti dan ditarik kesimpulan dari penelitian (Hasan, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, dengan jumlah 569 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Probability sampling dengan besar sample 235 orang. Sampel yang digunakan adalah seluruh perawat yang ada di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2010) :

n = N 1+N(d)2

n = 569 1+569(5)2 n = 1+569(5690,0025)

(17)

Untuk menentukan berapa jumlah perawat yang dijadikan sampel dalam setiap ruang, dihitung dengan menggunakan rumus Proportional Sampling dalam Umar (2007), sebagai berikut :

ni = N¿ ×n

Keterangan :

ni = Besarnya sampel pada tiap ruang Ni = Besarnya populasi per ruang N = Jumlah populasi

n = Besarnya sampel yang diinginkan

(18)

No Ruangan Jumlah Perawat(orang) Sampel Per Ruang(orang)

No Ruangan Jumlah Perawat(Orang) Sampel Per Ruang(Orang)

15 Pelayanan TB Terpadu 7 3

16 Thalasemia & Hemofilia 8 3

17 Perawatan Bedah Jantung 16 7

18 ICU Dewasa 36 15

19 ICU Bedah Jantung 19 8

20 ICCU 21 9

21 PICU 15 6

22 NICU 15 6

23 RHCU 11 5

24 Instalasi Gawat Darurat (IGD) 25 10

25 Intermediate Ward (IW) 1 12 5

26 Intermediate Ward (IW) 2 11 5

27 Kamar Bersalin 5 2

28 Instalasi Bedah Sentral 77 32

29 Instalasi Dialisis 18 7

30 Instalasi Rawat Jalan 81 33

(19)

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni s.d September 2016. 2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang rawat inap, rawat jalan, intensif dan ruang tindakan RSUD dr. Zainoel Abidin.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mendapatkan izin dari setiap kepala ruangan RSUD dr. Zainoel Abidin melalui Bidang Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia RSUD dr. Zainoel Abidin.

2. Tahap Pengumpulan Data

Penelitian telah dilakukan selama 4 (empat) bulan dengan melakukan observasi langsung ke setiap ruangan di RSUD dr. Zainoel Abidin. Enumerator akan mengobservasi dan melakukan checklist kuesioner sesuai dengan item yang telah disusun. Melakukan observasi terhadap semua perawat pada saat 5 momen yang mewajibkan cuci tangan sesuai kuesioner serta mengaitkannya dengan karekteristik perawat tersebut, baik dari segi pengetahuan, tingkat pendidikan, umur dan masa kerja sehingga hasil akhirnya didapatkan apakah ada hubungan antara kedua variable tersebut.

E. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, maka selanjutnya data tersebut diolah melalui beberapa tahap menurut Budiarto (2001), tahap-tahap tersebut adalah :

(20)

2. Coding yaitu pemberian kode pada setiap jawaban yang telah diisi untuk memudahkan dalam mengolah data tersebut. Peneliti memberikan kode pada jawaban dan hasil pemeriksaan yang terdapat di kuesioner untuk memudahkan pengolahan data. Kode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kode responden yang diawali dengan 01 untuk responden pertama sampai 235 untuk responden terakhir.

3. Transfering yaitu data yang diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan subvariabel yang diteliti.

4. Tabulating yaitu pengelompokan jawaban responden berdasarkan ketegori yang telah dibuat untuk tiap-tiap subvariabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

F. Analisa Data 1. Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian, umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel atau subvariabel. Untuk melihat distribusi frekuensi antara variabel dependen dan variabel independen. Untuk menilai keseluruhan jawaban responden maka akan ditetukan nilai rata-rata (

x

) dengan cara membagi nilai total (

X

) yang diperoleh untuk tiap-tiap sub-variabel dengan jumlah responden (n) dengan rumus sebagai berikut :

x

=

x n

Keterangan:

x

: mean (nilai rata-rata)

x

: jumlah nilai mentah yang dimiliki subjek

n : banyak subjek yang diteliti

(21)

p =

fi n×100

keterangan:

p : persentase

fi : frekuensi teramati n : jumlah sampel 2. Bivariat

Untuk mengukur hubungan karakterisitik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan kebersihan tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin, analisa yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan menggunakan program komputer berupa Statistik product and Service Solution (SPSS). Keputusan uji statistik menolak atau menerima H0 adalah dengan

membandingkan nilai p-value dengan α = 0,05. Jadi, bila p value > 0,05 maka H0 diterima.

Sebaliknya, bila p value ≤ 0,05 maka H0 ditolak (Hastono, 2006).

Frekuensi teramati dan frekuensi harapan setiap tabel dimasukkan ke dalam tabel kontingensi yang sesuai. Pada penelitian ini digunakan tabel kontingensi 2 x 3. Confidence interval yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 95 % pada taraf signifikan 5 % (Budiarto, 2001).

Aturan yang berlaku pada chi-square adalah sebagai berikut :

a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) < 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

b. Bila pada tabel 2x2 tidak dijumpai nilai Expected < 5, maka uji yang dipakai adalah “Continuity Correction”

c. Bila pada tabel lebih dari 2x2 , misalnya 3x2 atau 3x3 dan sebagainya, maka digunakan uji “pearson Chi Square”

d. Uji “Likehood Ratio” dan “Linear-by-linear Association” biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linear dua variabel kategorik sehingga kedua jenis ini jarang digunakan (Hastono, 2006, p. 125).

(22)

Hasil survei disusun dalam bentuk laporan yang akan menjadi dokumen penting RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang menyajikan informasi dari olahan dan analisis data yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan strategis berdasarkan ketentuan yang berlaku.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengumpulan data telah dilakukan mulai tanggal 27 Juni sampai 26 September 2016 di Ruang rawat inap, rawat jalan, intensif dan ruang tindakan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh terhadap 235 responden dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan lembar observasi.

Adapun hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut : 1. Analisa Univariat

a. Umur Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :

Tabel 5.1

(23)

No Umur Frekuensi Persentase

1. Remaja Akhir (17-25 Tahun) 32 13,6

2. Dewasa Awal (26-35 Tahun) 134 57

3. Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 69 29,4

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini: Diagram 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

0 10 20 30 40 50 60

Umur Responden

Berdasarkan Tabel dan diagram 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa umur perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin berada pada katagori Dewasa Awal dengan frekuensi sebanyak 134 orang (57%).

b. Jenis Kelamin Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :

Tabel 5.2

(24)

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-Laki 53 22,6

2. Perempuan 182 77,4

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini: Diagram 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Laki-Laki Perempuan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Jenis Kelamin Responden

(25)

c. Pendidikan Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1. D-III 161 68,5

2. D-IV 17 7,2

3. S1 57 24,3

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini: Diagram 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

D-III D-IV S1

0 10 20 30 40 50 60 70 80

(26)

Berdasarkan tabel dan diagram 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin berada pada katagori D-III dengan frekuensi sebanyak 161 orang (68,5%).

d. Masa Kerja Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016, maka didapatkan :

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

No Masa Kerja Frekuensi Persentase

1. < 5 Tahun 101 43

2. 5-10 Tahun 69 29,4

3. > 10 Tahun 65 27,6

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini: Diagram 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

< 5 Tahun 5-10 Tahun > 10 Tahun

(27)

Berdasarkan tabel dan diagram 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa masa kerja perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin berada pada katagori <5 Tahun dengan frekuensi sebanyak 101 orang (43%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Secara Umum di RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2016

No Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase

1. Tidak Patuh 215 91,5

2. Patuh 20 8,5

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.5 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan secara umum berada pada kategori tidak patuh dengan frekuensi sebanyak 215 orang (91,5%).

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

No Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase

1. Tidak Patuh 189 80,4

2. Patuh 46 19,6

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

(28)

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

No Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase

1. Tidak Patuh 145 61,7

2. Patuh 90 38,3

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.7 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum melakukan tindakan aseptik berada pada kategori tidak patuh dengan frekuensi sebanyak 145 orang (61,7%).

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

No Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase

1. Tidak Patuh 87 37

2. Patuh 148 63

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.8 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan cairan tubuh berada pada kategori patuh dengan frekuensi sebanyak 148 orang (63%).

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

No Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase

1. Tidak Patuh 34 14,5

2. Patuh 201 85,5

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

(29)

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan

Lingkungan Sekitar Pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

No Tingkat Kepatuhan Frekuensi Persentase

1. Tidak Patuh 82 34,9

2. Patuh 153 65,1

Jumlah 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien berada pada kategori patuh dengan frekuensi sebanyak 153 orang (65,1%).

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Diagram 5.5

Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan di RSUD dr. Zainoel Abidin

(30)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene 2016

(31)

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

Tabel 5.11

Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Umur

Kepatuhan Perawat Pada Moment Sebelum Kontak

Dengan Pasien Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Remaja Akhir 28 11,9 4 1,7 32 13,6

0,05 0,552 Dewasa Awal 106 45,1 28 11,9 134 57

Dewasa Akhir 55 23,4 14 6,0 69 29,4

Jumlah 189 80,4 46 19,6 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 134 perawat yang berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 106 perawat (45,1%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,552 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

(32)

b. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

Tabel 5.12

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Jenis Kelamin

Kepatuhan Perawat Pada Moment Sebelum

Kontak Dengan Pasien Jumlah Α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Laki-Laki 40 17 13 5,5 53 22,6

0,05 0,302 Perempuan 149 63,4 33 14 182 77,4

Jumlah 189 80,4 46 19,6 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 182 perawat yang berjenis kelamin perempuan, didapatkan sebanyak 149 perawat (63,4%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,302 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum kontak dengan pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

c. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

Tabel 5.13

(33)

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Pendidikan

Kepatuhan Perawat Pada Moment Sebelum Kontak

Dengan Pasien Jumlah Α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

D-III 137 58,3 24 10,2 161 68,5

0,05 0,023

D-IV 11 4,7 6 2,6 17 7,2

S-1 41 17,4 16 6,8 57 24,3

Jumlah 189 80,4 46 19,6 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 161 perawat yang berpendidikan D-III, didapatkan sebanyak 137 perawat (58,3%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,023 yang berarti ≤ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 ditolak yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan

tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum kontak dengan pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

d. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

Tabel 5.14

Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Masa Kerja

Kepatuhan Perawat Pada Moment Sebelum Kontak

Dengan Pasien Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

Jumlah 189 80,4 46 19,6 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

(34)

menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum kontak dengan pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

e. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

Tabel 5.15

Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Umur

Remaja Akhir 20 8,5 12 5,1 32 13,6

0,05 0,984 Dewasa Awal 83 35,3 51 21,7 134 57

Dewasa Akhir 42 17,9 27 11,5 69 29,4

Jumlah 145 61,7 90 38,3 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 134 perawat yang berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 83 perawat (35,3%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,984 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016. f. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan

Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik Tabel 5.16

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

(35)

Moment Sebelum Melakukan Tindakan

Aseptik

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Laki-Laki 34 14,5 19 8,1 53 22,6

0,05 0,677 Perempuan 111 47,2 71 30,2 182 77,4

Jumlah 145 61,7 90 38,3 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 182 perawat yang berjenis kelamin perempuan, didapatkan sebanyak 111 perawat (47,2%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,677 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

g. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

Tabel 5.17

Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Pendidikan

Jumlah 145 61,7 90 38,3 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

(36)

menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

h. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

Tabel 5.18

Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Masa Kerja

Jumlah 145 61,7 90 38,3 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.18 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 101 perawat yang masa kerja < 5 tahun, didapatkan sebanyak 59 perawat (25,1%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,418 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment sebelum melakukan tindakan aseptik di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

i. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

Tabel 5.19

Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 Umur Kepatuhan Perawat Pada

Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

(37)

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Remaja Akhir 14 6 18 7,7 32 13,6

0,05 0,235 Dewasa Awal 53 22,6 81 34,5 134 57

Dewasa Akhir 20 8,5 49 20,9 69 29,4

Jumlah 87 37 148 63 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.19 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 134 perawat yang berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 81 perawat (34,5%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,235 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan cairan tubuh di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016. j. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan

Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh Tabel 5.20

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Jenis Kelamin

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Cairan Tubuh Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Laki-Laki 14 6 39 16,6 53 22,6

0,05 0,069 Perempuan 73 31,1 109 46,4 182 77,4

Jumlah 87 37 148 63 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.20 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 182 perawat yang berjenis kelamin perempuan, didapatkan sebanyak 109 perawat (46,4%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,069 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis

(38)

k. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

Tabel 5.21

Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Pendidikan

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Cairan Tubuh Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % F %

D-III 59 25,1 102 43,4 161 68,5

0,05 0,955

D-IV 6 2,6 11 4,7 17 7,2

S-1 22 9,4 35 14,9 57 24,3

Jumlah 87 37 148 63 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.21 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 161 perawat yang berpendidikan D-III, didapatkan sebanyak 102 perawat (43,4%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,955 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan cairan tubuh di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

l. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

Tabel 5.22

Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Masa Kerja

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Cairan Tubuh Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

(39)

< 5 Tahun 36 15,3 65 27,7 101 43

0,05 0,380 5-10 Tahun 30 12,8 39 16,6 69 29,4

> 10 Tahun 21 8,9 44 18,7 65 27,7

Jumlah 87 37 148 63 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.22 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 101 perawat yang masa kerja < 5 tahun, didapatkan sebanyak 65 perawat (27,7%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,380 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan cairan tubuh di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

m.Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

Tabel 5.23

Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Umur

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Pasien Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % F %

Remaja Akhir 3 1,3 29 12,3 32 13,6

0,05 0,550 Dewasa Awal 22 9,4 112 47,7 134 57

Dewasa Akhir 9 3,8 60 25,5 69 29,4

Jumlah 34 14,5 201 85,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.23 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 134 perawat yang berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 112 perawat (47,7%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,550 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

(40)

n. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

Tabel 5.24

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Jenis Kelamin

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Pasien Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % F %

Laki-Laki 4 1,7 49 20,9 53 22,6

0,05 0,104 Perempuan 30 12,8 152 64,7 182 77,4

Jumlah 34 14,5 201 85,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.24 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 182 perawat yang berjenis kelamin perempuan, didapatkan sebanyak 152 perawat (64,7%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,104 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

o. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

Tabel 5.25

Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Pendidikan

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Pasien Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % F %

D-III 25 10,6 136 57,9 161 68,5 0,05 0,606

(41)

S-1 6 2,6 51 21,7 57 24,3

Jumlah 34 14,5 201 85,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.25 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 161 perawat yang berpendidikan D-III, didapatkan sebanyak 136 perawat (57,9%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,606 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016. p. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan

Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien Tabel 5.26

Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Pasien

di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Masa Kerja

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Pasien Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

Jumlah 34 14,5 201 85,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.26 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 101 perawat yang masa kerja < 5 tahun, didapatkan sebanyak 86 perawat (36,6%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,919 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja

(42)

q. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Tabel 5.27

Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar

Pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Umur

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Jumlah

α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Remaja Akhir 10 4,3 22 9,4 32 13,6

0,05 0,668 Dewasa Awal 50 21,3 84 35,7 134 57

Dewasa Akhir 22 9,4 47 20 69 29,4

Jumlah 82 34,9 153 65,1 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.27 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 134 perawat yang berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 84 perawat (35,7%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,668 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

(43)

r. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Tabel 5.28

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar

Pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Jenis Kelamin

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Jumlah

α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Laki-Laki 14 6 39 16,6 53 22,6

0,05 0,141 Perempuan 68 28,9 114 48,5 182 77,4

Jumlah 82 34,9 153 65,1 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.28 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 182 perawat yang berjenis kelamin perempuan, didapatkan sebanyak 114 perawat (48,5%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,141 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis

(44)

s. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Tabel 5.29

Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar

Pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Pendidikan

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

D-III 55 23,4 106 45,1 161 68,5

0,05 0,846

D-IV 7 3 10 4,3 17 7,2

S-1 20 8,5 37 15,7 57 24,3

Jumlah 82 34,9 153 65,1 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.29 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 161 perawat yang berpendidikan D-III, didapatkan sebanyak 106 perawat (45,1%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,846 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan

(45)

t. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Tabel 5.30

Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Moment Setelah Kontak Dengan Lingkungan Sekitar

Pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Masa Kerja

Kepatuhan Perawat Pada Moment Setelah Kontak

Dengan Lingkungan Sekitar Pasien

Jumlah

α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

< 5 Tahun 42 17,9 59 25,1 101 43

0,05 0,148 5-10 Tahun 19 8,1 50 21,3 69 29,4

> 10 Tahun 21 8,9 44 18,7 65 27,7

Jumlah 82 34,9 153 65,1 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.30 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 101 perawat yang masa kerja < 5 tahun, didapatkan sebanyak 59 perawat (25,1%) berada pada kategori patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,148 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada moment setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

(46)

Tabel 5.31

Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2016

Umur

Kepatuhan Perawat Pada

Kelima Moment Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

f % f % f %

Remaja Akhir 31 13,2 1 0,4 32 13,6

0,05 0,359 Dewasa Awal 123 52,3 11 4,7 134 57

Dewasa Akhir 61 26 8 3,4 69 29,4

Jumlah 215 91,5 20 8,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.31 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 134 perawat yang berusia Dewasa Awal, didapatkan sebanyak 123 perawat (52,3%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,359 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

v. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment

Tabel 5.32

Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2016 Perempuan 169 71,9 13 5,5 182 77,4

Jumlah 215 91,5 20 8,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

(47)

Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

w. Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment

Tabel 5.33

Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2016

Pendidikan

Kepatuhan Perawat Pada

Kelima Moment Jumlah α p-value

Tidak Patuh Patuh

Jumlah 215 91,5 20 8,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.33 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 161 perawat yang berpendidikan D-III, didapatkan sebanyak 151 perawat (64,3%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,169 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

x. Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment

Tabel 5.34

Hubungan Masa Kerja Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin

(48)

Masa Kerja

Jumlah 215 91,5 20 8,5 235 100

Sumber : Data Primer (Diolah September 2016)

Berdasarkan tabel 5.34 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 101 perawat yang masa kerja < 5 tahun, didapatkan sebanyak 95 perawat (40,4%) berada pada kategori tidak patuh. Melalui uji statistik, didapatkan p-value 0,468 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara masa kerja

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar umur perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah 26-35 tahun dengan frekuensi sebanyak 134 orang (57%).

Umur berpengaruh terhadap pola pikir seseorang dan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Umur seseorang secara garis besar menjadi indikator dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya (Evin, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden berusia 26-35 tahun. Umur 26-35 tahun bagi perawat dianggap sebagai umur yang sudah matang, sehingga umur 26-35 tahun bagi perawat diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan dapat menyalurkan pengetahuan dan pengetahuan yang dimilikinya untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien (Saragih dan Rumapea, 2010).

(49)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah perempuan dengan frekuensi sebanyak 182 orang (77,4%).

Jenis kelamin terbentuk dari dimensi biologis, hal tersebut dapat digunakan untuk menggolongkan ke dalam dua kelompok biologis yaitu laki-laki dan perempuan (Saragih dan Rumapea, 2010).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah berpendidikan D-III dengan frekuensi sebanyak 161 orang (68,5%).

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang (Suharto, 2000 dalam Sukamto, 2007).

Penelitian ini sama dengan penelitian Saragih dan Rumapea (2010) yang menyatakan mayoritas responden berpendidikan Diploma III (D-III). Dasar penataan pendidikan perawat adalah menuju tatanan profesionalisme dan globalisasi. Profesionalisme perawat harus menyelesaikan pendidikan akademik dan profesi, disamping itu International Council of Nursing (ICN) menuntut seorang perawat yang akan memberikan pelayanan harus melalui sertifikasi dan uji kompetensi untuk memperoleh Register Nurse (RN) (Warianto, 2007 dalam Saragih dan Rumapea, 2010). d. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar masa kerja perawat di RSUD dr. Zainoel Abidin adalah <5 Tahun dengan frekuensi sebanyak 101 orang (43%).

(50)

pengalaman akan selalu lebih pandai dalam menyikapi dari segala hal daripada mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman (Gibson, 2009).

e. Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Secara Umum Berdasarkan hasil pengolahan data yang tersaji pada tabel 5.5 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan secara umum yang berada pada kategori tidak patuh sebanyak 215 orang (91,5%) dan kategori patuh sebanyak 20 orang (8,5%). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan secara umum di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 berada pada kategori tidak patuh.

Kebersihan tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga kejadian infeksi nosokomial termasuk didalamnya phlebitis dapat berkurang. (WHO, 2002) dalam Jamaludin, dkk (2012). Salah satu komponen standar kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial adalah menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan melaksanakan secara efektif (WHO, 2009).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional berperilaku benar dalam kebersihan tangan adalah 23,2%. Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila tidak dapat berbuat sebagaimana lazimnya (Prijadarminto, 2003).

(51)

melakukan cuci tangan tergolong tidak patuh, sedangkan hasil penelitian Khuan didapat kepatuhan mencuci tangan tergolong patuh.

Dari hasil analisa data tersebut, peneliti berpendapat bahwa perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoel Abidin dalam melakukan kebersihan tangan secara umum cenderung tidak patuh, hal ini didukung dengan persentase sebanyak 215 orang (91,5%) perawat yang bekerja di RSUD dr. Zainoe Abidin berada pada kategori tidak patuh. Hal ini disebabkan karena dikatakan patuh apabila perawat melakukan kebersihan tangan pada kelima moment. Sedangkan pada penelitian ini, angka kepatuhan perawat yang tinggi hanya pada moment 3, 4 dan 5. Sedangkan pada moment 1 dan 2 angka kepatuhannya masih berada pada persentase < 50%.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Umur Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value sebesar 0,359 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkan H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

(52)

Namun hasil penelitian Hassan (2004) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok rentang usia dewasa awal dan dewasa akhir pada indikasi melakukan hand hygiene.

Pada rentang usia dewasa awal dilihat dari sisi tugas tahap perkembangannya, yaitu mempunyai pola kooperatif, kompetitif dan pola persahabatan. Tahapan usia ini jika dihubungkan dengan pelaksanaan aktivitas hand hygiene dapat dilakukan dengan memanfaatkan tahapan perkembangan petugas kesehatan tersebut. Hal ini didukung oleh As’ad (2000) yang mengatakan bahwa pekerja usia 20-30 mempunyai motivasi kerja relatif tinggi dibanding pekerja usia tua.

b. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Kebersihan Tangan Pada Kelima Moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016

Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,164 yang berarti ≥ 0,05. Hal ini menunjukkann bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan pada kelima moment di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi tahapan cuci tangan seseorang, sebagian besar perempuan memiliki kebiasaan dalam pola hidup bersih (Cahyani, 2010). Perempuan memiliki sifat seperti perhatian yang lebih, penyabar dan ulet dalam melakukan pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan oleh setiawati (2009) yang menyebutkan bahwa perawat laki-laki lebih patuh untuk melakukan hand hygiene daripada perawat perempuan.

Gambar

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Perawat
Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih jelas yang ditampilkan oleh diagram batang pada gambar 2 bahwa nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen adalah sebesar 0.87 dengan kategori tinggi sedangkan nilai

SYARIAH MALAYSIA - HQ esyariah.gov.my esyariah.mygovuc.gov.my JABATAN KEHAKIMAN SYARIAH MALAYSIA - JOHOR esyariah.gov.my esyariah.mygovuc.gov.my JABATAN KEHAKIMAN

Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kompetensi pembimbing klinik diantaranya adalah The Effective Clinical Teaching

(2009), sebagai salah satu target kemampuan yang dapat dikembangkan lewat pembelajaran IPA berbasis SSI adalah kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir

Pembinaan PHBS RT dilakukan lima kali dalam satu tahun 5 Pembinaan PHBS Sekolah Bulan Januari, Februari, Maret,  Apri, September, Oktober, November dan Desember

Pelaksanaan kegiatan program Diklat penyelengaraanya didalam Pelaksanaan kegiatan program Diklat penyelengaraanya didalam rumah sakit (Inhouse) dan diluar rumah sakit

Melihat begitu pentingnya sebuah penelitian untuk mengetahui perilaku konsumen dalam keputusan pembelian suatu produk/jasa, maka atas dasar latar belakang tersebut