• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Ti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Ti"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat

Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

`

Rosita Saragih SKM, MKes

1

, Natalina Rumapea

2 1

Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan 2

Mahasiswa Program Studi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan

ABSTRAK

Cuci tangan mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi nosokomial rumah sakit dan perawat mempunyai andil besar karena berinteraksi dengan pasien selama 24 jam. Perilaku cuci tangan perawat saat ini adalah bahwa ada beberapa perawat yang enggan melakukan cuci tangan. Berdasarkan data dari PPI rumah Sakit Columbia Asia Medan masih terdapat kejadian infeksi nosokomial antara lain 5% pada pemasangan dower catheter, 6% kejadian plebitis skala satu, 1 kasus suspect MRSA pada bulan Agustus 2010. Apabila kejadian infeksi ini terus berulang, maka image rumah sakit akan jelek dan bisa mengakibatkan Bad Occupational Rate (BOR) rumah sakit menurun.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat (tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja) dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit Columbia Asia Medan sebanyak 280 orang, dengan teknik

probability sampling sebanyak 84 orang perawat. Pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner dan analisa data dilakukan secara univariat dan bivariate menggunakan uji Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai cuci tangan dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan ( p = 0,02), ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan (p = 0,04), ada hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan (p = 0,02), ada hubungan yang bermakna antara lama bekerja dengan tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan (p = 0,04) di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Rumah sakit Columbia Asia Medan memiliki tingkat kepatuhan melakukan cuci tangan dengan kategori kepatuhan minimal (72,61%).

Saran yang diberikan adalah kepada semua perawat diminta kesadarannya untuk selalu patuh melakukan cuci tangan sesuai dengan standart sebelum dan sesudah melakukan tindakan kepada pasien.

(2)

The Relation Between Nurses Character with The Nurses Obidience Washing

Hand at Colombia Asia Hospital Medan

Rosita Saragih SKM, MKes

1

, Natalina Rumapea

2 1

Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan 2

Mahasiswa Program Studi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung Medan

ABSTRACT

Hand washing have the major effect to the prevention of nosocomial infection in hospital and nurse have the big contribution because their interaction with the patient all through 24 hour. Nowadays, the nurse behavior of hand washing are that there some nurses which unwilling to do hand washing. Based on data from Columbia Asia Hospital Medan, there is still the occurrence of nosocomial infection which are 5% in installation of dower catheter, 6% in phlebitis scale one event, 1 had case of MRSA suspect in August 2010. If this infection is continued recurring, hence the image of hospital will be bad and can result the decrease of Bed Occupational Rate (BOR) of hospital.

Target of this research is to know the relationship between nurse characteristic (level of knowledge, level of education, age, working period) with the obedience of the nurse to do hand washing at Columbia Asia Hospital Medan. The type of this research is descriptive correlation research. Population in this research is 280 nurses that working at Columbia Asia Hospital Medan, using probability sampling technique with 84 nurses. Data collecting are using questioner and the data analyzing conducted by univariate and bivariate analysis using Pearson test.

Result of the research shows that there is importance relationship between level of knowledge with the obedience of the nurse to do hand washing (p = 0,02), there is importance relationship between level of education with the obedience of the nurse to do hand washing (p= 0,04), there is importance relationship between nurse age with the obedience of the nurse to do hand washing (p = 0,02), there is importance relationship between working period with the obedience of the nurse to do hand washing (p = 0,04) at Columbia Asia Hospital Medan. The obedience of the nurse to do hand washing at Columbia Asia Hospital Medan categorize as minimum (72,61%).

Suggestion to all nurses is the awareness to obey the hand washing procedure in line with standard before and after conducting action to the patient.

(3)

Pendahuluan

Undang Undang Nomor 44 tentang rumah sakit menyatakan bahwa “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit” (Tunggal, 2010).

Segala bentuk pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasiennya bertujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya resiko yang sebenarnya dapat dicegah.

Menurut Soeroso (2000) di negara berkembang termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi nosokomial adalah sekitar 9,1% dengan variasi 6,1%-16,0%. Di Indonesia kejadian infeksi nosokomial pada jenis/tipe rumah sakit sangat beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 diperoleh data proporsi kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien beresiko 160.417(55,1%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 pasien dari jumlah pasien beresiko 130.047 (35,7%). Untuk rumah sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 pasien dari jumlah pasien beresiko 1.672 (9,1%).

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Selain itu Keputusan Menkes Nomor 381/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan. Saat ini angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial. (Darmadi, 2008).

Cara paling ampuh untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan menjalankan Universal Precautian yang salah satunya adalah dengan mencuci tangan pada setiap penanganan pasien di rumah sakit. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dengan

mencuci tangan dapat menurunkan 20% - 40% kejadian infeksi nosokomial. Namun pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum mendapat respon yang maksimal. Di negara berkembang, kegagalan dalam pelaksanaan cuci tangan sering dipicu oleh keterbatasan dana untuk mengadakan fasilitas cuci tangan. Namun ketika sudah ada dana, kendala berikutnya yang sebenarnya paling memprihatinkan adalah kurangnya kepatuhan untuk menaati prosedur.

Studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih sekitar 65%. Sama halnya dengan program cuci tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya sekitar 60%. Hal ini bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi tim pengendali infeksi rumah sakit untuk mempromosikan program cuci tangan ini. (Perdalin,2010).

Perawat yang bekerja di rumah sakit mempunyai karakter yang berbeda beda dan sangat beragam baik tingkat pendidikan, umur, masa kerja, maupun tingkat pengetahuannya. Perbedaan karakteristik ini tentunya akan berpengaruh terhadap penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional seorang perawat dalam menjalankan perannya.

Rumah Sakit Columbia Asia Medan adalah sebuah rumah sakit PMA (Penanaman Modal Asing) yang terletak di pusat kota Medan, tepatnya di jalan Listrik nomor 2A Medan. Rumah sakit ini menyediakan beberapa pelayanan medis yaitu Rawat Inap, Out Patient

Departemen (OPD), Accident and Emergency (A&E), Operating Room(OR), Intensive Care Unit(ICU), High Dependency Unit (HDU), Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Nursery, Executive Health Screening, Chemotherapy,

Hemodialisa, serta unit penunjang seperti Radiologi, Laboratorium, Fisiotherapy dan Farmasi. Di rumah sakit ini terdapat kurang lebih 11 ruang perawatan dan tiap ruangan terdiri dari 30-35 tempat tidur serta di setiap ruangan terdapat kurang lebih 15-25 perawat yang bertugas.

(4)

Medan mempunyai komite Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) rumah sakit. PPI mempunyai kegiatan-kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yang terprogram, program tersebut dapat berupa pelatihan ataupun pengawasan langsung ke ruang ruang perawatan.

Berdasarkan data dari PPI rumah Sakit Columbia Asia Medan masih terdapat kejadian infeksi nosokomial sekitar 5% pada pemasangan

dower catheter, 6% kejadian plebitis skala satu,

1 kasus suspect MRSA pada bulan Agustus 2010, 1 kasus suspect MRSA pada bulan September 2010 dan 1 kasus suspect MRSA pada bulan Oktober 2010. Apabila kejadian kejadian infeksi ini terus berulang maka image rumah sakit akan jelek dan selanjutnya pasien pasien akan enggan datang berobat ke Rumah Sakit Columbia Asia Medan dan pada akhirnya akan menurunkan BOR (Bed Occupotional

Rate) rumah sakit. Apabila BOR rumah sakit

menurun terus kita tahu apa yang akan terjadi rumah sakit bisa tutup, tidak bisa beroperasional lagi karena dana yang tidak cukup, karyawan akan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan akhirnya menambah jumlah penganguran.

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan hubungan karakteristik perawat dengan kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

Tinjauan Teoritis

Karakteristik

Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status. (Widianingrum, 2000). Menurut Efendi, demografi berkaitan dengan stuktur penduduk, umur, jenis kelamin dan status ekonomi sedangkan data kultural mengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya. Pada penelitian ini karakteristik yang diteliti adalah pengetahuan, pendidikan, umur dan masa kerja.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan terdiri 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalaman pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami(comprehension)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian di dalam keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003).

2. Tingkat Pendidikan

(5)

keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan (Asmadi, 2010). Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal.

3. Umur

Umur berpengaruh terhadap pola fikir

seseorang dan pola fikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Umur seseorang secara garis besar menjadi indikator dalam setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan semakin banyak umur maka dalam menerima sebuah instruksi dan dalam melaksanaan suatu prosedur akan semakin bertanggungjawab dan berpengalaman.Semakin cukup umur seseorang akan semakin matang dalam berfikir dan bertindak (Evin, 2009).

4. Masa Kerja

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1991 masa kerja adalah (lama kerja) adalah merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Kreitner dan Kinichi (2004) menyatakan bahwa masa kerja yang lama akan cenderung membuat seseorang betah dalam sebuah organisasi hal ini disebabkan karena telah beradaptasi dengan lingkungan yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam pekerjaannya. Semakin lama seseorang bekerja maka tingkat prestasi akan semakin tinggi, prestasi yang tinggi di dapat dari perilaku yang baik.

Kepatuhan

Kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan prosedur cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Menurut Smet kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini perawat disarankan untuk selalu melakukan prosedur cuci tangan pada setiap sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat

atau memelihara. Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.

Cuci Tangan

Kebersihan tangan (cuci tangan) merupakan suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Persatuan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin, 2010). Menurut Sumurti (2008), cuci tangan dilakukan bertujuan untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang

(cross infection), menjaga kondisi steril,

melindungi diri dan pasien dari infeksi dan memberikan perasaan segar dan bersih. Prosedur cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

Selain mencuci tangan dengan menggunakan sabun anti septik di bawah air mengalir, cuci tangan juga dapat dilakukan dengan memakai handrub berbasis alkohol. Waktu untuk menggunakan handrub antiseptik adalah kondisi emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit dijangkau, fasilitas cuci tangan

inadequat, saat ronde di ruangan yang

memerlukan desinfeksi tangan dan bukan pengganti cuci tangan bedah.

Rumah sakit

(6)

Perilaku cuci tangan petugas kesehatan

Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yangtidak diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, 2003).

Menurut teori Green dalam Notoadmojo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dimana kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (Behavior Causes) dan faktor diluar perilaku (Non Behavior Causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kemudian faktor-faktor pendukung (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saran-sarana kesehatan misalnya fasilitas untuk cuci tangan ; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

Perubahan perilaku individu baru menjadi dapat optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah sakit Columbia Asia Medan, untuk menggambarkan hubungan pengetahuan perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan, untuk menggambarkan hubungan tingkat pendidikan perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah sakit Columbia Asia Medan, untuk menggambarkan hubungan umur perawat

dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan, untuk menggambarkan hubungan lama bekerja perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan, untuk menggambarkan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

Manfaat Penelitian

Untuk menambah pengalaman melakukan penelitian dan untuk mengetahui lebih dalam tentang prosedur cuci tangan, sebagai gambaran nyata yang dapat dimanfaatkan untuk evaluasi keefektifan program program pencegahan infeksi nosokomial rumah sakit khususnya tentang kepatuhan perawat melakukan prosedur cuci tangan, sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya terutama penelitian mengenai pengendalian dan pencegahan infeksi nosokomial atau penelitian kepatuhan melakukan cuci tangan.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran hubungan 2 variabel penelitian yaitu antara variabel independen (bebas) karakteristik perawat (pengetahuan, pendidikan, umur, masa kerja) dengan variabel dependen (terikat) kepatuhan perawat melakukan cuci tangan.

Pendekatan yang digunakan adalah belah lintang (cross sectional) karena pengukuran data penelitian dilakukan saat bersamaan/sesaat. tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik perawat dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

(7)

Hasil Penelitian

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Tingkat Pengetahuan tentang cuci tangan

Frekuensi Persentase

(%)

Baik 80 95,24

Sedang 3 3,57

Buruk 1 1,19

Total (n) 84 100,00

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang cuci tangan (95,24%), disusul dengan pengetahuan sedang (3,57%) dan pengetahuan buruk (1,19%).

Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan perawat di Rumah Sakit

Columbia Asia Medan Tingkat

Pendidikan Frekuensi

Persentase (%)

D3 (Diploma) 74 88,10 S1 (Sarjana) 10 11,90

Total (n) 84 100,00

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan Diploma (88,10%), disusul dengan Sarjana Keperawatan (11,90%).

Distribusi responden berdasarkan umur perawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Umur Frekuensi Persentase

(%)

< 25 tahun 20 23,81 25 – 35 tahun 40 47,62 > 35 tahun 24 28,57

Total (n) 84 100,00

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden berumur 25 – 35 tahun (47,62%), disusul dengan umur > 35 tahun (28,57%) dan yang berumur < 25 tahun (23,81%).

Distribusi responden berdasarkan lama

bekerja perawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Lama

Bekerja Frekuensi

Persentase (%)

< 5 tahun 45 53,57 5 – 10 tahun 20 23,81 > 10 tahun 19 22,62

Total (n) 84 100,00

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai masa kerja < 5 tahun (53,57%), disusul dengan masa kerja 5 – 10 tahun (23,81%) dan masa kerja > 10 tahun (22,62%).

Distribusi responden berdasarkan tingkat kepatuhan perawat

melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Tingkat

Kepatuhan

Frekuensi

Persentase

(%)

Patuh

Tidak

patuh

61

23

72,61

27,38

Total (n)

84

100

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden patuh melakukan cuci tangan (72,61%) dan yang tidak patuh (27,38%).

Distribusi tabulasi silang tingkat

pengetahuan perawat tentang cuci tangan

dengan tingkat kepatuhan perawat

melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

Tingk

at

Penge

tahua

n

Pera

wat

Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan

F

r

e

k

Pr

st

(%

)

Patuh

Tidak

Patuh

Fre

k

Prst

(%)

F

r

e

k

(8)

Baik

59

73,7

5

2

1

26,2

5

8

0

95,

24

Sedan

g

2

66,6

7

1

33,3

3

3

3,5

7

Buruk 0

-

1

100,

00

1

1,1

9

Jumla

h

61

72,6

2

2

3

27,3

8

8

4

10

0

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui

bahwa perawat dengan tingkat pengetahuan

baik mempunyai tingkat kepatuhan paling

tinggi (73,75%), disusul dengan tingkat

pengetahuan sedang (66,67%) dan tingkat

pengetahuan buruk (0%).

Distribusi

tabulasi

silang

tingkat

pendidikan

perawat

dengan

tingkat

kepatuhan perawat

melakukan cuci

tangan di Rumah Sakit Columbia Asia

Medan.

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui

bahwa perawat dengan tingkat pendidikan

D3 mempunyai tingkat kepatuhan yang

paling tinggi (72,97%) disusul dengan

perawat dengan tingkat pendidikan S1

(70,00%).

Distribusi tabulasi silang umur perawat

dengan tingkat kepatuhan perawat

melakukan cuci tangan di Rumah Sakit

Columbia Asia Medan

Um

ur

Per

awa

t

(Ta

hun

)

Tingkat Kepatuhan

Perawat Melakukan

Cuci Tangan

Fre

k

Prs

t

(%)

Patuh

Tidak

Patuh

Fr

ek

Prs

t

(%)

Fr

ek

Prst

(%)

< 25 15

75,

00

5

25,0

0

20

23,

81

25 –

35

32

80,

00

8

20,0

0

40

47,

62

> 35 14

58,

33

10

41,6

7

24

28,

57

Jum

lah

61

72,

62

23

27,3

8

84

100

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa perawat yang berumur antara 25 tahun – 35 tahun menunjukkan persentase tingkat kepatuhan yang paling tinggi (80,00%) disusul dengan perawat yang berumur < 25 tahun (75,00%) dan perawat yang berumur > 35 tahun (58,33%).

Distribusi tabulasi silang lama bekerja

perawat

dengan

tingkat

kepatuhan

perawat melakukan cuci tangan di

Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

Lama

Beker

ja

Pera

wat

(Tahu

n)

Tingkat Kepatuhan

Perawat Melakukan

Cuci Tangan

Fre

k

Prs

t

(%)

Patuh

Tidak

Patuh

Fre

k

Prs

t

(%)

Fre

k

Prs

t

(%)

< 5

35

77,

78

10

22,

22

45

53,

57

5 – 10 14

70,

00

6

30,

00

20

23,

81

> 10

12

63,

16

7

36,

84

19

22,

62

Tingkat

Pendidi

kan

Perawa

t

Tingkat Kepatuhan

Perawat Melakukan

Cuci Tangan

Fr

ek

Pr

st

%

Patuh

Tidak

Patuh

Fr

ek

Prs

t

%

Fre

k

Prs

t

%

D3

(Diplom

a)

54

72,

97

20

27,

03

74

0,8

8

S1

(Sarjana

)

7

70,

00

3

30,

00

10

0,1

2

Jumlah

61

72,

62

23 27,

38

(9)

Jumla

h

61

72,

62

23

27,

38

84

100

Berdasarkan Tabel di atas, diketahui bahwa perawat dengan lama bekerja kurang dari 5 tahun mempunyai tingkat kepatuhan yang paling tinggi (77,78%), disusul dengan perawat dengan lama bekerja 5 tahun – 10 tahun (70,00%) dan perawat yang bekerja lebih dari 10 tahun (63,16%).

Pembahasan

Karakteristik Perawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan, pengetahuan Tentang Cuci Tangan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (95,23%) perawat mempunyai pengetahuan yang baik tentang cuci tangan. Pengetahuan adalah hasil tau yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, media, informasi. Pendidikan adalah sebuah pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan untuk tujuan mencerdaskan. Media secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang luas, informasi sebagai transfer pengetahuan.

Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bawah tingkat pendidikan perawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan mayoritas diploma tiga (88,09%) dan hanya sedikit (11,91%) yang berpendidikan sarjana keperawatan, boleh dikatakan bahwa perawat Rumah Sakit Columbia Asia Medan masih berpendidikan vocasional dan hanya sebagian kecil yang spesialis (ners). Pada saat ini dasar penataan pendidikan perawat adalah menuju tatanan profesionalisme dan globalisai. Profesionalisme menuntut perawat harus menyelesaikan pendidikan akademik dan profesi

sebagaimana profesi lain yang berkembang. Rendahnya pendidikan perawat dapat menjadi rendahnya pelayanan keperawatan dan daya saing perawat tersebut dengan perawat asing (Suara Merdeka Semarang, 2007).

Di sisi lain International Council of Nursing (ICN) menuntut seorang perawat yang akan memberikan pelayanan harus melalui sertifikasi dan uji kompetensi untuk memperoleh Register Nurse (RN). Untuk uji RN seseorang harus menyelesaikan pendidikan Ners dengan demikian dengan internasional standar pendidikan dasar perawat harus berpendidikan Ners. Demikian juga dengan regulasi perawat di dalam negeri banyak perawat asing yang akan masuk ke Indonesia, yang memiliki standar kompetensi yang tinggi. Bila kita tidak mengantisipasinya maka kehadiran mereka akan menjadi ancaman bagi perawat-perawat Indonesia (Edi Warianto, 2007). Untuk itu dituntut kesadaran dari perawat Rumah Sakit Columbia Asia Medan untuk memikirkan tindak lanjut pendididikannya agar eksistensi mereka dalam pelayanan keperawatan di era globalisasi saat ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Manajemen rumah sakit juga diharapkan memberikan perhatian dan dukungan bagi perawat-perawat yang ingin meningkatkan taraf pendidikannya.

Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan berada direntang usia antara 25 tahun sampai dengan 35 tahun (47,61%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Columbia Asia Medan berada pada rentang umur dewasa muda, menurut Peaget dalam Anwar (2007), pada usia dewasa muda seseorang lebih fleksibel, terbuka dan sangat adaptif.

(10)

usia ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya kalau perlu pindah dari satu organisai ke organisasi lain atau bahkan juga pindah dari satu profesi ke profesi lain (Nitisenuto, 1991). Untuk itu, menajemen harus jeli melihat situasi ini agar mereka dapat mempertahankan karyawan terbaiknya.

Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat Rumah Sakit Columbia Asia Medan mempunyai masa kerja kurang dari lima tahun (53,57%). Biasanya lama masa kerja digunakan untuk mengukur loyalitas seorang karyawan, semakin lama masa kerja maka semakin loyallah karyawan tersebut terhadap perusahaannya. Begitu pentingnya loyalitas sehingga perusahaan merasa perlu menyusun berbagai kebijakan “rewarding” dengan memasukkan faktor lama bekerja, misalnya penganugerahan penghargaan kepada karyawan yang telah bekerja sekian tahun, mendapatkan cuti tambahana pada karyawan yang sudah bekerja sekian tahun dan lain-lain. Loyal adalah patuh, setia (Purwodarminta, 2002).

Dengan mendapatkan loyalitas dari karyawannya sebuah perusahaan merasa benar-benar memiliki karyawan yang siap tempur demi kepentingan usahanya, demikian juga bila seorang karyawan yakin telah memberikan loyalitas, dia tak perlu khawatir kehilangan pekerjaannya. Tetapi tidak sedikit perusahaan menganggap bahwa loyalitas adalah hal kedua yang diharapkan dari seorang karyawan setelah profesionalisme. Pada keadaan ini dapat dikatakan bahwa perawat Rumah Sakit Columbia Asia Medan belum menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap rumah sakit dimana pada hasil penelitian ini menunjukkan lebih banyak karyawan baru daripada karyawan yang telah lama bekerja. Hal ini dapat menjai pertimbangan manajemen untuk meninjau kembali beberapa kebijaksanaan terkait loyalitas karyawan.

Tingkat Kepatuhan Perawat Malakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci

tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan adalah 72,61% bila disesuaikan dengan kategori tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan oleh Perdalin (2010) maka kategori tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan adalah kepatuhan minimal (<75%) tetapi bila dibandingkan dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Amerika Serikat (50%) dan Australia (65%) dan juga di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (65%), tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia sudah lebih baik.

Pengetahuan Perawat Tentang Cuci Tangan

Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat

Melakukan Cuci Tangan Di Rumah Sakit Colombia Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan mempunyai kepatuhan yang lebih tinggi (73,75%) untuk melakukan prosedur cuci tangan. Sesuai dengan Notoadmojo (2007) dimana perilaku yang didasarkan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sehingga pada keadaan ini, perawat-perawat yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan menunjukkan kepatuhannya melakukan cuci tangan.

Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan

(11)

yang lebih tinggi daripada insting, refleks, automatisme, nafsu keinginan, kebiasaan, kecenderungan dan hawa nafsu. Kemauan adalah dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan fikir dan perasaan serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah pada tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidup pribadinya (Prawira, 2010). Hal inilah yang mungkin yang kurang dimiliki oleh perawat-perawat tersebut. Walaupun tingkat pengetahuannya baik oleh karena tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi apabila tidak ada kemauan mereka tidak akan patuh melakukan prosedur cuci tangan tersebut.

Umur Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan paling tinggi adalah pada perawat berusia antara 25 tahun sampai 35 tahun (80,00%). Sesuai dengan Peaget dalam Anwar (2007) yang menyatakan bahwa seseorang pada usia ini lebih adaptif sehingga dalam melakukan suatu prosedur lebih cepat tanggap dan melakukannya dengan benar. Berbanding terbalik dengan Stephen (2001) yang menyatakan bahwa seseorang yang lebih muda cenderung mempunyai fisik yang kuat dan dapat bekerja keras tetapi dalam bekerja kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab. Tetapi pada penelitian ini perawat dengan umur yang lebih muda malah lebih patuh melakukan prosedur cuci tangan dari pada perawat yang lebih tua.

Kepatuhan paling rendah berada pada umur > 35 tahun (58,33%) berbanding terbalik dengan Stephen (2001) yang menyatakan bahwa kualitas positif yang ada pada seseorang yang berumur lebih tua meliputi pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu (dalam hal ini komitmen untuk selalu melakukan cuci tangan sesuai dengan standart). Pada penelitian ini malah perawat-perawat yang lebih tua yang lebih tidak patuh. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah etika kerja dan komitmen para perawat yang berusia dewasa (lebih tua) sudah menurun atau bahkan hilang. Hal ini mungkin menjadi suatu kajian yang penting bagi manajemen Rumah Sakit Columbia Asia Medan sehingga

kedepannya dapat diketahui apa sebenarnya akar masalahnya sehingga dapat dicari solusi untuk mengatasinya dengan harapan perawat-perawat tersebut bisa termotivasi kembali untuk selalu bekerja sesuai standart termasuk termotivasi untuk selalu melakukan prosedur cuci tangan sesuai dengan standart.

Lama Bekerja Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perawat dengan masa kerja kurang dari lima tahun memiliki tingkat kepatuhan yang paling tinggi (77,78%), berbanding terbalik dengan Gibson (1997), semakin lama seseorang bekerja tingkat prestasi semakin tinggi, prestasi yang tinggi berasal dari perilaku yang baik dalam hal ini perilaku yang baik untuk melakukan prosedur cuci tangan. Pada penelitian ini perawat yang masa kerjanya kurang dari lima tahun malah lebih patuh daripara perawat yang masa kerjanya lebih dari 10 tahun. Hal ini sangat disayangkan, dimana sebenarnya seseorang yang sudah lama bekerja diharapkan akan lebih memahami pekerjaannya termasuk efek-efek dari pekerjaannya tersebut.

Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat melakukan Cuci Tangan Di Rumah Sakit Columbia Asia Medan

(12)

menentukan kepatuhan dalam melakukan cuci tangan.

Nurbaiti (2007) mengemukakan kepatuhan dapat di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor external seperti usia, pendidikan, pengetahuan dan masa kerja didukung oleh Notoadmodjo yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah pendidikan, usia, dan motivasi.

Dari semua pendapat para ahli jelas terlihat bahwa memang benar karakteristik perawat berhubungan dengan tingkat kepatuhan perawat tersebut dalam melakukan cuci tangan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Hipotesa Penelitian terjawab ada hubungan yang bermakna antara karakteristik perawat (pengetahuan, pendidikan, umur, lama bekerja) dengan tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

2. Tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan termasuk dalam kategori kepatuhan minimal.

Saran

1. Rumah Sakit Columbia Asia Medan harus melakukan evaluasi kembali tentang keefektifan program pencegahan infeksi nusokomial rumah sakit khususnya tentang kepatuhan perawat melakukan cuci tangan untuk meningkatkan kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan yang masih dalam kategori minimal.

2. Kepada seluruh perawat harus meningkatkan kesadarannya untuk selalu bekerja sesuai dengan standart terutama standart dalam melakukan prosedur cuci tangan.

3. Bagi perawat-perawat yang masih berpendidikan D3 harus memikirkan tindak lanjut pendidikannya kearah yang lebih tinggi agar eksistensi dalam pelayanan keperawatan di era

globalisasi saat ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan. 4. Manajemen Rumah Sakit Columbia

Asia Medan harus memberi perhatian khusus kepada perawat-perawat yang masa kerjanya lebih dari 10 tahun, untuk mengetahui kemungkinan adanya rasa jenuh pada perawat-perawat tersebut sehingga dapat dicari jalan keluar agar perawat-perawat tersebut termotivasi kembali dan tetap semangat bekerja sehingga kualitas pelayanan keperawatan dapat dipertahankan dan ditingkatkan. 5. Bagi perawat-perawat yang

berpendidikan Sarjana tetapi tidak patuh melakukan cuci tangan harus merubah sikapnya sehingga dapat menjadi pola anutan bagi perawat-perawat seluruhnya, khususnya bagi perawat-perawat yang masih berpendidikan D3.

6. Kepada peneliti selanjutnya mungkin dapat melakukan penelitian tentang kepatuhan melakukan cuci tangan bukan hanya perawat tetapi kepatuhan melakukan cuci tangan oleh petugas kesehatan lainnya, misalnya dokter, analis, fisioterapis,

housekeeping dan lain-lain, dan juga

penelitian tentang pengaruh pelaksanaan prosedur cuci tangan terhadap pencegahan infeksi nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Teori Perkembangan Kognitif, 2007, Jakarta : EGC.

Arfianti, Abstrak,www.google.com, 2010, Semarang.

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 2006, Jakarta :

Rineka Cipta.

Darmadi, Infeksi Nosokomial Problematika dan

Pengendaliannya, 2008, Jakarta :

Salemba Medika.

(13)

Fijrijanto, Data Menurut Skala Pengukuran, www.google.com, 2010 Jakarta. Ismani, Nila, Etika Keperawatan, 2001, Jakarta

: EGC.

Kasjono, Yasril, Tehnik Sampling untuk Penelitian Kesehatan, 2009, Jakarta :

Graha Ilmu.

Mardalis. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Niven Neil, Psikologi Kesehatan Pengantar

untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain, 2002, Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan, Ed.2003.

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, Metode

Penelitian Kesehatan, 2005, Jakarta :

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, Kesehatan

Masyarakat Ilmu dan Seni, Ed.2007.

PERDALIN, Handout Pengendalian Infeksi

Nosokomial, 2010, Jakarta.

Setiadi, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, 2007, Jakarta :Graha

Ilmu.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu

Pendekatan Praktik), 2006, Jakarta:

Rineka Cipta.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, 2010. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulastri, Abstrak, www.google.com, 2010. Jakarta.

Tunggal, HS, Undang- undang Kesehatan dan

Rumah Sakit, Jakarta: Rineka Cipta.

Wasis, Ns, Pedoman Riset Praktis untuk Profesi

(14)
(15)

Referensi

Dokumen terkait

ngujian triaksial, dilakukan pada tekanan keliling (cr3) yang berbeda dengan tanpa mem­ berikan waktu untuk keluarnya air pori meninggalkan tanahnya (kondisi

(2009), sebagai salah satu target kemampuan yang dapat dikembangkan lewat pembelajaran IPA berbasis SSI adalah kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir

[r]

Menurut Landis (1954), angka perceraian yang tinggi terjadi pada pasangan yang tidak memiliki agama. Selanjutnya dijelaskan bahwa pasangan yang berbeda agama

Bahwa terdakwa Zulham Alias Iyong Ijul pada hari Kamis tanggal 13 Februari 2014 sekira pukul 17.30 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan

Selain kewenangan penyidikan kepada penyidik sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), juga terdapat penyidik lain menurut undang-undang

Berdasarkan data tersebut larutan daun sirih 80% dapat digunakan sebagai bahan desinfektan untuk bahan cetak alginat dengan metode penyemprotan, karena perubahan