• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Data

Dalam dokumen MERGER VERTICAL PERUSAHAAN (Halaman 48-55)

METOD PENELITIAN

D. Analisi Data

Dalam penulisan ini dipakai analisis data yaitu analisis deskriptif (descriptive analisys) metode ini adalah suatu metode yang hanya melakukan penjabaran atau merugiakan data yang telah diperoleh dan selajutnya data tersebut dianalisa dengan menggunakan peraturan perundang-undangan.

BAB IV PEMBAHASAN

A. MERGER VERTIKAL DAPAT MENYEBABKAN MONOPOLI

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab-bab di atas bahwa pada umumnya merger vertikal dilakukan dengan tujuan pegadaan barang untuk kegiatan produksi terjamin atau untuk menjamin jalur pemasaran barang yang diproduksi juga untuk menekan biaya produksi dan biaya pemasaran. Tindakan tersebut merupakan langkah yang tepat diharapkan perusahaan-perusahaan kecil dapat berkembang dan maju dan pada akhirnya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya secara sehat. Masyarakat selaku konsumen sangat diuntungkan dengan adanya persaingan usaha sehat tersebut karena masyarakay akan mempunyai pilihan dalam membeli produk yang mereka inginkan dengan harga yang murah dan kualitas yang baik pula.

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 telah melaranng dilakukannya penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 28).

Memang tidak mudah diketahui apakah suatu perusahaan telah melakukan monopoli atau tidak. Untuk dapat menentukan apaka tindakan merger vertikal yang dilakukan pelaku usaha telah mengarah kepada terjadinya praktek monopoli maka ada empat parameter dasar huku persaingan yang dapat dijadkan acuan, yaitu : (Gunawan Widjaya, 2002 : 22).

1. Adanya pemutusan kekuatan ekonomi

Pemutusan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa.

2. Pemutusan kekuatan tersebut berada pada suatu atau lebih pelaku usaha ekonomi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaku usaha dianggp telah menguasai pasar secara monopoli jika:

a. Satu pelaku usah atau satu kelompook pelaku usaha mengenai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jenis tertentu.

b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa.

Undang-undang dalam rumusan pasal 4 ayat (2) undang-undang Nomor 5 tahun 1999 juga tegas mengatakan bahwa pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaaan produksi dan atau jasa, jika 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa. 3. Pemusatan kegiatan ekonomi tersebut menimbulkan persaingan usaha tidak

sehat, dan.

Dengan adanya penguasaan atas proses produksi lanjutan maupun pada proses distribusi dan pemasaran produk akan menyebabkan adanya penetapan harga secara vertikal yang dapat terjadi antara supplier dan distributor- distributornya.

Dalam perjanjian ini supplier menetapkan suatu harga terendah dari suatu barang, dan atau jasa dari supplier yang arus ditatati oleh distributor-distributor tersebut. Dengan kata lain distributor-distributor tersebut tidak boleh menjual atau memasok kembali barang atau jasa tersebut dengan harga yang lebih rendah dengan harga yang telah diperjanjikan tersebut. Berbagai tindakan maupun perjanjian yang dilakukan pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang berdampak kearah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha merupakan tindakan atau perjanjian yang dilarang oleh Undang-undang (Pasal 4 Undang-undang No. 5 Tahun 1999).

Demikian juga dalam pelaksanaan merger vertikal dapet mengakibatkan terciptanya situai monopoli karena adanya halangan atau hambatan bagi pesaing untuk bisa memasuki pasar yang bersangkutan merupakan tindakan yang dilarang.

Hambatan perdagangan vertikal yaitu persetujuan diantara dau pihak atau lebih pada tingkat distribusi yang berlainan. Hal ini biasanya terjadi antara distributor dengan pengecer atau antara pemberi dengan pemegang franchise. Merger vertikal dapat meningkatkan hambatan memasuki pasar dan hambatan perusahaan-perusahaan lainnya untuk mengadakan perluasan. Intregasi vertikal dapat memaksa perusahaan lainnya untuk melakukan persaingan. Hal ini dapat menunda entry borrier dan menaikan resiko pembayaran yang lebih tinggi dari biasanya untuk pengadaan modal yang diperlukan guna memasuki pasar.

vertikal untuk menghambat jalan masuk pasar yang dapat mengurangi keuntungan-keuntungan dari persaingan. Dalam hal ini hokum persaingan layak ikut campur tangan untuk menghambat merger vertikal jika intregasi tersebut merugikan keberadaan kekuatan pasar dengan cara menghambat pintu masuk pasar bagi pendatang bisnis baru.

4. Pemusatan kegiatan ekonomi tersebut merugikan kepentingan umum.

Dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam rangkaian langsung maupun tidak langsung yang dapat mengakibatkab terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat. Jelas dikatakan dalam Pasal 14 intregasi vertikal ini dilarang.

Sebagaimana peraturan-peraturan Merger di Indonesia larangan merger bersifat Rule of Reason. Merger diperbolehkan sepanjang tidak mengurangi persaingan secara Substansi. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjasinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Pengambilan saham perusahaan lain juga dilarang apabila dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 28 Undang-undang No. 5 Tahun 1999).

Hal ini juga berlaku pada tindakan merger vertikal yang berdampak pada terkonsentrasinya sektor industri dari hulu sampai ke hilir oleh satu pelaku usaha.

Pelaku usaha atau kelompoknya tersebut dapat mengontrol dan mempengaruhi harga produk yang tidak saja bisa mematikan para pesaingnnya melainkan juga akan menciptakan kesejangan dalam dunia usaha yang pada akhirnya akanmenciptakan monopoli merupakan tindakan yang tidakdiperbolehkan oleh Undang-undang Anti Monopoli.

Berdasarkan ketentuan yang dijasikan acuan untuk menentukan apakah merger vertikal tersebut menyebabkan suatu monopoli dapatlah diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan merger vertikal tersebut bisa berdampak terhadap monopoli apabila adanya integritas vertikal dan penetapan harga vertikal yang mana integritas vertikal tersebut terjasi melalui penggabungan usaha yang memproduksi bahan baku dengan perusahaan yang memproduksi barang jasi atau antara prodesen dengan perusahaan distribusi pemasoknya. Contoh yang ekstrim dapat terjadi pada industry kertas. Dalam industri kertas dari bahan dasar sampai konsumen dapat berdiri beberapa insdustri. Mulai dari (1) perusahaan yang memiliki HPH sebagai penghasil kayu, (2) perusahaan penghasil bubur kertas (pulp), (3) perusahaan penghasil kertas, (4) perusahaan distribusi kertas,(5) perusahaan pemasaran kertas ditingkat konsumen, dan lain-lain. Hubungan antara suatu perusahaan tergantung pada perusahaan lain untuk memasok bahan baku. Dilain pihak perusahaan tersebut juga tergantung pada perusahaan distribusi yang menjual produk-produknya dipasar. Seringkali kaitan antara perusahaan melalui pasar ini bukanlah cara yang paling efisien dalam melakukan kegiatan usaha. Dengan demikian terdapat beberapa manfaat tambahan

yang dapat diperoleh suatu perusahaan tersebut melakukan intregasi vertikal. (Ayudha D. Prayoga, 2001 : 40).

Penetapan harga vertikal ini akan merugikan pihak distributor karena pihak distributor harus menjual dengan harga yang telah diperjanjikan dengan supplier. Untuk bersaing dengan pihak supplier lainnya dalam produksi yang sama. Pihak supplier melakukan penetapan harga secara vertikal untuk menekan biaya produksi sehingga produk yang dijual di pasar dapat bersaing dengan supplier-supplier lainnya. Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 penetapan harga secara vertikal dilarang apabila ia dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Monopoli merupakan penguasaan lebih dari 59% pangsa pasar atas komoditi tertentu oleh satu atau gabungan beberapa perusahaan. Oleh karena banyak kalangan, monopoli dinilai sangat tidak sehat dan menganggu jalannya mekanisme pasar yang kompetitif. Sebab monopoli pasar atas komoditi tertentu tersebut dapat membahayakan kepentingan masyarakat luas, terutama konsumen produk yang dimonopoli. Kepentingan konsumen terhadap produk dengan harga yang wajar (reasonable price) dan berkualitas baik dapat terancam karena ulah salah satu atau beberapa pengusaha yang memonopoli pasar komiditi tertentu itu dengan seenaknya mensuplai produk yang bermutu rendah tapi dengan harga tinggi, yang mana di dalam pasal 17, pasal 18 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 hal tersebut dilarang.

Dampak negative yang timbul dari adanya tindakan merger vertikal tersebut belum bisa ditentukan pada saat merger tersebut belum terjadi tapi baru bisa ditentukan pada saat setelah merger vertikal tersebut terjasi atau baru bisa dilihat dan

Ditentukan setelah merger tersebut berjalan apakah tindakan merger vertikal tersebut membawa akibat negatif terhadap monopoli di;pasar yang bersangkutan atau tidak. Jika ternyata terbukti maka, komisi membatalkan tindakan merger tersebut (Pasal 47 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999) dan sebaliknya apabila tidak maka tindakan merger tersebut tidak dilarang.

Bergabung untukmenjadi lebih besar, kuat dan efisien pada dasarnya adalah hak perusahaan.Akan tetapi tidak dapat disangkal bahwa perusahaan yang “terlalu”

besar dan kuat sangat mudah memanfaatkan kelebihannya itu dengan cara-cara yang merugikan persaingan. Agar pengawasan terhadap merger vertikal lebih musa dan tepat sasaran maka diperlukan pengawadan yang ketat.

B. CARA PENYELESAIAN SENGKETA MERGER VERTIKAL

Dalam dokumen MERGER VERTICAL PERUSAHAAN (Halaman 48-55)

Dokumen terkait