LA
MER
LEMBAGA PE
LAPORAN PENELITIAN
ERGER VERTICAL PERUSAHAAN
OLEH:
ROIDA NABABAN
PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOME 2003
ABSTRAK
MERGER VERTICAL PERUSAHAAN
Merger vertical merupakan merger antara Perusahaan yang mempunyai hubungan pembeli dan penjual yaitu satu perusahan yang menghasilkan prodak, dan kemudian dijual ke perusahaan lain atau dapat pula dikatakan merger antara produsen dan supliyer yang ushanya ditinjau dari Hulu dan Hilir. Merger vertical dilakukan dengan tujuan agar pengadaan barang untuk kegiatan roduks terjamin atau untuk menjamin jalur pemasaran barang yang diproduksi dan untuk menekan biaya produksi dan biaya pemasaran. Namun disatu sisi mergen vertical bisa berdampak kepada monopoli sehingga menciptakan persaingan secar usaha tidak sehat. Dan bagaiman sengketa merger vertical terhadap persaingan usaha tidak sehat tersebut.
Metode penilitian dalam tulisan ini adalah metode penrlitian normatif pendekatan penelitian ini menggunakan konsep/sistimatika hukum, dengan memakai analisis data dekriptif.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkatnya yang
melimpah melindungi penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan judul
penelitian ini adalah Merger Vertical Perusahaan.
Tujuan dari Penelitian ini untuk memberikan sumbangsih kepada setiap orang
agar dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengatahuan. Dalam penelitian ini tentu
banyak hal-hal yang menjadi kekurangan disana-sini untuk itu peneliti mengharapkan
kritik dan saran untuk lebih sempurnanya penelitian ini. Tidak lupa peneliti ucapkan
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGATAR ii
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Merger dan Merger Vertikal 9
A.1. Pengertian Merger 9
A.2. Pengertian Merger Vertikal 11
B. Dasar Hukum Pengaturan Merger Vertikal 12
C. Syarat-syarat Merger Vertikal 15
D. Alasan-alasan dilakukannya Merger Vertikal 26
E. Persaingan dan Monopoli 35
E.1. Pengertian Persaingan 35
E.2. Pengertian Monopoli 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 41
B. Pendekatan Penelitian 41
C. Metode Pengumpulan Data 42
1. Jenis Data 42
2. Sumber Data 42
3. Alat Pengumpulan Data 43
D. Analisis Data 43
BAB IV .PEMBAHASAN
A. Merger Vertikal Dapat Menyebabkan Menopoli 44
B. Cara Penyelesaian Sengketa Merger Vertikal Terhadap
Persaingan Usaha Tidak Sehat 50
B.1. Melalui KOmisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 51
B.2. Melalui Pengadilan 56
B.3. Melalui Perdamaian 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan 61
B.Saran 62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi ekonomi telah mengakibatkan semakin terbukanya berbagai sector
ekonomi Indonesia bagi pihak asing, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa
kehidupan dunia usaha Indonesia kini telah memasuki era persaingan yang cukup
ketat yang mau tidak mau perusahaan nasional harus pula menghadapi kondisi
tersebut.
Untuk itu diperlukan tindakan yang tepat agar perusahaan-perusahaan
nasional Indonesia dapat menjadi pelaku ekonomii asing yang ada di Indonesia. Oleh
karena itu perlu ada persaingan dalam berbagai aspek seperti sumber daya manusia
(SDM), aser permodalan dan pemantapan teknologi yang dapat mendukung strategi
kompetitif. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah merger.
Merger merupakan salah satu bentuk penyatuan perusahaan disamping
akuisisi dan konsolidasi. Menurut Kartini Muliadi mengartikan merger sebagai
transaksi dua atau lebih perseroan yang menggabungkan usha mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga hanya satu
perseroan saja yang tinggal (Joni Emirzon, 2002 : 113).
Menurut Christianto Wibisono mengartikan merger sebagai penggabungan
dua badan usaha yang relative berimbang kekuatannya sehingga menjadi kombinasi
Sedangkan dalam Ketentuan Pasal 1 Anka 1 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Pelaburan dan
Pengambilalihan Perseroan terbatas yang menyatakan bahwa penggabungan adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selajutnya perseroan
yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Jelas bahwa merger merupakan suatu bentk penggabungan dua badan usaha
yang satu bubar secara hukum dan yang lainnnya tetap ada denan nama yang baru.
Walaupun dikatakan bubat seluruh asset, hak dan kewajiban, badan usaha yang bubar
tidaklah menjadi hilang sama sekali melainkan diabsorpasi atau dengan kata lain
diambilalih oleh perusahaan yang masih tetap ada tersebut atau bisa juga dengan
mempertahankan salah satu perushaan yang kuat dan yang dilikuidasi atau yang
dibubarkan adalah perushaan yang lemah.
Pada umumnya dasar perushaan melakukan merger, termasuk juga merger
vertikal adalah didasarkan atas beberapa faktor seperti perluasan pangsa pasar,
dimana keuntungan yang dapat diperoleh perushaan adalah bahwa nantinya
perusahaan bisa menjadi lebih besar sehingga mampu untuk bersaing dengan para
pesaing lainnya dan dapat juga memperluasan pangsa pasar bagi produk yang mereka
hasilkan, peningkatan efisien perushaan dimana dengan adanya efisiensi maka harga
produk bisa diturunkan dan kualitaas pelayanan ataupun kualitas produksi dapat di
atau dengan biaya yang sama akan dapat dihasilkan (diproduksi) barang sebanyak
mungkin.
Tindakan merger perusahaan nasional khusunya perusahaan-perushaan kecil
merupakantindakan strategis untuk menyusun kekuatan mengahadapi situasi
kompetitif tersebut karena bisa memperkuat modal, asset, pangsa pasar serta seumber
saya yang lebih optimal dan efisiensi biaya produksi.
Pasa umumnya yang paling sering dilakukan dan dikenal dalam dunia bisnis
ada tiga bentuk merger disamping bentuk-benntuk merger yang lainnya, yaitu:
(Muchyar Yara, 1995: 30)
1. Merger Horizontal yaitu penggabungan dua perushaan yang menjalankan usaha
yang sama.
2. Merger Vertikal yaitu penggabungan dua perushaan yang usahanya berkaitan
ditinjau dari hilir dan hulu (berada dalam dua tahap produksi).
3. Merger Konglomerat yaitu penggabungan dua perusahaan yang usahnya berbeda
(tidak sama) atau tidak mempunyai hubungan baik dalam arti horizontal maupun
vertical.
Pada umunya merger vertikal dilakukan dengan tujuan pengadaan barang
untuk kegiatan produksi terjamin atau untuk menjamin jalur pemasaran barang yang
diproduksi juga untuk menekan biaya produksi dan biaya pemasaran.
Apabila merher vertikal yang dilakukan itu berdasarkan tujuan diatas
diterapkan pada perusahaan yang berkemampuan kecil dan terbatas, khususnya dalam
dengan merger vertikal diharapkan perusahaan-perushaan kecil tersebut dapat
berkembang atau maju pada akhirnya dapat bersaing dengan perushaan lainnya yang
marupakan persaingannya.
Akan tetapi jika merger vertikal ini dilakukan oleh perusahaan-perushaan
yang memang sudah besar dan kuat, khususnya dalam kapasitas modal dan
pemasaran akan menimbulkan masalah, seperti akan mendominasinya proses
industry mulai dari hilir sampau hulu, menyingkirkan pesaing ataupun menghambat
atau menghalangi pelaku usaha lainnya yang berpotensi sebagai pesaing untuk
memasuki pasar yang bersangkutan (entry barrier). Hal ini akan sangat dikhawatirkan karena tindakan tersebut nantinya akan membentk
kelompok-kelompok perusahaan besar yang dapat membatasu kebebasan bersaing bahkan bisa
menimbulkan monopoli dalam masyarakat dan merugikan masyarakat oleh karena
terputusnya proses produksi.
Di satu sisi masyarakat selaku konsumen sangan di untungkan dengan adanya
persaingan, karena masyarakat akan mempunyai pilihan dalam kembali produk yang
mereka inginkan dengan harga yang murah dan kualitas yang baik pula. Dengan kata
lain masyarakat akan mendapatkan harga yang pantas (cenderung murah) yang
sepadan dengan kenikmatan yang diperoleh dari produk yang dinelinya. Sedangkan
bagi Negara dengan adanya persaingan akan menyelaraskan laju pertumbuhan
ekonomi nasional yan ditandai dengan peningkatan kualitas kerja pelaku usaha.
ini pada akhirnya akanmemotivasi para pelaku untuk senantiasa berusaha
meningkatkan daya saing baik dipasar dalam negeri maupun dipasar luar negeri.
Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Monopoli
adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.
Sedangkan Pasal 2 Angka 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan
Praktel Monopoli adalah pemutusan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atas jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan
dapat merugikan kepentingan umum.
Persaingan dalam kegiatan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana beberapa atau kelompok pelaku usaha yang sama jenisnya saling berusaha
untuk memperoleh kedudukan yang kuat danmeyoritas dalam mekanisme pasar atas
suatu produk tertentu, sehingga dengan kedudukan itu akan didapat keuntungan
semaksimal mungkin. Sedangkanmenurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Pasal 1 Angka 6 Persaingan Usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi da atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak atau melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha.
Persaingan memberikan keuntungan baik bagi pelaku usha, masyarakat
selaku konsumen dan Negara. Dengan adanya persaingan pelaku usaha akan
Menerus melakukan inovasi serta berupaya keras memberikan produk yang terbaik
bagi consume. Persaingan juga akan berdampak pada semakinn efisiennya pelaku
usaha dalam menghasilkan produknya. Disamping itu juga tiap-tiap pelaku usaha
akan memberi peluang dan kesempatan yang sama serta tidak adanya hambatan untuk
masuk dan keluar pada suatu pasar, sehingga tiap-tiap pelaku usaha akan memperoleh
keuntungan dalam batas-batas yang wajar sepadan dengan jeri payah serta usaha.
Disatu sisi implementasi merger vertikal antara perusahaan merupakan langkah
strategis dalam upaya penyehatan perusahaan khususnya bagi perusahaan yang
memang membutuhkan. Akan tetapi disisi lain merger vertikal bisa berampak pada
monopoli dalam berusaha itu sendiri tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat
luas.
Sisi negative dari merger vertikal ini antara lain tercipta atau bertambahnya
konsentrasi pasar yang dapat menyebabkan harga produk semakin tinggi, terciptanya
atau timbunya kekuatan pasar (market power) menjadi semakin besar yang dapat mengancam pesaing lainnya, menghalangi atau menghambat pelaku usaha baru yang
berpotensi sebagai pesaing untuk memasuki pasar mematikan pesaing lainnya.
Ada suatu pedoman atau paling tidak suatu garis besar yang dapat dipakai
untuk menilai apakah nantinya suatu tindakan merger yang akan dilakukan
berdampak kepada monopoli sehingga dapat menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan bagaimana cara penyelasaian sengketa vertikal terhadap persaingan usaha
Perlunya aturan hukum ini didasarkan pada pertimbangan bahwa untuk
mencegah monopoli perlu diatur secara hokum khususnya untuk melindungi
masyarakat selaku konsumen dengan adanya harga yang bersaing dan adanya produk
alternative sebagai pilihan konsumen. Di Indonesia sendiri hal ini telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah adala sebagai berikut :
1. Apakah merger vertikal dapat menyebabkan monopoli?
2. Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa merger vertikal terhadap
persaingan usaha tidak sehat?
C. Tujuan Peneltian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah merger vertikal dapat menyebabkan suatu
monopoli.
2. Agar kita mengetahui begaimana cara penyelesaian sengketa merger
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan sebagai berikut
1. Secara teoritis
Secara teoritis pembatasan terhadap masalah yang dikemukakan dalam
sikripsi ini adalah memberikan pemahaman dan pandangan baru dalam upaya
peningkatan efisiensi perusahaan melalui merger vertikal. Sebab dengan
demikian pelaku usaha yang mempunyai udaha berskala kecil dan menengah
mampu bersaing dengan pelaku usaha lain yang skalanya lebih besar dan
lebih kuat struktur perushaanya.
2. Secara Praktis
Pembahasan sikripsi ini diharaapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi
pembaca terutama para pelaku bisnis dan praktisi hukuman sehingga
pelaksanaan merger vertikal yang dilakukan perushaan memberikan manfaat
dan keuntungan bagi semua pihak baik bagi para pelaku usaha, persaingan
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Merger dan Merger Vertikal
A.1. Pengertian Merger
Istilah merger berasal dari kata “merger” yang dalam bahasa Indonesia
berarti menggabungkan atau memfusikan.
Merger menurut encyclopedia of Banking and Finance adalah “ A Combinatin of two or more corporation, where the former continuing operation
usually under the some bame”. Yang bila diartikan merupakan gabungan dua
perusahaan dimana salah satu perusahaan menggabungkan diri atas perushaan
lainnya dan usaha tetap dilajutkan dibawah satu nama perushaan. (Gunawam Wijaya,
2002 : 47).
Christianto Wibisonomengartikan merger sebagai penggabungan dua badan usaha yang relative berimbang kekuatannta sehingga menjadi kombinasi baru yang
saling membantu. (Joni Emirzon, 2002 : 114).
Sedangkan menurut Munir Fuady(1999 : 2) istilah merger ini dimaksudkan adalah sebagai suatu fusi atau absorpasi dari suatu benda atau hak kepada benda atau
hak lainnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam hal ini fusi atau obsorpasi
tersebut dilakukan oleh suatu subjek yang kurang penting dengan subjek lain yang
Dengan demikian merger perushaan berarti dua perushaan melakukan fusi diman
salah stu diantaranya akan lenyap atau dibubarkan.
Undang-undan Nomor 1 tahun 1995 tentan Perseroan Terbatas dalam pasal 102 ayat (1) merumuskan pengertian merger secara singkat yaitu satu atau lebih
perseroan dapat menggabungkan diri menjadi satu dengan perseroan yang ada.
Sedangkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27 Than 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa penggabungan adalah perbuatan hokum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk
menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan
yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Selanjutnya Peraturan di Bidang Pasar Modal mengenai merger dan
konsolidasi yang tertuang didalam Keputusan Kepada Badan Pengawas Modal (Bapepma) Nomor IX.G.I memberi arti merger perusahaan dengan istilah
“penggabungan usaha” sebagai suatu “perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang ttelah ada
selanjutnya perseroanyang menggabungkan diri menjadi bubar.”
Dari beberapa uraian diatas pada dasarnya ada kesamaan dalam unsur-unsur
1. Merger atau penggabungan perusahaan adalah salah satu cara penyatuan
perusahaan di samping peleburan perusahaan (konsolidasi), dan pengambilalih
perusahaan (akuisisi).
2. Merger melibatkan dua pihak yaitu perushaan yang menerima penggabungan
dan salah satu lebih perusahaan yang menggabungkan diri.
3. Perusahaan yang menerima penggabungan akan menerima pengambilalih
seluruh saham, harta kekayaan, hak, kewajiban dan utang perushaan yang
menggabungkan diri.
A.2. Pengertian Merger Vertikal
Merger vertikal adalah penggabungan yang dilakukan terhadap perusahaan
yang jenis usahanya berbeda dan tidak berada dalam pasar yang sama namun
mempunyai keterkaitan. (Rachmadi Usman, 2004 : 93).
Menurut Munir Faudy (1999 : 88) pengertian merger vertikal adalah
gabungan diantara dua perusahaan atau lebih dengan mana yang satu bertindak
sebagai supplier bagi yang lainny. Jadi hubungan bisnis mereka merupakan
hubungan produsen supplier atau hubungan dari hulu ke hilir.
Merger vertikal dalam hal ini dapat dibedakan menjadi merger vertikal maju
(forward vertical merger) dikatakan apabila suatu perusahaan membeli dan menggabungkan perusahaan lain yang merupakan distributornya. Merger kebelakang
yang membeli perusahaan ban yang menjadi supplier-nya merupakan contoh
backward vertical merger,merger vertikal ini bisa membawa akibat merugikan bagi persaingan dalam hal merger ini membuat pelaku usaha kesulitan untuk mendapatkan
komponen bagi produknya, karena perusuhaan distributor komponen itu telahh di
gabungkan dengan perusahaan pesaingnya. Jika merger bersifat maju (forward vertical merger) akibat buruk yang dikhawatirkan adalah bahwa suatu perusahaan lantas tidak mendapat akses kepada perusahaan distributor yang secara vertikal telah
di gabungkan dengan perushaan pesaingnya. (Arie Siswanto, 2002 : 38).
B. Dasar Hukum Pengaturan Merger Vertikal
Pengaturan hukum tentang Merger baik itu merger vertikal, horizontal, ataupun
konglomerat terdapat dalam :
1. Undang-undang N,omor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas
Ditinjau dari aspek hukum pelaksanaan merger harus sesuai dengan prosedur
hukum yang ditetapkan yaitu seperti yang tercantum dalam Pasal 102, Pasal
104 sampai dengan Pasal 109 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang
Perseroan Terbatas.
2. Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Yaitu apabila merger dilakukan oleh perusahaan yang sudah go public (tbk),
yaitu Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan peraturan
terkait lainnya terutama mengenai keterbukaan informasi di bidang Pasar
Modal. Pasal 84 menyebutkan Emiten atau perusahaan public yang melakukanpenggabungan, peleburan atau pengambilalihan perusahaan lain
wajib mengikuti kententuan mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan
yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan Peraturan Perundang-undangan lainnya
yang berlaku.
3. Undang-undang No. 5 Than 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pengaturan hukum tentang merger dalam
Undang-undang anti monopoli diatur dalam pasal 28 dan 29. Tindakan merger
perusahaan dilarang oleh Undang-undang Anti Monopoli manakala tindakan
tersebut dapat mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan curang.
Dengan semua bentuk merger dapat terkena larangan baik itu merger
horizontal, vertikal, konglomerat.
4. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan
dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-52/PM/1997
Tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahan Publik atau
Emiten. Pasal 1nya menyebutkan ketentuan mengenai penggabungan usaha
atau peleburan usaha perusahaan publik atau emiten diatur dalam peraturan
Secara khusus Indonesia tidak ada mengatur mengenai merger vertikal akan
tetapi merger vertikal diatur dalam undang-undang Amerika Serikat. Dalam
Antiturs Amerika Serikat ketentuan yang mengatur mengenai merger vertikal telah
mengalami perkembangan. Ketentuan mengenai merger diatur dalam Pasal 1
Sherman Act dan Pasal 7 Clayton Act. Ketentuan-ketentuan tersebut tmidak secara
jelas mengetur mengenai merger vertikal. Baru pada tahun 1950 Pasal 7 Clayton Act
diamandemenkan oleh Celler Kefauver Act yang menegaskan bahwa Pasal 7 Clayton
Act mencakup juga merger vertikal, seperti merger-merger lainnya yaitu jika efeknya
akan dapat mengurangi persaingan secara substansial atau mengarah pada praktek
menopoli.
Pada tahun 1984 United States Departemen of Justice mengeluarkan The 1984
Justice Departemen Guidelines yang merupakan pedoman yang mengatur
kebijaksanaan mengenai merger yang merupakan pedoman yang mengatur
kebijaksanaan mengenai merger pedoman tersebut mengatur tiga hal yang dapat
membahayakan persaingan yang mungkin merupakan akibat dari merger vertikal
yaitu jika terjadi :
a. Peningkatan halangan untuk masuk ketentuan dalam pasar
b. Terjadinya kolusi
C. Syarat-syarat Merger Vertikal
Syarat Yuridis Pelakasanaa Merger Vertikal
Pelaksanaan merger baik merger vertikal, merger horizontal atau pun merger
konglomerat sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas bersifat mengikat artinya merger yang dilaksanakan oleh
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas harus Perseroan Terbatas dimana
penyimpangan dari ketentuan tersebut dapat mengakibatkan merger menjadi batal
karena hukum.
Selain sifat yang mengikat ketentuan tentang pelaksanaan merger yang
tercantum dalam Undang-undang Perseroan Terbatas hanya bersifat
ketentuan-ketentuan pokok saja dan untuk lebih rincinya dapak dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan
perundang-undangan lainnya.
Sebagai contoh bagi Perseroan Terabatas terbuka, PT. Penanaman
Modal/Dalam Negeri atau Bank terdapat aturan-aturan khusus mengatur tentang
merger. Aturan-aturan khusus tersebut yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Moal dan peraturan pelaksananya seperti keputudan Kepala
BAPEPAM No. Kep-52/PM/1997 yang dikenal dengan peraturan No. IX.G.1
Tentang Pengabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Publik (emiten) dan
tentang benturan Kepentingan Transaksi tertentu, Keputusan mentri Negara
Penggerak Dana Investasi atau Ketua BAPEPAM No. 15/SK/1993 Tentang Cara
Permohonan PMDN dan PMA, Peraturan 15/SK/1993 Tentang Tata Cara
Permohonan PMDN dan PMA, Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 1998
Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisis Bank dapat dimasukkan menjadi bagian
dari pelaksanaan merger menurut Undang-undang Perseroan Terbatas ini sepanjang
aturan-aturan khusus tidak bertentangan dengan pokok-pokok pelaksanaan merger
yang telah dietapkan oleh Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT).
Disamping hal-hal yang bersifat procedural, Undang-undang Perseroan
Terbatas juga mengatur hal-hal yang bersifat projektif yaitu tujuan Undang-undang
Perseroan Terbatas yakni untuk melindungi kepentingan pihak-pihak tertentu yaitu
perlingungan kepentingan Perseroan, pemegang sahan minoritas, karyawan
perushaan, masyarakat dan persaingan yang sehat dalam masyarakat.
Berkaitan dengan kerentuan procedural dan ketentuan perotektif yang diatur
dalam Undang-undang Perseroan Terbatas, maka syarat-syarat yuridis yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan merger termasuk juga merger vertikal adalah :
Tahap Persiapan Merger
1. Pembuatan Rancangan Merger
merger yang terlebih dahulu melakukan penjajakan terhadap segala kemungkinan
dilakukannya merger. Kemungkinan penggabungan terhadap Perseroan Terbatas ini
diatur dalam Pasal 102 Undang-undang Perseroan Terbatas. Rencana merger tersebut
harus terlebih dahulu mendapat persetujuan komisaris perusahaan.
Rancangan penggabungan perseroan terbatas tersebut minimal memual
hal-hal dibawah ini : (Rachmadi Usman, 2004 : 217).
a. Nama perseroan yang akan melakukan penggabungan dan nama dari perseroan
yang akan menerima penggabungan.
b. Alasan serta penjelasan masing-masing direksi perseroan yang akan melakukan
penggabungan maupun perseroan hasil penggabungan dan persyaratan
penggabungannya.
c. Tata cara konversi saham dari masing-masing perseroan yang akan melakukan
penggabungan terhadap saham perseroan hasil penggabungan. Di dalamnya selain
memuat perbandingan penukaran saham termasuk juga penentuan jumlah
pembayaran uang kepada pemegang saham termasuk juga penetuan jumlah
pembayaran uang kepada para pemegang sahamdari perseroan yang menggabungkan
diri. Pembayaran uang kepada para pemegang dari perseroan yang akan
menggabungkan merupakan ganti rugi kepada para pemegang saham yang tidak
menghendaki penggabungan tersebut. Dalam hal ini diakukan pembayaran kepada
para pemegang saham tersebut dengan uang, agar diperhitungkan harga
d. Rancangan perubahan anggaran dasar Perseron dasil penggabungan apabila ada
e. Neraca perhitungan laba rugi yang meliputi tiga tahun buku terakhir dari semua
perseroan yang akan melakukan pergabungan, dan
f. Hal-hal lain yang perlu diketahui oleh pemegang saham masing-masing
perseroan.
Selain memuat hal-hal yang tercantum dalam usulan rencana penggabungan
dalam Rancangan Penggabungan Perseroan Terbatas harus memuat penegasan dari
Perseroan Terbatas yang akan menerima penggabungan dari Perseroan Terbatas.
Disamping itu sebelum merger dilaksanakan tentu saja diketahui terlebih dahulu
tentang situasi dan kondisi dari perusahaan pasangan tersebut. Untuk itu terlebih
dahulu dilakukan semacam penelitian terhadap perushaan yang digabungkan tersebut.
Penelitian itu dalam bahasa yang lebih teknis disebut dengandue diligence(penelitian secara mendalam).
Legal audit pemeriksaan dari segi hukum ini dilakukan baik terhadap perusahaan penerimaan penggabungan maupun perusahaan yang digabungkan. Legal
audit tersebut dilakukan dokumen-dokumen sebagai berikut:
A. Anggaran dasar perusahaan berikut dokumen-dokumen yang berkaitan.
Dalam hal ini, yang menimal harus diperiksa dan dilaporkan antara lain:
1. Pengesahan akta penderian dan persetujuan atas perubahannya.
2. Pengumuman dalam berita Negara/tambahan berita Negara
a. Terhadap akta pendirian
b. Terhadap seluruh perubahan anggaran dasar.
B. Permodalan dan saham
1. Besarnya modal dasar, modal ditempatkan dan modal setor pada saat terakhir
sebelum emisi dan perubahannya dalam rangka emisi.
2. Jenis-jenis saham yang dikeluarkan perusahaan
3. Buku daftar saham
4. Susunan pemilikian saham
5. Riwayat permodalan
6. Bukti tentang penyetoran modal
C. Direksi dan Komisaris
1. Keabsahan direksi dan dewan komisaris yang sedang menjabat.
2. Status kewarganegaraan
3. Ketersangkutannya dalam perkara perdata,pidana, perburuhan, arbitrase atau
lainnya.
D. Izin dan Persetujuan
1. Kelengkapan izin dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan
2. Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengusaha Kena Pajak
(NPKP)
3. Izin-izin seperti, izin usaha, lokasi dan lainnya
E. Aset
1. Tanah
2. Bangunan-bangunan
3. Kepemilikan saham di perusahaan lain
4. Hak milik intelektual
5. Mesin-mesin dan peralatan serta kendaraan
F. Asuransi
2. Pihak tertanggung
3. Objek yang asuransikan
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu asuransi dan tanggal berlakunya
G. Dokumen-dokumen yang berkaitab dengan karyawan dari masing-masing
perusahaan yang terlibat merger yaitu :
1. Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahan
2. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau peraturan perusahaan
3. Penggunaan tenaga kerja asing
4. Jaminan sosial karyawan (amsostek )
5. Unit serikat pekerja seluruh Indonesia di Emiten
6. Koperasi karyawan
7. Program dana pension untuk karyawan
8. Upah minimum reginal (propinsi)
9. Izin-izin khusus di bidang ketenaga kerjaan
H. Perjanjian-perjanjian
1. Perjanjian pinjam uang
2. Perjanjian kerja sama
3. Perjanjian usaha patungan
5. Perjanjian lisensi
6. Perjanjian distribusi
7. Perjanjian bantuan teknik
8. Perjanjian pamasukan bahan baku
I. Persetujuan instansi-instansi yang berwenang untuk melakukan merger
2. Penguman Rencana Merger
Pada tahap ini syarat yuridis (dari segi hukum) yang harus dipatuhi oleh
masing-masing perusahaan yang terlibat marger adalah melakukan pengumunan
btentang rencana merger melalui dua surat kabr harian nasional. Pengumuman
ringkasan atas Rancangan Penggabungan Perseroan Terbatas dilakukan oleh kedua
direksi secara bersama-sama selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum
tanggal pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dari masing-masing
perusahaan yang terlibat marger serta pengumuman secara tertulis kepada para
karyawan dari kedua perusahaan perseroan terbatas yang akan melakukan
penggabungan.
Penguman ini dimaksudkan agar para pihak yang berkepentingan sejak dini
sudah mengetahui adanya rencana merger dari kesua perusahaan yang terlibat da
langkah-langkah tertentu guna membela kepentingannya itu sebelum terlaksananya
merger.
3. Pemanggilan dan penyelenggaraan rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Pemanggilan dan penyelenggaran rapat umum pemegang saham ini gunanya
untukmenyetuji rencana merger yang telah disusun oleh masing-masing direksi dari
perusahaan yang terlibat merger yang mana rencana merger tersbut tertuang dalam
bentuk rancangan merger.
Tahap Pelaksanaan Merger
Menurut pasal 09 Undang-undang Perseroan Terbatas, maka mengenai
pelaksanaan merger yang merupakan pelaksanaan selajutnya dari ketentuan yang ada
dalam Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Peraturan pemerintah tentang merger yakni Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1998 yang mana dalam ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995
Tentang Perseroan Terbatas akan tetapi Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1998
tersebut hanya khusus mengatur tentang merger, akuisis, konsolidasi bagi perusahaan
dimana merger dan konsulidasi tersebut dilakukan tindakan likuidasi terlebih dahulu.
Sebab Undang-undang tentang perseroan terbatas, merger dan konsolidasi dapat
Jadi, tahap pelaksanaan merger ini baru dapat diakukan apabila telah
terpenuhinya syarat-syarat merger secara umum yang tertuang dalam Bab II dari
Peaturan Pemeritah Nomor 27 Tahun 1998 serta syarat-syarat tertentu lainnya,
khususnya untuk perusahaan yang bestatus Perseroan terbatas terbuka, perseroan
terbatas penanaman modal asing dan peruhaan yang berstatus bank.
Untuk Perseroan Terbatas Terbuka (Tbk) merger baru dapat dilaksanakan
apabila sudah ada izin dari badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan untuk
Perseroan Terbatas PMA/PMDN, merger dapat melaksanakan jika merger dari
Kepala Bdan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah diperoleh serta untuk
Bank, merger baru dapat dilaksanakan bila izin merger dari Bank Indonesia sudah
diperoleh.
Adapun tahap pelaksanaan merger beserta syarat-syarat yuridis yang harrus
diperhatikan dalam pelaksanaan merger adalah:
1. Penyelenggara RUPS gabungan
Pada tahap ini diselenggaran RUPS gabungan yang dihadiri para pemegang
saham baik dari perusahaan penerima penggabungan maupun peruhaan yang
2. Pengumuman tentang pelaksanaan merger
Pada tahap ini direksi dari perusahaan penerima penggabungan
selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari terhitung sejak di laksanakannya merger
wajib melakukan pengumuman tentang hasil merger dalam 2 (dua) surat kabar
harian.
3. Penyelenggaran RUPS oleh perusahaan penerima penggabungan
Pada taha ini RUPS perusahaan penggabungan akan dihadiri selain oleh para
pemegang saham dari perusahaan penerima penggabungan juga diadili oleh
para mantan pemegang saham dari perusahaan yang menjadi target
penggabungan yang sekarang kedudukannya sebagai pemegang saham
perusahaan penerima penggabungan. Tujuan penyelenggaraan RUPS ini adalah
untuk mengesahkan rancangan (Draf) akta perubahan anggran dasar (AD)
perushaan penerima penggabungan yang telah disetuji.
Langkah selanjutnya direksi perusahaan penerima penggabungan akan
mengajukan permohonan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia untuk
menyetujui perubahan anggran dasar perusahaan hasil merger.
Setelah Menteri Kehakiman memberikan persetujuan terhadap perubahan
anggaran dasar perusahaan hasil merger maka merger tersebut mulai berlaku efekti
sejak tanggal persetujuan menteri kehakiman yang merupakan pejabat yang
D. Alasan-alasan Dlakukan Merger Vertikal
Pada umumnya dasar pertimbanan perusahaan melakukan merger baik
merger vertikal didasarkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Perluasan Pangsa Pasar
Banyak cara yang dapat dilakukan perusahan untuk bisa memperluas
pangsa pasar bagi produk yang dihasilkannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan dalam hal ini adalah dengan cara marger.keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan adalahbahwa nantunya perusahaan bisa menjadi lebih besar
sehingga mampu bersaing dengan para pesaing lainnya dan dapat juga memperluas
pansa pasar bagi produk yang mereka hasilkan.
Namun perlu juga diwaspadai jika pelaksanaan merger yang didasari atas
pertimbangan supaya dapat mem/perluas pangsa pasar justru dilakukan oleh
perusahaan yang memang sudah besar khusunya dalam kapasitas modal dan
pemasaran karena nantinya penguasaan pasar bisa terkonsentrasi pasa satu
perusahaan saja.
Bagi pertumbuhan ekonomi secara makro, merger pada gilirannya bisa
berpenagruh pula pada peningkatan dan efisien nasional, dan menaikkan tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional dengan terbentuknya perusahaan-perusahaan besar
yang merupakan hasil merger yang memiliki kemampuan untuk melakukan investasi
dan ekspansi usaha. Disamping itu dapat meningkatkan cadangan devisa nasional
maupun dipasar internasional. Pada akhirnya kesemuaan itu akan mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi juga memperkuat struktur perekonomian nasional.
Memang tidak sepenuhnya benar bahwa merger dipastikan bisa memberikan
sumbangan positif bagi pertumbuhan ekonomi secara makro karena sering kali
merger dimanfaatkan untuk mendorong terciptanya situasi pasar yang monopolistis
melalui penguasaan pasar secara dominan oleh satu perusahaan saja. Agar merger
dapat diarahkan sebagai faktor yang postif bagi perekonomian makro, perlu adanya
batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan melalui peraturan
perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan dalam hal ini adalah
Undang-undang Nomor 5 Than 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha idak Sehat beserta Peraturan Pemerintah yang merupakan perwujudan
(pengejewantahan) ketentuan pelaksanaan merger dalam UU No. 5 Tahun 1999.
2. Peningkatan Efisien Perusahaan
Pada umunya perusahaan yang melakukan merger akan selalu mengatakan
kepada masyarakat bahwa alaan utama yang menjadi pertimbangan merger tersebut
adalah untuk meningkatkan efisien. Dengan adanya efisien maka harga produk
bisa diturunkan dan kualitas pelayanan ataupun kualitas produksi dapat ditingkatkan.
Efisien perusahaan khususnya efisien produk dapat ditemppuh melalui
merger. Efisien produksi dibuktikan dengan adanya penurunan biaya produksi
barang dengan biaya serendah mungkin atau dengan biaya yang sama akan dapat
Merger dalam hal ini merupakan salah satu supaya untuk menciptakan sinergi
baru bagi perusahaan untuk mencapai skala ekonomi secara efisien. Skala ekonomi
adalah duatu keadan dimana hasil produksi bertambah dua kali lipat namun total
biaya bertambah tidak sampai dua kali lipat.
Pada akhirnya dengan semakin efisien proses produksi secara keseluruhan
maka biaya produksi semakin murah sehingga jumlah barang produksi dapat
ditingkatkan dan harga dapat diturunkan.
3. Peningkatan Daya Saing Perusahaan
Telah disebutkan bahwa dengan merger suatu perusahaan dapat meningkatkan
efisiennya. Hal ini sudah pasti dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan
untuk meningkatkan daya saing.
Contohnya Perusahaan A dengan modal sebesar Rp. 100.000.000 (seratus
juta) dan Perusahaann B dengan modal yang sama, sama-sama bergerak dibidang
produksi minyak goring dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 30%. Dengan
Perusahaan B Merger Perusahaan A bisa dipastikan kemampuan Perusahaan A
menjadi bertambah baik dari segi modal maupun pangsa pasar. Bertambahnya
kemampuan perusahaan A (setelah merger) khusunya dari segi modal memberikan
keuntungan bagi perusahaan A untuk dapat meningkatkan daya saing terutama
dipasar Internasional karena Perusahaan A akan mampu menembus kepasar
4. Memaksimalkan Sumber Daya Perusahaan
Kemampuan sumber daya yang ada di masing-masing perusahaan bisa
ditingkatkan manfaatnya secara lebih maksimal dengan cara kedua perusahaan
melakukan merger.
Contohnya Perusahaan A memiliki kemampuan yang bagus dibidang tenaga
kerja yang cukup terampil dan cetakan tetapi lemah dibidang pemasaran, sedangkan
diPerusahaan B memiliki pemasaran yang bagus namun lemah dibidang tenaga kerja.
Melalui merger kemampuan sumber saya perusahaan A (sebagai perusahaan yang
menerima penggabungan) bisa lebih memaksimalkan (meningkatkan)
kemampuannyadengan pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya secara lebih
maksimal.
5. Diversifikasi Usaha
Tidak mudah bagi perusahaan untuk melakukan perluasan usaha melalui
divertifikasi usaha karena diperlukan modal yang cukup besar. Salah satu upaya yang
dapat ditempuh perusahaan melalui hal ini adalah dengan cara merger. Merger bisa
merupakan langkah strategis bagi perusahaan yang iging melakukan divertifikasi
usaha.
Contoh Perusahaan A adalah perusahaan yang bergerak dibidang industry
pakaian jadi. Perusahaan B adalah Perusahaan yang bergerak dibidang industry
prosuk barang-barang kebutuhan rumah tangga. Dengan perusahaan B Merger ke
Penggabungan ) menjadi ke bidang industry produk barang-barang kebutuhan rumah
tangga.
Dengan demikian keuntungan atau benetif yang bisa diperoleh perusahaan
menjadi bertambah dua kali lipat yaitu keuntungan dari sektor indusri produk pakaian
jadi dan keuntungan dari sector industry peralatan rumah tangga. Hal itu pun
memungkinkan perusahaan A untuk tetap dapat menjaga stabilitas pendapatannya.
6. Sarana Alih Teknologi
Merger bisa merupakan salah satu langkah strategi bagi perusahaan dalam
menimbulkan pengalaman serta mempelajari teknologi canggih dari perusahaan lain.
Merger dapat menjadi sarana pengalihan teknologi dari perusahaan canggih kepada
perusahaan lainnya khususnya perusahaan kecil yang tidak mempunyai kemampuan
dalam penggunaan maupun pengembangan teknologi canggih tersebut.
7. Pengembangan Inovasi Baru
Dengan dilakukannya merger perusahaan menjadi besar sehingga riset dan
pengambangan dapat dilakukan secara canggih. Hal tersebut dapat mendorong
timbulny inovasi baru dalam mengahasilkan produk-paroduk dari perusahaan yang
bersangkutan. Akan tetapi apabila perusahaan sudah terlalu besar dan tidak terlalu
besar atau kurang persaingannya dipasar, bisa juga menyebabkan perusahaan
8. Alat Investasi
Terutama bagi merger yang memerlukan pembayaran sejumlah dana dari
pihak yang menggabungkan diri serta merger seperti itu dapat merupakan alat untuk
investasi bagi perusahaan yang menggabungkan diri tersebut. Apabila perusahaan
yang menggabungksn diri tersebut merupakan perusahaan asing atau perusahaan
campuran asing maka investasi itu dapat dipandang sebagai suatu investasu asing dan
jika nanti investasi tersebut ditarik kembali (divestasi) maka diharapkan akan didapa
banyakcapital gaindari merger tersebut.
9. Menjamin Pasokan Bahan Baku
Khusunya terhadap merger vertikal yakni merger antara perusahaan hulu
dengan hilir maka merger seperti ini dapat menjamin tersedianya bahan baku karena
mempunyai perusahaan pemasok bahan bakunya sendiri.
Disamping adanya alasan dilakukannya merger, merger vertikal ini juga
bertujuan antara lain:
1. Tujuan yang bersifat anti parsaingan
Merger kemungkinan dilakukan untuk tujuan mencapai monopoli, maupun
memperkuat oligopoli. Oligopoly adalah keadaan pasar dengan prosedur pembekal
barang hanya berjumlah sedikit sehingga mereka dapat mempengaruhi harga pasar
2. Untuk perluasan atau memasuki pasar dengan lebih mudah
Membeli perusahaan sering kali lebih praktis dan lebih ekonomis
dibandingkan dengan menderikannya. Efisiensi perusahaan dapat diperoleh melalui
penghematan biaya-biaya pelatihan, peningkatan kualitas dan akses-akses bisnis
lainnya.
3. Pengoperasian efisien dan skala ekonomis
Tujuan para pihak melakukan merger mungkin adalah untuk mengurangi
sumber-sumber produksi. Beberapa hal yang perlu diungkapkan adalah:
1. Tingkat besaran pabrik yang ekonomi sering kali dapat dicapai melalui
merger dalam jangka pendek, tetapi perusahaan yang lebih besar pada masa
yang akan datang, dari hari dari pada jika perusahaan tetap berdiri secara
independent.
2. Menyatukan dua perusahaan yang berbeda dapat menghasilkan efisiensi
pada pabruk tersebut maupun manajemen tingkat atas.
3. Perusahaan yang besar dengan beragam cara dapat mengumpulkan laba
ditahan yang lebih besar yang dapat ditarik dengan demikian devisi-devisi
dari perusahaan tersebut dapat memperoleh modal yang lebih murah
dibandingkan apabila perusahaan tersebut harus menjual sahamnya.
4. Pemasaran yang ekonomis juga dapat terjadi meskipun seringkali sulit di
identifikasi atau lacak secara meyakinkan.
4. Keuntungan keuangan tanpa manfaat efisien baru
Merger dapat bermanfaat bagi para pihak tanpa mengurangi penggunaan
sumber-sumber produksi. Keuntangan atau efisiensi tersebut dapat diperoleh
melalui pertumbuhan perusahaan, pemanfaatan pemotongan pajak, pemanfaatan
modal yang belum digunakan dan penyebaran ressiko.
5. Pencapaian tujuan manajemen
Sering kali manajemen penjualan kehendak untuk menjadi bagian dari
perusahaan yang lebih besar, dengan produk yang lebih bervariasi dan mungkin lebih
kuat.
6. Mengantikan dengan manajemen yang lebih baik
Merger mungkin bertujuan untuk memindahkan bisnis ketangan yang lebih
handal. Perusanhaan yang mengambillalih mungkin mencari keuntungan bedar dari
pengambilalihan perusahan yang mempunyai manajemen yang tidak efisien
sehingga gagal untuk meraih laba.
7. Merger dengan maksud untuk bertahan
Salah satu tujuan mengapa perusahaan melakukan merger adalah untuk
mempertahankan diri. Pertama, perusahaan tersebut mempunyai kekurangan atau
khawatir akan adanya kekurangcukupan skala produksi untuk menjadi efisiensi,
kekurang kebalan terhadap praktek curang yang dilakukan pesaing, atau
kurangnya keungulan - keunggulan tertentu. Kedua, perusahaan mungkin
melakukan merger dengan pihak yang berhubungan baik dengan maksud untuk
yang merupakan yang paling umum yaitu kekhawatiran terlampar dari bisnis yang
digelutinya.
8. Perhitungan bersih (terhadap kemamfaatan masyarakat)
Merger mempunyai motivasi. Ada yang untuk memenuhi pihak-pihak yang
berkepentingan saja, ada juga untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
Pelaksanakan merger terutama merger vertikal juga membawa manfaat yang
cukup berarti bagi perusahaan yakni:
1. Manfaat ekonomis karena karate teknologi
Melalui merger vertikal perusahaan dapat menghemat biaya produksi karena
pengeluaran untuk jalur produksi dapat ditekan. Misalnya dalam industri baja
lebih menguntungkan untuk menempah baja selagi masih panas. Jadi lebih
menguntungkan untuk memiliki pabrik lembar baja dan pabrik penempahan baja
di bawah satu atap dari memproduksi lembar baja disatu pabrik kemudian
menempah lembar baja yang telah diingin dipabrik lain.
2. Manfaat karena adanya kepastian kontrak
Sering terjadi perusahaan pemasokan bahan tidak menaati ketentuan dalam
kontrak yang telah disepakati antara perusahaan pemasok dengan perusahaan
yang menerima pesokan bahan baku/bahan mentah. Sehingga dengar merger
3. Manfaat ekonomi karena pengurangan biaya transaksi
Terdapat banyak kemungkinan yang tejadi dipasar. Namun tidak mungkin
memperkirakan semua kemungkinan yang akan terjadi dan mencantumkannya
dalam kontrak. Untuk mengurangi biaya transaksi yang mungkin timbul dalam
situasi tidak pasti seringkali transaksi-transaksi tersebut perlu dilakukan
dibawah satu atap.
E. Persiapan dan Monopoli
E.1. Pengertian Persaingan
Persaingan atau competition dalam bahasa inggris olehWebsterdidefinisikan
sebagai “…a struggle or contest between teo or persons for the some objects…”
(Arie Siswanto, 2002 : 13).
Dengan memperhatikan terminology persaingan diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam setiap persaingan akan terdapat unsure-unsur sebagai berikut:
1. Adanya dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli.
2. Ada kehendak diantara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.
Kondisi persaingan sebenarnya merupakan satu karakteristik yang lekat
dengan kehidupan manusia yang cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak
hal.
Andersonberpendapat bahwa persaingan dibidang ekonomi merupakan salah satu bentuk persaingan yang paling utama diantara sekian banyak persaingan antar
Sedangkan menurut Undang-undang Monopoli Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat Pasal 1 Angka 6
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalakan kegiatan produksi da atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hokum atau menghambat persaingan usaha.
Aspek Negatif Persaingan
1. Sistem persaingan memerlukanbiaya dan kesulitan-kesulitan tertentu yang tidak
didapati dalam system monopoli. Dalam keadaan persainga, pihak penjualan dan
pembeli secara relative akan memiliki kebebasan untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi.
2. Persaingan bisa mencegah koordinasi yang diperlukan dalam industry tertentu.
Salah satu sisi negatif da persaingan adalah bahwa persaingan bisa mencegah
kordinasi fasilitas teknis dalam bidang usaha tertentu dan dalam lingkup luas
sebenarnya diperlukan demi efisien.
3. Persaingan apabila dilakukan oleh pelaku ekonomi yang tidak jujur bisa
bertentangan dengan kepentingan publik.
E.2. Pengertian Monopoli
Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun Monopoli
adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 1 Angka 2
adalah “Praktek Monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh 1 (satu) atau
lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran
atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat
dan dapat merugikan umum”.
Umunya monopoli merupakan istilah yang dipertentangkan dengan
persaingan. Meskipun demikian, ternyata belum ada kepakatan luas mengenai apa
sebenarnya yang dimaksud dengan istilah ini.
Dalam perkembangan nya meskipun dimaksudkan untuk menggambarkan
fakta yang kurang lebih sama, istilah monopoli sering dipakai orang untuk
menunjukkan tiga titik berat yang berlaku.
Pertama istilah monopoli dipakai untuk menggabarkan suatu struktur pasar (keadaan korelatif permintaan dan penawaran). Meiners, memberikan definisi
monopoli sebagai berikut “A marker structure in which the output of an industry is controlled by a single or group of sellers making joing decisions regading productin
anf price.”(Arie Siswanto, 2002 : 19).
Dari pendapat Meiners dapat dilihat bahwa ia sedikit ‘keluar’ dari difinisi
etimologis yang mensyaraktkan keberadaan satu saja penjual didalam monopoli.
Kedua istilah monopoli juga sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu kondisi. Yang dimaksud disini adalah posisi penjual yang memiliki penguasaan
dan kontrol eksklusif atas barang jasa tertentu.
Ketiga istilah monopoli juga digunakan untuk menggambarkan kekuatan (power) yang dipegang oleh penjual untuk menguasai penawaran, menetukan harga, seta memanipulasi harga.
Meskipun ada titik berat yang berbeda-beda dalam penggunaan istilah
monopoli, secara umum menggambarkan fakta yang sama yakni pemusatan kekuatan
penawaran ekslusif para pihak penjual dalam satu pasar.
Dengan bertitik tolak pada pengertian diatas orang lantas
memperhadapkan monopoli dengan persaingan. Berbeda dengan persaingan yang
bersifat mendesentralisasikan kekuatan ekonomi, didalam monopoli justru
terkandung pengertian adanya pemusatan kekuatan.
Aspek positif dan negative dari Monopoli
1. Aspek positf
a. Monopoli bisa memaksimalkan efisiensi pengelolahan sumber daya ekonomi
tertentu.
b. Monopoli juga bisa menjadi sarana untuk meningkatkan pelayanan terhadap
konsumen dalam industri tertentu.
c. Monopoli bisa mengahindarkan duplikasi (penggandaan) fasilitas umum
e. Monopoli bisa digunakan sebagai saran untuk melindungi sumber daya
tertentu yang penting bagi masyarakat luas dari eksploitasi yang semata-mata
bersifat profit.
2. Aspek Negatif Monopoli
a. Monopoli membuat konsumen tidak mempunyai kebebasan memilih produk
sesuai dengan kehendak dan keinginan mereka.
b. Menopoli membuat posisi konsumen menjadi rentan dihadapan produsen.
c. Monopoli juga berpotensi menghambat inovasi teknologi dan proses produksi
E.3. Jenis-jenis Monopoli
1. Monopoli dibedakan menjadi Private Monopoli (Monopoli swasta) dan publik
monopoli (monopoli public). Pembedaan ini didasarkan pada criteria siapa
yang memegang atau memiliki kekuasaan monopoli. Dikatakan adan monopoli
publik jika monopoli itu dipunyai oleh badan publik (public Body) seperti
Negara, Negara bagian, pemerintah daerah dan sebagainya. Sebaliknya
monopoli swasta adalah monopoli yang dipegang oleh pihak non publik, seperti
perusahaan swasta, koperasi dan perorangan.
2. Dari sisi keadaan yang menyebabkan monopoli bisa dibagi menjadi natural
monopoli dan sosial monopoli. Natural monopoli adalah monopoli yang
disebabkan oleh faktor-faktor alami yang ekslusif. Jika disatu daerah
terdapat bahan tembang langka yang tidak dijumpai didaerah lain,
Sebaliknya, sosial monopoli merupakan monopoli yang tercinta dari tindakan
manusia atau kelompok sosial. Monopoli terhadap hak cipta yang diberikan
oleh Negara kepada seseorang pencipta misalnya merupakan contoh dari
monopoli sosial.
3. Dalam kaitannya dengan tulisan ini perlu juga dibedakan antara monopoli
legal dengan monopoli illegal. Secara sederhana monopoli legal adalah
monopoli yang tidak dilarang oleh hukum disuatu Negara. Sebaliknya
Monopoli dikatan ilegal kalau dilarang oleh hokum. Menginat banyaknya
sistem hukum yang memiliki pengaturan yang berbeda-beda tentu saja kriteria
legal dan ilegal antara negara yang satu dengan negara yang lain juga
berlainan. Apa yang dikatakan sebagai manopoli leal disatu negara belum
tentu merupakan monopoli legal dinegara lain. Demikian pula sebaliknya di
Amerika serikat suatu perusahaan yang memegang posisi menopoli atau
mencoba meraih posisi monopoli tidak dengan sendirinya dianggap
melakukan tindakan ilegal. Menurut Sherman Act posisi monopoli dan upaya
mencapai posisi itu menjadi ilegal jika dilakukan melalui cara-cara yang tidak
BAB III
METOD PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan judul sikripsi diatas maka penelitian dimulai dengan
mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan Merger Vertikal Perusahaan.
Metode penelitian dalam tulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif.
Menurut Soejono Soekonto danSri Mamuji penelitian hukum normatif ialah
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara menelitih bahan pustaka atau data
sekunder bekala. Penelitian hukum normatif mencakup penelitian terhadap asas-asas
hukum, penelitian terhadap sistimatika hukum, penelitian terhadap sinkronisasi
vertical dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum (Soejono, Mamuji,
2003 : 13).
B. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian sripsi ini
adalah pendekatan konsep atau sistematika hukum yaitu unsur-unsur abstrak yang
mewakili kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang kadang kala menunjuk pada
hal universal yang diabstraksikan dari hal-hal particular. Salah satu fungdi logis dari
konsep ialah memunculkan objek yang manarik perhatian dari sudut pandang praktis
C. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis data
Daya yang digunakan adalah da ta sekunder yakni daya yang diperoleh dari
daftar pustaka.
2. Sumber Data
Dalam studi kepustakaan ini sumber data diperoleh dari :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat seperti :
- Perundang-undangan seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
Undang –undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas,
undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
- Peraturan-peraturan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1998 Tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
Perseroan terbatas.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai hukum primer seperti buku-buku, hasil seminar, artikel,
majalah dan Koran maupun yang diperoleh dari internet serta jurnal
3. Alat Pengumpulan data
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data
yang didasarkan pada buku-buku dan literature yang berkaitan untuk
mendapatkan bahan- bahan perbandingan
D. Analisi Data
Dalam penulisan ini dipakai analisis data yaitu analisis deskriptif
(descriptive analisys) metode ini adalah suatu metode yang hanya melakukan
penjabaran atau merugiakan data yang telah diperoleh dan selajutnya data tersebut
BAB IV
PEMBAHASAN
A. MERGER VERTIKAL DAPAT MENYEBABKAN MONOPOLI
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab-bab di atas bahwa pada umumnya
merger vertikal dilakukan dengan tujuan pegadaan barang untuk kegiatan produksi
terjamin atau untuk menjamin jalur pemasaran barang yang diproduksi juga untuk
menekan biaya produksi dan biaya pemasaran. Tindakan tersebut merupakan langkah
yang tepat diharapkan perusahaan-perusahaan kecil dapat berkembang dan maju dan
pada akhirnya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya secara sehat. Masyarakat
selaku konsumen sangat diuntungkan dengan adanya persaingan usaha sehat tersebut
karena masyarakay akan mempunyai pilihan dalam membeli produk yang mereka
inginkan dengan harga yang murah dan kualitas yang baik pula.
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 telah melaranng dilakukannya
penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 28).
Memang tidak mudah diketahui apakah suatu perusahaan telah melakukan
monopoli atau tidak. Untuk dapat menentukan apaka tindakan merger vertikal yang
dilakukan pelaku usaha telah mengarah kepada terjadinya praktek monopoli maka
ada empat parameter dasar huku persaingan yang dapat dijadkan acuan, yaitu :
1. Adanya pemutusan kekuatan ekonomi
Pemutusan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu
pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan
harga barang dan atau jasa.
2. Pemutusan kekuatan tersebut berada pada suatu atau lebih pelaku usaha ekonomi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaku usaha dianggp telah menguasai
pasar secara monopoli jika:
a. Satu pelaku usah atau satu kelompook pelaku usaha mengenai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jenis tertentu.
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa.
Undang-undang dalam rumusan pasal 4 ayat (2) undang-undang Nomor 5
tahun 1999 juga tegas mengatakan bahwa pelaku usaha patut diduga atau
dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaaan produksi dan atau jasa,
jika 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa.
3. Pemusatan kegiatan ekonomi tersebut menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat, dan.
Dengan adanya penguasaan atas proses produksi lanjutan maupun pada
proses distribusi dan pemasaran produk akan menyebabkan adanya penetapan
harga secara vertikal yang dapat terjadi antara supplier dan
Dalam perjanjian ini supplier menetapkan suatu harga terendah dari suatu
barang, dan atau jasa dari supplier yang arus ditatati oleh distributor-distributor
tersebut. Dengan kata lain distributor-distributor tersebut tidak boleh menjual
atau memasok kembali barang atau jasa tersebut dengan harga yang lebih rendah
dengan harga yang telah diperjanjikan tersebut. Berbagai tindakan maupun
perjanjian yang dilakukan pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang
berdampak kearah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha merupakan tindakan atau perjanjian yang dilarang
oleh Undang-undang (Pasal 4 Undang-undang No. 5 Tahun 1999).
Demikian juga dalam pelaksanaan merger vertikal dapet mengakibatkan
terciptanya situai monopoli karena adanya halangan atau hambatan bagi pesaing
untuk bisa memasuki pasar yang bersangkutan merupakan tindakan yang
dilarang.
Hambatan perdagangan vertikal yaitu persetujuan diantara dau pihak atau
lebih pada tingkat distribusi yang berlainan. Hal ini biasanya terjadi antara
distributor dengan pengecer atau antara pemberi dengan pemegang franchise.
Merger vertikal dapat meningkatkan hambatan memasuki pasar dan hambatan
perusahaan-perusahaan lainnya untuk mengadakan perluasan. Intregasi vertikal
dapat memaksa perusahaan lainnya untuk melakukan persaingan. Hal ini dapat
menunda entry borrier dan menaikan resiko pembayaran yang lebih tinggi dari
vertikal untuk menghambat jalan masuk pasar yang dapat mengurangi
keuntungan-keuntungan dari persaingan. Dalam hal ini hokum persaingan layak
ikut campur tangan untuk menghambat merger vertikal jika intregasi tersebut
merugikan keberadaan kekuatan pasar dengan cara menghambat pintu masuk
pasar bagi pendatang bisnis baru.
4. Pemusatan kegiatan ekonomi tersebut merugikan kepentingan umum.
Dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa
pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam
rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam
rangkaian langsung maupun tidak langsung yang dapat mengakibatkab terjadinya
persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat. Jelas dikatakan
dalam Pasal 14 intregasi vertikal ini dilarang.
Sebagaimana peraturan-peraturan Merger di Indonesia larangan merger
bersifat Rule of Reason. Merger diperbolehkan sepanjang tidak mengurangi persaingan secara Substansi. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau
peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjasinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat. Pengambilan saham perusahaan lain juga dilarang
apabila dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat (Pasal 28 Undang-undang No. 5 Tahun 1999).
Hal ini juga berlaku pada tindakan merger vertikal yang berdampak pada
Pelaku usaha atau kelompoknya tersebut dapat mengontrol dan mempengaruhi harga
produk yang tidak saja bisa mematikan para pesaingnnya melainkan juga akan
menciptakan kesejangan dalam dunia usaha yang pada akhirnya akanmenciptakan
monopoli merupakan tindakan yang tidakdiperbolehkan oleh Undang-undang Anti
Monopoli.
Berdasarkan ketentuan yang dijasikan acuan untuk menentukan apakah
merger vertikal tersebut menyebabkan suatu monopoli dapatlah diambil kesimpulan
bahwa pelaksanaan merger vertikal tersebut bisa berdampak terhadap monopoli
apabila adanya integritas vertikal dan penetapan harga vertikal yang mana integritas
vertikal tersebut terjasi melalui penggabungan usaha yang memproduksi bahan baku
dengan perusahaan yang memproduksi barang jasi atau antara prodesen dengan
perusahaan distribusi pemasoknya. Contoh yang ekstrim dapat terjadi pada industry
kertas. Dalam industri kertas dari bahan dasar sampai konsumen dapat berdiri
beberapa insdustri. Mulai dari (1) perusahaan yang memiliki HPH sebagai penghasil
kayu, (2) perusahaan penghasil bubur kertas (pulp), (3) perusahaan penghasil kertas,
(4) perusahaan distribusi kertas,(5) perusahaan pemasaran kertas ditingkat konsumen,
dan lain-lain. Hubungan antara suatu perusahaan tergantung pada perusahaan
lain untuk memasok bahan baku. Dilain pihak perusahaan tersebut juga tergantung
pada perusahaan distribusi yang menjual produk-produknya dipasar. Seringkali kaitan
antara perusahaan melalui pasar ini bukanlah cara yang paling efisien dalam
yang dapat diperoleh suatu perusahaan tersebut melakukan intregasi vertikal.
(Ayudha D. Prayoga, 2001 : 40).
Penetapan harga vertikal ini akan merugikan pihak distributor karena pihak
distributor harus menjual dengan harga yang telah diperjanjikan dengan supplier.
Untuk bersaing dengan pihak supplier lainnya dalam produksi yang sama. Pihak
supplier melakukan penetapan harga secara vertikal untuk menekan biaya produksi
sehingga produk yang dijual di pasar dapat bersaing dengan supplier-supplier lainnya.
Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 penetapan harga secara vertikal
dilarang apabila ia dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Monopoli merupakan penguasaan lebih dari 59% pangsa pasar atas komoditi
tertentu oleh satu atau gabungan beberapa perusahaan. Oleh karena banyak kalangan,
monopoli dinilai sangat tidak sehat dan menganggu jalannya mekanisme pasar yang
kompetitif. Sebab monopoli pasar atas komoditi tertentu tersebut dapat
membahayakan kepentingan masyarakat luas, terutama konsumen produk yang
dimonopoli. Kepentingan konsumen terhadap produk dengan harga yang wajar
(reasonable price) dan berkualitas baik dapat terancam karena ulah salah satu atau beberapa pengusaha yang memonopoli pasar komiditi tertentu itu dengan seenaknya
mensuplai produk yang bermutu rendah tapi dengan harga tinggi, yang mana di dalam
pasal 17, pasal 18 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 hal tersebut dilarang.
Dampak negative yang timbul dari adanya tindakan merger vertikal tersebut
belum bisa ditentukan pada saat merger tersebut belum terjadi tapi baru bisa
Ditentukan setelah merger tersebut berjalan apakah tindakan merger vertikal tersebut
membawa akibat negatif terhadap monopoli di;pasar yang bersangkutan atau tidak.
Jika ternyata terbukti maka, komisi membatalkan tindakan merger tersebut (Pasal 47
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999) dan sebaliknya apabila tidak maka tindakan
merger tersebut tidak dilarang.
Bergabung untukmenjadi lebih besar, kuat dan efisien pada dasarnya adalah
hak perusahaan.Akan tetapi tidak dapat disangkal bahwa perusahaan yang “terlalu”
besar dan kuat sangat mudah memanfaatkan kelebihannya itu dengan cara-cara yang
merugikan persaingan. Agar pengawasan terhadap merger vertikal lebih musa dan
tepat sasaran maka diperlukan pengawadan yang ketat.
B. CARA PENYELESAIAN SENGKETA MERGER VERTIKAL
TERHADAP PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
Pengadilan merupakan tempat penyelesaian perkara yang resm dibentuk oleh
Negara. Namun untuk hokum .persaingan, pada tingkat pertama penyelesaian
sengketa antar pelaku usaha tidak dilakukan oleh Pengadilan. Alasan yang dapat
dikemukakan adalah karena hukum persaingan usaha membutuhkanorang-orangyang
spesialis yang memiliki latar belakang dan mengerti betul tentang seluk beluk dalam
rangka menjaga mekanisme pasar. Institusi yang melakukan penegakan hukum, tetapi
juga ekonomi dan bisnis. Hal ini mengingatkan masalah persaingan usaha sangat