• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERGER VERTICAL PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MERGER VERTICAL PERUSAHAAN"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

LA

MER

LEMBAGA PE

LAPORAN PENELITIAN

ERGER VERTICAL PERUSAHAAN

OLEH:

ROIDA NABABAN

PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOME 2003

(2)

ABSTRAK

MERGER VERTICAL PERUSAHAAN

Merger vertical merupakan merger antara Perusahaan yang mempunyai hubungan pembeli dan penjual yaitu satu perusahan yang menghasilkan prodak, dan kemudian dijual ke perusahaan lain atau dapat pula dikatakan merger antara produsen dan supliyer yang ushanya ditinjau dari Hulu dan Hilir. Merger vertical dilakukan dengan tujuan agar pengadaan barang untuk kegiatan roduks terjamin atau untuk menjamin jalur pemasaran barang yang diproduksi dan untuk menekan biaya produksi dan biaya pemasaran. Namun disatu sisi mergen vertical bisa berdampak kepada monopoli sehingga menciptakan persaingan secar usaha tidak sehat. Dan bagaiman sengketa merger vertical terhadap persaingan usaha tidak sehat tersebut.

Metode penilitian dalam tulisan ini adalah metode penrlitian normatif pendekatan penelitian ini menggunakan konsep/sistimatika hukum, dengan memakai analisis data dekriptif.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkatnya yang

melimpah melindungi penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan judul

penelitian ini adalah Merger Vertical Perusahaan.

Tujuan dari Penelitian ini untuk memberikan sumbangsih kepada setiap orang

agar dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengatahuan. Dalam penelitian ini tentu

banyak hal-hal yang menjadi kekurangan disana-sini untuk itu peneliti mengharapkan

kritik dan saran untuk lebih sempurnanya penelitian ini. Tidak lupa peneliti ucapkan

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGATAR ii

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Merger dan Merger Vertikal 9

A.1. Pengertian Merger 9

A.2. Pengertian Merger Vertikal 11

B. Dasar Hukum Pengaturan Merger Vertikal 12

C. Syarat-syarat Merger Vertikal 15

D. Alasan-alasan dilakukannya Merger Vertikal 26

E. Persaingan dan Monopoli 35

E.1. Pengertian Persaingan 35

E.2. Pengertian Monopoli 36

(5)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian 41

B. Pendekatan Penelitian 41

C. Metode Pengumpulan Data 42

1. Jenis Data 42

2. Sumber Data 42

3. Alat Pengumpulan Data 43

D. Analisis Data 43

BAB IV .PEMBAHASAN

A. Merger Vertikal Dapat Menyebabkan Menopoli 44

B. Cara Penyelesaian Sengketa Merger Vertikal Terhadap

Persaingan Usaha Tidak Sehat 50

B.1. Melalui KOmisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) 51

B.2. Melalui Pengadilan 56

B.3. Melalui Perdamaian 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 61

B.Saran 62

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi ekonomi telah mengakibatkan semakin terbukanya berbagai sector

ekonomi Indonesia bagi pihak asing, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa

kehidupan dunia usaha Indonesia kini telah memasuki era persaingan yang cukup

ketat yang mau tidak mau perusahaan nasional harus pula menghadapi kondisi

tersebut.

Untuk itu diperlukan tindakan yang tepat agar perusahaan-perusahaan

nasional Indonesia dapat menjadi pelaku ekonomii asing yang ada di Indonesia. Oleh

karena itu perlu ada persaingan dalam berbagai aspek seperti sumber daya manusia

(SDM), aser permodalan dan pemantapan teknologi yang dapat mendukung strategi

kompetitif. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah merger.

Merger merupakan salah satu bentuk penyatuan perusahaan disamping

akuisisi dan konsolidasi. Menurut Kartini Muliadi mengartikan merger sebagai

transaksi dua atau lebih perseroan yang menggabungkan usha mereka yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga hanya satu

perseroan saja yang tinggal (Joni Emirzon, 2002 : 113).

Menurut Christianto Wibisono mengartikan merger sebagai penggabungan

dua badan usaha yang relative berimbang kekuatannya sehingga menjadi kombinasi

(7)

Sedangkan dalam Ketentuan Pasal 1 Anka 1 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Pelaburan dan

Pengambilalihan Perseroan terbatas yang menyatakan bahwa penggabungan adalah

perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk

menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selajutnya perseroan

yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Jelas bahwa merger merupakan suatu bentk penggabungan dua badan usaha

yang satu bubar secara hukum dan yang lainnnya tetap ada denan nama yang baru.

Walaupun dikatakan bubat seluruh asset, hak dan kewajiban, badan usaha yang bubar

tidaklah menjadi hilang sama sekali melainkan diabsorpasi atau dengan kata lain

diambilalih oleh perusahaan yang masih tetap ada tersebut atau bisa juga dengan

mempertahankan salah satu perushaan yang kuat dan yang dilikuidasi atau yang

dibubarkan adalah perushaan yang lemah.

Pada umumnya dasar perushaan melakukan merger, termasuk juga merger

vertikal adalah didasarkan atas beberapa faktor seperti perluasan pangsa pasar,

dimana keuntungan yang dapat diperoleh perushaan adalah bahwa nantinya

perusahaan bisa menjadi lebih besar sehingga mampu untuk bersaing dengan para

pesaing lainnya dan dapat juga memperluasan pangsa pasar bagi produk yang mereka

hasilkan, peningkatan efisien perushaan dimana dengan adanya efisiensi maka harga

produk bisa diturunkan dan kualitaas pelayanan ataupun kualitas produksi dapat di

(8)

atau dengan biaya yang sama akan dapat dihasilkan (diproduksi) barang sebanyak

mungkin.

Tindakan merger perusahaan nasional khusunya perusahaan-perushaan kecil

merupakantindakan strategis untuk menyusun kekuatan mengahadapi situasi

kompetitif tersebut karena bisa memperkuat modal, asset, pangsa pasar serta seumber

saya yang lebih optimal dan efisiensi biaya produksi.

Pasa umumnya yang paling sering dilakukan dan dikenal dalam dunia bisnis

ada tiga bentuk merger disamping bentuk-benntuk merger yang lainnya, yaitu:

(Muchyar Yara, 1995: 30)

1. Merger Horizontal yaitu penggabungan dua perushaan yang menjalankan usaha

yang sama.

2. Merger Vertikal yaitu penggabungan dua perushaan yang usahanya berkaitan

ditinjau dari hilir dan hulu (berada dalam dua tahap produksi).

3. Merger Konglomerat yaitu penggabungan dua perusahaan yang usahnya berbeda

(tidak sama) atau tidak mempunyai hubungan baik dalam arti horizontal maupun

vertical.

Pada umunya merger vertikal dilakukan dengan tujuan pengadaan barang

untuk kegiatan produksi terjamin atau untuk menjamin jalur pemasaran barang yang

diproduksi juga untuk menekan biaya produksi dan biaya pemasaran.

Apabila merher vertikal yang dilakukan itu berdasarkan tujuan diatas

diterapkan pada perusahaan yang berkemampuan kecil dan terbatas, khususnya dalam

(9)

dengan merger vertikal diharapkan perusahaan-perushaan kecil tersebut dapat

berkembang atau maju pada akhirnya dapat bersaing dengan perushaan lainnya yang

marupakan persaingannya.

Akan tetapi jika merger vertikal ini dilakukan oleh perusahaan-perushaan

yang memang sudah besar dan kuat, khususnya dalam kapasitas modal dan

pemasaran akan menimbulkan masalah, seperti akan mendominasinya proses

industry mulai dari hilir sampau hulu, menyingkirkan pesaing ataupun menghambat

atau menghalangi pelaku usaha lainnya yang berpotensi sebagai pesaing untuk

memasuki pasar yang bersangkutan (entry barrier). Hal ini akan sangat dikhawatirkan karena tindakan tersebut nantinya akan membentk

kelompok-kelompok perusahaan besar yang dapat membatasu kebebasan bersaing bahkan bisa

menimbulkan monopoli dalam masyarakat dan merugikan masyarakat oleh karena

terputusnya proses produksi.

Di satu sisi masyarakat selaku konsumen sangan di untungkan dengan adanya

persaingan, karena masyarakat akan mempunyai pilihan dalam kembali produk yang

mereka inginkan dengan harga yang murah dan kualitas yang baik pula. Dengan kata

lain masyarakat akan mendapatkan harga yang pantas (cenderung murah) yang

sepadan dengan kenikmatan yang diperoleh dari produk yang dinelinya. Sedangkan

bagi Negara dengan adanya persaingan akan menyelaraskan laju pertumbuhan

ekonomi nasional yan ditandai dengan peningkatan kualitas kerja pelaku usaha.

(10)

ini pada akhirnya akanmemotivasi para pelaku untuk senantiasa berusaha

meningkatkan daya saing baik dipasar dalam negeri maupun dipasar luar negeri.

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Monopoli

adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas

penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

Sedangkan Pasal 2 Angka 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan

Praktel Monopoli adalah pemutusan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih

pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas

barang dan atas jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan

dapat merugikan kepentingan umum.

Persaingan dalam kegiatan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana beberapa atau kelompok pelaku usaha yang sama jenisnya saling berusaha

untuk memperoleh kedudukan yang kuat danmeyoritas dalam mekanisme pasar atas

suatu produk tertentu, sehingga dengan kedudukan itu akan didapat keuntungan

semaksimal mungkin. Sedangkanmenurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

Pasal 1 Angka 6 Persaingan Usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha

dalam menjalankan kegiatan produksi da atau pemasaran barang dan atau jasa yang

dilakukan dengan cara tidak atau melawan hukum atau menghambat persaingan

usaha.

Persaingan memberikan keuntungan baik bagi pelaku usha, masyarakat

selaku konsumen dan Negara. Dengan adanya persaingan pelaku usaha akan

(11)

Menerus melakukan inovasi serta berupaya keras memberikan produk yang terbaik

bagi consume. Persaingan juga akan berdampak pada semakinn efisiennya pelaku

usaha dalam menghasilkan produknya. Disamping itu juga tiap-tiap pelaku usaha

akan memberi peluang dan kesempatan yang sama serta tidak adanya hambatan untuk

masuk dan keluar pada suatu pasar, sehingga tiap-tiap pelaku usaha akan memperoleh

keuntungan dalam batas-batas yang wajar sepadan dengan jeri payah serta usaha.

Disatu sisi implementasi merger vertikal antara perusahaan merupakan langkah

strategis dalam upaya penyehatan perusahaan khususnya bagi perusahaan yang

memang membutuhkan. Akan tetapi disisi lain merger vertikal bisa berampak pada

monopoli dalam berusaha itu sendiri tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat

luas.

Sisi negative dari merger vertikal ini antara lain tercipta atau bertambahnya

konsentrasi pasar yang dapat menyebabkan harga produk semakin tinggi, terciptanya

atau timbunya kekuatan pasar (market power) menjadi semakin besar yang dapat mengancam pesaing lainnya, menghalangi atau menghambat pelaku usaha baru yang

berpotensi sebagai pesaing untuk memasuki pasar mematikan pesaing lainnya.

Ada suatu pedoman atau paling tidak suatu garis besar yang dapat dipakai

untuk menilai apakah nantinya suatu tindakan merger yang akan dilakukan

berdampak kepada monopoli sehingga dapat menimbulkan persaingan usaha tidak

sehat dan bagaimana cara penyelasaian sengketa vertikal terhadap persaingan usaha

(12)

Perlunya aturan hukum ini didasarkan pada pertimbangan bahwa untuk

mencegah monopoli perlu diatur secara hokum khususnya untuk melindungi

masyarakat selaku konsumen dengan adanya harga yang bersaing dan adanya produk

alternative sebagai pilihan konsumen. Di Indonesia sendiri hal ini telah diatur dalam

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah adala sebagai berikut :

1. Apakah merger vertikal dapat menyebabkan monopoli?

2. Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa merger vertikal terhadap

persaingan usaha tidak sehat?

C. Tujuan Peneltian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah merger vertikal dapat menyebabkan suatu

monopoli.

2. Agar kita mengetahui begaimana cara penyelesaian sengketa merger

(13)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan sebagai berikut

1. Secara teoritis

Secara teoritis pembatasan terhadap masalah yang dikemukakan dalam

sikripsi ini adalah memberikan pemahaman dan pandangan baru dalam upaya

peningkatan efisiensi perusahaan melalui merger vertikal. Sebab dengan

demikian pelaku usaha yang mempunyai udaha berskala kecil dan menengah

mampu bersaing dengan pelaku usaha lain yang skalanya lebih besar dan

lebih kuat struktur perushaanya.

2. Secara Praktis

Pembahasan sikripsi ini diharaapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi

pembaca terutama para pelaku bisnis dan praktisi hukuman sehingga

pelaksanaan merger vertikal yang dilakukan perushaan memberikan manfaat

dan keuntungan bagi semua pihak baik bagi para pelaku usaha, persaingan

(14)

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Merger dan Merger Vertikal

A.1. Pengertian Merger

Istilah merger berasal dari kata “merger” yang dalam bahasa Indonesia

berarti menggabungkan atau memfusikan.

Merger menurut encyclopedia of Banking and Finance adalah “ A Combinatin of two or more corporation, where the former continuing operation

usually under the some bame”. Yang bila diartikan merupakan gabungan dua

perusahaan dimana salah satu perusahaan menggabungkan diri atas perushaan

lainnya dan usaha tetap dilajutkan dibawah satu nama perushaan. (Gunawam Wijaya,

2002 : 47).

Christianto Wibisonomengartikan merger sebagai penggabungan dua badan usaha yang relative berimbang kekuatannta sehingga menjadi kombinasi baru yang

saling membantu. (Joni Emirzon, 2002 : 114).

Sedangkan menurut Munir Fuady(1999 : 2) istilah merger ini dimaksudkan adalah sebagai suatu fusi atau absorpasi dari suatu benda atau hak kepada benda atau

hak lainnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam hal ini fusi atau obsorpasi

tersebut dilakukan oleh suatu subjek yang kurang penting dengan subjek lain yang

(15)

Dengan demikian merger perushaan berarti dua perushaan melakukan fusi diman

salah stu diantaranya akan lenyap atau dibubarkan.

Undang-undan Nomor 1 tahun 1995 tentan Perseroan Terbatas dalam pasal 102 ayat (1) merumuskan pengertian merger secara singkat yaitu satu atau lebih

perseroan dapat menggabungkan diri menjadi satu dengan perseroan yang ada.

Sedangkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 27 Than 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa penggabungan adalah perbuatan hokum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk

menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan

yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Selanjutnya Peraturan di Bidang Pasar Modal mengenai merger dan

konsolidasi yang tertuang didalam Keputusan Kepada Badan Pengawas Modal (Bapepma) Nomor IX.G.I memberi arti merger perusahaan dengan istilah

“penggabungan usaha” sebagai suatu “perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu

perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang ttelah ada

selanjutnya perseroanyang menggabungkan diri menjadi bubar.”

Dari beberapa uraian diatas pada dasarnya ada kesamaan dalam unsur-unsur

(16)

1. Merger atau penggabungan perusahaan adalah salah satu cara penyatuan

perusahaan di samping peleburan perusahaan (konsolidasi), dan pengambilalih

perusahaan (akuisisi).

2. Merger melibatkan dua pihak yaitu perushaan yang menerima penggabungan

dan salah satu lebih perusahaan yang menggabungkan diri.

3. Perusahaan yang menerima penggabungan akan menerima pengambilalih

seluruh saham, harta kekayaan, hak, kewajiban dan utang perushaan yang

menggabungkan diri.

A.2. Pengertian Merger Vertikal

Merger vertikal adalah penggabungan yang dilakukan terhadap perusahaan

yang jenis usahanya berbeda dan tidak berada dalam pasar yang sama namun

mempunyai keterkaitan. (Rachmadi Usman, 2004 : 93).

Menurut Munir Faudy (1999 : 88) pengertian merger vertikal adalah

gabungan diantara dua perusahaan atau lebih dengan mana yang satu bertindak

sebagai supplier bagi yang lainny. Jadi hubungan bisnis mereka merupakan

hubungan produsen supplier atau hubungan dari hulu ke hilir.

Merger vertikal dalam hal ini dapat dibedakan menjadi merger vertikal maju

(forward vertical merger) dikatakan apabila suatu perusahaan membeli dan menggabungkan perusahaan lain yang merupakan distributornya. Merger kebelakang

(17)

yang membeli perusahaan ban yang menjadi supplier-nya merupakan contoh

backward vertical merger,merger vertikal ini bisa membawa akibat merugikan bagi persaingan dalam hal merger ini membuat pelaku usaha kesulitan untuk mendapatkan

komponen bagi produknya, karena perusuhaan distributor komponen itu telahh di

gabungkan dengan perusahaan pesaingnya. Jika merger bersifat maju (forward vertical merger) akibat buruk yang dikhawatirkan adalah bahwa suatu perusahaan lantas tidak mendapat akses kepada perusahaan distributor yang secara vertikal telah

di gabungkan dengan perushaan pesaingnya. (Arie Siswanto, 2002 : 38).

B. Dasar Hukum Pengaturan Merger Vertikal

Pengaturan hukum tentang Merger baik itu merger vertikal, horizontal, ataupun

konglomerat terdapat dalam :

1. Undang-undang N,omor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas

Ditinjau dari aspek hukum pelaksanaan merger harus sesuai dengan prosedur

hukum yang ditetapkan yaitu seperti yang tercantum dalam Pasal 102, Pasal

104 sampai dengan Pasal 109 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang

Perseroan Terbatas.

2. Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Yaitu apabila merger dilakukan oleh perusahaan yang sudah go public (tbk),

(18)

yaitu Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan peraturan

terkait lainnya terutama mengenai keterbukaan informasi di bidang Pasar

Modal. Pasal 84 menyebutkan Emiten atau perusahaan public yang melakukanpenggabungan, peleburan atau pengambilalihan perusahaan lain

wajib mengikuti kententuan mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan

yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan Peraturan Perundang-undangan lainnya

yang berlaku.

3. Undang-undang No. 5 Than 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pengaturan hukum tentang merger dalam

Undang-undang anti monopoli diatur dalam pasal 28 dan 29. Tindakan merger

perusahaan dilarang oleh Undang-undang Anti Monopoli manakala tindakan

tersebut dapat mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan curang.

Dengan semua bentuk merger dapat terkena larangan baik itu merger

horizontal, vertikal, konglomerat.

4. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan

dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-52/PM/1997

Tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahan Publik atau

Emiten. Pasal 1nya menyebutkan ketentuan mengenai penggabungan usaha

atau peleburan usaha perusahaan publik atau emiten diatur dalam peraturan

(19)

Secara khusus Indonesia tidak ada mengatur mengenai merger vertikal akan

tetapi merger vertikal diatur dalam undang-undang Amerika Serikat. Dalam

Antiturs Amerika Serikat ketentuan yang mengatur mengenai merger vertikal telah

mengalami perkembangan. Ketentuan mengenai merger diatur dalam Pasal 1

Sherman Act dan Pasal 7 Clayton Act. Ketentuan-ketentuan tersebut tmidak secara

jelas mengetur mengenai merger vertikal. Baru pada tahun 1950 Pasal 7 Clayton Act

diamandemenkan oleh Celler Kefauver Act yang menegaskan bahwa Pasal 7 Clayton

Act mencakup juga merger vertikal, seperti merger-merger lainnya yaitu jika efeknya

akan dapat mengurangi persaingan secara substansial atau mengarah pada praktek

menopoli.

Pada tahun 1984 United States Departemen of Justice mengeluarkan The 1984

Justice Departemen Guidelines yang merupakan pedoman yang mengatur

kebijaksanaan mengenai merger yang merupakan pedoman yang mengatur

kebijaksanaan mengenai merger pedoman tersebut mengatur tiga hal yang dapat

membahayakan persaingan yang mungkin merupakan akibat dari merger vertikal

yaitu jika terjadi :

a. Peningkatan halangan untuk masuk ketentuan dalam pasar

b. Terjadinya kolusi

(20)

C. Syarat-syarat Merger Vertikal

Syarat Yuridis Pelakasanaa Merger Vertikal

Pelaksanaan merger baik merger vertikal, merger horizontal atau pun merger

konglomerat sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas bersifat mengikat artinya merger yang dilaksanakan oleh

perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas harus Perseroan Terbatas dimana

penyimpangan dari ketentuan tersebut dapat mengakibatkan merger menjadi batal

karena hukum.

Selain sifat yang mengikat ketentuan tentang pelaksanaan merger yang

tercantum dalam Undang-undang Perseroan Terbatas hanya bersifat

ketentuan-ketentuan pokok saja dan untuk lebih rincinya dapak dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan

perundang-undangan lainnya.

Sebagai contoh bagi Perseroan Terabatas terbuka, PT. Penanaman

Modal/Dalam Negeri atau Bank terdapat aturan-aturan khusus mengatur tentang

merger. Aturan-aturan khusus tersebut yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Moal dan peraturan pelaksananya seperti keputudan Kepala

BAPEPAM No. Kep-52/PM/1997 yang dikenal dengan peraturan No. IX.G.1

Tentang Pengabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Publik (emiten) dan

(21)

tentang benturan Kepentingan Transaksi tertentu, Keputusan mentri Negara

Penggerak Dana Investasi atau Ketua BAPEPAM No. 15/SK/1993 Tentang Cara

Permohonan PMDN dan PMA, Peraturan 15/SK/1993 Tentang Tata Cara

Permohonan PMDN dan PMA, Peraturan Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 1998

Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisis Bank dapat dimasukkan menjadi bagian

dari pelaksanaan merger menurut Undang-undang Perseroan Terbatas ini sepanjang

aturan-aturan khusus tidak bertentangan dengan pokok-pokok pelaksanaan merger

yang telah dietapkan oleh Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT).

Disamping hal-hal yang bersifat procedural, Undang-undang Perseroan

Terbatas juga mengatur hal-hal yang bersifat projektif yaitu tujuan Undang-undang

Perseroan Terbatas yakni untuk melindungi kepentingan pihak-pihak tertentu yaitu

perlingungan kepentingan Perseroan, pemegang sahan minoritas, karyawan

perushaan, masyarakat dan persaingan yang sehat dalam masyarakat.

Berkaitan dengan kerentuan procedural dan ketentuan perotektif yang diatur

dalam Undang-undang Perseroan Terbatas, maka syarat-syarat yuridis yang harus

diperhatikan dalam pelaksanaan merger termasuk juga merger vertikal adalah :

Tahap Persiapan Merger

1. Pembuatan Rancangan Merger

(22)

merger yang terlebih dahulu melakukan penjajakan terhadap segala kemungkinan

dilakukannya merger. Kemungkinan penggabungan terhadap Perseroan Terbatas ini

diatur dalam Pasal 102 Undang-undang Perseroan Terbatas. Rencana merger tersebut

harus terlebih dahulu mendapat persetujuan komisaris perusahaan.

Rancangan penggabungan perseroan terbatas tersebut minimal memual

hal-hal dibawah ini : (Rachmadi Usman, 2004 : 217).

a. Nama perseroan yang akan melakukan penggabungan dan nama dari perseroan

yang akan menerima penggabungan.

b. Alasan serta penjelasan masing-masing direksi perseroan yang akan melakukan

penggabungan maupun perseroan hasil penggabungan dan persyaratan

penggabungannya.

c. Tata cara konversi saham dari masing-masing perseroan yang akan melakukan

penggabungan terhadap saham perseroan hasil penggabungan. Di dalamnya selain

memuat perbandingan penukaran saham termasuk juga penentuan jumlah

pembayaran uang kepada pemegang saham termasuk juga penetuan jumlah

pembayaran uang kepada para pemegang sahamdari perseroan yang menggabungkan

diri. Pembayaran uang kepada para pemegang dari perseroan yang akan

menggabungkan merupakan ganti rugi kepada para pemegang saham yang tidak

menghendaki penggabungan tersebut. Dalam hal ini diakukan pembayaran kepada

para pemegang saham tersebut dengan uang, agar diperhitungkan harga

(23)

d. Rancangan perubahan anggaran dasar Perseron dasil penggabungan apabila ada

e. Neraca perhitungan laba rugi yang meliputi tiga tahun buku terakhir dari semua

perseroan yang akan melakukan pergabungan, dan

f. Hal-hal lain yang perlu diketahui oleh pemegang saham masing-masing

perseroan.

Selain memuat hal-hal yang tercantum dalam usulan rencana penggabungan

dalam Rancangan Penggabungan Perseroan Terbatas harus memuat penegasan dari

Perseroan Terbatas yang akan menerima penggabungan dari Perseroan Terbatas.

Disamping itu sebelum merger dilaksanakan tentu saja diketahui terlebih dahulu

tentang situasi dan kondisi dari perusahaan pasangan tersebut. Untuk itu terlebih

dahulu dilakukan semacam penelitian terhadap perushaan yang digabungkan tersebut.

Penelitian itu dalam bahasa yang lebih teknis disebut dengandue diligence(penelitian secara mendalam).

(24)

Legal audit pemeriksaan dari segi hukum ini dilakukan baik terhadap perusahaan penerimaan penggabungan maupun perusahaan yang digabungkan. Legal

audit tersebut dilakukan dokumen-dokumen sebagai berikut:

A. Anggaran dasar perusahaan berikut dokumen-dokumen yang berkaitan.

Dalam hal ini, yang menimal harus diperiksa dan dilaporkan antara lain:

1. Pengesahan akta penderian dan persetujuan atas perubahannya.

2. Pengumuman dalam berita Negara/tambahan berita Negara

a. Terhadap akta pendirian

b. Terhadap seluruh perubahan anggaran dasar.

B. Permodalan dan saham

1. Besarnya modal dasar, modal ditempatkan dan modal setor pada saat terakhir

sebelum emisi dan perubahannya dalam rangka emisi.

2. Jenis-jenis saham yang dikeluarkan perusahaan

3. Buku daftar saham

4. Susunan pemilikian saham

5. Riwayat permodalan

6. Bukti tentang penyetoran modal

(25)

C. Direksi dan Komisaris

1. Keabsahan direksi dan dewan komisaris yang sedang menjabat.

2. Status kewarganegaraan

3. Ketersangkutannya dalam perkara perdata,pidana, perburuhan, arbitrase atau

lainnya.

D. Izin dan Persetujuan

1. Kelengkapan izin dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan

2. Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengusaha Kena Pajak

(NPKP)

3. Izin-izin seperti, izin usaha, lokasi dan lainnya

E. Aset

1. Tanah

2. Bangunan-bangunan

3. Kepemilikan saham di perusahaan lain

4. Hak milik intelektual

5. Mesin-mesin dan peralatan serta kendaraan

F. Asuransi

(26)

2. Pihak tertanggung

3. Objek yang asuransikan

4. Jumlah pertanggungan

5. Jangka waktu asuransi dan tanggal berlakunya

G. Dokumen-dokumen yang berkaitab dengan karyawan dari masing-masing

perusahaan yang terlibat merger yaitu :

1. Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahan

2. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau peraturan perusahaan

3. Penggunaan tenaga kerja asing

4. Jaminan sosial karyawan (amsostek )

5. Unit serikat pekerja seluruh Indonesia di Emiten

6. Koperasi karyawan

7. Program dana pension untuk karyawan

8. Upah minimum reginal (propinsi)

9. Izin-izin khusus di bidang ketenaga kerjaan

H. Perjanjian-perjanjian

1. Perjanjian pinjam uang

2. Perjanjian kerja sama

3. Perjanjian usaha patungan

(27)

5. Perjanjian lisensi

6. Perjanjian distribusi

7. Perjanjian bantuan teknik

8. Perjanjian pamasukan bahan baku

I. Persetujuan instansi-instansi yang berwenang untuk melakukan merger

2. Penguman Rencana Merger

Pada tahap ini syarat yuridis (dari segi hukum) yang harus dipatuhi oleh

masing-masing perusahaan yang terlibat marger adalah melakukan pengumunan

btentang rencana merger melalui dua surat kabr harian nasional. Pengumuman

ringkasan atas Rancangan Penggabungan Perseroan Terbatas dilakukan oleh kedua

direksi secara bersama-sama selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum

tanggal pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dari masing-masing

perusahaan yang terlibat marger serta pengumuman secara tertulis kepada para

karyawan dari kedua perusahaan perseroan terbatas yang akan melakukan

penggabungan.

Penguman ini dimaksudkan agar para pihak yang berkepentingan sejak dini

sudah mengetahui adanya rencana merger dari kesua perusahaan yang terlibat da

(28)

langkah-langkah tertentu guna membela kepentingannya itu sebelum terlaksananya

merger.

3. Pemanggilan dan penyelenggaraan rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Pemanggilan dan penyelenggaran rapat umum pemegang saham ini gunanya

untukmenyetuji rencana merger yang telah disusun oleh masing-masing direksi dari

perusahaan yang terlibat merger yang mana rencana merger tersbut tertuang dalam

bentuk rancangan merger.

Tahap Pelaksanaan Merger

Menurut pasal 09 Undang-undang Perseroan Terbatas, maka mengenai

pelaksanaan merger yang merupakan pelaksanaan selajutnya dari ketentuan yang ada

dalam Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Peraturan pemerintah tentang merger yakni Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 1998 yang mana dalam ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995

Tentang Perseroan Terbatas akan tetapi Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1998

tersebut hanya khusus mengatur tentang merger, akuisis, konsolidasi bagi perusahaan

dimana merger dan konsulidasi tersebut dilakukan tindakan likuidasi terlebih dahulu.

Sebab Undang-undang tentang perseroan terbatas, merger dan konsolidasi dapat

(29)

Jadi, tahap pelaksanaan merger ini baru dapat diakukan apabila telah

terpenuhinya syarat-syarat merger secara umum yang tertuang dalam Bab II dari

Peaturan Pemeritah Nomor 27 Tahun 1998 serta syarat-syarat tertentu lainnya,

khususnya untuk perusahaan yang bestatus Perseroan terbatas terbuka, perseroan

terbatas penanaman modal asing dan peruhaan yang berstatus bank.

Untuk Perseroan Terbatas Terbuka (Tbk) merger baru dapat dilaksanakan

apabila sudah ada izin dari badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan untuk

Perseroan Terbatas PMA/PMDN, merger dapat melaksanakan jika merger dari

Kepala Bdan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah diperoleh serta untuk

Bank, merger baru dapat dilaksanakan bila izin merger dari Bank Indonesia sudah

diperoleh.

Adapun tahap pelaksanaan merger beserta syarat-syarat yuridis yang harrus

diperhatikan dalam pelaksanaan merger adalah:

1. Penyelenggara RUPS gabungan

Pada tahap ini diselenggaran RUPS gabungan yang dihadiri para pemegang

saham baik dari perusahaan penerima penggabungan maupun peruhaan yang

(30)

2. Pengumuman tentang pelaksanaan merger

Pada tahap ini direksi dari perusahaan penerima penggabungan

selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari terhitung sejak di laksanakannya merger

wajib melakukan pengumuman tentang hasil merger dalam 2 (dua) surat kabar

harian.

3. Penyelenggaran RUPS oleh perusahaan penerima penggabungan

Pada taha ini RUPS perusahaan penggabungan akan dihadiri selain oleh para

pemegang saham dari perusahaan penerima penggabungan juga diadili oleh

para mantan pemegang saham dari perusahaan yang menjadi target

penggabungan yang sekarang kedudukannya sebagai pemegang saham

perusahaan penerima penggabungan. Tujuan penyelenggaraan RUPS ini adalah

untuk mengesahkan rancangan (Draf) akta perubahan anggran dasar (AD)

perushaan penerima penggabungan yang telah disetuji.

Langkah selanjutnya direksi perusahaan penerima penggabungan akan

mengajukan permohonan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia untuk

menyetujui perubahan anggran dasar perusahaan hasil merger.

Setelah Menteri Kehakiman memberikan persetujuan terhadap perubahan

anggaran dasar perusahaan hasil merger maka merger tersebut mulai berlaku efekti

sejak tanggal persetujuan menteri kehakiman yang merupakan pejabat yang

(31)

D. Alasan-alasan Dlakukan Merger Vertikal

Pada umumnya dasar pertimbanan perusahaan melakukan merger baik

merger vertikal didasarkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Perluasan Pangsa Pasar

Banyak cara yang dapat dilakukan perusahan untuk bisa memperluas

pangsa pasar bagi produk yang dihasilkannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan

perusahaan dalam hal ini adalah dengan cara marger.keuntungan yang dapat

diperoleh perusahaan adalahbahwa nantunya perusahaan bisa menjadi lebih besar

sehingga mampu bersaing dengan para pesaing lainnya dan dapat juga memperluas

pansa pasar bagi produk yang mereka hasilkan.

Namun perlu juga diwaspadai jika pelaksanaan merger yang didasari atas

pertimbangan supaya dapat mem/perluas pangsa pasar justru dilakukan oleh

perusahaan yang memang sudah besar khusunya dalam kapasitas modal dan

pemasaran karena nantinya penguasaan pasar bisa terkonsentrasi pasa satu

perusahaan saja.

Bagi pertumbuhan ekonomi secara makro, merger pada gilirannya bisa

berpenagruh pula pada peningkatan dan efisien nasional, dan menaikkan tingkat

pertumbuhan ekonomi nasional dengan terbentuknya perusahaan-perusahaan besar

yang merupakan hasil merger yang memiliki kemampuan untuk melakukan investasi

dan ekspansi usaha. Disamping itu dapat meningkatkan cadangan devisa nasional

(32)

maupun dipasar internasional. Pada akhirnya kesemuaan itu akan mempercepat laju

pertumbuhan ekonomi juga memperkuat struktur perekonomian nasional.

Memang tidak sepenuhnya benar bahwa merger dipastikan bisa memberikan

sumbangan positif bagi pertumbuhan ekonomi secara makro karena sering kali

merger dimanfaatkan untuk mendorong terciptanya situasi pasar yang monopolistis

melalui penguasaan pasar secara dominan oleh satu perusahaan saja. Agar merger

dapat diarahkan sebagai faktor yang postif bagi perekonomian makro, perlu adanya

batasan-batasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan melalui peraturan

perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan dalam hal ini adalah

Undang-undang Nomor 5 Than 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha idak Sehat beserta Peraturan Pemerintah yang merupakan perwujudan

(pengejewantahan) ketentuan pelaksanaan merger dalam UU No. 5 Tahun 1999.

2. Peningkatan Efisien Perusahaan

Pada umunya perusahaan yang melakukan merger akan selalu mengatakan

kepada masyarakat bahwa alaan utama yang menjadi pertimbangan merger tersebut

adalah untuk meningkatkan efisien. Dengan adanya efisien maka harga produk

bisa diturunkan dan kualitas pelayanan ataupun kualitas produksi dapat ditingkatkan.

Efisien perusahaan khususnya efisien produk dapat ditemppuh melalui

merger. Efisien produksi dibuktikan dengan adanya penurunan biaya produksi

barang dengan biaya serendah mungkin atau dengan biaya yang sama akan dapat

(33)

Merger dalam hal ini merupakan salah satu supaya untuk menciptakan sinergi

baru bagi perusahaan untuk mencapai skala ekonomi secara efisien. Skala ekonomi

adalah duatu keadan dimana hasil produksi bertambah dua kali lipat namun total

biaya bertambah tidak sampai dua kali lipat.

Pada akhirnya dengan semakin efisien proses produksi secara keseluruhan

maka biaya produksi semakin murah sehingga jumlah barang produksi dapat

ditingkatkan dan harga dapat diturunkan.

3. Peningkatan Daya Saing Perusahaan

Telah disebutkan bahwa dengan merger suatu perusahaan dapat meningkatkan

efisiennya. Hal ini sudah pasti dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan

untuk meningkatkan daya saing.

Contohnya Perusahaan A dengan modal sebesar Rp. 100.000.000 (seratus

juta) dan Perusahaann B dengan modal yang sama, sama-sama bergerak dibidang

produksi minyak goring dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 30%. Dengan

Perusahaan B Merger Perusahaan A bisa dipastikan kemampuan Perusahaan A

menjadi bertambah baik dari segi modal maupun pangsa pasar. Bertambahnya

kemampuan perusahaan A (setelah merger) khusunya dari segi modal memberikan

keuntungan bagi perusahaan A untuk dapat meningkatkan daya saing terutama

dipasar Internasional karena Perusahaan A akan mampu menembus kepasar

(34)

4. Memaksimalkan Sumber Daya Perusahaan

Kemampuan sumber daya yang ada di masing-masing perusahaan bisa

ditingkatkan manfaatnya secara lebih maksimal dengan cara kedua perusahaan

melakukan merger.

Contohnya Perusahaan A memiliki kemampuan yang bagus dibidang tenaga

kerja yang cukup terampil dan cetakan tetapi lemah dibidang pemasaran, sedangkan

diPerusahaan B memiliki pemasaran yang bagus namun lemah dibidang tenaga kerja.

Melalui merger kemampuan sumber saya perusahaan A (sebagai perusahaan yang

menerima penggabungan) bisa lebih memaksimalkan (meningkatkan)

kemampuannyadengan pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya secara lebih

maksimal.

5. Diversifikasi Usaha

Tidak mudah bagi perusahaan untuk melakukan perluasan usaha melalui

divertifikasi usaha karena diperlukan modal yang cukup besar. Salah satu upaya yang

dapat ditempuh perusahaan melalui hal ini adalah dengan cara merger. Merger bisa

merupakan langkah strategis bagi perusahaan yang iging melakukan divertifikasi

usaha.

Contoh Perusahaan A adalah perusahaan yang bergerak dibidang industry

pakaian jadi. Perusahaan B adalah Perusahaan yang bergerak dibidang industry

prosuk barang-barang kebutuhan rumah tangga. Dengan perusahaan B Merger ke

(35)

Penggabungan ) menjadi ke bidang industry produk barang-barang kebutuhan rumah

tangga.

Dengan demikian keuntungan atau benetif yang bisa diperoleh perusahaan

menjadi bertambah dua kali lipat yaitu keuntungan dari sektor indusri produk pakaian

jadi dan keuntungan dari sector industry peralatan rumah tangga. Hal itu pun

memungkinkan perusahaan A untuk tetap dapat menjaga stabilitas pendapatannya.

6. Sarana Alih Teknologi

Merger bisa merupakan salah satu langkah strategi bagi perusahaan dalam

menimbulkan pengalaman serta mempelajari teknologi canggih dari perusahaan lain.

Merger dapat menjadi sarana pengalihan teknologi dari perusahaan canggih kepada

perusahaan lainnya khususnya perusahaan kecil yang tidak mempunyai kemampuan

dalam penggunaan maupun pengembangan teknologi canggih tersebut.

7. Pengembangan Inovasi Baru

Dengan dilakukannya merger perusahaan menjadi besar sehingga riset dan

pengambangan dapat dilakukan secara canggih. Hal tersebut dapat mendorong

timbulny inovasi baru dalam mengahasilkan produk-paroduk dari perusahaan yang

bersangkutan. Akan tetapi apabila perusahaan sudah terlalu besar dan tidak terlalu

besar atau kurang persaingannya dipasar, bisa juga menyebabkan perusahaan

(36)

8. Alat Investasi

Terutama bagi merger yang memerlukan pembayaran sejumlah dana dari

pihak yang menggabungkan diri serta merger seperti itu dapat merupakan alat untuk

investasi bagi perusahaan yang menggabungkan diri tersebut. Apabila perusahaan

yang menggabungksn diri tersebut merupakan perusahaan asing atau perusahaan

campuran asing maka investasi itu dapat dipandang sebagai suatu investasu asing dan

jika nanti investasi tersebut ditarik kembali (divestasi) maka diharapkan akan didapa

banyakcapital gaindari merger tersebut.

9. Menjamin Pasokan Bahan Baku

Khusunya terhadap merger vertikal yakni merger antara perusahaan hulu

dengan hilir maka merger seperti ini dapat menjamin tersedianya bahan baku karena

mempunyai perusahaan pemasok bahan bakunya sendiri.

Disamping adanya alasan dilakukannya merger, merger vertikal ini juga

bertujuan antara lain:

1. Tujuan yang bersifat anti parsaingan

Merger kemungkinan dilakukan untuk tujuan mencapai monopoli, maupun

memperkuat oligopoli. Oligopoly adalah keadaan pasar dengan prosedur pembekal

barang hanya berjumlah sedikit sehingga mereka dapat mempengaruhi harga pasar

(37)

2. Untuk perluasan atau memasuki pasar dengan lebih mudah

Membeli perusahaan sering kali lebih praktis dan lebih ekonomis

dibandingkan dengan menderikannya. Efisiensi perusahaan dapat diperoleh melalui

penghematan biaya-biaya pelatihan, peningkatan kualitas dan akses-akses bisnis

lainnya.

3. Pengoperasian efisien dan skala ekonomis

Tujuan para pihak melakukan merger mungkin adalah untuk mengurangi

sumber-sumber produksi. Beberapa hal yang perlu diungkapkan adalah:

1. Tingkat besaran pabrik yang ekonomi sering kali dapat dicapai melalui

merger dalam jangka pendek, tetapi perusahaan yang lebih besar pada masa

yang akan datang, dari hari dari pada jika perusahaan tetap berdiri secara

independent.

2. Menyatukan dua perusahaan yang berbeda dapat menghasilkan efisiensi

pada pabruk tersebut maupun manajemen tingkat atas.

3. Perusahaan yang besar dengan beragam cara dapat mengumpulkan laba

ditahan yang lebih besar yang dapat ditarik dengan demikian devisi-devisi

dari perusahaan tersebut dapat memperoleh modal yang lebih murah

dibandingkan apabila perusahaan tersebut harus menjual sahamnya.

4. Pemasaran yang ekonomis juga dapat terjadi meskipun seringkali sulit di

identifikasi atau lacak secara meyakinkan.

(38)

4. Keuntungan keuangan tanpa manfaat efisien baru

Merger dapat bermanfaat bagi para pihak tanpa mengurangi penggunaan

sumber-sumber produksi. Keuntangan atau efisiensi tersebut dapat diperoleh

melalui pertumbuhan perusahaan, pemanfaatan pemotongan pajak, pemanfaatan

modal yang belum digunakan dan penyebaran ressiko.

5. Pencapaian tujuan manajemen

Sering kali manajemen penjualan kehendak untuk menjadi bagian dari

perusahaan yang lebih besar, dengan produk yang lebih bervariasi dan mungkin lebih

kuat.

6. Mengantikan dengan manajemen yang lebih baik

Merger mungkin bertujuan untuk memindahkan bisnis ketangan yang lebih

handal. Perusanhaan yang mengambillalih mungkin mencari keuntungan bedar dari

pengambilalihan perusahan yang mempunyai manajemen yang tidak efisien

sehingga gagal untuk meraih laba.

7. Merger dengan maksud untuk bertahan

Salah satu tujuan mengapa perusahaan melakukan merger adalah untuk

mempertahankan diri. Pertama, perusahaan tersebut mempunyai kekurangan atau

khawatir akan adanya kekurangcukupan skala produksi untuk menjadi efisiensi,

kekurang kebalan terhadap praktek curang yang dilakukan pesaing, atau

kurangnya keungulan - keunggulan tertentu. Kedua, perusahaan mungkin

melakukan merger dengan pihak yang berhubungan baik dengan maksud untuk

(39)

yang merupakan yang paling umum yaitu kekhawatiran terlampar dari bisnis yang

digelutinya.

8. Perhitungan bersih (terhadap kemamfaatan masyarakat)

Merger mempunyai motivasi. Ada yang untuk memenuhi pihak-pihak yang

berkepentingan saja, ada juga untuk memenuhi kepentingan masyarakat.

Pelaksanakan merger terutama merger vertikal juga membawa manfaat yang

cukup berarti bagi perusahaan yakni:

1. Manfaat ekonomis karena karate teknologi

Melalui merger vertikal perusahaan dapat menghemat biaya produksi karena

pengeluaran untuk jalur produksi dapat ditekan. Misalnya dalam industri baja

lebih menguntungkan untuk menempah baja selagi masih panas. Jadi lebih

menguntungkan untuk memiliki pabrik lembar baja dan pabrik penempahan baja

di bawah satu atap dari memproduksi lembar baja disatu pabrik kemudian

menempah lembar baja yang telah diingin dipabrik lain.

2. Manfaat karena adanya kepastian kontrak

Sering terjadi perusahaan pemasokan bahan tidak menaati ketentuan dalam

kontrak yang telah disepakati antara perusahaan pemasok dengan perusahaan

yang menerima pesokan bahan baku/bahan mentah. Sehingga dengar merger

(40)

3. Manfaat ekonomi karena pengurangan biaya transaksi

Terdapat banyak kemungkinan yang tejadi dipasar. Namun tidak mungkin

memperkirakan semua kemungkinan yang akan terjadi dan mencantumkannya

dalam kontrak. Untuk mengurangi biaya transaksi yang mungkin timbul dalam

situasi tidak pasti seringkali transaksi-transaksi tersebut perlu dilakukan

dibawah satu atap.

E. Persiapan dan Monopoli

E.1. Pengertian Persaingan

Persaingan atau competition dalam bahasa inggris olehWebsterdidefinisikan

sebagai “…a struggle or contest between teo or persons for the some objects…”

(Arie Siswanto, 2002 : 13).

Dengan memperhatikan terminology persaingan diatas dapat disimpulkan

bahwa dalam setiap persaingan akan terdapat unsure-unsur sebagai berikut:

1. Adanya dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli.

2. Ada kehendak diantara mereka untuk mencapai tujuan yang sama.

Kondisi persaingan sebenarnya merupakan satu karakteristik yang lekat

dengan kehidupan manusia yang cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak

hal.

Andersonberpendapat bahwa persaingan dibidang ekonomi merupakan salah satu bentuk persaingan yang paling utama diantara sekian banyak persaingan antar

(41)

Sedangkan menurut Undang-undang Monopoli Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat Pasal 1 Angka 6

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam

menjalakan kegiatan produksi da atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan

dengan cara tidak jujur atau melawan hokum atau menghambat persaingan usaha.

Aspek Negatif Persaingan

1. Sistem persaingan memerlukanbiaya dan kesulitan-kesulitan tertentu yang tidak

didapati dalam system monopoli. Dalam keadaan persainga, pihak penjualan dan

pembeli secara relative akan memiliki kebebasan untuk mendapatkan keuntungan

ekonomi.

2. Persaingan bisa mencegah koordinasi yang diperlukan dalam industry tertentu.

Salah satu sisi negatif da persaingan adalah bahwa persaingan bisa mencegah

kordinasi fasilitas teknis dalam bidang usaha tertentu dan dalam lingkup luas

sebenarnya diperlukan demi efisien.

3. Persaingan apabila dilakukan oleh pelaku ekonomi yang tidak jujur bisa

bertentangan dengan kepentingan publik.

E.2. Pengertian Monopoli

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun Monopoli

adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas

(42)

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 1 Angka 2

adalah “Praktek Monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh 1 (satu) atau

lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran

atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat

dan dapat merugikan umum”.

Umunya monopoli merupakan istilah yang dipertentangkan dengan

persaingan. Meskipun demikian, ternyata belum ada kepakatan luas mengenai apa

sebenarnya yang dimaksud dengan istilah ini.

Dalam perkembangan nya meskipun dimaksudkan untuk menggambarkan

fakta yang kurang lebih sama, istilah monopoli sering dipakai orang untuk

menunjukkan tiga titik berat yang berlaku.

Pertama istilah monopoli dipakai untuk menggabarkan suatu struktur pasar (keadaan korelatif permintaan dan penawaran). Meiners, memberikan definisi

monopoli sebagai berikut “A marker structure in which the output of an industry is controlled by a single or group of sellers making joing decisions regading productin

anf price.”(Arie Siswanto, 2002 : 19).

Dari pendapat Meiners dapat dilihat bahwa ia sedikit ‘keluar’ dari difinisi

etimologis yang mensyaraktkan keberadaan satu saja penjual didalam monopoli.

(43)

Kedua istilah monopoli juga sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu kondisi. Yang dimaksud disini adalah posisi penjual yang memiliki penguasaan

dan kontrol eksklusif atas barang jasa tertentu.

Ketiga istilah monopoli juga digunakan untuk menggambarkan kekuatan (power) yang dipegang oleh penjual untuk menguasai penawaran, menetukan harga, seta memanipulasi harga.

Meskipun ada titik berat yang berbeda-beda dalam penggunaan istilah

monopoli, secara umum menggambarkan fakta yang sama yakni pemusatan kekuatan

penawaran ekslusif para pihak penjual dalam satu pasar.

Dengan bertitik tolak pada pengertian diatas orang lantas

memperhadapkan monopoli dengan persaingan. Berbeda dengan persaingan yang

bersifat mendesentralisasikan kekuatan ekonomi, didalam monopoli justru

terkandung pengertian adanya pemusatan kekuatan.

Aspek positif dan negative dari Monopoli

1. Aspek positf

a. Monopoli bisa memaksimalkan efisiensi pengelolahan sumber daya ekonomi

tertentu.

b. Monopoli juga bisa menjadi sarana untuk meningkatkan pelayanan terhadap

konsumen dalam industri tertentu.

c. Monopoli bisa mengahindarkan duplikasi (penggandaan) fasilitas umum

(44)

e. Monopoli bisa digunakan sebagai saran untuk melindungi sumber daya

tertentu yang penting bagi masyarakat luas dari eksploitasi yang semata-mata

bersifat profit.

2. Aspek Negatif Monopoli

a. Monopoli membuat konsumen tidak mempunyai kebebasan memilih produk

sesuai dengan kehendak dan keinginan mereka.

b. Menopoli membuat posisi konsumen menjadi rentan dihadapan produsen.

c. Monopoli juga berpotensi menghambat inovasi teknologi dan proses produksi

E.3. Jenis-jenis Monopoli

1. Monopoli dibedakan menjadi Private Monopoli (Monopoli swasta) dan publik

monopoli (monopoli public). Pembedaan ini didasarkan pada criteria siapa

yang memegang atau memiliki kekuasaan monopoli. Dikatakan adan monopoli

publik jika monopoli itu dipunyai oleh badan publik (public Body) seperti

Negara, Negara bagian, pemerintah daerah dan sebagainya. Sebaliknya

monopoli swasta adalah monopoli yang dipegang oleh pihak non publik, seperti

perusahaan swasta, koperasi dan perorangan.

2. Dari sisi keadaan yang menyebabkan monopoli bisa dibagi menjadi natural

monopoli dan sosial monopoli. Natural monopoli adalah monopoli yang

disebabkan oleh faktor-faktor alami yang ekslusif. Jika disatu daerah

terdapat bahan tembang langka yang tidak dijumpai didaerah lain,

(45)

Sebaliknya, sosial monopoli merupakan monopoli yang tercinta dari tindakan

manusia atau kelompok sosial. Monopoli terhadap hak cipta yang diberikan

oleh Negara kepada seseorang pencipta misalnya merupakan contoh dari

monopoli sosial.

3. Dalam kaitannya dengan tulisan ini perlu juga dibedakan antara monopoli

legal dengan monopoli illegal. Secara sederhana monopoli legal adalah

monopoli yang tidak dilarang oleh hukum disuatu Negara. Sebaliknya

Monopoli dikatan ilegal kalau dilarang oleh hokum. Menginat banyaknya

sistem hukum yang memiliki pengaturan yang berbeda-beda tentu saja kriteria

legal dan ilegal antara negara yang satu dengan negara yang lain juga

berlainan. Apa yang dikatakan sebagai manopoli leal disatu negara belum

tentu merupakan monopoli legal dinegara lain. Demikian pula sebaliknya di

Amerika serikat suatu perusahaan yang memegang posisi menopoli atau

mencoba meraih posisi monopoli tidak dengan sendirinya dianggap

melakukan tindakan ilegal. Menurut Sherman Act posisi monopoli dan upaya

mencapai posisi itu menjadi ilegal jika dilakukan melalui cara-cara yang tidak

(46)

BAB III

METOD PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan judul sikripsi diatas maka penelitian dimulai dengan

mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan Merger Vertikal Perusahaan.

Metode penelitian dalam tulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif.

Menurut Soejono Soekonto danSri Mamuji penelitian hukum normatif ialah

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara menelitih bahan pustaka atau data

sekunder bekala. Penelitian hukum normatif mencakup penelitian terhadap asas-asas

hukum, penelitian terhadap sistimatika hukum, penelitian terhadap sinkronisasi

vertical dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum (Soejono, Mamuji,

2003 : 13).

B. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian sripsi ini

adalah pendekatan konsep atau sistematika hukum yaitu unsur-unsur abstrak yang

mewakili kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang kadang kala menunjuk pada

hal universal yang diabstraksikan dari hal-hal particular. Salah satu fungdi logis dari

konsep ialah memunculkan objek yang manarik perhatian dari sudut pandang praktis

(47)

C. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis data

Daya yang digunakan adalah da ta sekunder yakni daya yang diperoleh dari

daftar pustaka.

2. Sumber Data

Dalam studi kepustakaan ini sumber data diperoleh dari :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat seperti :

- Perundang-undangan seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

Undang –undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas,

undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

- Peraturan-peraturan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

1998 Tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan

Perseroan terbatas.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai hukum primer seperti buku-buku, hasil seminar, artikel,

majalah dan Koran maupun yang diperoleh dari internet serta jurnal

(48)

3. Alat Pengumpulan data

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data

yang didasarkan pada buku-buku dan literature yang berkaitan untuk

mendapatkan bahan- bahan perbandingan

D. Analisi Data

Dalam penulisan ini dipakai analisis data yaitu analisis deskriptif

(descriptive analisys) metode ini adalah suatu metode yang hanya melakukan

penjabaran atau merugiakan data yang telah diperoleh dan selajutnya data tersebut

(49)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. MERGER VERTIKAL DAPAT MENYEBABKAN MONOPOLI

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab-bab di atas bahwa pada umumnya

merger vertikal dilakukan dengan tujuan pegadaan barang untuk kegiatan produksi

terjamin atau untuk menjamin jalur pemasaran barang yang diproduksi juga untuk

menekan biaya produksi dan biaya pemasaran. Tindakan tersebut merupakan langkah

yang tepat diharapkan perusahaan-perusahaan kecil dapat berkembang dan maju dan

pada akhirnya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya secara sehat. Masyarakat

selaku konsumen sangat diuntungkan dengan adanya persaingan usaha sehat tersebut

karena masyarakay akan mempunyai pilihan dalam membeli produk yang mereka

inginkan dengan harga yang murah dan kualitas yang baik pula.

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 telah melaranng dilakukannya

penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 28).

Memang tidak mudah diketahui apakah suatu perusahaan telah melakukan

monopoli atau tidak. Untuk dapat menentukan apaka tindakan merger vertikal yang

dilakukan pelaku usaha telah mengarah kepada terjadinya praktek monopoli maka

ada empat parameter dasar huku persaingan yang dapat dijadkan acuan, yaitu :

(50)

1. Adanya pemutusan kekuatan ekonomi

Pemutusan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu

pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan

harga barang dan atau jasa.

2. Pemutusan kekuatan tersebut berada pada suatu atau lebih pelaku usaha ekonomi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaku usaha dianggp telah menguasai

pasar secara monopoli jika:

a. Satu pelaku usah atau satu kelompook pelaku usaha mengenai lebih dari 50%

(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jenis tertentu.

b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari

75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa.

Undang-undang dalam rumusan pasal 4 ayat (2) undang-undang Nomor 5

tahun 1999 juga tegas mengatakan bahwa pelaku usaha patut diduga atau

dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaaan produksi dan atau jasa,

jika 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai

lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa.

3. Pemusatan kegiatan ekonomi tersebut menimbulkan persaingan usaha tidak

sehat, dan.

Dengan adanya penguasaan atas proses produksi lanjutan maupun pada

proses distribusi dan pemasaran produk akan menyebabkan adanya penetapan

harga secara vertikal yang dapat terjadi antara supplier dan

(51)

Dalam perjanjian ini supplier menetapkan suatu harga terendah dari suatu

barang, dan atau jasa dari supplier yang arus ditatati oleh distributor-distributor

tersebut. Dengan kata lain distributor-distributor tersebut tidak boleh menjual

atau memasok kembali barang atau jasa tersebut dengan harga yang lebih rendah

dengan harga yang telah diperjanjikan tersebut. Berbagai tindakan maupun

perjanjian yang dilakukan pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang

berdampak kearah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pelaku usaha atau

satu kelompok pelaku usaha merupakan tindakan atau perjanjian yang dilarang

oleh Undang-undang (Pasal 4 Undang-undang No. 5 Tahun 1999).

Demikian juga dalam pelaksanaan merger vertikal dapet mengakibatkan

terciptanya situai monopoli karena adanya halangan atau hambatan bagi pesaing

untuk bisa memasuki pasar yang bersangkutan merupakan tindakan yang

dilarang.

Hambatan perdagangan vertikal yaitu persetujuan diantara dau pihak atau

lebih pada tingkat distribusi yang berlainan. Hal ini biasanya terjadi antara

distributor dengan pengecer atau antara pemberi dengan pemegang franchise.

Merger vertikal dapat meningkatkan hambatan memasuki pasar dan hambatan

perusahaan-perusahaan lainnya untuk mengadakan perluasan. Intregasi vertikal

dapat memaksa perusahaan lainnya untuk melakukan persaingan. Hal ini dapat

menunda entry borrier dan menaikan resiko pembayaran yang lebih tinggi dari

(52)

vertikal untuk menghambat jalan masuk pasar yang dapat mengurangi

keuntungan-keuntungan dari persaingan. Dalam hal ini hokum persaingan layak

ikut campur tangan untuk menghambat merger vertikal jika intregasi tersebut

merugikan keberadaan kekuatan pasar dengan cara menghambat pintu masuk

pasar bagi pendatang bisnis baru.

4. Pemusatan kegiatan ekonomi tersebut merugikan kepentingan umum.

Dalam Pasal 14 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa

pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang

bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam

rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam

rangkaian langsung maupun tidak langsung yang dapat mengakibatkab terjadinya

persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat. Jelas dikatakan

dalam Pasal 14 intregasi vertikal ini dilarang.

Sebagaimana peraturan-peraturan Merger di Indonesia larangan merger

bersifat Rule of Reason. Merger diperbolehkan sepanjang tidak mengurangi persaingan secara Substansi. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau

peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjasinya praktek monopoli dan

atau persaingan usaha tidak sehat. Pengambilan saham perusahaan lain juga dilarang

apabila dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha

tidak sehat (Pasal 28 Undang-undang No. 5 Tahun 1999).

Hal ini juga berlaku pada tindakan merger vertikal yang berdampak pada

(53)

Pelaku usaha atau kelompoknya tersebut dapat mengontrol dan mempengaruhi harga

produk yang tidak saja bisa mematikan para pesaingnnya melainkan juga akan

menciptakan kesejangan dalam dunia usaha yang pada akhirnya akanmenciptakan

monopoli merupakan tindakan yang tidakdiperbolehkan oleh Undang-undang Anti

Monopoli.

Berdasarkan ketentuan yang dijasikan acuan untuk menentukan apakah

merger vertikal tersebut menyebabkan suatu monopoli dapatlah diambil kesimpulan

bahwa pelaksanaan merger vertikal tersebut bisa berdampak terhadap monopoli

apabila adanya integritas vertikal dan penetapan harga vertikal yang mana integritas

vertikal tersebut terjasi melalui penggabungan usaha yang memproduksi bahan baku

dengan perusahaan yang memproduksi barang jasi atau antara prodesen dengan

perusahaan distribusi pemasoknya. Contoh yang ekstrim dapat terjadi pada industry

kertas. Dalam industri kertas dari bahan dasar sampai konsumen dapat berdiri

beberapa insdustri. Mulai dari (1) perusahaan yang memiliki HPH sebagai penghasil

kayu, (2) perusahaan penghasil bubur kertas (pulp), (3) perusahaan penghasil kertas,

(4) perusahaan distribusi kertas,(5) perusahaan pemasaran kertas ditingkat konsumen,

dan lain-lain. Hubungan antara suatu perusahaan tergantung pada perusahaan

lain untuk memasok bahan baku. Dilain pihak perusahaan tersebut juga tergantung

pada perusahaan distribusi yang menjual produk-produknya dipasar. Seringkali kaitan

antara perusahaan melalui pasar ini bukanlah cara yang paling efisien dalam

(54)

yang dapat diperoleh suatu perusahaan tersebut melakukan intregasi vertikal.

(Ayudha D. Prayoga, 2001 : 40).

Penetapan harga vertikal ini akan merugikan pihak distributor karena pihak

distributor harus menjual dengan harga yang telah diperjanjikan dengan supplier.

Untuk bersaing dengan pihak supplier lainnya dalam produksi yang sama. Pihak

supplier melakukan penetapan harga secara vertikal untuk menekan biaya produksi

sehingga produk yang dijual di pasar dapat bersaing dengan supplier-supplier lainnya.

Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 penetapan harga secara vertikal

dilarang apabila ia dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Monopoli merupakan penguasaan lebih dari 59% pangsa pasar atas komoditi

tertentu oleh satu atau gabungan beberapa perusahaan. Oleh karena banyak kalangan,

monopoli dinilai sangat tidak sehat dan menganggu jalannya mekanisme pasar yang

kompetitif. Sebab monopoli pasar atas komoditi tertentu tersebut dapat

membahayakan kepentingan masyarakat luas, terutama konsumen produk yang

dimonopoli. Kepentingan konsumen terhadap produk dengan harga yang wajar

(reasonable price) dan berkualitas baik dapat terancam karena ulah salah satu atau beberapa pengusaha yang memonopoli pasar komiditi tertentu itu dengan seenaknya

mensuplai produk yang bermutu rendah tapi dengan harga tinggi, yang mana di dalam

pasal 17, pasal 18 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 hal tersebut dilarang.

Dampak negative yang timbul dari adanya tindakan merger vertikal tersebut

belum bisa ditentukan pada saat merger tersebut belum terjadi tapi baru bisa

(55)

Ditentukan setelah merger tersebut berjalan apakah tindakan merger vertikal tersebut

membawa akibat negatif terhadap monopoli di;pasar yang bersangkutan atau tidak.

Jika ternyata terbukti maka, komisi membatalkan tindakan merger tersebut (Pasal 47

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999) dan sebaliknya apabila tidak maka tindakan

merger tersebut tidak dilarang.

Bergabung untukmenjadi lebih besar, kuat dan efisien pada dasarnya adalah

hak perusahaan.Akan tetapi tidak dapat disangkal bahwa perusahaan yang “terlalu”

besar dan kuat sangat mudah memanfaatkan kelebihannya itu dengan cara-cara yang

merugikan persaingan. Agar pengawasan terhadap merger vertikal lebih musa dan

tepat sasaran maka diperlukan pengawadan yang ketat.

B. CARA PENYELESAIAN SENGKETA MERGER VERTIKAL

TERHADAP PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Pengadilan merupakan tempat penyelesaian perkara yang resm dibentuk oleh

Negara. Namun untuk hokum .persaingan, pada tingkat pertama penyelesaian

sengketa antar pelaku usaha tidak dilakukan oleh Pengadilan. Alasan yang dapat

dikemukakan adalah karena hukum persaingan usaha membutuhkanorang-orangyang

spesialis yang memiliki latar belakang dan mengerti betul tentang seluk beluk dalam

rangka menjaga mekanisme pasar. Institusi yang melakukan penegakan hukum, tetapi

juga ekonomi dan bisnis. Hal ini mengingatkan masalah persaingan usaha sangat

Referensi

Dokumen terkait

Jaminan Sosial) Terhadap Pelayanan di Unit Rawat Jalan (URJ). Rumah Sakit Permata

Menurut anda bagaimana pengaruh media pada remaja sekitar terhadap

Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa p value (0,000) < α (0,05) maka H 0 ditolak yang berarti ada pengaruh antara sikap, norma subyektif dan perceived

Melalui analisis laporan keuangan yang telah dilakukan dengan berbagai rasio keuangan tersebut kemudian perusahaan akan dapat mencermati dan mengevaluasi hasil laporan

Walaupun di Bulan kecepatan bola saat hampir menumbuk beton lebih kecil, karena percepatan gravitasinya lebih kecil, akan tetapi karena gravitasinya yang kecil itu pula menyebabkan

Based on the finding and discussion of the research, the researcher concluded that using Fishbowl Strategy was effective to improve students’ speaking

Pekerja Teknis adalah semua pekerja tetap yang berhubungan langsung dengan proses penjernihan atau penyaluran air bersih atau yang berhubungan langsung dengan kegiatan

Bab ini membahas mengenai analisis terhadap hasil perbaikan yang dilakukan dari segi produktivitas (hasil produk) dan efisiensi biaya (prosentase penurunan