• Tidak ada hasil yang ditemukan

Melalui KOmisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Dalam dokumen MERGER VERTICAL PERUSAHAAN (Halaman 56-61)

TERHADAP PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

B.1. Melalui KOmisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Tata caraa penanganan perkara diatur dalam pasal 38 sampai 46 Undang- undang Nomor 5 Tahun 1999.

1. Komisi dapat bekerja apabila adanya laporan dari masayarakat atau orang yang merasa dirugikan

- Setiap orang yang mengetahui telah terjadi atau patut diduga telah terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang ini dapat melapor secara tertulis kepada komisi dengan keterangan yang jelas tentang telah terjadinya pelanggran dengan menyertakan indentitas pelapor.

- Pihak yang dirugikan sebagai akibat terjadinya pelanggran terhadap Undang- undang ini dapat melapor secara tertulis kepada komisi dengan keterangan yang lengkap dan jelas tentang telah terjadinya pelanggaran serta kerugian yang timbulkan dengan menyertakan identitas pelapor. Identitas pelapor wajib dirahasiakan oleh komisi.

2. Berdasarkan laporan tersebut komisi wajib melakukan pemeriksaan pendahuluan, dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari setelah menerima laporan, komisi wajib menetapkan perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan lanjutnya.

- Dalam pemeriksaan lanjutan, komisi wajib melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang dilaporkan.

- Komisi wajib menjaga rahasia informasi yang diperoleh dari pelaku usaha yang dikategorikan sebagai rahasia perusahaan.

- Apabila dipandang perlu komisi dapat mendengarkan keterangan-keterangan saksi, saksi ahli dan atau pihak lain.

- Dalam melakukan kegiatan diatas, anggota komisis delengkapi dengan surat tugas.

3. Komisi dapat melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha apabila ada dugaan terjadi pelanggaran Undang-undanh ini walaupun tanpa adanya laporan. (Pasal 40) dalam hal ini anggota komisi harus lebih aktif dan mencari (bukan mencari kesalahan) apakah benar dugaan tersebut.

4. Pelaku usaha dan atau pihak lain yang diperiksa wajib menyerahkan alat bukti yang diperlukan dalam penyelidikan dan atau pemeriksaan (Pasal 41 ayat 1). Alat-alat bukti tersebut adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan atau dokumen, petunjuk, dam keterangan pelaku usaha. (Pasal 42)

5. Setelah proses pemeriksaan pendahuluan selesai, komisi melajutkan “Proses

jangka waktu pemeriksaan lanjutan, maka dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Setelah itu komisi wajib memutuskan telah terjadi atau tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang selambat-lambatya 30 hari terhitung sejak selesainya pemeriksaan lanjutan tersebut. Putusam komisi harus dibatalkan dalam satu bidang dan dinyatakan terbuka untuk umum dan segera diberitahukan kepada pelaku. Adapun proses pemeriksaan lanjutan dan putusan komisi adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan lanjutan

Jika menurut pertimbangan KPPU perlu adanya pemeriksaan lanjutan maka KPPU wajib melakukan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap pelaku usaha yang dilaporkan (pasal 34 ayat 2). Selain pemeriksaan terhadap pelaku usaha komisi juga dapat meminta keterangan dari saksi, saksi ahli, dan atau pihak lain, yang mana dalam kelancara acara pemeriksaaanya anggota komisi dilengkapi dengan surat tugas.

Dalam penyelidikan atau cara pemeriksaan yang dilakukan oleh komisi pihak pelaku usaha dan pihak lain yang diperiksa wajib menyerahkan alat bukti yang diperlukan (pasal 41 ayat 1) dan dilarang menolak untuk diperiksa ataupun dilarang menolak memberikan informasi, oleh pihak kemisis akan diserahkan kepada penyidik untuk dilakukan penyidik sesuai dengan ketentuan yang berlaku (pasal 41 ayat 3).

Penyidik yang melakukan penyidikan dalam perkara ini adalah sesuai ketentuan KUHAP (Kitab Undang-undang Acara Pidana).

Kalau kasusnya sudah sampai pada penyidik yang menangani tidak lagi hanya pihak komisi melainkan pihak kepolisisan juga turut berperan. Komisi menyerahkan kasus tersebut kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan, yang tidak hanya perbuatan atau tindakan pidana tetapi juga termasuk pokok perkara yang sedang diselidiki atau di periksa oleh komisi.

Putusan komisi

Demi kepastian hukum, putusan mengenai hasil pemeriksaanya harus dibacakan dalam suatu sidang yang dinyatakan terbuka untuk umum dan segera diberitahukan kepada pelaku usaha, yaitu dengan menyampaikan petikan putusan komisi.

Proses pengambilan keputusan komisi kurang tegas diatur dalam Undang- undang No. 5 Tahun 1999. Dalam penjelasan pasal 43 ayat 3 hanya dikatakan bahwa pengambilan keputusan dalam sidang majelis yang beranggotakan sekurang- kurangnya 3 orang anggota komisi. Hal ini diatur lebih lanjut dalam rancangan Kepres daraf III dalam Pasal 5 yang mengatur bahwa pengambilan keputusan komisi dilakukan dalam sidanh majelis yang beranggotakan sekurang-kurangnya 3 orang anggota komisi, dimana keputusan komisi di tanda tangani oleh seluruh anggota majelis. Pengambilan putusan melalui sidang majelis adalah hal biasa dan juga

keputusan itu tidak dijelaskan, baik dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999 maupun rencana Kepres hal yang dijelaskan hanyalah bahwa putusan ditanda tangani oleh seluruh anggota majelis (Ayudha.D.Prayoga, 2001 : 151).

Pengaturan pengambilan keputusan sidang majelis pada peralian umum, dimana suatu putusan dikatakan sebagai putusan majelis hakim. Walapun mungkin ada anggota majelis yang tidak setuju terhadap putusan tersebut. Berkas putusan tersebut harus memuat seluruh pendapat anggota majelis hakim, yang mana setuju dan yang tidak setuju serta alasannya, sehingga masyarakat dapat menilai kredebilitas dari hakim yang memeriksa perkara tersebut. Proses pengambilan putusan dari komisi sebaiknya dilakukan dengan suara terbanyak sehingga diketahui anggota komisi yang setuju dan yang tidak setuju, dan apa alasan masing-masing pendapat dari anggota komisi yang tidak setuju tersebut harus juga dimasukkan dalam dokumen putusan komisi.

Berkaitan dengan putusan komisi sesuai dengan Pasal 47 komisi berwenang menjatuhkan sanksi tindakan administrative berupa:

- Penetapan pembatalan perjanjian sebagai mana dimaksud pasal 4 (oligopoli) sampai dengan pasal 13 (ologopsoni), pasal 15 (perjanjian tertutup), pasal 16 (perjanjian dengan pihak-pihak luar negeri).

- Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal sebagai mana dimaksud pasal 14.

- Perintah menghentikan kegiatan yang menimbulkan praktek monopoli, persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.

- Penetapan pembatalan penggabungan/peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud pasal 8.

- Penetapan pembayaran gan ti rugi

- Pengenaan denda minimal Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) dan maksimal Rp. 25.000.000.000 (dua puluh milyar rupiah).

Dalam dokumen MERGER VERTICAL PERUSAHAAN (Halaman 56-61)

Dokumen terkait