• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

3.3.2 Analisis AHP (Analytical Hierarchy Process)

Metode analisis ini merupakan suatu pendekatan analisis kebijakan prioritas dalam perencanaan penataan ruang yang tepat dengan menstruktur suatu persoalan sebagai suatu hierarki, dimana pihak-pihak yang berkepentingan itu di tingkat yang paling tinggi karena kekuatan mereka untuk mempengaruhi hasil akhir merupakan faktor dominan. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama analisis hierarki proses (AHP) adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia, serta hierarki suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok yang berjenjang membentuk hierarki (Saaty, 1993). Setelah menyusun komponen-komponen ini ke dalam hierarki, maka diberikan nilai dalam angka kepada setiap bagian yang menunjukkan penilaian subyektif terhadap relatif pentingnya setiap bagian itu. Penilaian tersebut kemudian disintesiskan (melalui penggunaan Eigen Vector) guna menentukan variabel yang mempunyai prioritas tertinggi (Aziz, 1994).

Pendekatan metode AHP yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik pemanfaatan ruang yang terjadi, dengan cara memilih/menentukan prioritas kegiatan/penggunaan lahan yang optimal, menggunakan bantuan perangkat lunak “Expert Choice” (Permadi, 1992). Ditambahkan oleh Tomboeu et al (2000) bahwa pendekatan AHP dalam kerangka manfaat dan biaya dapat memberikan skenario optimal dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan. Dalam AHP, penetapan prioritas kebijakan dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang intangible (yang tidak terukur) ke dalam ukuran yang biasa, sehingga dapat dibandingkan.

Adapun langkah-langkah analisis data AHP menurut Saaty (1993) adalah sebagai berikut :

(1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

(2) Menyusun struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan yang paling bawah.

(3) Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan judgement dari para pengambil keputusan, dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.

(4) Melakukan perbandingan berpasangan.

(5) Menghitung matriks pendapat individu dan gabungan, mengolah horizontal, vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vector), akar ciri atau nilai eigen (eigen value) maksimum, mengolah vertikal dan menguji indeks konsistensinya. Jika tidak konsisten, maka pengambilan data diulangi dengan cara melakukan revisi pendapat.

Sebagai implementasi dari tahapan/langkah-langkah tersebut di atas adalah sebagai berikut :

(1) Mendefinisikan masalah dan solusi yang diinginkan

Penentuan prioritas kebijakan mana yang perlu didahulukan untuk meningkatkan dampak positif penerapan VMS. Dalam merumuskan skala prioritas ini, maka dibutuhkan metode proses hierarki analitik (AHP) dari segi analisis manfaat dan biaya terhadap penerapan Model VMS bagi kegiatan pengawasan dan usaha penangkapan ikan kapal berukuran 100 GT ke atas.

(2) Membuat Struktur Hierarki

Struktur hierarki prioritas manfaat Implementasi Model VMS terhadap kapal penangkap ikan berukuran 100 GT ke atas disajikan pada Gambar 8.

Dari Gambar 8 tentang hierarki proses strategi penerapan model VMS yang ditinjau dari aspek manfaat di atas, maka berikut ini diuraikan indikator untuk masing-masing kriteria (enam sisi) dan aspek manfaat yang dapat dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari enam sisi adalah sebagai berikut:

(1) Ekonomi

Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari sisi ekonomi meliputi:

1) Manfaat adanya peningkatan pendapatan baik yang dirasakan oleh pemerintah maupun pemilik kapal, metode VMS akan memantau tingkat pencurian ikan sehingga akan meningkatkan pendapatan bagi kedua belah pihak.

2) Manfaat penghematan biaya pengawasan sumber daya ikan, melalui metode VMS, sistem pengawasan dapat dikendalikan melalui central pengawasan di darat sehingga tidak perlu lagi kapal patroli yang harus berkeliling setiap saat.

3) Manfaat berkurangnya tingkat pencurian ikan, model VMS akan mengawasi setiap kapal yang melakukan pencurian ikan atau transaksi penjualan ikan di tengah laut.

4) Sebagai akibat dari berkurangnya tingkat pencurian, maka sumber daya ikan akan terjaga sehingga nelayan pun tidak lagi kesulitan dalam mendapatkan ikan.

(2) Sosial

Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari sisi sosial meliputi:

1) Menekan terjadinya konflik antara pemilik kapal dengan nelayan, melalui teknologi VMS, pemilik kapal akan mendapatkan informasi yang pasti terhadap jumlah ikan yang ditangkap oleh nelayan, sehingga dapat mengurangi potensi konflik diantara keduanya.

2) Meningkatkan kesadaran nelayan bahwa dalam melakukan penangkapan mereka tidak melakukan tindak kesewenangan yang berdampak pada kelestarian ikan dan pelanggaran hukum.

3) Meningkatkan rasa aman bagi semua pihak, karena melalui teknologi VMS akan membantu posisi kapal yang mengalami kecelakaan di tengah laut.

(3) Biologi

Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari sisi biologi meliputi:

1) Mengurangi tindakan atau perilaku nelayan yang melakukan over fishing atau melakukan penangkapan yang melebihi batas yang ditetapkan.

2) Sebagai akibat poin satu di atas akan berdampak pada terjaganya kelestarian sumber daya ikan.

3) Sebagai akibat kedua poin di atas, maka akan mudah bagi perencanaan dan pengelolaan sumber daya ikan, karena setiap nelayan akan dibatasi jumlah penangkapan ikan.

(4) Teknologi

Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari sisi teknologi meliputi:

1) Melalui teknologi yang andal maka akan meningkatkan kemampuan sistem pengawasan kapal penangkap ikan.

2) Demikan hal akan memudahkan dalam mendapatkan data dan informasi atas apa yang terjadi di perairan laut.

3) Kemudahan dalam mengakses data dan informasi secara realtime online.

4) Data dan informasi yang diperoleh akan memberikan manfaat untuk menganalisis berbagai kebutuhan berkaitan dengan perairan laut seperti jumlah tangkapan, jumlah kapal, potensi ikan dan lainnya.

(5) Kelembagaan

Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari sisi bilogi meliputi:

1) Optimalisasi fungsi pengawasan kapal penangkap ikan, perangkat VMS akan meningkatkan fungsi lembaga yang melakukan pengawasan di perairan laut.

2) Kemudahan dalam melakukan koordinasi antar lembaga, teknlogi VMS diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antara lembaga yang terkait dalam sistem pengawasan.

3) Memberikan ketegasan yang kuat terhadap fungsi dan tugas setiap lembaga yang terkait dalam sistem pengawasan.

(6) Hukum dan Peraturan

Manfaat yang dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari sisi hukum dan peraturan meliputi:

1) Sebagai perangkat salah satu perangkat hukum.

2) Sebagai alat bantu dalam mendukung dan membuktikan tindak pidana pencurian ikan.

3) Dapat meningkatkan kepatuhan para nelayan agar tidak melakukan pelanggaran pencurian ikan.

Sedangkan struktur hierarki Implementasi Model VMS terhadap kapal penangkap Ikan berukuran 100 GT ke atas yang ditinjau dari aspek biaya disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Analisis Hirarki Proses Strategi Penerapan VMS Ditinjau dari Aspek Biaya. KEBIJAKAN PENERAPAN VMS

EKONOMI SOSIAL BIOLOGI TEKNOLOGI KELEMBAGAAN HUKUM & PERATURAN

1. Biaya Investasi 2. Biaya Pemeliharaan 3. Biaya Operasional 4. Biaya Pengembangan 1. Biaya Pelatihan kepada Nelayan 2. Biaya Konflik Interest 3. Biaya Pembinaan dan

Pemberdayaan 4. Biaya Sosialisasi

kepada Masyarakat

1. Biaya pengecekan jenis dan ukuran hasil tangkapan. 2. Biaya Pengecekan hasil tangkapan sampingan yang dibuang 1. Biaya Pelatihan Teknologi kepada Operator 2. Biaya Ketergantungan kepada Vendor 3. Biaya Kehilangan

data dan Informasi

1. Biaya Konflik Inrterest antat lembaga 2. Biaya Pelatihan

kepada Lembaga- lembaga yang terkait 3. Biaya Sosialisasi kepada Lemabaga 4. Biaya kerjasama 1. Biaya pengadaan perangkat hukum 2. Biaya Sosialisasi perangkat hukum 3. Biaya operasional penerapan sanksi.

Gambar 9 menggambarkan hierarki proses strategi penerapan model VMS yang ditinjau dari aspek biaya di atas, maka berikut ini diuraikan indikator untuk masing-masing kriteria (enam sisi) dan aspek biaya yang dapat dirasakan dalam penerapan metode VMS ditinjau dari enam sisi adalah sebagai berikut :

Aspek biaya yang harus dikeluarkan atau ditanggung dalam penerapan metode VMS ditinjau dari enam sisi yaitu:

(1) Ekonomi

Biaya yang harus dikeluarkan dalam penerapan pengawasan kapal penangkap ikan dengan menggunakan model VMS yang ditinjau dari sisi ekonomi meliputi:

1) Biaya Investasi, yaitu biaya investasi perangkat keras dan lunak dari teknologi VMS.

2) Biaya Pemeliharaan, yaitu biaya pemeliharaan bila terjadi kerusakan atas teknologi VMS.

3) Biaya Operasional, yaitu biaya tenaga dan perangkat pendukung dalam menjalankan perangkat VMS.

4) Biaya Pengembangan, yaitu biaya yang harus dikeluarkan bila adanya pengembangan teknologi baru dari VMS yang ada saat ini. (2) Sosial

Biaya yang ditinjau dari sisi sosial berkaitan dengan penerapan model VMS meliputi :

1) Biaya Pelatihan, yaitu biaya yang harus dikeluarkan dalam memberikan pelatihan kepada nelayan atau pemilik kapal.

2) Biaya Konflik Interest, yaitu biaya intangible bila terjadi konflik interest antara pemerintah dengan nelayan atau pemilik kapal, atau antara pemilik kapal dengan nelayan.

3) Biaya Pembinaan dan Pemberdayaan, yaitu biaya yang harus dikeluarkan dalam membina para pemilik kapal dan nelayan agar sadar untuk menggunakan perangkat VMS.

4) Biaya Sosialisasi, yaitu biaya sosialisasi secara nasional atas penerapan model VMS kepada para pemilik kapal dan nelayan (bagi pemerintah dalam bentuk biaya penyelenggaraan, dan bagi pengusaha dalam bentuk biaya ikut serta dan mengganggu usaha penangkapan).

(3) Biologi

Biaya yang dikeluarkan dalam penerapan VMS yang ditinjau dari sisi biologi berkenaan dengan genetika perikanan, biaya tersebut diantaranya :

1) Biaya operasional pengecekan jumlah, jenis dan ukuran hasil tangkapan ikan di lapangan.

2) Biaya operasional pengecekan secara kontinu hasil tangkapan sampingan yang dibuang.

(4) Teknologi

Biaya-biaya yang harus dikeluarkan atas penerapan teknologi VMS meliputi:

1) Biaya pelatihan atas pengembangan teknologi VMS kepada operator VMS.

2) Biaya intangible atas ketergantungan kepada vendor VMS.

3) Biaya kehilangan data dan informasi bila terjadi masalah atau kerusakan VMS.

(5) Kelembagaan

Biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam penerapan VMS yang berkaitan dengan kelembagaan meliputi:

1) Biaya intangible bila terjadi konflik interest antar lembaga yang berkaitan dengan sistem pengawasan kapal penangkap ikan.

2) Biaya pelatihan tentang teknologi VMS kepada lembaga-lembaga yang berkaitan dengan sistem pengawasan kapal penangkapan ikan.

4) Biaya sosialisasi tentang teknologi VMS kepada lembaga-lembaga yang berkaitan dengan sistem pengawasan kapal penangkap ikan. (6) Hukum dan Peraturan

Biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam penerapan VMS yang berkaitan dengan hukum dan peraturan meliputi:

1) Biaya pengadaan perangkat hukum dan peraturan yang berkaitan dengan penerapan teknologi VMS.

2) Biaya sosialisasi perangkat hukum dan peraturan kepada pemilik kapan atau nelayan.

3) Biaya intangible atas pelanggaran yang terjadi dalam penerapan VMS.

(3) Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks perbandingan berpasangan ini menggambarkan kontribusi atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.

Tabel 4 Skala Perbandingan Berpasangan Dalam AHP

Integritas

Pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lain 5 Elemen yang satu esensial atau

sangat penting ketimbang elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas yang lain

7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Elemen yang satu mutlak lebih

penting ketimbang elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atau yang lain memiliki tinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan

Jika elemen/memiliki satu angka di atas ketika dibandingkan dengan

elemen/maka / memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen

Penilaian dilakukan dengan pembobotan masing-masing komponen dengan perbandingan berpasangan, yang dimulai dari tingkat tertinggi sampai tingkat terendah. Teknik ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden. Responden bisa seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengenal baik permasalahan yang diajukan. Untuk mengkuantitatifkan data kualitatif pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1 – 9. Dalam penyusunan skala kepentingan ini digunakan patokan berdasarkan Saaty (1991), seperti pada Tabel 4.

(4) Melakukan Perbandingan Berpasangan

Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2, A3 dinyatakan sebagai vektor W = (w1, w2, w3), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 terhadap A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2, yakni w1/w2 yang sama dengan a12 sehingga matriks perbandingan dinyatakan sebagai berikut (Saaty, 1999) : A1 A2 A3 …………. An A1 w1/w2 w1/w2 w1/w3 …………. w1/wn A2 w2/w1 w2/w2 w2/w3 …………. w2/wn A3 w3/w1 w3/w2 w3/w3 …………. w3/wn . . . . …………. . An . . . …………. wn/wn

Nilai w1/wj, dengan ij = 1,2,3 ….. n didapat dari hasil kuesioner terhadap responden. Responden adalah orang-orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis.

Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W (w1, w2, w3, ……wn) maka diperoleh hubungan :

AW = nW ………. (1)

Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut :

(A – nI) W = 0 …………. (2) dimana I = matriks identitas.

(5) Menghitung Pendekatan AHP Dalam Kerangka Manfaat dan Biaya

Proses analisis hierarki (AHP) pada penelitian ini dilakukan untuk penentuan prioritas manfaat dan biaya penerapan model VMS terhadap kapal penangkap ikan berukuran 100 GT ke atas dalam rangka mencari model penerapan VMS yang paling cocok baik baik pemerintah dan pengusaha serta dapat meningkatkan dampak positif baik bagi kegiatan pemantauan maupun kelestarian sumber daya ikan.

Adapun struktur hierarki penentuan implikasi penerapan Model VMS terhadap kapal penangkap ikan berukuran 100 GT ke atas berdasarkan manfaat dan biaya terdiri dari 4 tingkat (lihat Gambar 3.2 dan Gambar 3.3). Tingkat pertama merupakan tujuan utama, tingkat kedua kriteria, tingkat ke tiga indikator manfaat dan biaya dari penerapan model VMS dan tingkat ke empat pilihan opsi yang akan dipilih menjadi model penerapan VMS yang sesuai dengan keinginan pemerintah dan pengusaha..

(6) Menyusun Rekapitulasi Jawaban Responden

Rekapitulasi jawaban hasil survey, seluruh jawaban yang telah diisi oleh responden direkap berdasarkan hasil setiap pertanyaan. Seperti yang diperlihatkan pada matrik di bawah ini, rekapitulasi jawaban dilakukan untuk setiap pertanyaan sehingga diperoleh nilai rata-rata jawaban pada setiap pertanyaan. Kolom muliplikatif merupakan hasil perkalian setiap jawaban responden, sedangkan rata-rata terukur merupakan akar pangkat jumlah responden, yang kemudian dibulatkan.

Responden Pertan

yaan R1 R2 Rn Multiplikatif Rata2 Terukur Pembulatan

P1 X11 x12 X1i X1= x11 x x12 x x1i R1=(x1)(1/n) P(R1) P2 X21 x22 X2i X2= x21 x x22 x x2i R2=(x2)(1/n) P (R2) Pm Xmn1 xmn2 xmni Xm= xmn1 x xmn2 x xmni Rm=(xm)(1/n) P(Rm)

P1 merupakan pertanyaan pertama yang menyatakan perbandingan antar pilihan A dengan B, P2 merupakan pertanyaan kedua yang menyatakan perbandingan antara A dengan Pm (atau seterusnya). X11 merupakan jawaban yang diberikan oleh responden atas perbandingan A dan B.

(7) Menyusun Matriks

Sebagai hasil dari jawaban responden tersebut, maka langkah selanjutnya disusun matrik sebagai rekapitulasi dari hasil penelitian dan menghitung bobot masing-masing pilihan keputusan.

Keputusan

A B Pm Total Rata2 Bobot

A 1 P(R1) P(R2) 1+ P(R1)+ P(R2) r1=[1+ P(R1)+ P(R2)] / 3 r1/R B 1/[P(R1)] 1 P(Rm) 1/[P(R1)] + 1 + P(Rm) r2=[1/[P(R1)] + 1 + P(Rm)] / 3 r2/R Pm 1/[P(R2)] 1/[P(Rm)] 1 1/[P(R2)] + 1/[P(Rm)] + 1 R3=[1/[P(R2)] + 1/[P(Rm)] + 1]/3 r3/R Total R=(r1+r2+r3)/m 1.00

Berdasarkan simulasi pada matriks di atas, maka akan didapat besarnya bobot masing-masing pilihan keputusan, bobot yang terbesar merupakan pilihan keputusan yang terpilih.

Dokumen terkait