• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

Taman 1 dapat didefinisikan sebagai tempat yang menyenangkan atau kawasan yang ditanami berbagai macam tumbuhan sebagai tempat untuk

3.5. Analisis Akses

Istilah akses sudah sering digunakan dalam literatur pada hak kepemilikan dan cara-cara lain utk mendapatkan pemanfaatan dari suatu sumberdaya oleh analis kepemilikan (analis properti) dan analis SDA. Definisi klasik dalam literatur properti bahwa akses sebagai ’hak untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu’. Ribot danPeluso (2003) menjelaskan bahwa akses berbeda dari properti dalam banyak hal, dan mereka telah mengembangkan konsep akses dan menjelaskan sekumpulan faktor-faktor yang luas untuk membedakan akses dari properti.

Selanjutnya Ribot dan Peluso (2003) mendefinisikan akses sebagai ’kemampuan (abilitas) untuk mendapatkan manfaat dari barang (mencakup objek- objek material, person, institusi dan simbol-simbol)’. Akses menurut definisi ini lebih terkait dekat pada ’sekumpulan kekuatan atau kekuasaan (powers)’ daripada sekedar gagasan dalam properti sebagai ’sekumpulan hak’. Formulasi ini mencakup satu kisaran luas dari bentuk-bentuk hubungan (relasi) sosial yang menghambat maupun mendorong manfaat dari penggunaan sumberdaya, bukan hanya relasi properti itu sendiri. Dengan demikian akses berbeda dari properti, terfokus pada abilitas, lebih luas daripada sekedar hak seperti dalam teori properti, Jika studi properti konsen pada pemahaman klaim, khususnya klaim yang McPherson (1978) definisikan sebagai hak, maka studi akses konsen pada pemahaman tentang berbagai cara orang dapat mengambil manfaat dari sumberdaya, termasuk (tetapi tidak hanya terbatas pada) relasi-relasi properti.

Abilitas masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya dipengaruhi kekuasaan yang mewujud di dalam dan terpraktikkan melalui berbagai mekanisme, proses-proses, dan relasi-relasi sosial. Kekuasaan ini merupakan helai-helai di dalam “kumpulan-kumpulan (bundles)” dan “jaringan-jaringan (webs)” dari kekuasaan secara material, kultural, dan politikal-ekonomis yang

kesemuanya menggambarkan akses pada sumberdaya. Dengan demikian, akses sebagai “kumpulan” dan ‘jaringan” dari “kekuasaan” dapat memungkinkan aktor- aktor untuk mendapatkan, mengontrol, dan memelihara akses. Karena itu, analisis akses memerlukan perhatian pada properti sebagaimana aksi-aksi yang melawan huku m, relasi-relasi produksi, pemberian nama relasi-relasi, dan sejarah dari semua itu. Peletakan analisis ini kedalam sebuah kerangka politikal-ekonomis membantu kita untuk identifikasi keadaan yang ada melalui beberapa orang yang dapat mengambil manfaat dari sumberdaya khusus sementara yang lainnya tidak dapat (Bell 1998:29).

Berry (1993) dalam Ribot and Peluso (2003) menjelaskan bahwa aspek politikal ekonomis menjadi bukti ketika aksi sosial dibagi kedalam akses kontrol (access-control) dan akses pemeliharaan (access-maintenance). Akses kontrol adalah abilitas untuk menengahi akses-akses lainnya. (Kontrol menurut Rangan, 1997 adalah berhubungan dengan checking dan arah aksi, fungsi atau kekuasaan dari arahan dan aturan aksi bebas). Pemeliharaan akses menuntut pembelanjaan sumberdaya atau kekuasaan untuk memelihara sebuah akses sumberdaya khusus yang terbuka. Pemeliharaan dan kontrol adalah komplementer. Keduanya merupakan posisi-posisi sosial yang terkadang terkristal seputar arti dari akses. Keduanya merupakan relasi-relasi antar aktor dalam hubungannya pada kecocokan sumberdaya, manajemen, atau penggunaan.

Dalam waktu bersamaan, pemahaman dan nilai dari sumberdaya sering bersaing diantara mereka yang mengontrol dan mereka yang memelihara akses. Ide properti tersusun dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dilihat sebagai sebuah perbedaan yang paralel dalam meng-klaim hak-hak yang merupakan sebuah arti dari akses kontrol sementara pelaksanaan kewajiban merupakan sebuah bentuk pemeliharaan akses yang bertujuan melestarikan hak- hak tersebut (Hunt, 1998:9) dalam Ribot and Peluso (2003). Terdapat satu istilah ketiga, yaitu akses perolehan (gaining access), sebagai proses yang lebih umum melalaui jalan mana akses ditetapkan.

Perhatian studi properti adalah pada pemahaman klaim, khususnya klaim yang McPherson (1978) definisikan sebagai hak, sedangkan studi akses pada pemahaman tentang berbagai cara orang dapat mengambil manfaat dari

sumberdaya, termasuk (tetapi tidak hanya terbatas pada) relasi-relasi properti.

Akses menurut definisinya lebih terkait dekat pada ’sekumpulan kekuasaan’ daripada sekedar gagasan dalam properti sebagai ’sekumpulan hak’.

Ribot dan Peluso (2003) menjelaskan bahwa sebuah kunci pembeda antara akses dan properti terletak pada perbedaan antara “kemampuan” dan “hak”. Abilitas merupakan saudara kandung dengan “kekuasaan” yang diartikan dalam dua sense, yaitu: pertama, sebagai kapasitas beberapa aktor untuk mempengaruhi praktik-praktik dan ide-ide dari pihak yang lainnya (Weber 1978:53; Lukes 1986:3) dan yang kedua, kita melihat kekuasaan sebagai sesuatu yang muncul dari orang, meskipun tidak selalu mengikuti. Kekuasaan adalah melekat dalam berbagai jenis bentuk relasi tertentu dan dapat muncul dari, atau mengalir melalui konsekuensi-konsekuensi (yang diharapkan atau tidak diharapkan) atau efek-efek dari bentuk-bentuk relasi sosial. Akses adalah tentang semua alat atau cara yang memungkinkan seseorang dapat mengambil manfaat dari sesuatu atau dari barang. Properti umumnya menimbulkan beberapa macam klaim-klaim yang diketahui secara sosial dan didukung secara sosial atau hak-hak —apakah yang diakui oleh hukum, kebiasaan, atau konvensi.

Adapun kesamaannya terletak pada manfaat. Istilah “manfaat” adalah umum untuk definisi yang digunakan pada akses dan properti. Properti dan akses konsen pada relasi-relasi antar orang atau masyarakat dalam kaitan perhatian pada manfaat atau nilai-nilai -- kecocokan, akumulasi, ransfer, distribusi, dan lain sebagainya. Manfaat adalah penting karena orang, institusi, dan masyarakat hidup atasnya dan untuk manfaat-manfaat tersebut, dan berselisih serta bekerjasama terkait manfaat-manfaat tersebut.

Menggunakan kerangka definisi dari akses, Ribot dan Peluso (2003) menyajikan metode analisis akses untuk mengidentifikasi konstelasi arti, relasi, dan proses yang memasukkan berbagai aktor dalam memanfaatkan sumberdaya. Metode analisis akses bertujuan untuk memfasilitasi analisis mendasar (grounded analyses atau nalisis alasan-alasan yg mendasari) tentang siapa yang secara aktual mengambil manfaat dari barang dan melalui proses-proses apa mereka dapat melakukannya sedemikian. Analisis akses juga membantu kita untuk memahami mengapa beberapa orang atau institusi mengambil manfaat dari sumberdaya,

apakah mereka punya hak atau tidak. Hal ini merupakan sebuah perbedaan utama antara analisis akses dan properti. Analisis akses mencakup: 1) pengidentifikasian dan pemetaan aliran manfaat yang khusus dari interest; 2) pengidentifikasian mekanisme melalui cara mana aktor-aktor yang berbeda bisa mendapatkan perolehan, kontrol, dan pemeliharaan dari aliran manfaat dan distribusinya; dan 3) analisis relasi-relasi kekuasaan menggarisbawahi mekanisme akses yang mencakup instansi-instansi dimana manfaat didapatkan.

31

IV. METODE