• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kawasan Perluasan TNGGP (Kawasan Restorasi)

DAFTAR LAMPIRAN

Taman 1 dapat didefinisikan sebagai tempat yang menyenangkan atau kawasan yang ditanami berbagai macam tumbuhan sebagai tempat untuk

5 BODO GOL

5.2. Aspek Biofisik Kawasan Restoras

5.2.3. Sejarah Kawasan Perluasan TNGGP (Kawasan Restorasi)

Kawasan perluasan TNGGP merupakan eks kawasan hutan Perum Perhutani yang terdiri dari hutan alam primer dan sekunder, hutan tanaman, tanah kosong/semak belukar, dan lahan pertanian. Hutan tanaman berupa tegakan hutan bukan jenis asli antara lain eukaliptus, pinus, damar, kayu putih. tanaman pertanian. Hasil interpretasi citra landsat 2011 menunjukkan luasan dan persentase variasi tutupan lahan di kawasan TNGGP yang cukup beragam sebagaimana tertuang dalam Tabel 11.

Tabel 11 Variasi jenis tutupan lahan kawasan TNGGP hasil interpretasi citra

landsat tahun 2011

No. Jenis Penutupan Lahan Luas

(ha)

Persentase (%)

1 Hutan Alam Primer 585,480 7,960 2 Hutan Alam Sekunder 2852,941 38,788

3 Hutan Tanaman 2870,563 39,028

4 Tanah Kosong/Terbuka 27,783 0,378

5 Semak / Belukar 89,055 1,211

6 Pertanian Lahan Kering Bercampur

Semak 715,314 9,725

7 Pertanian Lahan Kering 150,060 2,040

8 Sawah 63,983 0,870

9 Danau 0,034 0,000

Jumlah 7355,214 100,000

Kawasan TNGGP dikelola berdasarkan sistem zonasi yang sesuai dengan fungsi dan peruntukannya sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari. Penataan zonasi kawasan taman nasional bersifat dinamis dan merupakan perangkat pengelolaan taman nasional yang dapat mencegah konflik/tumpang tindih antara kepentingan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan, bahkan dapat mengoptimalkan manfaat dan fungsi kawasan taman nasional. (BBTNGGP. 2009, 2010). Hasil Revisi Zonasi TNGGP

terdapat 7 (tujuh) zonasi yakni: 1) Zona Inti, 2) Zona Rimba, 3) Zona Pemanfaatan, 4) Zona Rehabilitasi, 5) Zona Tradisional, 6) Zona Konservasi Owa Jawa, dan 7). Zona Khusus. Dalam kawasan perluasan TNGGP terdapat Zona Pemanfaatan, Zona Tradisional, Zona Rehabilitasi, Zona Konservasi Owa Jawa dan Zona Khusus. Pengertian jenis-jenis zona yang dimaksud dalam klasifikasi zonasi TNGGP berdasarkan SK Dirjen PHKA NO. 39/IV-KKBHL/2011 Tanggal 22 Februari 2011 tentang Zonasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP, 2011) sebagai berikut:.

1) Zona Inti, adalah merupakan ciri khas baik biofisik dan keanekaragaman hayati dari suatu kawasan, memiliki nilai ekologis yang sangat tinggi yang mutlak dilindungi dalam fungsinya untuk perlindungan dan pelestarian TNGGP secara keseluruhan.

2) Zona Rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan, pada dasarnya zona ini ditetapkan sebagai rembesan (refuge) dari sumber daya alam baik flora maupun fauna yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyangga (buffer) zona inti terhadap kerusakan yang mungkin terjadi dari zona pemanfaatan.

3) Zona Pemanfaatan, adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya. Zona ini untuk menunjang fungsi- fungsi yang tidak diperkenankan untuk diakomodasikan pada zona lain, karena alasan kepekaan ekologis yang tinggi dan meningkatkan nilai tambah dari kegiatan konservasi sumber daya alam, sebagai tempat pariwisata alam, pendidikan konservasi maupun sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan yang dimaksud disini, adalah pemanfaatan dari segi jasa lingkungan untuk manusia, berupa daya tarik alami/phenomena beserta potensi pendukung lainnya.

4) Zona Tradisional, adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam, guna keperluan masyarakat dengan pemanfaatan yang dilaksanakan secara tradisional,

misalnya dengan menanam jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan makanan, obat-obatan, bahan baku kerajinan atau Hasil Hutan Non Kayu lainnya.

5) Zona Rehabilitasi, adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan, areal dimaksud perlu dilakukan rehabilitasi dengan menanam tanaman endemik agar kawasan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

6) Zona Konservasi Owa Jawa, adalah bagian taman nasional yang memiliki potensi, daya dukung, dan aman untuk pelepasliaran Owa Jawa, zona ini sangat dibutuhkan mengingat kawasan TNGGP merupakan salah satu wilayah yang memiliki daya dukung yang baik dalam pelestarian owa jawa.

7) Zona Khusus, adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi, makam dan listrik.

Pada kawasan perluasan yang diakses oleh masyarakat petani penggarap lahan hutan seluas 905 ha tingkat kerapatan tegakan utama sangat rendah dan kondisi lantai hutan dari mulai terbuka hingga ditutupi tanaman pertanian dan perkebunan seperti padi, singkong dan sayuran. Jumlah total luasan zona rehabilitasi adalah ± 4.367,192 ha dengan perincian wilayah Cianjur seluas 1.298,54 ha, wilayah Sukabumi 1.823,575 ha dan wilayah Bogor seluas 1.245,077 ha. Tegakan utama yang mendominasi Zona Rehabilitasi adalah tanaman pinus (Pinus merkusii), damar (Agathis lorantifolia) dan ekaliptus (Eucalyptus alba). Pada beeberapa areal lainnya dari Zona Rehabilitasi masih memiliki keanekaragaman yang cukup baik seperti kondisi lantai hutan yang ditutupi kelas perdu, liana maupun jenis rotan-rotanan. Apabila kawasan sudah mengalami suksesi /direstorasi secara sempurna dan atau sudah menjadi hutan primer kembali maka zona rehabilitasi ini dapat dirubah menjadi zona rimba atau zona lain sesuai dengan kondisi kawasannya. (BBTNGGP 2010).

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di zona tradisional telah ada sejak lama seperti penyadapan baik berupa getah pinus maupun damar, pemanenan bambu, lebah madu dan kopi. (BBTNGGP 2011). Zona Tradisional seluas ± 312,136 ha tersebar di wilayah Bidang PTNGGP I Cianjur 12,018 ha, wilayah Bidang PTNGGP II Sukabumi 229,9 ha dan wilayah Bidang PTNGGP III Bogor seluas 70,218 ha dengan vegetasi utama adalah Pinus (Pinus merkusii) dan Damar (Agathis lorantifolia). Tegakan utama Zona Tradisional yakni pinus dan damar. Total luas tegakan pinus berada di Cianjur dan Bogor adalah 82,236 ha, sedangkan tegakan damar seluas 229,9 ha di wilayah Sukabumi. Berdasarkan Kelas Umur (KU) pinus rata-rata di Bogor KU V dan KU X di Cianjur. Sedangkan Kelas Umur Damar bervariasi antara KU III hingga KU XIII dengan rata-rata KU V. Terkait dengan perubahan fungsi kawasan yang semula kawasan hutan produksi menjadi kawasan konservasi, penghentian kegiatan pemanfaata HHBK oleh masyarakat perlu penanganan khusus agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat yang berdampak buruk bagi kawasan. Oleh karena itu kebijakan yang ditempuh oleh pengelola adalah dengan memberikan ijin pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dengan diimbangi oleh proses rehabilitasi, pengamanan hutan dan program penghentian kegiatan dengan alih mata pencarian diluar kawasan hutan. (BBTNGGP 2011). Rincian luas dan tegakan pada Zona Tradisional dapat diperiksa pada Lampiran 7.