• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Masyarakat Terhadap Jenis Tanaman Restorasi dan Pola Pemanfaatan Kawasan Perluasan TNGGP

DAFTAR LAMPIRAN

Taman 1 dapat didefinisikan sebagai tempat yang menyenangkan atau kawasan yang ditanami berbagai macam tumbuhan sebagai tempat untuk

5 BODO GOL

6.4. Perumusan Model Konseptual TPN-GGP

6.4.2. Preferensi Masyarakat Terhadap Jenis Tanaman Restorasi dan Pola Pemanfaatan Kawasan Perluasan TNGGP

Hasil analisis menunjukkan bahwa preferensi masyarakat terhadap jenis tanaman untuk diusahakan dan dikembangkan di lahan hutan masih didominasi oleh jenis-jenis tanaman pertanian dengan orientasi nilai ekonomis. Preferensi jenis tanaman asli dikembangkan karena ketentuan dari pengelola kawasan, bukan karena kesadaran dan keinginan untuk kepentingan melestarikan kawasan taman nasional. Sebaran persentase preferensi jenis tanaman yang menjadi pilihan petani untuk dikembangkan mengelompok kedalam 3 kelompok yaitu preferensi pada tanaman pangan atau pertanian (60%), preferensi pada tanaman MPTS (17%),

preferensi pada tanaman pangan dan MPTS (20%). Preferensi terhadap pengembangan tanaman obat dan keragu-raguan petani penggarap dengan tidak bersedia menunjukkan preferensi jenis tanaman yang diinginkannya dapat diabaikan karena menunjukkan nilai persentase yang sangat kecil. Sebaran preferensi petani penggarap terhadap jenis tanaman yang ingin dikembangkan disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 26 Sebaran persentase responden menurut preferensi pada jenis tanaman per blok desa sampel

No Blok Desa Persentase Responden pada Preferensi Jenis Tanaman (%) Jenis Asli/ Endemik Tanaman Pangan Tanaman MPTS Tanaman Pangan+ MPTS Tanaman Pangan+ Obat Abstain 1 1 Sukatani 0 15.00 1.67 0 0 0 2 Ciputri 0 11.67 0 3.33 0 1.67 3 Ginanjar 0 16.67 0 0 0 0 4 Cihanjawar 0 0 15.00 1.67 0 0 5 Nanggerang 0 15.00 0 0 1.67 0 6 Bojongmurni 0 1.67 0 15.00 0 0 Jumlah 0 60 16,67 20 1,67 1,67

Keterangan: 1 Responden tidak bersedia menentukan piilihan (ragu2)

Pola penggunaan kawasan merupakan upaya penggunaan kawasan perluasan TNGGP untuk mencapai keterpaduan tujuan restorasi (ekologis) dan sosial-ekonomi yang diaplikasikan pada karakteritik kondisi biofisik kawasan. Pola penggunaan kawasan juga merupakan perpaduan konsep kepentingan ekologi dihubungkan dengan kepentingan ekonomi melalui pelibatan masyarakat dalam kegiatan restorasi dan konsep ekowisata. Prinsip dan muatan tujuan yang terkandung dalam konsep pola penggunaan kawasan ini berpijak pada prinsip pembangunan berkelanjutan sehingga pola penggunaan kawasan dalam kegiatan restorasi kawasan konservasi mengandung muatan tujuan-tujuan ekologis dan sosial-ekonomis. Dari uraian di atas maka perumusan pola penggunaan kawasan harus mencerminkan kepentingan ekologi/konservasi dan kepentingan sosial- ekonomi dengan memadukan konsep ekowisata sebagai basis penggunaan kawasan konservasi. Konsep ekowisata dapat dituangkan melalui pilihan jenis tanaman, pola penanaman, dan penataan ruang yang seindah mungkin serta penggalian dan pengembangkan potensi kawasan untuk tujuan ekowisata.

Kepentingan ekologi dan konservasi mengarah pada pilihan jenis-jenis asli dan endemik untuk memenuhi tuntutan kebutuhan restorasi kawasan konservasi dan kepentingan sosial-ekonomi mengarah pada preferensi dan pilihan jenis-jenis tanaman untuk memenuhi tuntutan kebutuhan sosial-ekonomi masyarakat. Dalam pola penggunan ini terbuka peluang untuk negosiasi antara petani penggarap dan BBTNGGP atas penentuan jenis dan komposisi jenis tanaman restorasi dan jenis tanaman budidaya.

Ditinjau dari aspek kepentingan stakeholder maka pola penggunaan kawasan dalam tahapan perumusan model konseptual TPN merupakan alternatif bentuk pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan restorasi. Pola penggunaan kawasan menggabungkan kepentingan ekonomi masyarakat dan kepentingan konservasi. Kepentingan masyarakat tercermin dari pengaturan preferensi jenis tanaman dan kepentingan pemegang otorita manajemen kawasan konservasi (BBTNGGP) tercermin dari jenis-jenis asli TNGGP yang merupakan jenis pokok tanaman dalam pelaksanaan kegiatan restorasi. Penentuan dan pengaturan komposisi jenis tanaman untuk kedua macam kepentingan tersebut dapat berbentuk graduasi komposisi jenis tanaman dalam pelaksanaan restorasi kawasan perluasan. Ke arah dalam semakin mendekati kawasan asli taman nasional maka komposisi jenis tanaman semakin mementingkan jenis-jenis tanaman asli atau endemik, dan sebaliknya ke arah luar mendekati batas terluar kawasan perluasan maka semakin menekankan pertimbangan preferensi jenis tanaman bagi kepentingan ekonomi masyarakat. Graduasi komposisi jenis ini terkait dengan penentuan jenis tanaman yang diusahakan merupakan kombinasi yang dipandang dari sudut ekonomi berada dalam segmen pareto improvement.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka pola penggunaan dapat dirumuskan berdasarkan resiko lingkungan melalui hasil rumusan toleransi biofisik dan preferensi atau pilihan jenis tanaman dalam pelaksanaan kegiatan restorasi yang dikelola untuk memenuhi tujuan ekologi, ekonomi, dan sosial. Rumusan pola-pola penggunaan tersebut mencerminkan variasi tingkat toleransi biofisik terhadap pengembangan tanaman budidaya dan variasi pilihan jenis tanaman yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi. Variasi pilihan jenis tanaman untuk kepentingan-kepentingan tersebut harus sesuai

dengan daya dukung potensi SDA dan diutamakan untuk kepentingan konservasi dan aplikasi prinsip-prinsip konservasi diikuti dengan pertimbangan nilai ekonomi khususnya dalam konteks ekowisata. Penentuan pilihan jenis tanaman yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi tetap berpedoman pada konsep manajemen kawasan konservasi dan aturan perundangan konservasi. Untuk beberapa bagian kawasan restorasi dapat dikembangkan sebagai tempat yang merupakan kawasan preservasi informasional dari segala komponen biodiversitas dan potensi plasma nutfah yang dikandung di dalam kawasan konservasi sehingga merupakan sebuah miniatur taman nasional ditinjau dari sudut biodiversitas dan ditujukan untuk semaksimal mungkin memenuhi fungsi dan peran taman nasional.

Dengan demikian pola penggunaan kawasan dalam tahapan perumusan model konseptual kelembagaan restorasi dengan konsep TPN merupakan alternatif bentuk win-win solution terhadap kepentingan stakeholder masyarakat khususnya petani penggarap lahan hutan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi yang menggabungkan kepentingan ekonomi masyarakat dan kepentingan konservasi dalam konteks ekowisata. Kepentingan masyarakat tercermin dari pengaturan jenis-jenis tanaman budidaya pertanian dalam bentuk preferensi jenis tanaman dan kepentingan pengelola kawasan konservasi tercermin dari jenis-jenis asli dan jenis-jenis endemik dari kawasan konservasi yang merupakan jenis tanaman pokok dalam pelaksanaan kegiatan restorasi. Dari hasil analisis telah diperoleh 8 (delapan) variasi pola penggunaan kawasan restorasi sebagaimana tertuang dalam matriks Tabel 26.

Tabel 27 Perumusan pola penggunaan kawasan perluasan TNGGP Tingkat

Toleransi Biofisik

Preferensi Jenis Tanaman 1

Jenis Tanaman Asli/Endemik

Campuran Jenis Asli dan Budidaya

Pertanian Jenis Tanaman Budidaya Pertanian Rendah 2 VIII V - 3 Sedang VII IV II Tinggi VI III I

Keterangan : 1 Pilihan jenis tanaman sesuai dengan aturan pengelola kawasan (BBTNGGP) dan kesepakatan.

2

Terkait dengan jangka waktu produksi komoditas tanaman, yaitu: tanaman semusim, tanaman tahunan, dan tanaman perenial.

3

Kawasan dengan tingkat toleransi rendah tidak layak jika dialokasikan untuk penggunaan dominan tanaman budidaya pertanian.

Kawasan dengan tingkat toleransi biofisik rendah tidak layak dialokasikan untuk penggunaan dominan jenis tanaman budidaya pertanian. Reklasifikasi pola penggunaan kawasan dapat dilakukan berdasarkan tingkat kompatibilitas toleransi biofisik terhadap pengembangan tanaman budidaya. Pengelompokan kedalam tingkat kompatibilitas toleransi biofisik tersebut mencerminkan tingkat resiko dan toleransi lingkungan (ekologis) terkait dengan penggunaan lahan mengingat karakteristik fisiogafi, variasi penutupan lahan, dan karakteristik jenis tanaman yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan restorasi. Diperoleh 3 (tiga) kelompok kompatibilitas toleransi penggunaan kawasan sebagai berikut: 1) Kompatibilitas Toleransi Penggunaan Dominan Ekonomi terdiri dari pola Penggunaan I dan II; 2) Kompatibilitas Toleransi Penggunaan Seimbang Ekonomi dan Ekologi terdiri dari pola Penggunaan III, IV, dan V; dan 3) Kompatibilitas Toleransi Penggunaan Dominan Ekologi terdiri dari pola Penggunaan VI, VII, dan VIII.