10. Penentuan prioritas final
2.4 Sistem Informasi .1 Pengertian Sistem
2.4.11 Analisis Aplication Domain
Analisis application-domain berfokus pada bagaimana sistem yang dituju dapat digunakan. Fokus ini berguna untuk mendefinisikan kebutuhan untuk function dan interface sistem. Analisis application-domain berinteraksi dengan analisis problem-domain. Menentukan urutan dalam pengerjaan dua aktivitas utama ini adalah sebuah strategi. Jika memulai dengan menganalisa apllicaton-domain maka selanjutnya akan berfokus pada pekerjaan pengguna dan mungkin menspesifikasikan berbagai kebutuhan detil. Namun jika memulai dengan menganalisa problem-domain maka untuk selanjutnya akan berfokus pada bisnis apa yang sebenarnya dijalankan, dibandingkan dengan interfaces dan function.
(Mathiassen et al, 2000, p.115)
Gambar 2.16. Stabilitas Relatif dari Property System yang Berbeda Sumber : Mathiassen et al, 2000, p.116
Pada gambar 2.17 menggambarkan sebuah model sistem yang lebih stabil, dan untuk function dan interface lebih bersifat sementara. Jadi ketika terjadi perubahanpada model, function dan interfacejuga berubah. Akan tetapi perubahan pada function tidak harus merubah model yang ada. Oleh karena itu, function dan interface kebutuhan untuk berubah lebih sering, namun model sistem jarang sekali berubah. (Mathiassen et al, 2000, p.116)
Usage
Interface
Function
Requirements
Gambar 2.17. Analisis Aplication Domain Sumber : Mathiassen et al, 2000, p.117
Pengarahan kebutuhuan berdasarkan pada dua prinsip dasar. Pertama, tentukan application-domain dengan use case. Di mana use case menawarkan solusi elegan untuk masalah klasik pada analisis application-domain di mana berfokus pada pekerjaan pengguna dapat menghasilkan terlalu banyak informasi dengan terlalu banyak detil. Kedua, berkolaborasi dengan pengguna, spesifikasi kebutuhan tidak menjadi langkah satu arah. Pengguna mungkin tidak mengerti mengenai kebutuhan teknikal dengan baik untuk menuliskan kebutuhan optimal.
Oleh karena itu kerjasama antara pengguna dengan pengembang sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan usage, function dan interface perlu untuk dievaluasi seperti pada gambar 2.17. dan aktivitas umum pada application-domain analisis dapat dilihat pada tabel 2.8. (Mathiassen et al, 2000, p.117)
Tabel 2.8. Aktivitas pada Analisis Application Domain
Sumber : Mathiassen et al, 2000, p.117 2.4.11.1 Usage
Untuk dapat digunakan sistem harus sesuai dengan application domain. Untuk melakukan penyesuaian ini dapat dilakukan dengan mendeskripsikan actor dan use case berdasarkan pada pemahaman atas akivitas application domain. Use case menyediakan gambaran umum dari kebutuhan sistem dari sudut pandang pengguna dan menyediakan landasan untuk mendefinisikan dan mengevaluasi fungsi dasar yang lebih banyak dan kebutuhan interface. (Mathiassen et al, 2000, p.119)
a. Use Case
Menganalisis application domain yang sudah ada dapat menciptakan sejumlah besar informasi detil yang memiliki sedikit nilai untuk mengembangkan proses. Untuk kemudahan, diperlukan untuk mempertahankan tingkatan abstraksi yang relevan dan berfokus pada interaksi antara pengguna dan sistem. Use case dapat membantu
dalam mendapatkan tingkatan fokus dan abstraksi yang relevan.
(Mathiassen et al, 2000, p.119)
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.119), actor adalah abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem tujuan. Dan use case adalah sebuah pola untuk interaksi antara sistem dan actor di dalam application domain. Sebuah use case menentukan semua kegunaan dari sistem yang dituju dengan application domain. Prinsip utama dalam menentukan kegunaan sistem adalah menentukan application domain dengan use case
Gambar 2.18. Sub-Aktivitas dari Usage Sumber : Mathiassen et al, 2000, p.117
Menentukan use case merupakan aktivitas multi aspek.
Pertama, memerlukan kerja sama antara pengguna dan pengembang.
Kedua menentukan use case adalah proses analitikal seperti aktivitas kreatif. Ketiga, menentukan use case adalah aktivitas deskriptif dan eksperimental. Keempat, use case mendefinisikan target sistem dan application domain-nya. Pada gambar 2.18 menunjukkan rangkuman
aktivitas pada analisis usage di mana actor dan use case didefinisikan, dan sering menggunakan pola sebagai inspirasi. Pada tabel 2.9 menunjukkan actor table menunjukkan interaksi secara umum. Dan pada gambar 2.19 menunjukkan informasi yang sama pada table 2.9 akan tetapi menggunakan use case diagram.
(Mathiassen et al, 2000, p.120)
Tabel 2.9. Sebuah Contoh Actor Table
Use cases
Sumber : Mathiassen et al, 2000, p.121
Gambar 2.19. Contoh Use Case Diagram Sumber : Mathiassen et al, 2000, p.122
Dalam penggambaran use case, use case itu sendiri dilambangkan dengan bentuk oval dengan nama dari usecase-nya berada di dalam. Garis yang menghubungkan actor dengan use case menunjukkan actor yang mana yang menjalankan use case yang mana. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.215)
b. Use Case Descriptions
Diagram use casemembantu dalam mengidentifikasi berbagai proses yang pengguna lakukan dan hal yang harus didukung oleh sistem baru. Untuk membuat sistem secara mendalam, maka diperlukan pemahaman secara mendalam mengenai semua langkah
yang harus dimengerti. Terdapat tiga tahapan dalam penulisan use case description yaitu : brief description, intermediate description, dan fully developed description.
Brief description digunakan untuk use case yang sangat sederhana, terutama ketika sistem akan dikembangkan adalah sistem yang kecil dan juga merupakan aplikasi yang mudah dimengerti.
Intermediate description merupakan pengembangan dari brief description di mana menyertakan alur dari aktivitas dari sebuah use case. Jika ada beberapa skenario maka setiap aktivitas dideskripsikan masing-masing. Kondisi pengecualian (exception conditions) juga ikut disertakan jika memang diperlukan. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p.220)
Fully developed descriptions merupakan metode dokumentasi use case yang paling formal. Dalam pembuatannya, terdapat beberapa bagian yakni bagian pertama dan keduadigunakan untuk mengidentifikasikan use case dan skenario untuk use case-nya.
Bagian ketiga digunakan untuk mengidentifikasikan pemicu untuk use case tersebut. Bagian keempat merupakan brief description dari use case. Bagian kelima mengidentifikasikan actor-nya. Bagian keenam digunakam untuk mengidentifikasi use case lain dan bagaimana use case ini saling terhubung. Bagian keenam digunakan untuk mengidentifikasikan bagianlain yang terhubung selain dari actor utama. Dua bagian berikutnya digunakan untuk menyediakan informasi penting mengenai kondisi use case sebelum dan sesudah
use case tersebut dijalankan. Kedua bagian terakhir digunakan untuk mendeskripsikan alur aktivitas dari use case. Kondisi alternatif dan kondisi eksepsi dijelaskan pada abagian terakhir. (Satzinger, Jackson,
& Burd, 2005, p.221-225) c. Function
Menurut Mathiassen et al, (2000, p.137-138), function berfokus pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu actor dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe berbeda, yaitu :
• Update. Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan perubahan status model.
• Signal. Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan reaksi di dalam context.
• Read. Fungsi readdiaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.
• Compute. Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor
akan informasi dan berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model. Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.
Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar function yang merinci
function-function yang kompleks. Daftar function-function harus lengkap menyatakan secara keseluruhan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan actor sehingga harus konsisten dengan use case. (Mathiassen et al, 2000, p. 141)
Untuk beberapa fungsi, perlu untuk mendeskripsikan isinya dengan lebih mendetail untuk mengerti apa yang harus dilakukan. Deskripsi lebih mendetail ini hanya untuk fungsi yang paling kompleks, fungsi-fungsi yang ada harus konsisten dengan hasil analisis lainnya. (Mathiassen et al, 2000, p. 141)
d. User Interface
Interface digunakan oleh seorang actor untuk melakukan interaksi dengan sistem. Interface juga menghubungkan sistem untuk semua actor yang saling terkait di dalam sistem. Sebuah userinterface yang baik membantu user dalam melakukan pekerjaannya dan konsep mengenai sistem. (Mathiassen, Munk-Madsen, Nielsen, & Stage, 2000, p.152)
Menurut Satzinger et al (2005, p.444) user interface terdiri atas tiga aspek yaitu, pertama aspek fisik yang berupa semua alat yang digunakan atau disentuh oleh user dalam menggunakan user interface berupa keyboard, mouse, dan lainnya. Kedua, aspek persepsi yang berupa semua hal yang didengar, dilihat oleh user. Dan yang ketiga, adalah aspek konseptual, yakni semua yang diketahui oleh user mengenai penggunaan sistem, termasuk di dalamnya hal-hal
yang berkaitan dengan “problem-domain” yang dapat dimanipulasi atau operasi yang dapat digunakan oleh user.
2.4.11.2 Sequence Diagram
Sequence diagram digunakan untuk mendeskripsikan alur informasi dari sistem dan menuju ke sistem. Dalam pembuatan sequence diagram menggunakan sebuah gambar stik orang yang mewakili user yang menggunakan sistem. Dalam sequence diagram ini menunjukkan bagaimana user berinteraksi dengan sistem dengan melakukan pemasukkan data dan menghasilkan data.
Dalam sequence diagram terdapat garis putus-putus yang disebut dengan lifelines. Sebuah lifelines merupakan pengembangan dari objek secara sederhana, gambar anak panah menunjukkan pesan yang diterima atau yang dikirimkan oleh actor kepada sistem. Sebuah pesan dituliskan untuk mendeskripsikan pesan yang diterima ataupun yang dikirimkan. Dan pesan yang dikembalikan oleh sistem diwakili oleh gambar garis panah yang terputus-putus. Garis panah putus-putus ini menandakan respon atau jawaban dan secara langsung mengikuti pesan yang dikirimkan sebelumnya.
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, pp.226-228)