• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

4.3.1.5 Analisis Aspek Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui analisis biaya dan manfaat, analisis rugi laba, analisis kriteria investasi. Analisis biaya manfaat mengidentifikasi biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang diterima selama proyek dijalankan. Analisis rugi laba menghasilkan komponen pajak yang digunakan

dalam cashflow. Analisis kriteria investasi akan menyimpulkan layak tidaknya usaha secara finansial.

Adapun kriteria kelayakan yang akan diperhitungkan antara lain: Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value/NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return/IRR), dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C). Selain itu, dalam penelitian ini juga akan dihitung Payback Period (PP) untuk mengetahui periode pengembalian investasi oleh proyek.

1. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value/NPV)

Arus kas investasi yang dikaji meliputi keseluruhan, yakni biaya pertama, operasi, produksi, pemeliharaan, dan pengeluaran yang lain. Rumus NPV adalah:

Keterangan :

NPV = Nilai sekarang bersih. Bt = Arus kas masuk tahun ke t. Ct = Arus kas keluar tahun t. n = Umur proyek.

i = Arus pengembalian (rate of return).

t = Waktu.

Kriteria:

NPV = Positif, maka usulan proyek dapat diterima. NPV = Negatif, maka usulan proyek ditolak.

NPV = Nol, usulan proyek dapat diterima namun tidak ada keuntungan finansial bagi pemilik proyek.

2. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return/IRR)

Mencari IRR proyek yang memiliki arus kas keluar yang berbeda setiap tahunnya dapat dilakukan dengan trial and error dan interpolasi(Soeharto, 2002). Perkiraan IRR dengan interpolasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IRR = i1 + x (i2i1) NPV = ∑ Bt-Ct (1+i)t n NPV1 NPV1 – NPV2 t=0

Keterangan :

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif.

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif. NPV1 = NPV yang bernilai positif.

NPV2 = NPV yang bernilai negatif. Kriteria:

IRR ≥i = Usulan proyek dapat diterima. IRR < i = Usulan proyek ditolak.

3. Rasio Manfaat-Biaya Bersih (Net Benefit-Cost Ratio Net B/C)

Keterangan :

Net B/C = Rasio Manfaat-Biaya bersih. Bt = Arus kas masuk tahun ke t. Ct = Arus kas keluar tahun t.

n = Umur proyek.

i = Arus pengembalian (rate of return).

t = Waktu.

Kriteria:

Net B/C ≥1 = Usulan proyek diterima. Net B/C ≤1 = Usulan proyek ditolak.

4. Periode Pengembalian (Payback Period/PP)

Di mana:

Cf = Biaya pertama.

An = Arus kas pada tahun t.

n = Tahun pengembalian ditambah 1.

Usulan proyek dapat diterima jika masa pengembalian investasi lebih cepat dari umur proyek. Sebaliknya, usulan proyek ditolak jika masa

Payback Period = (n-1) + Cf - ∑ An n-1 1 1 An Net B/C = ∑ Bt-Ct (1+i)t Ct-Bt (1+i)t t=0 n n t=0 ∑ Untuk Bt-Ct > 0 Untuk Bt-Ct < 0

pengembalian lebih lama dari umur proyek, karena hal ini berarti proyek tidak mampu mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan guna membiayai proyek.

4.3.2 Analisis Switching Value

Analisis switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan variabel-variabel yang bisa ditolerir agar proyek tetap layak untuk dilaksanakan.

Switching value bisa membantu perusahaan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Analisis switching value

dilakukan dengan metode coba-coba memasukan angka perubahan variabel yang memberikan keuntungan sama dengan nol. Variabel yang digunakan untuk

switching value antara lain kenaikan harga-harga pada masing-masing komponen biaya variabel, penurunan volume produksi dan penurunan harga jual. Switching value akan menghasilkan NPV = nol dan net B/C = 1 dan IRR menjadi sama dengan tingkat suku bunga. Dalam penelitian ini tidak digunakan uji sensitivitas karena tidak adanya data historis perusahaan yang menunjukkan adanya perubahan pada variabel-variabel tersebut di atas.

4.4 Asumsi Dasar

1. Modal yang digunakan oleh perusahaan Agro Lestari berasal dari modal sendiri.

2. Umur proyek adalah 4 tahun. Hal ini disesuaikan dengan usia produktif dari tanaman Asparagus.

4. Lahan yang digunakan adalah lahan sewa dengan biaya sewa Rp 4.000.000,00/ha/tahun.

5. Semua Asparagus yang dihasilkan, terjual habis di pasar.

6. Harga yang digunakan adalah harga aktual pada saat dilakukan penelitian. 7. Suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito tahunan (12

bulan), yakni sebesar 5,25 persen.

8. Besarnya pajak berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Badan.

9. Harga jual Asparagus per kg adalah Rp 35.000,00. Harga tersebut adalah harga rata-rata pada saat pengambilan data.

10.Dalam satu bulan terhitung 30 hari produksi, sehingga dalam satu tahun terhitung 360 hari produksi.

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Agro Lestari didirikan pada tahun 1983 oleh Tri Judadmadji yang juga pemilik perusahaan. Pada awal berdirinya, Agro Lestari memulai usaha di daerah Sukabumi dalam bidang budidaya. Tanaman yang dibudidayakan saat itu antara lain: kapulaga lokal, tanaman obat, serta rempah-rempah seperti berbagai jenis jahe. Selain itu, pada tahun yang sama, Agro Lestari juga mendirikan sebuah agroindustri dengan memproduksi arang batok kelapa, minuman sari temulawak, dan pengolahan asinan jahe.

Tahun 1984 sampai dengan tahun 1986, Agro Lestari bekerjasama dengan salah satu perusahaan asal Tegal untuk membuka agrowisata dan budidaya sayuran istimewa di daerah Guci lereng Gunung Slamet. Setelah kembali dari Tegal, Agro Lestari meluaskan usahanya dengan membuka usaha agroindustri di daerah Sukabumi. Agroindustri yang dijalankan pada saat itu antara lain: pengalengan jamur, pengalengan buah-buahan, pembuatan nata de coco, sayuran semi hidroponik dan usaha beberapa jenis jamur.

Tahun 1999 Agro Lestari bekerjasama dengan pengusaha dari Korea untuk membudidayakan sayuran khusus ramah lingkungan di Cisarua dan Lido. Jenis sayuran yang ditanam meliputi lebih dari 20 jenis tanaman yang bibitnya diimpor langsung dari Korea dan Jepang.

Sampai saat ini, Agro Lestari memiliki lahan dengan luas total lima hektar yang tersebar di Bogor. Status kepemilikan lahan Agro Lestari terdiri atas kepemilikan pribadi dan lahan sewa, yakni dengan 3,5 ha milik pribadi yang

berada di Desa Cisarua dan Desa Pasir Muncang dan 1,5 ha lahan sewa yang berada di Desa Cigombong.

Sampai saat ini Agro Lestari masih belum dapat memenuhi semua permintaan yang masuk ke perusahaan. Keterbatasan lahan menjadi alasan utama. Karena itu, Agro Lestari juga menerapkan sistem pertanian Inti Plasma untuk memenuhi sejumlah kekurangan pasokan ke konsumen. Jenis sayuran yang diusahakan sampai saat ini berjumlah kurang lebih 83 jenis sayuran. Selain usaha budidaya dan pemasaran sayuran ramah lingkungan, perusahaan juga menyediakan sarana produksi pertanian.

5.2 Struktur Organisasi

Agro Lestari adalah perusahaan milik perseorangan dengan akte notaris No. 62/15 Febuari tahun 1984, dengan Tri Judadmadji, SE selaku permilik dan pimpinan perusahaan. Perusahaan ini memiliki 4 bagian, yakni:

1. Bagian Toko Saprotan, yaitu bertanggung jawab atas urusan administrasi dan sirkulasi barang dari toko saprotan Agro Lestari.

2. Bagian budidaya, yaitu bertanggung jawab terhadap rangkaian proses budidaya, dari mulai pembibitan, penyemaian, penanaman, perawatan sampai panen.

3. Bagian keuangan, yaitu bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab dalam pembuatan laporan laba rugi dan pencatatan arus kas.

4. Bagian Pemasaran, yaitu bertugas memperluas jaringan pemasaran serta bertanggung jawab dalam memasarkan produk ke konsumen.

5.3 Sumberdaya Perusahaan

Sumberdaya yang dimiliki Agro Lestari terbagi atas sumberdaya fisik, (natural resources), sumberdaya manusia (labour resources) dan sumberdaya modal (capital resources).

Dokumen terkait