• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Aspek Keuangan

Dalam dokumen ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PE (Halaman 48-61)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

4.4.2. Analisis Aspek Keuangan

Analisis aspek keuangan dalam pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak terdiri atas hal berikut :

a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya

Kebutuhan modal pada pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan karamba oleh pemancingan Tirta Salak terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian sarana dan prasarana yang mendukung

38

berjalannya pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan karamba dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat dapat digunakan lagi.

Jika investasi awal sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan produksi. Total rencana kebutuhan modal pada periode awal rencana pengembangan usaha Rp 174.117.000,00, terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol Rp 127.962.000,00, perkiraan modal kerja selama 4 minggu (1 bulan) Rp 11.600.000, dan perkiraan modal produksi untuk 1 bulan Rp 34.645.000,00.

b. Kebutuhan Investasi

Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak, diperkirakan modal investasi yang dibutuhkan pada periode ke nol Rp 127.962.000,00. Modal investasi tersebut merupakan suatu kebutuhan untuk pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak, yaitu budidaya kolam air deras dan karamba. Oleh sebab itu, kebutuhan investasi yang diartikan pada penelitian ini hanya mencakup investasi pada pengembangan usaha dan tidak mengenai investasi yang telah ada di pemancingan Tirta Salak. Oleh karena itu, lahan untuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak tidak dimasukan ke dalam penghitungan analisis keuangan. Rincian kebutuhan investasi beserta umur ekonomis dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Daftar komponen kebutuhan investasi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

NO KOMPONEN JUMLAH UMUR EKONOMIS (Rp/TAHUN)

Nilai (Rp)

1 Kolam air deras 4 15 20.000.000 2 Kolam penampungan 1 15 3.000.000 3 Kolam pengobatan 1 15 3.000.000 4 Karamba 2 3 1.400.000 5 Pagar 1 10 10.000.000 6 Pondok jaga 1 15 5.000.000 7 Mobil 1 10 75.000.000 8 Whiteboard 1 5 350.000 9 Lemari penyimpanan 1 10 1.000.000 10 Ember 6 1 42.000 11 Serok 6 1 120.000 12 Hapa 6 1 1.800.000 13 Tabung oksigen 2 10 6.000.000 14 Timbangan 2 5 500.000 15 Jeligen timbangan 10 1 350.000 16 Jeligen angkut 10 1 300.000

TOTAL BIAYA VARIABEL (1+2+3+……16)

127.862.000

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa investasi untuk karamba, jeligen timbangan, jeligen angkut, timbangan, hapa, serok dan ember akan berakhir sebelum selesainya umur proyek, yaitu pada tahun ke 5. Oleh karena itu, peralatan tersebut harus dilakukan reinvestasi kembali pada tahun yang mendatang.

Untuk biaya investasi awal di tambahkan alat tulis kantor Rp 100.000,00, sehingga total biaya investasi menjadi Rp 127.962.000,00.

c. Kebutuhan Modal Kerja dan Biaya Operasional

Kebutuhan modal kerja awal diperkirakan pada pengembangan usaha ini Rp 11.600.000,00. Nilai ini diperoleh setelah mengurangi total rencana kebutuhan investasi. Nilai tersebut merupakan modal kerja dan biaya opersional selama 1 bulan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 6.

40

Tabel 6. Rincian biaya tetap pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak per bulan.

NO KOMPONEN TETAP JUMLAH NILAI

(Rp)

1 Gaji dan Bonus

Pengelola 1 2.500.000

Keuangan dan administrasi 1 1.500.000

Pemasaran 1 1.300.000

Produksi dan pelayanan pemancingan 1 1.300.000 Pelayanan pemancingan 3 800.000 Pelaksana produksi 3 800.000 2 Bahan bakar kendaraan 1 200.000

TOTAL BIAYA TETAP (1+2) 11.600.000

Komponen biaya tetap pada Tabel 6 merupakan komponen mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja dan biaya bahan bakar kendaraan operasional. Gaji tenaga kerja merupakan gaji untuk seluruh tenaga kerja yang dimiliki, dari mulai pengelola sampai dengan pelaksana pemancingan. Untuk biaya listrik, air dan telepon pada penelitian ini hanya dikenakan biaya tagihan yang dimasukan ke dalam biaya variabel.

Sementara itu, biaya variabel terdiri dari bahan baku ikan, pakan, pupuk, kapur, garam, plankton catalyst, isi ulang tabung oksigen, plastik kemasan, karet gelang, tagihan listrik, tagihan, tagihan telepon, tagihan air dan alat tulis kantor.

Tabel 7. Rincian biaya variabel pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak per bulan

NO KOMPONEN VARIABEL JUMLAH

(unit) NILAI (Rp) 1 Ikan Ikan mas 1.600 16.320.000 Ikan bawal 600 4.200.000 2 Pakan Pakan buatan 1.440 8.640.000 Sisa rumah makan 1 100.000 Keong mas 1.440 3.600.000 3 Obat 1 10.000 4 Kapur 30 150.000 5 Pupuk TSP dan Urea 1 8.000 Kandang 50 100.000 6 Garam 10 60.000 7 Plankton catalyst 6 85.000 8 Plastik kemasan 10 30.000 9 Karet gelang 3 5.000

Lanjutan Tabel 7.

NO KOMPONEN VARIABEL JUMLAH

(unit)

NILAI (Rp)

10 Isi ulang tabung oksigen 1 100.000 11 Tagihan listrik 1 150.000 12 Tagihan Telepon 1 150.000 13 Tagihan air 1 142.000

TOTAL BIAYA VARIABEL (1+2+3……..13) 34.645.000

d. Sumber Modal

Sumber modal untuk usaha ini berasal dari modal sendiri. Modal tersebut merupakan modal yang dikeluarkan dari kas pribadi pemilik. Untuk melakukan pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak, pemilik tidak melakukan peminjaman modal kepada pihak kreditur, karena pemilik telah menyediakan persiapan modal pada akhir tahun 2007 untuk melakukan suatu pengembangan usaha.

e. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan

Dalam suatu analisis cash flow, manfaat yang diterima oleh pemancingan Tirta Salak dalam melakukan pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan karamba berasal dari penjualan produk, yaitu ikan mas kolam air deras, ikan mas karamba, ikan bawal kolam air deras, dan ikan bawal karamba. Tidak hanya itu, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa komponen-komponen investasi. Namun, dalam perhitungan jangka pendek atau per periode, nilai sisa ini tidak di masukan (Dharmasanti, 2005). Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara jumlah output

dengan harga jual per satuan. Pada pengembangan usaha ini, harga jual yang berlaku dan disepakati oleh pemancingan Tirta Salak untuk ikan mas kolam air deras Rp 13.500,00/kg, ikan mas

karamba Rp 12.500,00/kg, ikan bawal kolam air deras Rp 11.500,00/kg, dan ikan bawal karamba Rp 10.500,00/kg.

Perhitungan penerimaan secara terinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Sementara itu, nilai sisa akan diperoleh

42

pemancingan Tirta Salak pada akhir umur usaha ini, yaitu pada tahun ke 5.

f. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis usahatani terdiri dari dua analisis, yaitu analisis pendapatan (keuntungan satu periode) dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam kurun waktusatu periode (Tim Lentera, 2002).

Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usahatani yang dilakukan dalam kurun waktu satu periode usaha (Tim Lentera, 2002).

Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total

adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total per periode. Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak, keuntungan yang diperoleh dalam kurun waktu satu periode Rp 9.026.500,00, nilai tersebut diperoleh dari selisih antara total penerimaan selama 1 bulan dikurangi total biaya (biaya tetap 1 bulan ditambah biaya variabel 1 bulan), yaitu Rp

55.281.500,00 yang terdiri dari (Rp 11.600.000,00 – Rp 34.655.000,00). Jadi dalam kurun waktu satu tahun, yaitu 11

kali periode produksi pada tahun pertama, keuntungan yang diperoleh oleh pemancingan Tirta Salak dari pengembangan usahanya adalah sebesar Rp 99.291.500,00.

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) diperoleh dari perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi suatu usaha (Tim Lentera, 2002). Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak, diperoleh R/C sebesar 1,17. Arinya adalah setiap

1,00 biaya yang di keluarkan akan mendapatkan penerimaan Rp 1,17.

Hasil analisis pendapatan usahatani di atas menunjukan bahwa secara teori dalam jangka pendek pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dikategorikan layak diimplementasikan. Hal ini dikarenakan kriteria TR > TC dan R/C > 1 sebagai syarat suatu usaha yang menguntungkan atau layak dapat dipenuhi.

Dalam analisis pendapatan usahatani, pemancingan Tirta Salak menggunakan data per tahun, yaitu pada tahun pertama pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak hanya menggunakan data biaya variabel selama 11 bulan dalam 1 tahun. Data biaya variabel tersebut antara lain adalah data biaya pengadaan bahan baku, pakan dan isi ulang tabung oksigen. Untuk lebih rinci mengenai analisis usaha dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

g. Kriteria Kelayakan Investasi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak melalui penyusunan cash flow berikut :

1) Umur usaha yang direncanakan adalah 5 tahun yang telah disepakati oleh pihak pemancingan Tirta Salak.

2) Usaha dimulai pada bulan Desember 2008 sampai dengan Desember 2013, yaitu pada tahun ke nol sampai dengan tahun ke lima. Sedangkan untuk periode produksi berlangsung setiap 1 bulan sekali. Untuk tahun ke nol tidak dilakukan proses produksi. Proses produksi berjalan pada tahun ke 1 dan berlangsung 11 kali periode produksi, untuk tahun selanjutnya berlangsung 12 kali periode produksi.

3) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai.

4) Luas lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak adalah lahan milik pemancingan Tirta Salak. Lahan yang digunakan adalah seluas ± 1.900 m2.

44

Luas kolam air deras yang digunakan adalah seluas 6 m x 3 m, dengan kedalaman 1 m. Sedangkan untuk kolam

pengobatan dan kolam penampungan adalah seluas 4m x 2m dan 5 m x 3 m, dengan kedalaman 50 cm. Untuk karamba yang digunakan oleh pemancingan Tirta Salak, lahan yang digunakan adalah di pinggiran sungai yang mengapit lahan pemancingan Tirta Salak.

5) Kolam produksi pemancingan Tirta Salak (kolam air deras) membutuhkan bahan baku ikan mas ukuran 1 kg/6 ekor sebanyak 500 kg. Untuk ikan bawal dibutuhkan sebanyak 500kg juga, tetapi untuk ikan bawal digunakan ukuran 1 kg/8 ekor. Sedangkan untuk karamba, satu karamba membutuhkan 100 kg bahan baku ikan mas dan ikan bawal. 6) Produksi pada awal tahun dianggap konstan, yaitu 900 kg per

kolam untuk ikan mas setiap periodenya dan 1.200 kg untuk ikan bawal setiap periodenya. Sedangkan untuk produksi karamba adalah 190 kg untuk ikan mas per periode dan 253 kg untuk ikan bawal.

7) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat ini (harga tahun 2008) dengan asumsi harga konstan selama umur usaha.

8) Penjualan diasumsikan selalu habis sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan.

9) Jumlah tenaga kerja yang terlibat adalah seluruh tenaga kerja pemancingan Tirta Salak, yaitu 10 orang.

10)Pemberian pakan per hari untuk produksi disepakati adalah 1% dari bobot ikan untuk pakan buatan dan 2% untuk pakan alami. Pakan yang digunakan berupa pellet, keong mas dan sampah sisa rumah tangga atau rumah makan.

11)Setiap kolam dan karamba memiliki waktu tebar dan waktu panen yang sama sesuai kesepakatan Tirta Salak. Semua kolam dan karamba memiliki massa tanam hingga 1 bulan,

sehingga diasumsikan masing-masing kolam dan karamba memiliki 12 kali waktu panen setiap tahunnya.

12)Manfaat bersih lahan tanpa proyek adalah nol, karena lahan tersebut tidak digunakan atau tidak terpakai.

13)Sumber modal adalah modal sendiri.

14)Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5,5%, yaitu tingkat suku bunga deposito berjangka bulan Agustus 2008 (www.bni.co.id, 2008).

15)Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 - 50 juta Rupiah, maka besarnya pajak yang harus dibayarkan 10% dari laba bersih. Bila laba bersih antara 50 juta - 100 juta Rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan 10% dari 50 juta Rupiah ditambah sisa labanya dikalikan sebesar 15%. Bila nilai laba bersih di atas 100 juta Rupiah, maka pajak yang dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10% ditambah 100 juta Rupiah dikalikan 15% ditambah dengan sisa laba yang dicatat dikalikan 30%.

16)Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan harga input produksi 15% dan penurunan volume penjualan 5%. Hal ini disebabkan pada tingkat kenaikan harga input produksi sebesar 15% dan penurunan volume penjualan sebesar 5% merupakan batas dari kelayakan pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak. Empat kriteria umum yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index (PI), IRR, dan PBP (Keown, et al, 2001). Nilai dari kriteria investasi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dapat dilihat pada Tabel 8.

46

Tabel 8. Nilai kriteria penilaian investasi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

Kriteria Investasi Nilai

Net Present Value (NPV) 270.890.336

Profitability Index (PI) 3,117 Internal Rate of Return (IRR) 57%

Payback Periode (PBP) 2,5 tahun

1) NPV

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. Net present value atau manfaat bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur ekonomis. Net present value (NPV) diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV investasi.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV Rp 270.890.336,00. Nilai tersebut menunjukan bahwa arus

masuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak lebih besar dari pada arus kas keluarnya, sehingga pengembangan usaha yang dilakukan ini menguntungkan dan layak diimplementasikan dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 11.

2) PI

Profitability index atau disebut juga Net B/C, merupakan perbandingan nilai sekarang dari keuntungan bersih masa depan pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi awalnya. Nilai PI atau Net B/C pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak 3,117. Nilai ini menunjukan bahwa kontribusi keuntungan bersih terhadap biaya investasi awal pada pengembangan usaha 3,117. Nilai PI > 1, maka pengembangan usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan.

Kriteria ini berhubungan erat dengan Kriteria NPV dimana jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0), maka

menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan karena kedua kriteria ini menggunakan variabel yang sama (Umar, 2003).

3) IRR

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak sebesar 57%, Nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga deposito yang digunakan dalam perhitungan, yaitu 5,5%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pengembangan usaha ini dari pada ke bank.

Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil , maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga mencapai

atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati (Umar, 2003). Perhitungan kriteria IRR dapat dilihat pada

48

4) PBP

PBP merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP pada pengembangan usaha ini adalah 2,5 tahun atau dibulatkan 3 tahun. Artinya pada pengembangan usaha ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasi dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama 3 tahun. Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ini mampu menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir, maka pengembangan usaha ini layak untuk diimplementasikan.

Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi pengembangan usaha di atas, dapat disimpulkan bahwa secara analisis bahwa pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang

telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga deposito yang dijadikan dasar

perhitungan, yaitu 5,5%, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak berakhir.

5) BEP

BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana penerimaan total (TR) perusahaan adalah sama dengan biaya total (TC) yang ditanggungnya. BEP dapat dilihat berdasarkan periode analisis , volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ini, BEP dilihat berdasarkan penerimaan (Rp), hal tersebut dilakukan karena pada pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak memiliki 4 jenis produk. BEP dapat dicapai setelah usaha mencapai penerimaan sebesar Rp 401.734.903,00. Artinya, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak harus

menghasilkan penerimaan dan berproduksi sejumlah minimal nilai tersebut dalam setiap tahun agar dapat menutupi biaya produksinya.

h. Analisis Sensitivitas

Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu usaha atau rencana usaha selalu dihadapi dengan ketidakpastian. Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh menyimpang dari kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003), karena dari itu penelitian ini menggunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dengan mengubah beberapa faktor penting.

Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga input produksi dan volume penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario kenaikan dan penurunan harga input produksi dan volume penjualan sebesar 15% dan 5%. Kenaikan harga input produksi 15% meliputi harga bahan baku ikan dan harga pakan. Sedangkan untuk penurunan volume penjualan 5%, meliputi penurunan volume penjualan seluruh produk.

Kenaikan 15% harga input produksi dan penurunan 5% volume produksi membuat pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil NPV - Rp 66.971.036,00, Net B/C atau PI 0,508, dan IRR - 9%. Dari ke tiga kriteria tersebut telah dapat dipastikan bahwa pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak peka terhadap kenaikan harga input produksi dan penurunan volume penjualan. Dengan demikian, pemancingan Tirta Salak

50

perlu untuk mempertahankan volume penjualan, bahkan perlu meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga input produksi. Untuk lebih jelasnya perhitungan analisis cash flow dapat dilihat pada Lampiran 13.

Sedangkan untuk analisis switching value, yang digunakan sebagai suatu analisis untuk mencari batas kelayakan suatu usaha atau proyek. Dalam analisis ini digunakan skenario kenaikan harga bahan baku input produksi sebesar 5,4% dan penurunan volume penjualan sebesar 8%. Atas skenario tersebut, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak berada pada ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00, PI atau Net B/C 1,00 dan IRR 5%.

Dalam dokumen ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PE (Halaman 48-61)

Dokumen terkait