• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan (Gittinger 1986).

1. Produksi

Lak dipasarkan dalam bentuk butiran (seedlak) dan dalam bentuk lak lembaran baru atau lak putih (shellac). Lak lembaran merupakan hasil pengolahan lanjut dari lak butiran. Di KPH Probolinggo, lak dipasarkan dalam bentuk seedlak. Selain di KPH Probolinggo, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah penghasil lak. Hanya saja, pengelolaan lak di NTT masih dikelolah langsung oleh masyrakat dimana kesambi didaerah tersebut tumbuh secara alami.

Produksi lak di KPH Probolinggo dari pabrik Banyukerto berfluktuasi setiap tahunnya. Dari tahun 1998 sampai tahun 2000, produksi seedlak mengalami peningkatan yaitu sebesar 104 764 kg pada tahun 1998 menjadi 199 740 kg pada tahun 2000. Namun, pada tahun 2001 terjadi penurunan produksi sehingga hanya menghasilkan 99 477 kg. Kemudian produksi meningkat kembali pada tahun 2002 yaitu sebesar 177 107 kg. Namun, penurunan produksi kembali terjadi pada tahun 2003 sampai dengan 2004 yaitu sebesar 103 433 kg pada tahun 2003 dan hanya 66 706 kg pada tahun 2004. Untuk produksi lak butiran (seedlak) sampai dengan bulan Agustus 2005 baru mencapai 60 547 kg dari 273 718 kg yang direncanakan.

Berkurangnya produksi seedlak yang dihasilkan disebabkan karena beberapa faktor. Diantaranya adalah kondisi iklim yang sangat kering sehingga tidak memungkinkan tanaman inang untuk hidup dengan baik. Selain itu, serangan predator dan parasit juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan turunya produksi lak batang.

Perkembangan produksi lak cabang dan lak butiran di KPH Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Perkembangan produksi lak cabang dan lak butiran di KPH Probolinggo (dari tahun 1998 sampai dengan 2005 )

Lak Cabang (Kg) Seedlak (Kg)

Klas Mutu

Tahun

AI AII AIII Jumlah P D Jumlah

1998 170 563 - 434 374 604 937 104 764 - 104 764 1999 229 797 9 531 760 038 999 366 174 034 - 174 034 2000 231 820 2 400 845 234 1 079 454 199 740 - 199 740 2001 140 744 38 675 385 323 564 742 68 916 30 561 99 477 2002 234 514 12 244 698 528 945 286 113 992 63 115 177 107 2003 157 042 4 527 396 097 557 666 103 433 - 103 433 2004 113 437 - 261 493 374 930 65 500 1 206 66 706 2005 98 136 - 140 607 238 743 60 403 144 60 547 Sumber : KPH Probolinggo, 2005

2. Konsumsi dan Perdagangan lak butiran (seedlak)

Perum Perhutani memproduksi seedlak untuk memenuhi kebutuhan lak di dalam dan luar negeri. Untuk pasaran dalam negeri, lak dikirim ke Surabaya, Solo, Semarang, dan Bandung. Untuk pasaran luar negeri, lak dikirim ke India, Pakistan dan Jepang. Lak yang diproduksi oleh masyarakat NTT selain memasok kebutuhan lak didalam negeri, mereka juga mengeksport lak tersebut untuk memenuhi pasaran luar negeri dengan salah satu negara tujuan yaitu Amerika Serikat. Permintaan lak dari dalam maupun luar negeri terus meningkat tiap tahunnya dengan harga jual yang cukup baik. Hanya saja, produsen lak yang ada di Indonesia belum dapat memenuhi permintaan pasar. Contoh kasus pada tahun 1998, Amerika Serikat membutuhkan lak butiran sebanyak 500 ton, namun NTT hanya dapat memenuhi 4% dari permintaan tersebut yaitu sebesar 20 ton (Wibowo 1999). Realisasi penjualan lak butiran yang dilakukan oleh KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 16.

Pada Tabel 16 terlihat bahwa penjualan lak butiran yang dilakukan oleh Perum Perhutani berfluktuasi setiap tahunnya. Kadang kala penjulan meningkat selama beberapa tahun, namun tahun berikutnya menurun. Pada tahun 1995 sampai 1996 terjadi peningkatan penjualan dari 55 ton menjadi 75 ton berarti ada kenaikan sebesar 26.67 %, namun pada tahun 1997 terjadi penurunan sebesar 47%

(51 ton). Namun di tahun 1998, terjadi lonjakan penjualan sebesar 157 ton (68%). Seperti telah dikemukakan pada bagian produksi diatas, kendala yang dihadapi oleh Perum Perhutani adalah belum dapat memenuhi permintaan konsumen akan lak butiran. Misalnya saja faktor biotik dalam budidaya kutu lak dan tanaman inang untuk menghasilkan lak batang seperti yang diharapkan.

Tabel 16 Realisasi penjualan dan harga jual dasar lak butiran (seedlak) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

Penjualan (Ton) Harga Jual Dasar

Jumlah ((seedlak))

Mutu P Mutu D Tahun Dalam

Negeri Luar

Negeri Jumlah Mutu P Mutu D (Rp/Kg) (Rp/Kg)

Keterangan 1995 55.00 - 55.00 1996 75.00 - 75.00 1997 51.00 - 51.00 1998 157.00 - 157.00 1999 111.00 - 111.00 2000 62.00 166.00 228.00 2001 32.60 48.00 80.60 886 600 000 11 000 SK No. 499/KPTS/Dir/2001 Tgl. 29-6-2001 2002 99.44 132.00 231.44 3 280 662 000 3 166 099 200 14 175 13 680 SK No. 376/KPTS/Dir/2002 Tgl. 24-6-2002 2003 58.00 46.50 104.50 1 567 500 000 1 149 500 000 15 000 11 000 SK No. 893/KPTS/Dir/2002 Tgl. 26-12-2002 2004 54.60 12.00 66.60 1 098 900 000 1 045 620 000 16 500 15 700 SK No. 147/KPTS/Dir/2004 Tgl. 24-3-2004 2005 9.50 - 9.50 171 000 000 161 500 000 18 000 17 000 SK No. 007/KPTS/Dir/2005 Tgl. 3-1-2005 196 080 000 186 960 000 20 640 19 680 SK No. 497/KPTS/Dir/2005 Tgl. 16-8-2005 Sumber : KPH Probolinggo, 2005

3. Rantai pemasaran lak butiran (seedlak)

Pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk menyalurkan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Diantara produsen dan konsumen tersebut terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang akhirnya membentuk saluran pemasaran.

Saluran/Rantai pemasaran seedlak sangat sederhana, pada kasus ini keterlibatan lembaga pemasaran sangat sederhana. Saluran pemasaran lak butiran dapat dilihat pada Gambar 40.

Gambar 40 Saluran pemasaran lak butiran pada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

Terdapat empat saluran pemasaran lak butiran dengan Perum Perhutani sebagai saluran pemasaran utama sebelum masuk kesaluran pemasaran ke dua, ke tiga dan ke empat. Sebagai produsen lak batang yang merupakan bahan baku lak butiran, Perum Perhutani juga mengelolah langsung lak butiran tersebut menjadi seedlak dan kemudian langsung memasarkan ke pasaran dalam dan luar negeri. Dari sini terbentuk saluran pemasaran ke dua, ke tiga dan ke empat. Hal ini mengesankan bahwa Perum Perhutani sebagai produsen lak menganut sistem monopoli. Saluran pemasaran ke dua dan ke tiga merupakan saluran pemasaran lak di dalam negeri, sedangkan saluran pemasaran ke empat merupakan saluran pemasaran luar negeri.

Perum Perhutani

(Pengelolaan lak batang untuk dijadikan Seedlak) Perum Perhutani (Pemasaran Seedlak) Dalam Negeri Luar Negeri Pedagang Pengecer Konsumen Pedagang Pengumpul

Pengelolaan seedlak menjadi Powder, Kripik lak dan Lak putih

Konsumen Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4

Saluran 1 Perum Perhutani

(Produsen) Lak Batang

Pedagang pengecer pada saluran pemasaran ke dua adalah pemilik toko-toko bangunan, dimana mereka membeli lak butiran untuk memenuhi persediaan lak butiran yang akan dijadikan pelitur dan lak butiran langsung dijual ke konsumen. Pada saluran pemasaran ke tiga, terdapat pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul yang dimaksud disini adalah pedagang yang membeli lak butiran dari Perum Perhutani, kemudian lak butiran tersebut diolah lebih lanjut menjadi produk-produk tertentu sebelum dipasarkan ke konsumen. Sasaran pedagang pengumpul, tidak hanya untuk memenuhi permintaan lak dalam negeri tetapi juga untuk konsumen luar negeri.

Pada saluran pemasaran ke empat, Perum Perhutani langsung menjual lak butiran (seedlak) keluar negeri. Biasanya, Perum Perhutani akan memenuhi permintaan lak butiran ke luar negeri bila pemesanan minimal 12 ton atau 1 kontener.

Prosedur pembelian yang dilakukan oleh Perum Perhutani dilakukan melalui Surat Penetapan Alokasi Penjualan (SPAP) yang diterbitkan oleh Direksi PT. Perhutani dan melalui Surat Perintah Penjualan yang diterbitkan oleh Unit II Jawa Timur (Anisah 2001).

4. Keputusan kelayakan berdasarkan aspek pasar

Berdasarkan hasil analisis pasar, permintaan terhadap seedlak baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor terus meningkat setiap tahunnya dengan harga jual yang cukup tinggi. Namun, selama ini permintaan akan lak butiran (seedlak) belum dapat dipenuhi karena produksi masih rendah yang disebabkan oleh faktor-faktor biotik yang mempengaruhi budidaya kutu lak. Jadi, berdasarkan analisis aspek pasar, maka budidaya kutu lak layak untuk dilaksanakan.

B. Aspek Teknik dan Teknologi

Evaluasi aspek teknik dan teknologi meliputi penentuan lokasi, kapasitas produksi dan jenis teknologi yang paling cocok serta penggunaan mesin dan peralatan. Aspek teknik dan teknologi meliputi :

1. Lokasi dan kapasitas produksi

Ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya kutu lak yaitu faktor biologi kutu lak dan faktor tempat tumbuh tanaman inang. Lokasi budidaya harus dapat menjamin kelangsungan perkembangan kutu lak dan pertumbuhan kesambi sebagai tanaman inang. Sehingga faktor biotik dan lingkungan dalam budidaya kutu lak seperti telah diterangkan pada sub bab sebelumnya harus benar-benar diperhatikan.

Kawasan hutan di BKPH Taman dan BKPH Kabuaran adalah dua BKPH yang dijadikan kawasan hutan yang khusus memelihara tegakan kesambi. Kedua daerah ini sangat cocok untuk perkembangan kutu lak dan pertumbuhan tanaman kesambi sebagai tanaman inang. Luas kawasan hutan BKPH Taman dan BKPH Kabuaran sebesar 3 444.9 hektar dan yang dapat ditulari oleh kutu lak sekitar 2 675.6 hektar. Kawasan hutan di tiap BKPH dibagi dalam 4 blok tularan. Bila tiap tahunnya sekitar 1300 hektar tanaman kesambi ditulari oleh kutu lak maka akan diperoleh lak cabang sebanyak 1 170 000 kg atau sekitar 1 170 ton lak batang setiap tahunnya.

Pabrik lak Banyukerto merupakan pabrik pengelolaan lak cabang menjadi lak butiran yang dimiliki oleh Perum Perhutani yang terletak di tepi jalan raya antara Probolinggo dan Pasuruan, dengan jarak ± 5 km dari arah Probolinggo. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan transportasi, ketersediaan air cukup dan dekat dengan areal tanaman tularan lak (hutan di daerah Besuki). Pabrik ini memiliki kapasitas sebesar 5 ton perhari (dengan hari kerja tiap bulan selama 25 hari) atau sekitar 1500 ton per tahun.

2. Teknik dan teknologi budidaya lak (L. lacca Kerr.) dan produksi lak butiran (seedlak)

Teknik budidaya kutu lak masih memerlukan alat yang sederhana antara lain cangkul, parang, dan gunting stek, sedangkan untuk produksi lak butiran memerlukan beberapa alat berat diantaranya mesin crusher, ayakan getar, blower, bak perendaman dan sekop pengaduk. Teknik budidaya kutu lak dan produksi lak butiran (seedlak) telah dipaparkan sebelumnya (lihat hal. 47-76). Sampai saat ini,

teknik dan teknologi yang diterapkan dalam budidaya kutu lak dan produksi lak butiran masih dapat dilaksanakan.

3. Keputusan kelayakan berdasarkan aspek teknik dan teknologi

Hasil analisis berdasarkan aspek teknik dan teknologi menunjukkan bahwa lokasi proyek memenuhi syarat dalam budidaya kutu lak maupun produksi lak butiran. Begitu pula dengan teknik dan teknologi yang diterapkan dalam budidaya kutu lak dan produksi lak butiran. Sehingga, berdasrkan hasil analisis aspek teknik dan teknologi, maka budidaya kutu lak layak untuk dilaksanakan.

Dokumen terkait