TINJAUAN PUSTAKA
L. lacca Kerr- Serangga Penghasil Lak
3. Lama Stadia Perkembangan
Nimfa jantan berganti kulit di dalam selnya pada umur 3 minggu. Pada pergantian kulit yang pertama kali, ia kehilangan kaki, antena dan mata. Pada minggu ke empat atau ke lima ia mencapai stadium prapupa, antena dan kaki-kakinya tampak lagi. Stadium pupa dicapai pada minggu ke enam atau ke tujuh (Intari 1980). Kutu jantan pada umur kira-kira 50 - 60 hari keluar dari pupa dan dari selnya melalui lubang yang tertutup oleh operkulum dengan gerak mundur. Kutu lak jantan setelah keluar dari selnya lalu merayap di atas lapisan lak dan membuahi kutu lak betina yang berada di dalam sel betina dengan jalan memasukkan kelaminnya yang seperti pedang melalui lubang tuberculum analis
a
dari sel betina. Seekor kutu lak jantan dapat membuahi beberapa kutu lak betina. Kutu lak jantan ini akan segera mati setelah menunaikan tugasnya.
Nimfa betina yang menempatkan diri pada ranting-ranting tanaman inang tidak dapat berpindah tempat lagi. Di dalam selnya mengalami tiga kali perubahan yaitu mula-mula kehilangan matanya, kemudian kehilangan kakinya dan selanjutnya kehilangan antena (rudimentair). Sesudah terjadi pembuahan, telur yang terdapat di dalam sepasang ovarium mulai berkembang, setelah masak telur dikeluarkan. Telur-telurnya ditempatkan di dalam ruangan di dalam sel yang terjadi karena kontraksi badan kutu lak betina dan ruangan tersebut disebut ruang pengeram. Pada saat ini kutu lak betina mulai berhenti mengisap getah pohon. Periode bertelur berlangsung selama 7 - 14 hari, sedangkan jumlah telur yang terbanyak dihasilkan antara hari ke dua sampai ke enam. Di dalam ruangan pengeram ini telur menetas dan nimfa keluar dari sel induknya melalui lubang tuberculum analis. Proses keluarnya nimfa tersebut disebut swarming, berlangsung selama ± 3 minggu. Dari dalam satu sel betina yang telah dewasa dapat dikeluarkan 1000 ekor nimfa dan umumnya rata-rata 200 - 500 ekor nimfa. Periode perkembangan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu 150 - 180 hari. Dalam waktu satu tahun kutu lak dapat menyelesaikan dua kali siklus hidupnya (Intari 1980).
Gambar 7 Laccifer lacca Kerr : a-d. Kutu Lak umur 1 minggu, e. Kutu Lak siap swarming, f. Bentuk kristal dalam sel kutu lak siap unduh (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)
a b c
Faktor Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Kehidupan L. lacca 1. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Kehidupan L. lacca
a. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kutu lak. Menurut Intari (1980) pada saat bertelur, produksi telur maupun keluarnya nimfa dipengaruhi oleh suhu sekelilingnya. Apabila suhu kurang dari 17°C menyebabkan kutu betina tidak akan bertelur, sedangkan apabila suhu dibawah 22°C nimfa kutu lak lambat pertumbuhannya.
b. Cahaya matahari
Sinar matahari berperan dalam penularan lak terhadap pohon inangnya. Hasil tularan lak pada tanaman yang banyak mendapat sinar matahari lebih baik daripada di tempat yang teduh. Hal ini disebabkan tularan pada tanaman yang kurang mendapat sinar matahari banyak diserang parasit. Kutu lak yang terserang parasit menghasilkan bahan lak yang berkualitas rendah.
c. Angin
Angin mempengaruhi tularan kutu lak. Nimfa yang baru keluar dari sel induknya menggerombol pada ranting tanaman inang. Pada saat terjadi angin kencang nimfa tersebut mudah terbawa ke bagian tanaman yang lebih rendah (Intari 1980).
d. Hujan
Hujan dapat mengakibatkan nimfa yang baru keluar dari sel induknya terbawa oleh air hujan. Hujan yang terus menerus dapat mematikan nimfa yang baru menetas. Di tempat-tempat yang mempunyai curah hujan tinggi kerak lak banyak ditumbuhi jamur yang dapat menutup lubang pernafasan. Kutu lak selalu mengeluarkan cairan berupa tetesan embun madu. Pada musim hujan tetesan embun madu yang melekat pada kerak lak cepat tercuci. Pada musim kemarau di tempat-tempat yang kurang mendapat angin, embun madu tersebut tidak cepat jatuh ke tanah. Embun madu beserta debu dapat menggumpal menutup lubang pernafasan kutu lak (Intari 1980)
2. Faktor Biotik yang Mempengaruhi Kehidupan L. lacca a. Tanaman Inang
L. lacca untuk hidup membutuhkan tanaman tertentu yang menjadi inangnya. Tersedianya tanaman inang yang cocok bagi kehidupan kutu lak merupakan syarat mutlak bagi kehidupan kutu lak.
Penelitian tentang tanaman inang untuk kutu lak di Indonesia telah dilakukan oleh Soediro pada tahun 1961 (Intari, 1980). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tanaman inang yang paling baik untuk lak adalah kesambi (S. oleosa ). Tanaman ini tahan kekeringan, mempunyai daya tunas yang baik dan tumbuh baik pada tanah-tanah yang kurang subur.
Tanaman inang lainnya adalah A. villosa. Tanaman ini mempunyai daya tumbuh yang cepat; pada umur 2 tahun sudah dapat ditulari kutu lak, akan tetapi tanaman tersebut tidak tahan terhadap musim kemarau. Jenis-jenis tanaman lain yang dapat dipergunakan sebagai tanaman inang adalah ploso (B. monosperma), Widoro/Kaliandra (Z. jujuba), dan pilang (A. leucophoea). Kecocokan tanaman tersebut sebagai inang kutu lak ditentukan oleh pH getahnya. Tanaman inang yang cocok mempunyai pH getah 5.8 sampai 6.0.
b. Musuh Alami Kutu Lak
Musuh terbesar dari kutu lak adalah serangga yang berperan sebagai parasit atau predator. Gangguan serangga ini dapat merendahkan kualitas dan kuantitas hasil lak. Menurut Intari (1980) serangga yang merupakan predator kutu lak antara lain :
1. Eublemma rubra Hamps (Lepidoptera, Noctuidae)
Kupu-kupu berwarna gelap, meletakkan telur pada nimfa lak yang sudah menempel pada ranting tanaman inang. Dalam waktu satu minggu telur menetas dan menyerang nimfa lak tersebut. Warna ulatnya hijau kotor. Sebelum menjadi kepompong ulat tersebut melindungi dirinya dengan butiran-butiran lak yang di anyam dengan kelenjar-kelenjar ludahnya. E. rubra banyak menyerang nimfa lak pada musim hujan.
2. E. amabilis MOORE. (Lepidoptera, Noctuidae)
Kupu-kupu warna putih, meletakkan telur di antara sel-sel lak pada kerak lak yang sudah tua. Setelah menetas ulatnya masuk melalui salah satu lubang dari sel atau membuat lubang menembus kerak lak. Menurut Intari (1980) seekor ulat dapat menyerang kutu lak yang berada dalam selnya sebanyak 40 – 60 ekor. Siklus hidupnya rata-rata 43 hari, minimum 41 hari dan maksimum 45 hari.
Selain predator yang mengganggu pertumbuhan kutu lak juga ada serangga lain yang merupakan parasit kutu lak. Parasit ini memasukkan telurnya ke dalam tubuh kutu lak atau diletakkan pada tubuh kutu lak. Larva parasit ini berwarna putih atau putih kemerahan dan menyerupai cacing. Pada saat larva tersebut berubah menjadi pupa, kutu lak hampir termakan habis dan perisai laknya nampak kuning emas, yaitu warna asli dari lak. Biasanya dalam satu sel lak muda hanya terdapat satu larva, sedang dalam satu sel lak yang tua dapat sampai 19 larva. Larva yang telah dewasa keluar dengan membuat lubang pada kerak lak. Parasit-parasit yang banyak menyerang kultur lak di India ada 8 jenis yakni 4 jenis dari suku Encyrtidae, 1 jenis dari suku Eupelmidae dan 3 jenis dari suku Eulophidae. (Intari 1980)
Jenis-jenis parasit yang banyak menyerang kultur lak (Intari 1980) adalah :
1. Erencyrtus dewitzii MAHD. (Hymenoptera : Encyrtidae)
Sejenis kerawai yang kecil sekali berwarna coklat kuning, merupakan musuh utama dari lak yang masih muda. Lama perkembangan dari telur sampai imago rata-rata 24 hari, minimum 20 hari dan maksimum 27 hari. 2. Tachardiaephagus tachardiae HOW. (Hymenoptera : Encyrtidae)
Kerawai kecil yang kuat, berwarna kuning, merupakan musuh utama dari lak yang masih muda. Lama perkembangan dari telur sampai dewasa sama dengan E. dewitzi.
3. Tetrastichus purpureus CAM. (Hymenoptera : Eulophidae)
Sejenis kerawai berwarna hitam kotor, merupakan musuh yang tidak begitu berbahaya dari lak yang sudah tua. Lama perkembangan dari nimfa sampai imago sama dengan E. dewitzi.
Persentase kerusakan karena parasit tersebut dimusim hujan lebih besar daripada musim kemarau terutama pada tanaman inang yang terlindung. Kerusakan karena serangan parasit ini dimusim hujan hampir dua kali lipat dari musim kemarau.
c. Serangga lain yang hidup bersama dengan kutu lak
Beberapa jenis serangga selain predator dan parasit dari kutu lak, ada juga yang hidup bersama dengan kutu lak. Jenis-jenis serangga yang penting adalah semut dari suku Formicidae. Semut-semut ini mendatangi ranting-ranting yang ada laknya untuk memperoleh embun madu yang dikeluarkan oleh kutu lak. Semut-semut tersebut menguntungkan karena menghilangkan cairan-cairan yang apabila bercampur dengan debu dapat mengumpal sehingga menutup pernafasan kutu lak. Keuntungan lain adalah semut suka juga menyerang larva predator yang baru keluar dari telurnya, akan tetapi hal ini tidak banyak artinya jika larva predator segera masuk ke dalam kerak lak sehingga tidak tercapai oleh semut tersebut.
Jenis semut yang merugikan kutu lak di Indonesia menurut Intari (1980) adalah Cremastogaster treubi (semut kripik). Semut ini jarang terdapat, kadang-kadang terdapat di pohon kesambi dan ploso yang tua, terdapat di lubang-lubang pohon atau di bagian kulit yang hampir mengelupas. Jenis ini merupakan semut yang ganas dan banyak merusak nimfa lak terutama pada musim kemarau. Jenis semut lainnya adalah Monomorium nearindicum SMITH (semut api) juga mengganggu lak. Ternyata lebih banyak kerugian yang diakibatkan semut daripada keuntungannya, oleh karena itu perlu diusahakan pencegahannya. Menurut pengamatan hanya ada satu jenis semut yang menguntungkan ialah semut gramang (Plagiolepis longipes)karena dapat mengurangi gangguan parasit dan memakan cairan kutu lak (embun madu) tanpa mengganggu kutu lak atau nimfanya.
Studi Kelayakan Investasi
Studi kelayakan investasi adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan & Suwarsono 1997). Proyek investasi merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit) dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) yang sesuai (Kadariah et al. 1976).
Proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar sesuai dengan besarnya proyek dan mempunyai resiko yang cukup besar juga. Sehingga studi kelayakan investasi perlu dilakukan dengan tujuan untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal untuk kegiatan usaha yang ternyata tidak menguntungkan dan agar modal yang sudah ditanamkan dapat dimanfaatkan dengan baik. Studi kelayakan memerlukan biaya tetapi relatif kecil bila dibandingkan dengan resiko yang ada terutama pada proyek dengan jumlah investasi yang besar.
Analisis kelayakan adalah salah satu metode untuk menunjukkan gejala ekonomi apakah suatu kegiatan layak untuk dilaksanakan. Jika suatu kegiatan usaha akan dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan usaha, maka analisis kelayakan atau studi kelayakan yang dilakukan terhadap usaha tersebut untuk menganalisis pelaksanaan kegiatan selama usaha pengembangan akan dilangsungkan dengan bantuan informasi selama usaha tersebut sedang atau telah berlangsung. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam penilaian investasi di bidang pertanian adalah metode diskonto (Gittinger 1986).
Menurut Sutojo (1993), studi pra kelayakan merupakan evaluasi pendahuluan yang bertujuan menghemat waktu dan biaya evaluasi sehingga para investor dapat menentukan apakah proyek masih cukup layak diteruskan ataukah harus segera dihentikan. Secara umum studi kelayakan mencakup aspek-aspek (1) Pasar dan pemasaran, (2) Teknik dan teknologi, (3) Manajemen operasional, (4) Ekonomi dan finansial dan (5) Lingkungan. Aspek-aspek tersebut satu dengan yang lain saling berkaitan sehingga di dalam mengevaluasi satu aspek, tidak boleh melupakan aspek yang lain.
Berikut aspek-aspek dalam studi kelayakan suatu proyek yang perlu dikaji secara mendalam, yaitu: