• Tidak ada hasil yang ditemukan

Investment Opportunity and Strategy in Developing Laccifer Lacca KERR Cultivation Bussines : Case Study at KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II East Java

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Investment Opportunity and Strategy in Developing Laccifer Lacca KERR Cultivation Bussines : Case Study at KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II East Java"

Copied!
342
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG INVESTASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA BUDIDAYA KUTU LAK (Laccifer lacca KERR)

Studi Kasus di KPH Probolinggo

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

IRA TASKIRAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2006

(3)

ABSTRAK

IRA TASKIRAWATI. Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing oleh F. GUNARWAN SURATMO dan DUDUNG DARUSMAN.

(4)

ABSTRACT

IRA TASKIRAWATI. Investment Opportunity and Strategy in Developing Laccifer Lacca KERR Cultivation Bussines : Case Study at KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II East Java. Under the direction of DUDUNG DARUSMAN and NOOR FARIKHAH HANEDA.

(5)

PELUANG INVESTASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA BUDIDAYA KUTU LAK (Laccifer lacca KERR)

Studi Kasus di KPH Probolinggo

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

IRA TASKIRAWATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tesis : Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Nama : Ira Taskirawati

NIM : E 051030251

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah mengenai budidaya kutu lak yang merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang dapat dijadikan alternatif sebagai salah satu sumber penghasil devisa negara, dengan judul Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof . Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, M.F (alm.), Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA dan Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS selaku pembimbing atas segala bimbingannya, serta Prof. Dr. Ir. Kurnia Sofyan atas segala masukan dan saran-sarannya. Tidak lupa rasa terima kasih yang dalam penulis ucapkan kepada Mama tersayang atas segala doa dan kasih sayangnya yang tiada henti. Untuk Kak Caka, Ihsan, Kika, Kak Baety, Nia, Heru, Vera dan Syahrul atas segala doa dan kasih sayangnya, juga untuk keponakanku tersayang Icha, Alief, Zidane dan Rangga atas celotehannya yang membuat bunda selalu kangen. Wina, Lely, Ati, Sindy, Joe, Dindin, Iin, Sri Nurhayati, Mas Wawan, Mas Fredy, dan Mas Masfud : terimakasih untuk persahabatan yang indah serta kebersamaan yang telah, sedang dan akan terjalin. Untuk Fauziah Crew (Tati, Elva, Rissa, Ambar, Widia, Rini, Ari, Andini, Yuli, Astrid, Umi, dan Indah) : buat dukungan,semangat, keceriaan dan kebersamaannya yang indah. Juga untuk teman-teman seperjuangan : Teh Fitri, Yanni, Kak Ida, Mbak Evi, Kak Anti, Kak Kent, dan seluruh teman-teman IPK angkatan 2003 yang tak tersebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas segala dukungan dan semangatnya. Ibu Ir. Oemijati Rachmatsjah, MS, Bapak. Ir. Kasno, MSc, Bapak Ir. Endang A. Husaeni, Ibu Ely Z Latif, Bapak Wardana, Ibu Soelarih, Lia, Ibu Kokom Komariah, Elli Parluhutan dan keluarga besar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB : terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan studi. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Adm/KKPH Probolinggo Bapak Ir. Slamet Budi Harto, MM., Ajun KTKU KPH Probolinggo Bapak Ir. Lorentius Suhartana, Ajun Adm/KPL Banyukerto Bapak Ir. Tegak Trio Ambahono beserta Ibu, Asper/KBKPH Kabuaran Bapak Suwarno, Asper/KBKPH Taman Bapak Suroto, Bapak Slamet, Bapak Gatot, Bapak Siswantoro, Bapak Hadi Sumargono, dan seluruh staf KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang telah membantu selama penulis dalam pengumpulan data. Penghargaan yang mendalam penulis sampaikan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dan Bapak Mukmin Faisal sebagai wakil walikota Kotamadya Balik papan atas bantuan yang telah diberikan untuk menyelesaikan studi.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 31 Mei 1976 dari ayah H. Achmad Sakka dan ibu Hj. Nuraini HAS. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Bhayangkari Balik papan pada tahun 1989 dan pendidikan menengah di SMP Negeri I Balik papan tahun 1992, serta SMA Negeri I Ujung Pandang pada tahun 1995. Tahun 1995 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI dan memilih jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Pendidikan sarjana diselesaikan pada tahun 2000. Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pasca Sarjana IPB pada tahun 2003 dan menyelesaikannya pada tahun 2006.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ………... 1

Perumusan Masalah ………... 2

Tujuan Penelitian ………... 3

Manfaat Penelitian ………. 3

Kerangka Pemikiran ………... 3

TINJAUAN PUSTAKA 6 Lak ………. 6

Laccifer lacca Kerr-Serangga Penghasil Lak ……… 8

Studi Kelayakan Investasi ... 17

Perumusan Strategi ... 24

METODE PENELITIAN 34 Waktu dan Tempat Penelitian ...………. 34

Teknik Pengumpulan Data .……… 34

Pengolahan dan Analisis Data ... 34

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 HASIL DAN PEMBAHASAN 47 Teknik Tanaman Inang dan Budidaya Kutu Lak ... 47

Pengelolaan Lak Cabang ... 72

Peningkatan Produksi dan Kualitas Lak Butiran ... 79

Peluang Investasi Budidaya Kutu Lak ... 86

Strategi Pengembangan Budidaya Kutu Lak ... 102

SIMPULAN DAN SARAN... 115

DAFTAR PUSTAKA ……….. 117

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Matriks EFE ... 43

2 Matriks IFE ... 43

3 Matriks SWOT ... 44

4 Luas dan kondisi kawasan hutan pada BKPH Kabuaran tahun 2005 ... 45

5 Skema pengaturan hasil produksi lak ... 48

6 Bulan tularan berdasarkan topografi wilayah ... 48

7 Pembagian blok-blok tularan ... 48

8 Perbedaan antara kesambi krikil dan kesambi kebo ... 50

9 Persyaratan mutu lak cabang ... 73

10 Persyaratan umum lak butiran ... 78

11 Luas kawasan hutan dan tularan tanaman kesambi ... 79

12 Beberapa parasit kutu lak dan upaya pengendaliannya ... 82

13 Beberapa predator kutu lak dan upaya pengendaliannya ... 83

14 Persyaratan mutu lak butiran ... 85

15 Perkembangan produksi lak cabang dan lak butiran di KPH Probolinggo (dari tahun 1198 sampai dengan 2005) ... 87

16 Realisasi penjualan dan harga jual dasar lak butiran (seedlak) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur ... 88

17 Analisis finansial budidaya kutu lak pada tingkat diskonto 10 % untuk luasan sebesar 4000 ha ... 100

18 Analisis sensitivitas budidaya kutu lak untuk luasan sebesar 4000 ha ... 100

19 Peubah-peubah unsur kekuatan dan nilai pengaruhnya ... 103

20 Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya ... 105

21 Peubah-peubah unsur peluang dan nilai pengaruhnya ... 108

22 Peubah-peubah unsur ancaman dan nilai pengaruhnya ... 110

23 Matriks SWOT Budidaya Kutu Lak ... 113

24 Nilai Pengaruh (skor) dan ranking peubah-peubah unsur kekuatan ... 140

25 Nilai Pengaruh (skor) dan ranking peubah- peubah unsur kelemahan ... 140

26 Nilai Pengaruh (skor) dan ranking peubah- peubah unsur peluang ... 140

(11)

PELUANG INVESTASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA BUDIDAYA KUTU LAK (Laccifer lacca KERR)

Studi Kasus di KPH Probolinggo

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

IRA TASKIRAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2006

(13)

ABSTRAK

IRA TASKIRAWATI. Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing oleh F. GUNARWAN SURATMO dan DUDUNG DARUSMAN.

(14)

ABSTRACT

IRA TASKIRAWATI. Investment Opportunity and Strategy in Developing Laccifer Lacca KERR Cultivation Bussines : Case Study at KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II East Java. Under the direction of DUDUNG DARUSMAN and NOOR FARIKHAH HANEDA.

(15)

PELUANG INVESTASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA BUDIDAYA KUTU LAK (Laccifer lacca KERR)

Studi Kasus di KPH Probolinggo

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

IRA TASKIRAWATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Tesis : Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Nama : Ira Taskirawati

NIM : E 051030251

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(17)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah mengenai budidaya kutu lak yang merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang dapat dijadikan alternatif sebagai salah satu sumber penghasil devisa negara, dengan judul Peluang Investasi dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Kutu Lak (Laccifer lacca KERR) : Studi Kasus di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof . Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, M.F (alm.), Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA dan Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS selaku pembimbing atas segala bimbingannya, serta Prof. Dr. Ir. Kurnia Sofyan atas segala masukan dan saran-sarannya. Tidak lupa rasa terima kasih yang dalam penulis ucapkan kepada Mama tersayang atas segala doa dan kasih sayangnya yang tiada henti. Untuk Kak Caka, Ihsan, Kika, Kak Baety, Nia, Heru, Vera dan Syahrul atas segala doa dan kasih sayangnya, juga untuk keponakanku tersayang Icha, Alief, Zidane dan Rangga atas celotehannya yang membuat bunda selalu kangen. Wina, Lely, Ati, Sindy, Joe, Dindin, Iin, Sri Nurhayati, Mas Wawan, Mas Fredy, dan Mas Masfud : terimakasih untuk persahabatan yang indah serta kebersamaan yang telah, sedang dan akan terjalin. Untuk Fauziah Crew (Tati, Elva, Rissa, Ambar, Widia, Rini, Ari, Andini, Yuli, Astrid, Umi, dan Indah) : buat dukungan,semangat, keceriaan dan kebersamaannya yang indah. Juga untuk teman-teman seperjuangan : Teh Fitri, Yanni, Kak Ida, Mbak Evi, Kak Anti, Kak Kent, dan seluruh teman-teman IPK angkatan 2003 yang tak tersebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas segala dukungan dan semangatnya. Ibu Ir. Oemijati Rachmatsjah, MS, Bapak. Ir. Kasno, MSc, Bapak Ir. Endang A. Husaeni, Ibu Ely Z Latif, Bapak Wardana, Ibu Soelarih, Lia, Ibu Kokom Komariah, Elli Parluhutan dan keluarga besar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB : terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan studi. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Adm/KKPH Probolinggo Bapak Ir. Slamet Budi Harto, MM., Ajun KTKU KPH Probolinggo Bapak Ir. Lorentius Suhartana, Ajun Adm/KPL Banyukerto Bapak Ir. Tegak Trio Ambahono beserta Ibu, Asper/KBKPH Kabuaran Bapak Suwarno, Asper/KBKPH Taman Bapak Suroto, Bapak Slamet, Bapak Gatot, Bapak Siswantoro, Bapak Hadi Sumargono, dan seluruh staf KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang telah membantu selama penulis dalam pengumpulan data. Penghargaan yang mendalam penulis sampaikan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dan Bapak Mukmin Faisal sebagai wakil walikota Kotamadya Balik papan atas bantuan yang telah diberikan untuk menyelesaikan studi.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 31 Mei 1976 dari ayah H. Achmad Sakka dan ibu Hj. Nuraini HAS. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Bhayangkari Balik papan pada tahun 1989 dan pendidikan menengah di SMP Negeri I Balik papan tahun 1992, serta SMA Negeri I Ujung Pandang pada tahun 1995. Tahun 1995 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI dan memilih jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Pendidikan sarjana diselesaikan pada tahun 2000. Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pasca Sarjana IPB pada tahun 2003 dan menyelesaikannya pada tahun 2006.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ………... 1

Perumusan Masalah ………... 2

Tujuan Penelitian ………... 3

Manfaat Penelitian ………. 3

Kerangka Pemikiran ………... 3

TINJAUAN PUSTAKA 6 Lak ………. 6

Laccifer lacca Kerr-Serangga Penghasil Lak ……… 8

Studi Kelayakan Investasi ... 17

Perumusan Strategi ... 24

METODE PENELITIAN 34 Waktu dan Tempat Penelitian ...………. 34

Teknik Pengumpulan Data .……… 34

Pengolahan dan Analisis Data ... 34

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 HASIL DAN PEMBAHASAN 47 Teknik Tanaman Inang dan Budidaya Kutu Lak ... 47

Pengelolaan Lak Cabang ... 72

Peningkatan Produksi dan Kualitas Lak Butiran ... 79

Peluang Investasi Budidaya Kutu Lak ... 86

Strategi Pengembangan Budidaya Kutu Lak ... 102

SIMPULAN DAN SARAN... 115

DAFTAR PUSTAKA ……….. 117

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Matriks EFE ... 43

2 Matriks IFE ... 43

3 Matriks SWOT ... 44

4 Luas dan kondisi kawasan hutan pada BKPH Kabuaran tahun 2005 ... 45

5 Skema pengaturan hasil produksi lak ... 48

6 Bulan tularan berdasarkan topografi wilayah ... 48

7 Pembagian blok-blok tularan ... 48

8 Perbedaan antara kesambi krikil dan kesambi kebo ... 50

9 Persyaratan mutu lak cabang ... 73

10 Persyaratan umum lak butiran ... 78

11 Luas kawasan hutan dan tularan tanaman kesambi ... 79

12 Beberapa parasit kutu lak dan upaya pengendaliannya ... 82

13 Beberapa predator kutu lak dan upaya pengendaliannya ... 83

14 Persyaratan mutu lak butiran ... 85

15 Perkembangan produksi lak cabang dan lak butiran di KPH Probolinggo (dari tahun 1198 sampai dengan 2005) ... 87

16 Realisasi penjualan dan harga jual dasar lak butiran (seedlak) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur ... 88

17 Analisis finansial budidaya kutu lak pada tingkat diskonto 10 % untuk luasan sebesar 4000 ha ... 100

18 Analisis sensitivitas budidaya kutu lak untuk luasan sebesar 4000 ha ... 100

19 Peubah-peubah unsur kekuatan dan nilai pengaruhnya ... 103

20 Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya ... 105

21 Peubah-peubah unsur peluang dan nilai pengaruhnya ... 108

22 Peubah-peubah unsur ancaman dan nilai pengaruhnya ... 110

23 Matriks SWOT Budidaya Kutu Lak ... 113

24 Nilai Pengaruh (skor) dan ranking peubah-peubah unsur kekuatan ... 140

25 Nilai Pengaruh (skor) dan ranking peubah- peubah unsur kelemahan ... 140

26 Nilai Pengaruh (skor) dan ranking peubah- peubah unsur peluang ... 140

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran : proses penelitian peluang investasi dan

strategi pengembangan budidaya kutu lak ... 5

2 Lak yang sudah diolah ………. 7

3 Beberapa produk hasil olahan lak ... 8

4 Laccifer lacca Kerr : nimfa jantan (ramping) dan nimfa betina (membulat) ... 11

5 Laccifer lacca Kerr -nimfa betina ... 12

6 Laccifer lacca Kerr : a. nimfa jantan dan b. nimfa betina .... 12

7 Laccifer lacca Kerr ... 13

8 Model manajemen strategi ... 26

9 Lima kekuatan bersaing industri ... 30

10 Tanaman kesambi di kawasan hutan BKPH Kabuaran ... 47

11 Tanaman ploso ……….. 50

12 Persemaian tanaman kesambi di BKPH Kabuaran, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur ... 50

13 Pola tanam untuk klas perusahaan rimba ... 51

14 Bagan pola tanaman untuk klas perusahaan kesambi ... 52

15 Tanaman kesambi yang habis dipangkas dan sudah ditumbuhi oleh trubusan muda ... 55

16 Kondisi tanah di kawasan hutan BKPH Kabuaran ... 57

17 Lak bibit ... 58

18 Proses penularan kutu lak ... 63

19 Kutu lak yang swarming dan mulai mencari tempat pada ranting (beberapa hari setelah peletakan bibit) ... 63

20 Kutu lak setelah 1 bulan penularan ... 63

21 Kutu lak yang menulari ranting tanaman kesambi ... 64

22 Pungutan bekas bibit lak dikeluarkan dari kantong untuk dikirim ke pabrik ... 65

23 Lak siap unduh ... 66

24 Proses pengunduhan lak batang ..………... 67

25 Perlakuan unduhan prematur ... 68

26 Tanaman inang setelah dilakukan pengunduhan ... 68

27 Lak dari hutan yang dikumpulkan di gudang untuk diseleksi .. 69

28 Proses pengantongan bibit lak ………. 70

29 Lak cabang AII dan AIII ... 71

30 Lak cabang yang siap diangkut ke pabrik untuk diproses menjadi lak butiran ... 71

31 Kondisi pabrik lak Banyukerto ……….. 72

32 Alur pengelolaan lak cabang di pabrik lak ... 73

33 Lak cabang yang akan digiling ... 74

(22)

Halaman 36 Proses pengayakan lak cabang yang telah di kerok ... 75

37 Bak perendaman ……….. 76

38 Proses pencucian lak butiran [tangki washer/mesin poles] ….. 77 39 Proses pengeringan lak butiran ………. 78 40 Saluran pemasaran lak butiran pada Perum Perhutani Unit II

Jawa Timur ... 89 41 Struktur organisasi tingkat kesatuan sub pemangkuan hutan

(Ajun Adm/KSKPH Banyukerto KPH Probolinggo ... 93 42 Struktur organisasi tingkat kepala bagian kesatuan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta lokasi penelitian ... 120 2 Peta kawasan bagian hutan Banyukerto KPH Probolinggo,

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur ... 121 3 Kegiatan budidaya lak ... 122 4 Alur pengolahan seeedlak di Pabrik lak Banyukerto KPH

Probolinggo ... 123 5 Denah perlengkapan proses lak cabang pabrik lak Banyukerto 124 6 Denah kantor lak Banyukerto ... 125 7 Produksi dan hasil penjualan lak butiran ... 126 8 Analisis pendapatan lak butiran ... 127 9 Produksi dan hasil penjualan lak butiran ... 129 10 Analisis pendapatan lak butiran ... 130 11 Penentuan bobot dan ranting peubah-peubah unsur kekuatan . 132 12 Penentuan bobot dan ranting peubah-peubah unsur kelemahan 134 13 Penentuan bobot dan ranting peubah-peubah unsur ancaman .. 136 14 Penentuan bobot dan ranting peubah-peubah unsur peluang ... 138 15 Nilai pengaruh (skor) dan ranking peubah-peubah unsur

kekuatan, unsur kelemahan, unsur peluang dan unsur

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lak termasuk dalam kelompok resin yang diperoleh dari hasil sekresi insekta Laccifer lacca Kerr (kutu Lak) yang hidup pada tanaman inangnya. Hasil sekresi tersebut mengelilingi tubuh kutu lak yang kemudian mengeras dan berfungsi sebagai pelindung dari ancaman musuh alami dan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi kehidupan kutu lak. Tanaman inang kutu lak adalah tanaman Kesambi (Schleicera oleosa Merr.), Plosa (Butea sp.), Jamuju (Coscuta australis), Widoro/Kaliandra (Zizyphos jujuba), Acacia villosa, dan A. arabica. Di Indonesia, tanaman kesambi merupakan tanaman yang diprioritaskan untuk digunakan sebagai tanaman inang dalam budidaya kutu lak.

Menurut Kalshoven (1981) kutu lak telah di import dari India pada tahun 1936 dan kemudian dikembangkan di Bogor dengan A. famesiana, A villosa, dan beberapa tanaman kehutanan lainnya sebagai inang. Khususnya di Pulau Jawa, budidaya kutu lak dikembangkan di Banyukerto, Probolinggo, Jawa Timur sejak tahun 1963 oleh Perum Perhutani. Pada tahun 1986, budidaya kutu lak juga mulai dikembangkan di Kabupaten Alor dan saat ini budidaya kutu lak sudah tersebar secara merata di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Awalnya, pemanfaatan lak hanya sebatas sebagai bahan pelitur, bahan segel pengaman surat berharga, pita kaset dan bahan isolasi. Saat ini, lak mempunyai kegunaan yang lebih luas lagi diantaranya sebagai bahan kosmetik, zat aditif makanan, bahan semi konduktor dan sebagai bahan kulit kapsul obat.

(25)

1700 ton. Sejak tahun 1991, produksi lak di Banyukerto mengalami penurunan produksi dan pada tahun 1993 dan 1994 masing-masing hanya 330 ton dan 148 ton. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh adanya serangan parasit (Wibowo 2003).

Tingginya permintaan pasar menjadikan budidaya kutu lak memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Penelitian ini mengkaji mengenai peluang investasi dan strategi pengembangan usaha budidaya kutu lak, hal ini dimaksudkan agar dapat dijadikan motivasi untuk lebih mengembangkan budidaya kutu lak di Indonesia sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat yang ada di sekitar hutan.

Perumusan Masalah

Sejak tahun 1960an, budidaya kutu lak sudah mulai dikembangkan di Indonesia dan Perum Perhutani sejak tahun 1963 telah mengembangkan usaha budidaya kutu lak di Probolinggo.

Permintaan konsumen akan lak cukup tinggi dengan negara tujuan ekspor antara lain Amerika, Jepang, Thailand bahkan India. Pada tahun 2004, Perhutani memproduksi lak butiran sebanyak 66.6 ton. Namun, produksi ini belum juga dapat memenuhi permintaan pasar. Pada saat ini, negara-negara di Eropa sudah tidak menerima furniture yang dikilapkan dengan menggunakan pengkilap melamin. Mereka lebih menyukai furniture yang menggunakan pengkilap (pelitur) alami (serlak). Adanya gejala “back to nature” ini juga merupakan salah satu potensi dalam pengembangan budidaya kutu lak selain permintaan dan harga lak yang tinggi.

(26)

• Budidaya lak belum mendapat perhatian yang khusus bila dibandingkan hasil hutan kayu sehingga kontribusi seedlak masih sangat kecil bila dibandingkan hasil hutan lainnya (kurang dari 1% dibanding hasil hutan kayu).

• Manajemen dalam pengelolaan budidaya lak yang kurang.

• Adanya musuh alami kutu lak yang menyebabkan produksi lak batang menurun.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menguraikan cara budidaya kutu lak dan tanaman inangnya:

• Bagaimana biologi kutu lak dan tanaman inangnya

• Teknik budidaya kutu lak yang sekarang ini telah dikembangkan. 2. Menguraikan peluang dalam bisnis lak :

• Prospek pasar (peluang pasar, pangsa pasar dan struktur pasar) dari lak.

• Mengetahui dan menganalisis peluang investasi dalam pengembangan budidaya kutu lak.

3. Menyusun dan merumuskan strategi pengembangan yang harus dilakukan dalam budidaya kutu lak.

Manfaat Penelitian

Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menguraikan bagaimana cara mengembangkan budidaya kutu lak, peluang investasi dalam pengembangan budidaya kutu lak, serta dapat menyusun strategi pengembangan usaha budidaya kutu lak. Pengembangan usaha budidaya kutu lak nantinya dapat dijadikan salah satu peluang bisnis komoditi hasil hutan non kayu baik bagi masyarakat disekitar hutan maupun bagi perusahaan yang berminat untuk menanamkan investasi di bidang ini.

Kerangka Pemikiran

(27)
(28)

Gambar 1 Kerangka pemikiran : proses penelitian peluang investasi dan stategi pengembangan budidaya kutu lak. Budidaya Kutu Lak

Budidaya Tanaman Inang Budidaya Kutu Lak Pengelolaan Lak Cabang

Strategi Pengembangan Analisis dan Peluang Investasi Budidaya Kutu Lak

Aspek Pasar Keuntungan Tempat Usaha

Kondisi Sekarang Kondisi Perubahan

Analisis dan Peluang Investasi Budidaya Kutu Lak

Aspek Pasar Keuntungan Tempat Usaha

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Lak

Lak merupakan suatu jenis damar alam yang bersifat resin dihasilkan oleh sekresi insekta yang disebut L. lacca Kerr, yang mana sekresi ini digunakan oleh serangga untuk membuat rumah dan melindungi dari serangan musuhnya (Sumantri 1992).

Lak atau laksa (dalam bahasa India) berasal dari bahasa Sangsekerta yang artinya seratus ribu. Hal ini diartikan bahwa bahan tersebut dihasilkan oleh ratusan ribu kutu lak yang membentuk koloni yang mempunyai ribuan anggota yang hidup disuatu cabang pohon tertentu. Dalam lak cabang yang diolah menjadi lak butiran terdapat 17 000 sampai 19 000 kutu lak.

Serangga L. lacca Kerr merupakan satu spesies yang mempunyai nilai ekonomis penting, terutama sebagai penghasil lak di India. Di India pengusahaan lak telah maju dan memiliki lembaga penyelidikan khusus lak Namkum (India Lac Reserch Institute). Lak sudah dikenal di India sejak sebelum Masehi, dan selain di India, penyebaran serangga tersebut juga meliputi Afrika, Indo-China, Formosa, Ceylon, dan kepulauan Philippina (Setiadi & Komar 2001). Kutu lak (L. lacca Kerr) pertama kali didatangkan dari India pada tahun 1963 oleh Dr. P. Van der Groot, Direktur Institut voor Plant Ziekten. Percobaan dilakukan di daerah hutan Bogor, Kedungjati, Wilangan, Pare dan Besuki (Kalshoven 1981). Sebagai percobaan telah ditularkan pada tanaman kesambi (S. oleosa) dan berhasil. Percobaan budidaya kutu lak oleh Perum Perhutani pertama kali dilakukan di SKPH Banyukerto, KPH Madiun (wilayah Sampung). Selain itu percobaan juga dilakukan diwilyah kerja Dinas Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta (Setiadi & Komar 2001).

(30)
[image:30.612.249.389.275.380.2]

itu sekresi lak dilanjutkan sehingga perisai lak pada tubuhnya bertambah tebal dari sebelah dalam. Dengan demikian terbentuklah sel serupa bola kecil yang terus bertambah tebal selama periode sekresi lak. Setelah beberapa hari, sel-sel yang dibentuk oleh nimfa jantan mudah dibedakan dengan sel-sel dari serangga betina. Sel jantan bentuknya ovoid panjang, dindingnya tipis, lubang brakhial terdapat disebelah muka, sedang di sebelah belakang ada sebuah lubang bulat yang tertutup oleh selaput yang disebut anal operculum. Kutu jantan akan keluar melalui lubang tersebut. Bekas-bekas sel jantan menjadi kosong dan jika letaknya berdekatan dengan sel betina akan tertutup oleh lak yang dihasilkan oleh kutu lak betina (Intari 1980).

Gambar 2. Lak yang sudah diolah (Sumber : Ghermandi 2003)

Sel yang dibuat oleh kutu lak betina lebih kecil, bentuknya bulat telur, dua lubang brakhial terletak pada bagian ujung muka, sedang di bagian belakang terdapat sebuah lubang yang lebih besar daripada lubang brakhial dan disebut lubang tuberculum analis. Kutu lak betina yang berada di dalam sel terus menerus mengeluarkan sekresi lak dan bertambah pesat setelah masa perkawinan, sehingga sel betina makin bertambah besar. Lapisan lak yang membungkus kutu lak betina makin bertambah tebal sehingga sel-sel betina yang berdekatan satu sama lain bertemu, dan bekas-bekas sel jantan yang kosong tertutup lak yang dihasilkan oleh kutu betina. Dengan ini terbentuklah lapisan tebal lak yang membungkus ranting-ranting tanaman inang.

(31)

bahan perekat, bahan campuran dalam industri semir sepatu, dan bahan penyamak kulit.

Gambar 3 Beberapa produk hasil olahan lak : a. lak putih, b. Mica, c. kayu yang telah dipernis, d. keripik lak, e. permen yang menggunakan lak sebagai pelapis (Koleksi pribadi 2005)

L. lacca Kerr- Serangga Penghasil Lak

Biologi dari L. lacca

1. Jenis-jenis Kutu Lak dan Daerah Penyebarannya

Suku Lacciferidae terdiri dari 6 marga. Dari 6 marga ini hanya marga Tachardina yang tidak menghasilkan bahan lak. Marga lainnya ialah Tachardiella, Austrotachardia, Afrotacharida dan Laccifer menghasilkan bahan lak. Dari lima marga ini hanya Laccifer yang sudah diketahui menghasilkan bahan lak yang baik dan telah dibudidayakan.

Pengklasifikasian kutu lak dalam sistem klasifikasi zoologi (Borror et al. 1996) adalah sebagai berikut :

§ Ordo Homoptera :

Siklus hidup Homoptera sangat kompleks, mencakup generasi biseksual dan partenogenetik, generasi yang bersayap dan tidak bersayap. Semua Homoptera adalah pemakan tumbuh-tumbuhan, dan banyak jenis sebagai hama yang merusak pada tanaman budidaya. Beberapa jenis menularkan penyakit-penyakit pada tumbuh-tumbuhan. Beberapa Homoptera berdaya guna dan bertindak sebagai sumber sirlak (bahan lak), zat warna dan

a

e c b

(32)

bahan-bahan lainnya. Bagian-bagian mulut serupa dengan Hemiptera yaitu penghisap dengan empat stilet penusuk (mandible dan maksile). Probosis timbul dari bagian belakang kepala, dalam beberapa hal tampak timbul antara koksa depan.

Homoptera yang bersayap biasanya mempunyai dua pasang sayap. Sayap-sayap depan mempunyai sifat yang seragam seluruhnya, berselaput agak tipis atau agak menebal, dan sayap belakang berselaput tipis. Sayap-sayap pada waktu istirahat biasanya diletakkan seperti atap di atas tubuh, dengan tepi bagian dalam yang agak tumpang tindih di bagian ujungnya. Pada beberapa kelompok satu atau kedua jenis kelamin mungkin tidak bersayap, atau individu-individu yang bersayap dan tidak bersayap dapat terjadi pada jenis kelamin yang sama. Serangga-serangga sisik jantan hanya mempunyai satu pasang sayap pada mesotorak.

Anggota-anggota kelompok ini mengalami metamorfosa yang sederhana. Perkembangan lalat-putih dan serangga-sisik jantan menyerupai metamorfosis sempurna dimana pada nimfa instar terakhir diam dan seperti pupa.

Antena pada beberapa Homoptera sangat pendek dan seperti rambut-duri dan ada juga yang lebih panjang dan biasanya berbentuk benang pada yang lainnya. Mungkin ada atau tidak ada mata tunggal. Bila ada mata, terdapat dua atau tiga. Mata majemuk biasanya berkembang bagus.

§ Subordo Sternorrhyncha (Gularostria) :

Anggota-anggota subordo ini kebanyakan secara relatif serangga yang tidak aktif, dan beberapa (misalnya, kebanyakan serangga-serangga sisik) sangat tidak aktif (diam). Tarsi satu atau dua ruas, dan antena (apabila ada) biasanya seperti benang dan panjang. Banyak anggota-anggota dari subordo ini tidak bersayap, dan beberapa serangga-sisik tidak mempunyai tungkai dan antena, dan penampilannya tidak kelihatan benar seperti serangga.

§ Superfamili Coccoidea :

(33)

(sangat jarang, yang jantan juga tidak bersayap). Serangga jantan tidak mempunyai bagian-bagian mulut dan tidak makan; abdomennya berakhir pada satu (jarang dua) jaluran seperti stili yang panjang dan sayap-sayap belakang menyusut menjadi tonjolan seperti halter yang kecil dan biasanya berakhir pada satu rambut-duri yang berkait. Antena pada serangga betina mungkin tidak ada atau mungkin sampai 11 ruas sedangkan antena yang jantan memiliki 10-25 ruas. Serangga sisik jantan kelihatan sangat mirip dengan agas-agas yang kecil, tetapi biasanya dapat dikenali dengan tidak adanya bagian-bagian mulut dan adanya satu juluran seperti stili pada ujung abdomen.

Perkembangan serangga-serangga sisik agak bervariasi pada jenis yang berbeda, tetapi dalam kebanyakan hal agak kompleks. Nimfa-nimfa instar pertama mempunyai tungkai-tungkai, antena dan merupakan serangga-serangga yang cukup aktif, mereka sering disebut perayap-perayap. Sesudah pergantian kulit pertama, tungkai dan antena seringkali hilang dan serangga menjadi diam tak aktif, dengan penutupan yang berbentuk sisik atau malam yang disekresikan dan menutup tubuh. Pada serangga sisik yang berduri (Diaspididae), penutup ini seringkali terpisah dari tubuh serangga. Serangga betina tetap di bawah penutup sisik ketika mereka menjadi dewasa dan menghasilkan telur-telur atau melahirkan yang muda. Serangga jantan berkembang serupa seperti yang betina, kecuali instar yang sebelum dewasa adalah diam dan seringkali disebut pupa.

§ Famili Kerridae (serangga-serangga sisik lak) :

Serangga betina pada kelompok ini bentuknya bulat dan tidak bertungkai serta hidup dalam sel-sel getah. Enam jenis Tachardiélla terdapat di bagian Baratdaya Amerika Serikat, ditempat itu mereka makan kaktus dan tanaman-tanaman padang pasir lainnya. Mereka semua menghasilkan lak dan beberapa darinya sangat berpigmentasi.

(34)

Langka, Taiwan, India, Vietnam dan kepulauan Filipina. Tubuh-tubuh dari betina tertutup dengan eksudat malam yang banyak atau lak dan kadang-kadang sangat banyak sehingga cabang dan ranting diliputi dengan lak setebal 5-15 mm. Ranting-ranting tersebut dipotong, kemudian laknya dicairkan, dimurnikan dan dipakai dalam produksi sirlak dan pernis.

2. Morfologi L. lacca

Gambar 4 Laccifer lacca Kerr : nimfa jantan (ramping) dan nimfa betina (membulat). Pembesaran 50x (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)

Kutu lak mempunyai bentuk badan agak lonjong, berwarna merah, permukaan punggung cembung, panjang badan ± 0.6 mm, lebar ± 0.2 mm. Antena terdiri dari 6 ruas, pada semua ruas antena terdapat rambut-rambut kecuali dua ruas basal; ruas kelima dan ruas terakhir dilengkapi dengan beberapa rambut tebal. Mulut terdiri dari mandibel dan maksila, bersama-sama berfungsi sebagai alat pengisap (probosis).

Toraks membesar, ke arah belakang meruncing. Batas antara bagian kepala, toraks dan abdomen kurang jelas. Abdomen terbagi 9 ruas, beberapa ruas belakang sangat kecil. Pada ujung abdomen terdapat sepasang rambut kaudal, langsing, panjangnya kira-kira sama dengan panjang badannya. Lubang anal dilengkapi dengan 6 rambut yang pendek.

(35)

Gambar 5 Laccifer lacca Kerr -nimfa betina, perbesaran 1500 kali

(Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)

[image:35.612.296.378.78.188.2]

Kutu jantan dewasa berukuran lebih besar daripada nimfanya dan berwarna merah. Pada kepala terdapat sepasang antena, sepasang mata dan alat mulut yang telah direduksi. Kutu jantan ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap, yang bersayap disebut alata, yang tak bersayap disebut apterus. Pada ujung perut terdapat alat kelamin berbentuk seperti pedang dan pada kedua sisi alat kelamin terdapat sepasang rambut kaudal. Kutu betina selalu berada di dalam selubung lak yang disebut sel (Intari 1980).

Gambar 6 Laccifer lacca Kerr : a. nimfa jantan dan b. nimfa betina, perbesaran 60 kali (Sumber : Intari 1980)

3. Lama Stadia Perkembangan

Nimfa jantan berganti kulit di dalam selnya pada umur 3 minggu. Pada pergantian kulit yang pertama kali, ia kehilangan kaki, antena dan mata. Pada minggu ke empat atau ke lima ia mencapai stadium prapupa, antena dan kaki-kakinya tampak lagi. Stadium pupa dicapai pada minggu ke enam atau ke tujuh (Intari 1980). Kutu jantan pada umur kira-kira 50 - 60 hari keluar dari pupa dan dari selnya melalui lubang yang tertutup oleh operkulum dengan gerak mundur. Kutu lak jantan setelah keluar dari selnya lalu merayap di atas lapisan lak dan membuahi kutu lak betina yang berada di dalam sel betina dengan jalan memasukkan kelaminnya yang seperti pedang melalui lubang tuberculum analis

a

(36)

dari sel betina. Seekor kutu lak jantan dapat membuahi beberapa kutu lak betina. Kutu lak jantan ini akan segera mati setelah menunaikan tugasnya.

Nimfa betina yang menempatkan diri pada ranting-ranting tanaman inang tidak dapat berpindah tempat lagi. Di dalam selnya mengalami tiga kali perubahan yaitu mula-mula kehilangan matanya, kemudian kehilangan kakinya dan selanjutnya kehilangan antena (rudimentair). Sesudah terjadi pembuahan, telur yang terdapat di dalam sepasang ovarium mulai berkembang, setelah masak telur dikeluarkan. Telur-telurnya ditempatkan di dalam ruangan di dalam sel yang terjadi karena kontraksi badan kutu lak betina dan ruangan tersebut disebut ruang pengeram. Pada saat ini kutu lak betina mulai berhenti mengisap getah pohon. Periode bertelur berlangsung selama 7 - 14 hari, sedangkan jumlah telur yang terbanyak dihasilkan antara hari ke dua sampai ke enam. Di dalam ruangan pengeram ini telur menetas dan nimfa keluar dari sel induknya melalui lubang tuberculum analis. Proses keluarnya nimfa tersebut disebut swarming, berlangsung selama ± 3 minggu. Dari dalam satu sel betina yang telah dewasa dapat dikeluarkan 1000 ekor nimfa dan umumnya rata-rata 200 - 500 ekor nimfa. Periode perkembangan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu 150 - 180 hari. Dalam waktu satu tahun kutu lak dapat menyelesaikan dua kali siklus hidupnya (Intari 1980).

Gambar 7 Laccifer lacca Kerr : a-d. Kutu Lak umur 1 minggu, e. Kutu Lak siap swarming, f. Bentuk kristal dalam sel kutu lak siap unduh (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)

a b c

(37)

Faktor Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Kehidupan L. lacca 1. Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Kehidupan L. lacca

a. Suhu dan kelembaban

Suhu dan kelembaban berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kutu lak. Menurut Intari (1980) pada saat bertelur, produksi telur maupun keluarnya nimfa dipengaruhi oleh suhu sekelilingnya. Apabila suhu kurang dari 17°C menyebabkan kutu betina tidak akan bertelur, sedangkan apabila suhu dibawah 22°C nimfa kutu lak lambat pertumbuhannya.

b. Cahaya matahari

Sinar matahari berperan dalam penularan lak terhadap pohon inangnya. Hasil tularan lak pada tanaman yang banyak mendapat sinar matahari lebih baik daripada di tempat yang teduh. Hal ini disebabkan tularan pada tanaman yang kurang mendapat sinar matahari banyak diserang parasit. Kutu lak yang terserang parasit menghasilkan bahan lak yang berkualitas rendah.

c. Angin

Angin mempengaruhi tularan kutu lak. Nimfa yang baru keluar dari sel induknya menggerombol pada ranting tanaman inang. Pada saat terjadi angin kencang nimfa tersebut mudah terbawa ke bagian tanaman yang lebih rendah (Intari 1980).

d. Hujan

(38)

2. Faktor Biotik yang Mempengaruhi Kehidupan L. lacca a. Tanaman Inang

L. lacca untuk hidup membutuhkan tanaman tertentu yang menjadi inangnya. Tersedianya tanaman inang yang cocok bagi kehidupan kutu lak merupakan syarat mutlak bagi kehidupan kutu lak.

Penelitian tentang tanaman inang untuk kutu lak di Indonesia telah dilakukan oleh Soediro pada tahun 1961 (Intari, 1980). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tanaman inang yang paling baik untuk lak adalah kesambi (S. oleosa ). Tanaman ini tahan kekeringan, mempunyai daya tunas yang baik dan tumbuh baik pada tanah-tanah yang kurang subur.

Tanaman inang lainnya adalah A. villosa. Tanaman ini mempunyai daya tumbuh yang cepat; pada umur 2 tahun sudah dapat ditulari kutu lak, akan tetapi tanaman tersebut tidak tahan terhadap musim kemarau. Jenis-jenis tanaman lain yang dapat dipergunakan sebagai tanaman inang adalah ploso (B. monosperma), Widoro/Kaliandra (Z. jujuba), dan pilang (A. leucophoea). Kecocokan tanaman tersebut sebagai inang kutu lak ditentukan oleh pH getahnya. Tanaman inang yang cocok mempunyai pH getah 5.8 sampai 6.0.

b. Musuh Alami Kutu Lak

Musuh terbesar dari kutu lak adalah serangga yang berperan sebagai parasit atau predator. Gangguan serangga ini dapat merendahkan kualitas dan kuantitas hasil lak. Menurut Intari (1980) serangga yang merupakan predator kutu lak antara lain :

1. Eublemma rubra Hamps (Lepidoptera, Noctuidae)

(39)

2. E. amabilis MOORE. (Lepidoptera, Noctuidae)

Kupu-kupu warna putih, meletakkan telur di antara sel-sel lak pada kerak lak yang sudah tua. Setelah menetas ulatnya masuk melalui salah satu lubang dari sel atau membuat lubang menembus kerak lak. Menurut Intari (1980) seekor ulat dapat menyerang kutu lak yang berada dalam selnya sebanyak 40 – 60 ekor. Siklus hidupnya rata-rata 43 hari, minimum 41 hari dan maksimum 45 hari.

Selain predator yang mengganggu pertumbuhan kutu lak juga ada serangga lain yang merupakan parasit kutu lak. Parasit ini memasukkan telurnya ke dalam tubuh kutu lak atau diletakkan pada tubuh kutu lak. Larva parasit ini berwarna putih atau putih kemerahan dan menyerupai cacing. Pada saat larva tersebut berubah menjadi pupa, kutu lak hampir termakan habis dan perisai laknya nampak kuning emas, yaitu warna asli dari lak. Biasanya dalam satu sel lak muda hanya terdapat satu larva, sedang dalam satu sel lak yang tua dapat sampai 19 larva. Larva yang telah dewasa keluar dengan membuat lubang pada kerak lak. Parasit-parasit yang banyak menyerang kultur lak di India ada 8 jenis yakni 4 jenis dari suku Encyrtidae, 1 jenis dari suku Eupelmidae dan 3 jenis dari suku Eulophidae. (Intari 1980)

Jenis-jenis parasit yang banyak menyerang kultur lak (Intari 1980) adalah :

1. Erencyrtus dewitzii MAHD. (Hymenoptera : Encyrtidae)

Sejenis kerawai yang kecil sekali berwarna coklat kuning, merupakan musuh utama dari lak yang masih muda. Lama perkembangan dari telur sampai imago rata-rata 24 hari, minimum 20 hari dan maksimum 27 hari. 2. Tachardiaephagus tachardiae HOW. (Hymenoptera : Encyrtidae)

Kerawai kecil yang kuat, berwarna kuning, merupakan musuh utama dari lak yang masih muda. Lama perkembangan dari telur sampai dewasa sama dengan E. dewitzi.

3. Tetrastichus purpureus CAM. (Hymenoptera : Eulophidae)

(40)

Persentase kerusakan karena parasit tersebut dimusim hujan lebih besar daripada musim kemarau terutama pada tanaman inang yang terlindung. Kerusakan karena serangan parasit ini dimusim hujan hampir dua kali lipat dari musim kemarau.

c. Serangga lain yang hidup bersama dengan kutu lak

Beberapa jenis serangga selain predator dan parasit dari kutu lak, ada juga yang hidup bersama dengan kutu lak. Jenis-jenis serangga yang penting adalah semut dari suku Formicidae. Semut-semut ini mendatangi ranting-ranting yang ada laknya untuk memperoleh embun madu yang dikeluarkan oleh kutu lak. Semut-semut tersebut menguntungkan karena menghilangkan cairan-cairan yang apabila bercampur dengan debu dapat mengumpal sehingga menutup pernafasan kutu lak. Keuntungan lain adalah semut suka juga menyerang larva predator yang baru keluar dari telurnya, akan tetapi hal ini tidak banyak artinya jika larva predator segera masuk ke dalam kerak lak sehingga tidak tercapai oleh semut tersebut.

(41)

Studi Kelayakan Investasi

Studi kelayakan investasi adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan & Suwarsono 1997). Proyek investasi merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit) dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) yang sesuai (Kadariah et al. 1976).

Proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup besar sesuai dengan besarnya proyek dan mempunyai resiko yang cukup besar juga. Sehingga studi kelayakan investasi perlu dilakukan dengan tujuan untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal untuk kegiatan usaha yang ternyata tidak menguntungkan dan agar modal yang sudah ditanamkan dapat dimanfaatkan dengan baik. Studi kelayakan memerlukan biaya tetapi relatif kecil bila dibandingkan dengan resiko yang ada terutama pada proyek dengan jumlah investasi yang besar.

Analisis kelayakan adalah salah satu metode untuk menunjukkan gejala ekonomi apakah suatu kegiatan layak untuk dilaksanakan. Jika suatu kegiatan usaha akan dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan usaha, maka analisis kelayakan atau studi kelayakan yang dilakukan terhadap usaha tersebut untuk menganalisis pelaksanaan kegiatan selama usaha pengembangan akan dilangsungkan dengan bantuan informasi selama usaha tersebut sedang atau telah berlangsung. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam penilaian investasi di bidang pertanian adalah metode diskonto (Gittinger 1986).

(42)

Berikut aspek-aspek dalam studi kelayakan suatu proyek yang perlu dikaji secara mendalam, yaitu:

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Di dalam aspek pasar dan pemasaran terdapat lima hal yang diteliti yaitu kedudukan produk yang direncanakan pada saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk dari masa yang lampau hingga sekarang, proyeksi permintaan di masa mendatang, kemungkinan persaingan dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan pemasaran produk. Analisa aspek ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan pangsa pasar dari produk bersangkutan (Umar 1997).

2. Aspek Teknik dan Teknologi

Evaluasi aspek teknik dan teknologi meliputi penentuan kapasitas produksi ekonomis proyek, jenis teknologi yang paling cocok serta penggunaan mesin dan peralatan. Di samping itu perlu juga diteliti tentang lokasi proyek dan letak pabrik yang paling menguntungkan ditinjau dari berbagai macam segi. Dari kesimpulan perihal kapasitas produksi, jenis teknologi, mesin dan peralatan serta lokasi proyek dan letak pabrik, disusun perkiraan jumlah biaya pengadaan harta tetap yang diperlukan untuk membangun proyek (Sutojo 1993).

3. Aspek Manajemen Operasional

Evaluasi aspek manajemen operasional meliputi jumlah dan persyaratan tenaga manajemen, anggaran balas jasa karyawan yang diperlukan, berapa macam tugas operasi proyek yang memerlukan keahlian khusus, jenis tugas apa yang membutuhkan pendidikan tambahan, dalam bidang apa, dimana dapat diperoleh, dan untuk berapa lama (Sutojo 1993).

(43)

4. Aspek Ekonomi dan Finansial

Dari segi finansial, proyek dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya, sedangkan dari segi manfaat ekonomi/sosial seperti kemampuan proyek menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan penghasilan nasional dan menunjang pendapatan devisa (Sutojo 1993).

Menurut Gittinger (1986), aspek finansial dan ekonomi merupakan pelengkap (complementary) - analisa finansial meninjau dari sudut peserta proyek secara individu sedangkan analisa ekonomi dari sudut masyarakat. Terdapat tiga perbedaan penting yang harus diingat antara kedua analisa tersebut. Pertama, dalam analisa ekonomi, pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran transfer, sedangkan dalam analisa finansial, pajak biasanya dianggap sebagai biaya dan subsidi sebagai hasil (return). Kedua, dalam analisa finansial, harga yang biasanya digunakan adalah harga pasar, akan tetapi dalam analisa ekonomi, harga yang digunakan adalah harga yang disesuaikan yang mencerminkan secara tepat nilai-nilai sosial ekonomi. Harga yang disesuaikan tersebut disebut harga bayangan (shadow price) atau harga buku (accounting price) dan dalam analisa yang disarankan adalah harga efisiensi (efficiency price). Ketiga, dalam analisa ekonomi bunga terhadap modal tidak pernah dipisahkan dan dikurangkan dari hasil bruto (gross return) karena bunga modal merupakan bagian dari hasil keseluruhan (total return) terhadap modal yang tersedia untuk masyarakat keseluruhan dan karena hasil keseluruhan termasuk bunga merupakan hal yang diperkirakan dalam analisa ekonomi. Pada analisa finansial, bunga yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar dapat dikurangkan untuk memperoleh gambaran arus manfaat/hasil yang tersedia bagi si pemilik modal, akan tetapi bunga yang dibayar kepada entity bukan merupakan biaya tetapi merupakan bagian dari hasil finansial yang diterima oleh badan usaha.

5. Aspek Lingkungan

(44)

mempertimbangkan masalah lingkungan dan setiap kerugian ekologi sudah diusahakan sekecil-kecilnya (Gittinger 1986).

Menurut Umar (1997), pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan dapat berpengaruh positif maupun negatif pada perusahaan sehingga aspek ini perlu dianalisis pula.

Analisis Kriteria Investasi

Beberapa kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi keputusan investasi terhadap pendirian proyek adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (BEP), dan Analisis Sensitivitas (Sutojo 1993).

1. Net Present Value (NPV)

Net present value adalah selisih present value proceed dengan present value initial investmen (outlay). Metode ini merupakan metode discounted cash flow, yaitu selisih antara nilai sekarang dari penerimaan (benefit) dengan nilai sekarang dari pengeluaran (cost) pada tingkat bunga tertentu. Kriteria kelayakan proyek adalah jika NPV ≥ 0.

Formulasi matematika NPV menurut Gray et al. (1997) adalah

( )

= +

= n t

t t t

i C B NPV

0 1 Dimana :

Bt = benefit bruto pada tahun t Ct = biaya bruto proyek pada tahun t

i = tingkat suku bunga (required rate of return) t = tingkat investasi (t = 0,1,2,...,n)

(45)

2. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Sutojo (1993), IRR adalah tingkat bunga (discount rate) modal yang mengakibatkan nilai sekarang (NPV) dari aliran uang suatu proyek sama dengan nol. Definisi lain menyebutkan Internal rate of return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value aliran kas keluar yang diharapkan (expected cash outflows) dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan (expected cash inflows). Kriteria keputusan yang dipilih dalam analisis ini adalah layak jika nilai i* ≥ i.

Formulasi matematika IRR menurut Gray et al. (1997) adalah:

(

2 1

)

2 1

1

1 xi i

NPV NPV NPV i IRR − + + = Dimana:

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif dengan jumlah present value yang negatif. Menurut kriteria ini suatu proyek dapat dikatakan layak jika Net B/C > 1.

Formulasi Net B/Csebagai berikut:

( )

( )

= = < − + − > − + − = n t t t t t t n t t t t t t C untukB i C B C untukB C B C NetB 0 0 0 , 1 0 , 1 1 / Dimana :

Bt = benefit bruto pada tahun t Ct = biaya bruto proyek pada tahun t t = tingkat investasi (t = 0,1,2,...,n) n = umur ekonomis proyek

(46)

4. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran B/C Ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C Ratio sebesar satu atau lebih jika arus biaya dan manfaat diskonto pada tingkat biaya oportunitas kapital (Gittinger 1986). Bentuk matematis formalnya sebagai berikut :

( )

( )

= = + + = n t t t n t t t i C i B CRatio B 0 0 1 1 / Dimana

Bt = benefit bruto pada tahun t Ct = biaya bruto proyek pada tahun t

i = tingkat suku bunga (required rate of return) t = tingkat investasi(t = 0,1,2,...,,n)

n = umur ekonornis proyek

5. Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) suatu investasi menunjukkan berapa lama (jangka waktu) yang disyaratkan untuk pengembalian initial cash investment (investasi). PBP juga merupakan rasio antara initial investmen dengan net cash inflow. Untuk mencari pay back period bila net inflownya tidak sama setiap tahun, maka kita tempuh dengan mengurangi kas masuk bersih terhadap investasi. Apabila PBPnya ternyata lebih pendek daripada PBP maksimum atau yang telahditentukan maka investasi tersebut sebaiknya diterima. Kelemahan utama metode ini adalah bahwa metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu uang dan metode ini tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah pay back.

Rumus yang digunakan sebagai berikut

(

1 1

)

1

− − = + + n n C B m PBP Dimana :

(47)

n = periode investasipada saat nilai kumulatif Bt - Ct negatif yang terakhir

Analisis Sensitivitas

Menurut Gray et al. (1997), analisis sensitivitas diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah kenaikan dalam biaya konstruksi (cost over run), perubahan dalam harga hasil produksi, terjadi penurunan pelaksanaan pekerjaan, dan lain-lain. Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu harga, katerlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil (Gittinger 1986).

Perumusan Strategi

Konsep Perumusan Strategi

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kondisi yang kian tidak menentu, perusahaan dituntut untuk mempersiapkan diri secara matang. Perusahaan perlu melakukan perencanaan strategi sebagai langkah awal untuk menyelenggarakan suatu manajemen strategi. Penyusunan perencanaan strategi dituntut tidak hanya difokuskan pada usaha target pangsa pasar atau volume penjualan yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu. Akan tetapi juga harus diperhitungkan perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam kebijakan ekonomi makro yang dilakukan pemerintah. Karena itu perusahaan harus memiliki wawasan yang luas. Ia harus mampu memperkirakan segala kemungkinan yang akan terjadi, terutama perubahan teknologi informasi yang semakin canggih. Oleh karena itu perencanaan strategi harus dibuat fleksibel, tidak kaku, agar mampu menyesuaikan diri dengan segala kemungkinan yang terjadi.

Perencanaan strategi adalah suatu perencanaan ke depan yang ditetapkan untuk dijadikan pegangan, mulai dari tingkat korporat sampai tingkat unit bisnis, produk, dan situasi pasar. Perencanaan strategi merupakan strategi induk dari manajemen strategi, yaitu visi, misi, tujuan strategi dan kebijakan.

(48)

meringankan beban manajer dalam tugasnya menyusun dan mengimplementasikan manajemen strategi, (c) mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan, (d) sebagai landasan untuk memonitor perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian, dan (e) sebagai bahan evaluasi perencanaan selanjutnya sehingga bisa menjadi bahan penyempurnaan perencanaan strategi yang akan datang. Jadi perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis, kita perlu memahami pengertian konsep mengenai strategi.

Strategi adalah sebuah rencana yang luas dan terintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Ada beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan dari pengertian strategi diatas, yaitu :

a. Adanya suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan bukan hanya tujuan jangka pendek, akan tetapi juga jangka menengah dan jangka panjang.

b. Untuk menyusun suatu strategi, diperlukan analisis terhadap lingkungan baik lingkungan eksternal maupun internal yaitu peluang dan ancaman/tantangan maupun kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hal ini penting untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.

c. Perlunya suatu keputusan pilihan dan pelaksanaan yang tepat dan terarah guna mencapai tujuan perusahaan.

d. Strategi dirancang untuk menjamin agar tujuan dan sasaran dapat dicapai melalui langkah-langkah yang tepat.

(49)

merupakan respon secara terus-rnenerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi (Rangkuti 2000). Manajemen strategis adalah seni dan ilmu memformulasikan, menerapkan dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya (David 1997).

Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan (formulasi) strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Tahap perumusan strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan jangka panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap pelaksanaan strategi meliputi penetapan kebijakan dan tujuan tahunan serta alokasi sumber daya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan pengukuran dan evaluasi kinerja pelaksanaan strategi. Model dari manajemen strategi diatas dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Model manajemen strategi (Sumber : David 1997)

Misi dan Tujuan Perusahaan

Misi perusahaan adalah tujuan atau alasan mengenai keberadaan organisasi. Di dalam misi perusahaan ditetapkan apa yang ingin atau akan dicapai oleh perusahaan. Di dalam misi ini telah mencakup tipe, lingkup dan karakteristik aktivitas yang akan dikerjakan oleh perusahaan. Berbagai harapan dan keinginan yang hendak dicapai juga nampak jelas dalam misi ini. Semua pihak, baik

Mengembangkan Pernyataan Misi Penetapan Tujuan Jangka Panjang Pengembangan Evaluasi dan Seleksi Strategi Penetapan Kebijakan dan Tujuan Alokasi Sumber Daya Pengukuran dan Evaluasi Kerja Audit Lingkungan Internal Audit Lingkungan Eksternal

Tahap Perumusan Strategi Tahap Evaluasi

Strategi Tahap Pelaksanaan

(50)

individu maupun kelompok dan semua orang dalam semua tingkatan akan menyesuaikan dengan misi perusahaan ini.

Tujuan merupakan hasil akhir dari suatu aktivitas atau kinerja. Di dalam tujuan akan dinyatakan secara tegas apa yang akan dicapai dan kapan serta berapa yang harus dicapai. Tujuan perusahaan banyak sekali macamnya akan tetapi umumnya akan meliputi profitabilitas, efektivitas, efesiensi, pertumbuhan, kesejahteraan pemegang saham/pemilik, pemanfaatan sumber daya secara penuh, reputasi, menjadi pembayar pajak yang baik, kontribusi kepada karyawan melalui program pensejahteraan karyawan, kepemimpinan pasar, kepemimpinan teknologi, menghindari diri dari kebangkrutan, ikut memperbaiki lingkungan dan mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi.

Misi dan tujuan sebaiknya dipertimbangkan pada saat setiap proses manajemen strategis (Jauch & Glueck 1999). Jadi pada setiap proses, misi dan tujuan akan menuntun pengambilan keputusan.

Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

Faktor eksternal perusahaan merupakan faktor-faktor di luar perusahaan yang bisa mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu perusahaan. Dan akhirnya akan mempengaruhi struktur organisasi dan proses internal perusahaan. Faktor eksternal perusahaan yaitu: lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan operasional.

Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh merupakan lingkungan eksternal dimana komponennya mempunyai lingkup yang luas dan mempunyai aplikasi yang sedikit di dalam mengelola organisasi, adapun komponennya adalah

(51)

b) Faktor sosial merupakan komponen yang menggambarkan karakteristik masyarakat dimana organisasi tersebut berada. Tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, kebiasaan, kepercayaan, nilai, gaya hidup, umur, distribusi geografis, sebaran penduduk dan mobilitas penduduk merupakan bagian dari komponen sosial.

c) Faktor politik merupakan komponen yang berkaitan dengan berbagai peristiwa atau tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Contoh faktor politik misalnya keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif dan banyak lagi tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan.

d) Faktor teknologi merupakan komponen yang berkaitan dengan cara membuat barang dan jasa. Teknologi adalah setiap cara baru yang diciptakan untuk menghasilkan produk yang lebih baik dari sebelumnya. Teknologi merupakan produk dari suatu budaya yang cemerlang, melalui suatu proses yang panjang. Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat mempunyai dampak segera dan dramatik atas lingkungan perusahaan. Terobosan ini dapat membuka pasar dan produk baru yang canggih atau dapat juga mempersingkat usia fasilitas produksi (Pearce & Robinson 1997).

Lingkungan Industri

(52)

a) Ancaman pendatang baru

Umumnya para pendatang baru akan membawa kapasitas baru, berusaha keras untuk mengambil pangsa pasar dan mempunyai sumber daya yang cukup substansial. Para pendatang baru bisa merupakan perusahaan yang telah ada yang menciptakan produk baru dan dapat pula perusahaan yang benar-benar baru mulai memasuki dunia bisnis. Terdapat enam sumber utama rintangan masuk, yaitu: (1). Skala ekonomi merupakan penghambat utama yang akan menghalangi para

pendatang baru memasuki dunia persaingan bisnis.

(2). Diferensiasi produk merupakan faktor penghambat bagi masuknya para pendatang baru. Adanya diferensiasi produk maka para konsumen telah diberikan berbagai kemudahan memilih alternatif yang paling disenangi. Adanya diferensiasi produk para konsumen telah dilokalisir menurut produk yang paling disukai. Produk seringkali menciptakan fanatisme tersendiri bagi para penggunanya. Seringkali pihak konsumen sangat sulit untuk pindah kepada produk lain.

(3). Kebutuhan modal yang semakin besar akan menjadi penghalang masuknya pesaing baru ke dunia persaingan. Semakin besar modal yang dibutuhkan untuk suatu investasi maka semakin banyak orang atau organisasi yang tidak mampu untuk mendirikan organisasi bisnis.

(4). Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala. Beberapa faktor di luar skala ekonomi dari pendatang baru antara lain : teknologi produk milik sendiri, penguasaan yang menguntungkan atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah dan kurva belajar atau pengalaman. (5). Akses ke saluran distribusi. Produk yang dihasilkan produsen untuk sampai

ke tangan konsumen harus di lempar ke pasar. Saluran distribusi merupakan jalur dari para produsen yang bertanding di pasar maka memasuki dunia persaingan bagi pendatang baru bukan merupakan perkara yang mudah. (6). Kebijakan pemerintah. Pemerintah dapat membatasi atau melarang pesaing

(53)

b) Ancaman produk pengganti

[image:53.612.132.491.238.502.2]

Produk pengganti akan selalu membayangi produk utama. Harga produk pengganti umumnya lebih murah dibandingkan harga produk utama. Jika produk utama sangat mahal maka pembeli umumnya akan pindah kepada produk pengganti sepanjang kualitas produk pengganti tidak terlalu rendah atau sepanjang produk pengganti tersebut masih dapat direkayasa mendekati produk utama. Produk pengganti membatasi harga dan laba potensial yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan.

Gambar 9 Lima kekuatan bersaing industri (Sumber : Pearce dan Robinson 1997)

c) Kekuatan tawar-menawar pembeli

Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain-semuanya dengan mengorbankan kemampulabaan industri. Pembeli disebut kuat jika:

1. Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah (volume) yang besar. 2. Produk yang dibeli bersifat standar atau tidak terdiferensiasi.

3. Produk yang dibeli merupakan komponen penting dari produk pembeli dan merupakan komponen biaya yang cukup besar.

Pendatang Baru

Pemasok Pembeli

Produk Pengganti Pesaing Industri

Persaingan Antara Perusahaan yang ada

Ancaman Pendatang Baru

Ancaman Produk Pengganti

Kekuatan Penawaran Pembeli

(54)

4. Pembeli menerima laba yang rendah.

5. Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli. 6. Produk industri tidak menghasilkan penghematan bagi pembeli. 7. Pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik.

d) Kekuatan tawar-menawar pemasok

Pemasok bersaing dengan industri dengan cara mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Hal ini akan mempengaruhi kemampulabaan industri. Pemasok disebut kuat, jika:

1. Para pemasok didominasi oleh sedikit perusahaan

Gambar

Gambar 2. Lak yang sudah diolah  (Sumber : Ghermandi 2003)
Gambar 6  Laccifer lacca Kerr : a. nimfa  jantan dan  b. nimfa betina, perbesaran 60 kali  (Sumber : Intari 1980)
Gambar 9  Lima kekuatan bersaing industri (Sumber : Pearce dan Robinson 1997)
Tabel 2  Matriks IFE
+7

Referensi

Dokumen terkait