• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya dan Penerimaan Pengembangan Usaha Peternakan Domba Garut Domba Garut

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3.2 Analisis Biaya dan Penerimaan Pengembangan Usaha Peternakan Domba Garut Domba Garut

Identifikasi biaya dan manfaat proyek dilakukan terlebih dahulu untuk membuat cashflow. Dalam pembuatan cashflow dibutuhkan dua komponen, yaitu komponen arus penerimaan (inflow) dan komponen arus pengeluaran (outflow) a Komponen Arus Penerimaan (inflow)

Komponen arus penerimaan (inflow) yang diperoleh dihitung dari penjumlahan manfaat-manfaat yang diterima peternak domba Garut. Manfaat yang diterima terdiri dari manfaat penjualan bakalan, penjualan indukan, penjualan domba tidak produktif, dan penjualan pupuk kandang dengan beberapa asumsi.

Asumsi-asumsi yang diperoleh dari peternak domba Garut diantaranya, indukan domba Garut dalam dua tahun dapat beranak sebanyak tiga kali, sekali melahirkan beranak dua ekor. Persentase indukan bunting dalam satu tahun sebesar 65% dan persentase anakan yang hidup sebesar 85% dengan perbandingan 2:1 dimana tingkat kelahiran anakan jantan lebih tinggi dari pada anakan betina. Selain itu, terdapat juga domba tidak produktif setiap tahunnya mencapai 11%. Penjualan dilakukan pada tahun kedua dengan persentase jual sebesar 80% bakalan baik jantan dari 50% jumlah lahir dan betina 20% bakalan dari jumlah

39 50% lahir, sisanya dipelihara untuk dijadikan indukan dan persentase jual indukan sebesar 50% baik jantan maupun betina.

Penjabaran arus penerimaan usaha pengembangan peternakan domba Garut adalah sebagai berikut:

1 Manfaat Penjualan Bakalan

Nilai penjualan bakalan domba Garut diperoleh dari perkalian antara harga dan jumlah penjualan. Bakalan dijual pada kisaran usia 8 sampai 10 bulan dengan harga yang berbeda antara bakalan jantan dan betina. Harga bakalan jantan mencapai Rp 1 500 000.00 sedangkan harga bakalan betina Rp 1 000 000.00. Jumlah penjualan bakalan setiap tahunnya mengalami peningkatan berdasarkan asumsi-asumsi yang telah ditentukan diawal sehingga terjadi peningkatan penerimaan setiap tahunnya. Total penerimaan dan jumlah bakalan yang dijual setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Total peneriman dan jumlah bakalan yang dijual per tahun

Tahun Ke- Jumlah Bakalan (ekor) Total Penjualan (Rp)

1 0 0 2 6 8 500 000 3 9 13 000 000 4 12 17 000 000 5 14 20 000 000 6 16 23 000 000 7 20 28 500 000 8 22 31 500 000 9 27 38 500 000 10 31 44 500 000 Total penerimaan 224 500 000

Sumber: Data primer diolah (2013) 2 Manfaat Penjualan Indukan

Nilai penjualan indukan domba Garut diperoleh dari perkalian antara harga dan jumlah penjualan. Indukan mulai dijual pada kisaran usia 18 bulan dengan harga yang berbeda antara indukan jantan dan betina. Harga indukan jantan mencapai Rp 3 000 000.00 sedangkan harga indukan betina Rp 2 000 000.00. Jumlah penjualan indukan setiap tahunnya mengalami peningkatan berdasarkan asumsi-asumsi yang telah ditentukan diawal sehingga terjadi peningkatan penerimaan setiap tahunnya. Total penerimaan dan jumlah indukan yang dijual setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 19.

40

Tabel 19 Total peneriman dan jumlah indukan yang dijual per tahun

Tahun Ke- Jumlah Indukan (ekor) Total Penjualan (Rp)

1 0 0 2 6 13 000 000 3 5 11 000 000 4 5 11 000 000 5 7 16 000 000 6 8 17 000 000 7 10 22 000 000 8 12 27 000 000 9 14 31 000 000 10 16 35 000 000 Total penerimaan 183 000 000

Sumber: Data primer diolah (2013)

3 Manfaat Penjualan Domba Garut Tidak Produktif

Nilai penjualan domba Garut tidak produktif diperoleh dari perkalian antara harga dan jumlah penjualan. Domba tidak produktif dijual pada usia 10 bulan dengan harga yang sama antara bakalan jantan dan betina. Harga penjualan domba tidak produktif Rp 650 000.00. Jumlah penjualan domba tidak produktif setiap tahunnya mengalami perubahan berdasarkan asumsi-asumsi yang telah ditentukan diawal. Total penerimaan dan jumlah domba tidak produktif yang dijual setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Total peneriman dan jumlah domba tidak produktif yang dijual per tahun

Tahun Ke- Jumlah Domba

Tidak Produktif (ekor) Total Penjualan (Rp)

1 0 0 2 1 650 000 3 1 650 000 4 1 650 000 5 1 1 300 000 6 2 1 300 000 7 2 1 300 000 8 2 1 300 000 9 2 1 300 000 10 3 1 950 000 Total penerimaan 10 400 000

41 4 Manfaat Penjualan Pupuk Kandang

Penjualan pupuk kandang diperoleh dari perkalian antara harga dengan volume penjualan pupuk kandang. Harga 1 kg pupuk kandang sebesar Rp 170.00. Dalam analisis, penjualan pupuk kandang dilakukan tiga bulan sekali dimana dalam waktu tiga bulan peternak domba Garut mampu menghasilkan pupuk kandang hingga 2 400 kg sehingga dalam satu tahun penerimaan yang diperoleh dari penjualan pupuk kandang sebesar Rp 1 632 000.00.

b Komponen Arus Pengeluaran (outflow)

Biaya yang dikeluarkan dalam pengembangan usaha peternakan domba Garut diperoleh dari dana pribadi dan pinjaman kredit bank. Komponen arus pengeluaran (outflow) terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan biaya perawatan. Berikut rincian komponen arus pengeluaran (outflow) dalam pengembangan usaha peternakan domba Garut:

1 Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal proyek dan tidak habis dalam satu periode dalam pelaksanaan pengembangan usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan terdiri dari biaya pembuatan kandang pada awal tahun dan penambahan pembuatan kandang pada tahun kelima dikarenakan adanya peningkatan jumlah domba. Selain itu, terdapat biaya pembelian tempat pakan, sabit, sarung tangan, sepatu but, alat pencukur bulu, dan alat pembuat tanduk.

Total biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp 8 337 500.00. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Biaya investasi usaha pengembangan peternakan domba Garut

Komponen Biaya (Rp) Tahun Re-investasi

Kandang 7 500 000 10 Tempat Pakan 57 500 1,2,3,...,10 Sabit 70 000 5,10 Sarung Tangan 20 000 1,2,3,...,10 Sepatu But 150 000 3,6,9 Pencukur Bulu 440 000 3,6,9 Pembuat Tanduk 100 000 3,6,9 Total Biaya Investasi 8 337 500

42

2 Biaya Operasional

Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendukung pelaksanaan pengembangan usaha peternakan domba Garut. Biaya operasional terdiri dari biaya pembelian bibit domba Garut yang dibeli di awal tahun, biaya pembelian pakan tambahan, pembelian suplemen penambah nafsu makan “gayemi”, pembelian obat cacing “albenol-2 500 bolus”, pembelian sabun dan obat-obatan. Selain itu, sewa mobil untuk transportasi dalam penjualan domba ke pasar dan biaya penerangan atau pemanfaatan listrik. Biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahun dalam usaha pengambangan peternakan domba mengalami peningkatan sesuai dengan asumsi yang telah ditetapkan diawal. Total biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 7. Biaya variabel yang dikeluarkan peternak dalam usaha pengembangan peternakan domba Garut pada awal tahun dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Biaya variabel usaha pengembangan peternakan domba Garut

Tahun Ke- Total Biaya (Rp)

1 10 709 600 2 8 085 940 3 9 710 144 4 11 187 012 5 13 330 400 6 16 136 800 7 19 644 800 8 22 451 200 9 26 660 800 10 31 221 200 Total 169 137 896

Sumber: Data primer diolah (2013)

Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha pengembangan peternakan domba Garut yaitu tenaga kerja dan perawatan kandang. Jumlah tenaga kerja pada tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak satu orang. Hal tersebut disebabkan selama lima tahun tenaga kerja masih sanggup mencari rumput dan merawat domba seorang diri. Akan tetapi, terus meningkatnya jumlah domba yang dipelihara pada tahun keenam sampai tahun kesepuluh memacu penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak satu orang. Biaya yang dikeluarkan untuk satu tenaga kerja yaitu Rp 25 000.00 per hari dan diasumsikan satu tahun tenaga kerja

43 bekerja selama 360 hari sehinga biaya yang dikeluarkan untuk satu tenaga kerja selama satu tahun sebesar Rp 9 000 000.00.

Biaya perawatan kandang dikeluarkan untuk perbaikan kandang. Perbaikan kandang dilaksanakan tiga tahun sekali dengan biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 13 333.00.

6.3.3 Analisis Finansial Strategi Pengembangan Usaha Peternakan