• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Cikajang Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Cikajang

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Cikajang Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Cikajang

dihitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) menggunakan pendekatan potensi lahan sebagai sumber dan penyedia hijauan bagi ternak ruminansia. Perhitungan satuan ternak dilakukan dengan cara perkalian populasi ternak dengan koefisien satuan ternak. Selain itu, perhitungan potensi lahan sebagai sumber penyedia hijauan makanan ternak ruminansia dilakukan dengan menghitung potensi luas lahan dalam menghasilkan hijauan, satuannya adalah berat kering (BK). Perhitungan populasi rill ternak ruminansia di Kecamatan Cikajang dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Populasi riil ternak ruminansia di Kecamatan Cikajang

Jenis Ternak Kelompok Umur Satuan Ternak Populasi Riil Ternak (ST)

Sapi Dewasa 1 2 580.04 Muda 0.5 442.53 Anak 0.25 228.22 Kerbau Dewasa 1 22.80 Muda 0.5 0.00 Anak 0.25 3.80 Domba Dewasa 0.14 3 307.09 Muda 0.07 708.66 Anak 0.035 236.22 Kambing Dewasa 0.14 68.54 Muda 0.07 21.42 Anak 0.035 14.99

Total Satuan Ternak 7 634.33

Sumber: Data primer diolah (2013)

Populasi riil ternak ruminansia yang ada di Kecamatan Cikajang mencapai 7 634.33 ST. Populasi riil yang diperoleh digunakan untuk menghitung nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR efektif) yang ada di Kecamatan Cikajang. Untuk mengetahui nilai KPPTR efektif, perlu diketahui juga kapasitas tampung maksimum produksi hijauan dalam mencukupi kebutuhan berat kering ternak per ekor dalam satu hari (KPPTR maksimum). Produksi hijauan diperoleh dari sumber hijauan yang tersedia di Kecamatan Cikajang, terdiri dari persawahan, galengan sawah, tegalan, perkebunan, semak dan hutan (Tabel 14). Berdasarkan perhitungan (Lampiran 3), KPPTR maksimum diperoleh

33 sebesar 3 370.32 ST sehingga KPPTR efektif diperoleh sebesar -4 264.01 ST (Tabel 15).

Tabel 14 Konversi hijauan pakan di Kecamatan Cikajang

No Sumber Hijauan Luas (Ha) Konversi Hijauan (ton BK/Ha/th) 1 Persawahan 281.00 327.00 2 Galengan Sawah 6.54 98.10 3 Tegalan/Kering semusim 901.00 135.15 5 Perkebunan 6 032.00 4 524.00 6 Padang, semak 16.00 240.00 7 Hutan 3 218.00 2 413.50 Jumlah 10 391.54 7 737.75

Sumber: Data primer diolah (2013)

Dalam perhitungan, nilai KPPTR di Kecamatan Cikajang memiliki nilai negatif (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi over population sehingga produksi hijauan makanan ternak (HMT) Kecamatan Cikajang tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak yang ada. Kebutuhan hijauan ternak di Kecamatan Cikajang yang tidak tercukupi disebabkan oleh fluktuasi produksi hijauan. Produktivitas hijauan akan sangat menurun ketika musim kemarau tiba. Selain itu, Kecamatan Cikajang merupakan salah satu daerah sentra pembibitan dan produksi Domba Garut terbesar di Kabupaten Garut sehingga suatu hal yang mungkin apabila terjadi over population yang berdampak pada kurangnya hijauan makanan ternak (HMT) ruminansia.

Tabel 15 Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kecamatan Cikajang

Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Produksi Hijauan (ton BK/ha/th) 7 737.75 KPPTR Maksimum (ST) 3 370.32 Populasi Satuan Ternak (ST) 7 634.33 KPPTR Efektif (ST) - 4 264.01

Sumber: Data primer diolah (2013)

Untuk mengatasi kekurangan dalam memenuhi hijauan makanan ternak (HMT) sebanyak 4 264.01 ST para peternak di Kecamatan Cikajang mendatangkan atau mengambil hijauan pakan dari kecamatan lain yang masih memiliki sumber hijauan dengan intensitas tumbuh tinggi. Selain itu, beberapa peternak mensubtitusi hijauan dengan pakan tambahan seperti ampas tahu atau dedak sehingga dapat mengurangi pemanfaatan hijauan sebagai pakan pokok

34

ternak ruminansia. Pengurangan jumlah populasi ternak ruminansia dengan melakukan penjualan ternak keluar daerah bahkan luar kabupaten telah dilakukan para peternak di Kecamatan Cikajang sehingga membantu mengurangi terjadinyan over population.

6.1.1 Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hijauan Ternak Domba Garut di Kecamatan Cikajang

Berdasarkan hasil analisis KPPTR, diperoleh nilalai KPPTR Efektif di Kecamatan Cikajang sebesar - 4 264.01 ST yang menandakan telah terjadi over population di Kecamatan Cikajang. Hal ini berarti hijauan yang ada di Kecamatan Cikajang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan ternak ruminansia. Apabila dianalisis lebih lanjut, maka jumlah ternak (asumsi Kecamatan Cikajang sebagai sentra domba) sebanyak 30 458 ekor domba dewasa mengalami kekurangan pakan hijauan (Lampiran 4).

Dalam sistem pemeliharaan intensif ketersediaan pakan harus bersifat continue. Apabila kekurangan pakan hijauan dibiarkan begitu saja maka mengakibatkan pertumbuhan domba tidak optimal. Sehingga diperlukan penambahan hijauan berupa meningkatkan produksi hijaun dalam Kecamatan Cikajang maupun mendatangkan hijauan dari luar Kecamatan Cikajang yang memiliki surplus produksi hijauan.

Nilai KPPTR Efektif sebesar - 4 264.01 ST bisa terpenuhi dengan menambahkan hijauan di Kecamatan Cikajang sebanyak 9 789.53 ton BK/tahun (Lampiran 5). Apabila kebutuhan tersebut ingin dipenuhi maka diperlukan budidaya lahan untuk pakan hijauan, seperti budidaya rumput gajah (Pennisetum purporeum L.) seluas 652.64 hektar. Dimana dalam satu tahun rumput gajah mampu memproduksi sebesar 15 ton BK/hektar. Dengan dilakukannya budidaya rumput gajah maka tidak hanya dalam segi kuantitas namun segi kualitas nutrisi dapat mencukupi secara optimal. Pada lahan budidaya, pemagaran dapat menggunakan leguminosa pohon, seperti kaliandra (Caliandra haematocephala Hassk), turi (Sesbania grandiflora Pers.), gamal (Gliricidia sepium) dan lamtoro (Leucaena leucocephala). Selain berfungsi sebagai pelindung tanaman inti, leguminosa pohon ini dapat berfungsi sebagai penyedia hijauan berprotein tinggi sebagai suplementasi pakan ternak.

35 6.1.2 Manajemen Pembukaan Lahan Budidaya Pakan Hijauan di

Kecamatan Cikajang

Pembukaan lahan budidaya hijauan di Kecamatan Cikajang untuk memenuhi 30 458 ekor domba dewasa sebaiknya dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan Cikajang di bawah pengawasan UPTD Peternakan, mengingat luas lahan yang diperlukan sebesar 652.64 hektar. Apabila dikelola perseorangan oleh peternak maka hasilnya tidak akan maksimal. Adapun beberapa kendala apabila dibudidayakan perseorangan yaitu sebagai berikut: (1) waktu tunggu antara tanam dan panen lama; (2) luas lahan apabila dibagi dengan peternak yang ada sangat tidak efektif; (3) penanganan yang relatif lebih sulit; (4) pemerintah kurang berpartisipasi aktif dalam perkembangan peternakan.

Lahan budidaya hijauan seluas 652.64 hektar dapat memanfaatkan lahan komunal (tidak terpakai) yang ada di Kecamatan Cikajang agar lahan termanfaatkan sehingga menjadi lahan produktif. Lahan budidaya hijauan dapat ditanami rumput gajah (Pennisetum purporeum L.), tanaman rumput pendek, seperti brachiaria sp., beberapa leguminosa semak, seperti Centrosema pubescens, Pueraria phaseoloides, Calopogonium mucunoides, dan leguminosa pohon, seperti (Caliandra haematocephala Hassk), turi (Sesbania grandiflora Pers.), gamal (Gliricidia sepium) dan lamtoro (Leucaena leucocephala). Hal tersebut bertujuan selain sebagai lahan budidaya hijauan dapat digunakan sebagai lahan penggembalaan.

Pola penanaman budidaya hijauan seluas 652.64 hektar dibuat pola petak 5 000 m2, petak yang dihasilkan adalah 1305 petak. Apabila setiap hari panen satu petak maka pemanenan dapat terus berlangsung (continue) setiap hari sesuai dengan umur rumput produktif (45 hari). pembuatan pola petak ini bertujuan ketika pemanenan waktunya bisa berselang dan ada waktu tumbuh untuk petakan yang pertama kali dipanen. Pola tanam seperti ini disebut dengan manajemen panen.

6.2 Analisis Pendapatan Peternakan Domba Garut di Kecamatan Cikajang