• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

4.4 Metode Analisis Data

4.4.1 Analisis Biaya Eksternal

Menurut Gittinger (1986), biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang kita terima. Biaya yang digunakan dalam proyek terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan biaya lainnya. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya proyek, biasanya memerlukan biaya yang besar. Biaya investasi yang digunakan dalam pembangunan IPAL adalah biaya untuk pembangunan IPAL sedangkan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan pada setiap

proses produksi dilakukan. Biaya operasional untuk IPAL adalah upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya perawatan dan biaya angkutan. Biaya pengolahan dengan IPAL tersebut akan dibandingkan dengan jumlah limbah yang dihasilkan oleh industri tempe. Sehingga diperoleh biaya pengolahan dengan IPAL untuk setiap industri tempe.

Biaya pengolahan limbah dihitung dengan cara menjumlah semua biaya- biaya pembangunan IPAL dan jumlah tersebut akan dibagi dengan jumlah industri yang menggunakan IPAL. Sehingga didapat biaya pengolahan limbah per rumah tangga pengrajin tempe. Perhitungan biaya eksternal dengan IPAL adalah sebagai berikut :

B = A / C Keterangan :

B : Biaya pengolahan limbah per rumah tangga pengrajin (Rp/tahun/RTP) A : Biaya keseluruhan pembangunan IPAL (Rp/tahun)

C : Jumlah industri tempe yang menggunakan IPAL (RTP)

4.4.2 Analisis Perubahan Kelayakan Usaha Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Eksternal

Biaya eksternal yang diperoleh dari perhitungan akan dimasukkan ke dalam struktur biaya industri tempe kemudian dilakukan analisis finansial dan perubahan kelayakan setelah internalisasi biaya eksternal. Analisis tersebut dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh dengan kriteria kelayakan investasi. Menurut Gittinger (1986), beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Nilai Sekarang Neto (Net Present Value)

( )

= = + − n t t t t t i C B 1 1

2) Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate Return)

) ( ' ' i i NPV NPV NPV i IRR − − + =

3) Rasio Manfaat dan Biaya (B/C Ratio)

( )

( )

= = = = + + n t t t t n t t t t i C i B 1 1 1 1 4) Payback Period Ab I PP= Keterangan :

Bt = Manfaat yang diperoleh tiap tahun

Ct = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya t = 1, 2, ……, n

n = Jumlah tahun

i = Tingkat bunga (diskonto) yang digunakan atau menghasilkan NPV positif

i’ = Tingkat bunga (diskonto) yang menghasilkan NPV negatif

NPV = Net Present Value Positif

Jika nilai sekarang neto bernilai lebih dari nol, tingkat pengembalian internal lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku, rasio manfaat dan biaya lebih dari satu dan semakin pendek periode yang diperlukan maka usaha dapat dikatakan layak. Apabila nilai sekarang neto bernilai kurang dari nol, tingkat pengembalian internal kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku, rasio manfaat dan biaya kurang dari satu dan periode yang diperlukan dalam usaha panjang maka dapat dikatakan proyek dengan internalisasi biaya eksternal tidak dapat menghasilkan apa-apa dan tidak dapat mengembalikan biaya-biaya yang dikeluarkan.

4.4.3 Model Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Pengrajin Tempe Melakukan Pengolahan Limbah

Analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengrajin tempe untuk melakukan pengolahan dengan IPAL dilakukan dengan mengunakan model regresi logistik atau model logit. Hal yang membedakan model regresi logit dengan regresi biasa adalah peubah terikat dalam model tersebut bersifat dikotomi (Hosmer dan Lameshow, 1989).

Bentuk fungsi dari model logit adalah sebagai berikut :

p p p p Ln = + Χ + Χ + + Χ ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − α β1 1 β2 2 … β 1

Model dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengrajin tempe untuk melakukan pengolahan dengan IPAL adalah sebagai berikut :

Yi = β0 + β1TK. PENDi + β2UMURi + β3JARAKi + β4LTUi + β5LUi + β6JUML

TANGi + β7PDPTNi + ei

Keterangan : Yi = Kesediaan pengrajin melakukan pengolahan limbah

Y = 1, bersedia melakukan pengolahan limbah Y = 0, tidak bersedia melakukan pengolahan limbah β0 = Intersep

β1,...,β7 = Koefisien regresi

TK. PEND = Tingkat pendidikan (1=Tamat SD/Sederajat, 2=Tamat SLTP/Sederajat dan 3=Tamat SLTA/Sederajat)

UMUR = Umur (1=umur 23-29 tahun, 2=umur 30-36 tahun, 3=umur 37-43 tahun, 4=umur 44-50 tahun, 5=umur 51-57 tahun dan 6=umur 58-64 tahun)

JARAK = Jarak ke sungai (1=0-50,00 m2, 2=50,01-100,00 m2, 3=100,01-200,00 m2, 4=200,01-300,00 m2 dan 5=300,01-500,00 m2)

LTU = Luas tempat usaha (1=0-50,00 m2, 2=50,01- 100,00 m2, 3=100,01-150,00 m2 dan 4=>150,00 m2)

LU = Pengalaman usaha (1=3-9 tahun, 2=10-16 tahun, 3=17-23 tahun, 4=24-30 tahun, 5=31-37 tahun dan 6=38-44 tahun)

JUML TANG = Jumlah tanggungan (1=0-1 orang, 2=2-3 orang, 3=4-5 orang, 4=6-7 orang, 5=8-9 orang dan 6=10-11 orang)

PDPTN = Pendapatan usaha (1=Rp 0-Rp 150.000, 2=Rp 150.001-Rp 300.000, 3=Rp 300.001-Rp 450.000, 4=Rp 450.001-Rp 600.000, 5=Rp 600.001-Rp 750.000 dan 6=Rp 750.001-Rp 900.000

i = Responden ke-i yang bersedia atau tidak melakukan pengolahan limbah (i= 1, 2, 3, ....,n) ei = Error terms

β1, β2, β3, β4, β5 , β7 > 0 dan β6 < 0

Persamaan diatas disebut dengan persamaan logit/logistik. Dimana Z dikenal dengan logit yang merupakan logaritma dari rasio sebelumnya dan linier dalam variable independent dan parameter metode estimasinya adalah Maximum Likelihood Estimator (MLE) dan koefisien yang didapatkan konsisten.

Pemilihan variabel berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu dan observasi di lapangan. Variabel tingkat pendidikan, luas tempat usaha, umur, pendapatan, pengalaman usaha, dan jarak ke sungai diduga berbanding lurus dengan tingkat kesediaan pengrajin tempe melakukan pengolahan limbah sedangkan variabel jumlah tanggungan diduga berbanding terbalik dengan tingkat kesediaan pengrajin tempe melakukan pengolahan limbah. Hubungan tersebut mengandung makna semakin tinggi tingkat pendidikan maka diduga akan semakin besar kesediaan pengrajin untuk melakukan pengolahan limbah. Dilihat dari luas tempat usaha terdapat hubungan positif yaitu semakin luas tempat usaha maka diduga akan semakin besar kesediaan melakukan pengolahan limbah. Variabel umur menunjukkan dugaan bahwa semakin bertambahnya umur maka tingkat kesediaan melakukan pengolahan limbah akan meningkat, sementara

hubungan dengan variabel pendapatan adalah semakin besar pendapatan maka diduga pengrajin semakin bersedia melakukan pengolahan limbah.

Semakin berpengalaman dalam melakukan usaha tempe maka pengrajin semakin bersedia melakukan pengolahan limbah dan semakin jauh jarak rumah terhadap sungai akan semakin besar tingkat kesediaan pengrajin. Selain itu, semakin banyak jumlah tanggungan maka pengrajin akan semakin tidak bersedia melakukan pengolahan limbah.

Pengujian Parameter Uji G

Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan variabel penjelas secara serentak. Rumus umum untuk uji G (Hosmer dan Lameshow, 1989) adalah :

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = 1 0 ln 2 l l G Dimana:

lo = nilai likelihood tanpa variabel penjelas l1 = nilai likelihood model penuh

Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden adalah sebagai berikut : Ho = β1= β2 = ... = βk = 0

H1 = minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, dimana i = 1, 2, ...5

Statistik G akan mengikuti sebaran χ2 dengan derajat bebas α. Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G > χ2p(α), maka hipotesis nol (H0) ditolak.

di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi (Hosmer dan Lameshow, 1989).

Uji Wald

Uji wald digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut tersebut yang semua peubahnya bernilai 0.

( )

i i SE W β β = H0: βi = 0 H1 : βi≠ 0 Dimana :

βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)

SE (βi) = Galat kesalahan dari βi Odd ratio

Odd ratio merupakan kemunculan dari peubah respon (Y=1) sebesar exp

(β) kali jika taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengn taraf atribut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul, dengan kata lain, odd ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang.

Kebaikan Model

Berbeda dengan regresi linier, dalam regresi logit, tingkat kebaikan model dapat dilihat secara langsung dari Percentage Correct dalam Classification Table. Semakin persentase nilai yang muncul, semakin bagus model yang digunakan.

Omnimbus Test Of Model Coefficient

Omnimbus test of model coefficient digunakan untuk melihat apakah model yang digunakan nyata atau tidak. Dalam metode pengujian ini terdapat

nilai chi-square yang merupakan rasio likelihood antara ‘model dengan variabel’ dengan ‘model tanpa variabel’.

Interpretasi Koefisien

Jika koefisien bertanda (+) maka odd ratio akan lebih dari 1. jika variabelnya merupakan skala nominal (dummy) maka dummy = 1 memiliki kecenderungan untuk Y=1 sebesar exp (β) kali dibandingkan dengan dummy = 0. jika variabelnya bukan dummy maka semakin besar X maka exp (β) ≥ 1, sehingga

semakin besar nilai X semakin besar pula kecenderungan untuk = 1.

4.5 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut :

1. Umur proyek didasarkan pada umur proyek IPAL yaitu selama sepuluh tahun.

2. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 13 persen per tahun berdasarkan tingkat suku bunga kredit Bank Umum rata-rata untuk konsumsi dan investasi tahun 2008.

3. Manfaat yang diterima dalam proyek adalah manfaat yang tidak dapat dihitung.

4. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Perhitungan mengenai pajak penghasilan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Tarif Pajak Untuk Berbagai Lapisan Penghasilan Kena Pajak Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Rp 0 s.d Rp 50.000.000,00 10% (sepuluh persen) Rp 50.000.000,01- Rp 100.000.000,00 15% (lima belas persen) di atas Rp 100.000.000,00 30% (tiga puluh lima persen)

Sumber : UU RI no.17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU RI no.17 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dalam Sidauruk (2005).

4.6 Definisi Operasional

1. Responden adalah unit industri rumah tangga yang membuang limbah cair langsung ke sungai.

2. Limbah cair tempe adalah zat sisa (buangan) yang dihasilkan dari proses pencucian kedelai dalam produksi tempe dan tidak termasuk ampas kedelai. 3. Harga produk adalah harga jual dari pengrajin tempe.

4. Harga input adalah harga yang diterima oleh pengrajin untuk mendapatkan bahan baku untuk memproduksi tempe.

5. Biaya investasi IPAL adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk membangun IPAL.

6. Biaya operasional IPAL adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan perawatan IPAL.

7. Biaya eksternal adalah biaya yang untuk mengolah limbah menggunakan IPAL.

8. Internalisasi biaya eksternal adalah biaya eksternal yang ditanggung oleh pengrajin.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN