• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya Volume Laba ( Cost Volume Profit Analysis ) Analisis Titik Impas

Menurut Mulyadi (2001:232), impas merupakan “keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian. “

Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas bila jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.

Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:274), titik impas merupakan “titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol.”

Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:232), analisis impas merupakan “suatu cara untuk mengetahui volume penjualan

minimum agar suatu usaha tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh laba.”

Dengan adanya analisis impas ini, perusahaan dapat mudah melakukan pengawasan volume penjualan dalam mencapai target laba yang ditentukan. Analisis yang berhubungan dengan target laba disebut dengan analisis biaya volume laba.

Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume laba karena untuk mengetahui impas maupun keamanan volume penjualan, perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.

Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai yang dikendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik. Hal tesebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memprediksikan kondisi usaha pada masa yang akan datang dengan penuh ketidakpastian, serta mengamati kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan.

Menurut Halim dan Supomo (2005:49), ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu:

1. Biaya 2. Harga jual

3. Volume (Penjualan atau Produksi)

Biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang

bersangkutan. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya

volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan. Sedangkan

besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produk atau jasa tersebut. Selanjutnya pada gilirannya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi. Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi laba di atas saling terkait antara satu dengan yang lain.

Dasar-dasar analisis biaya volume laba memanfaatkan contribution margin. Contribution margin merupakan selisih antara hasil penjualan dan seluruh komponen biaya variabel (produksi, administrasi dan penjualan).

Contribution margin dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan bila masih tersisa, maka sisanya merupakan laba. Jika manajemen ingin mengetahui kuantitas penjualan impas, maka ia harus sadar bahwa contribution margin total jumlahnya harus sama dengan biaya tetap total. Keadaan ini akan tercapai bila kuantitas penjualan adalah sebanyak biaya total dibagi dengan contribution margin (CM) per unit.

Contribution margin positif menunjukkan hasil penjualan dapat digunakan untuk menutup biaya variabel dan seluruh atau sebagian biaya tetap. Apabila contribution margin melebihi jumlah biaya tetap total, maka kelebihan merupakan laba. Berikut ini akan dibuat contoh:

PT. ABC

LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X

Total per Unit

Penjualan (10.000 unit) Rp. 3.000.000 Rp. 300

Biaya Variabel Rp. 1.200.000 (-) Rp. 120 (-)

Contribution Margin Rp. 1.800.000 Rp. 180

Biaya Tetap Rp. 720.000 (-)

Laba Bersih Rp. 1.080.000

Sumber : Slamet Sugiri,2002:107

Kalau diperhatikan, maka contribution margin per unit yang besarnya Rp. 180, maka kita dapat menganalisis bahwa setiap unit barang terjual mempunyai kontribusi untuk menutup biaya tetap sebesar Rp. 180 tersebut. Biaya tetap pada laporan di atas menunjukkan jumlah Rp. 720.000. Dengan memperhatikan makna contribution margin per unit, maka kita dapat dengan cepat mengetahui berapa unit barang harus terjual agar seluruh biaya tetap tadi tertutup. Dengan kata lain, kita dapat menentukan titik impasnya. Agar seluruh biaya tetap tertutup tanpa memperoleh laba, maka jumlah contribution margin total harus sebesar Rp. 720.000. Ini tercapai apabila jumlah produk yang terjual adalah 4.000 unit, biaya tetap total dibagi dengan contribution margin per unit (Rp. 720.000/180). Pada contoh dibawah ini menunjukkan titik impas apabila penjualannya adalah 4.000 unit

PT. ABC

LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X

Total per Unit

Penjualan (4.000 unit) Rp. 1.200.000 Rp. 300

Biaya Variabel Rp. 480.000 (-) Rp. 120 (-)

Contribution Margin Rp. 720.000 Rp. 180

Biaya Tetap Rp. 720.000

1. Metode persamaan (equation method)

(-)

Laba Bersih Rp. 0

Sumber : Slamet Sugiri,2002:108

Analisis titik impas (break even point) dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation method) dan metode margin kontribusi (contribution margin method). Kedua metode tersebut ekuivalen.

Metode persamaan memanfaatkan data-data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format berupa persamaan berikut :

Laba = Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap) atau

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba Sumber : Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006:259)

Untuk memberikan ilustrasi, maka dibuat suatu contoh. Misalnya data perusahaan PT. XYZ sebagai berikut:

Biaya tetap total selama 1 periode = Rp. 20.000 Biaya variabel per unit produk = Rp. 600 Harga jual produk per unit = Rp. 1.000 Sumber : Slamet Sugiri,2002:113

Jika X adalah jumlah unit produk yang dijual, maka laba yang diperoleh dengan menggunakan persamaan di atas adalah sebagai berikut:

Laba = 1.000X – 600X – 20.000

Pada persamaan di atas, penjualan total adalah perkalian harga jual per unit dengan volume penjualan, yaitu 1.000X. Biaya variabel total adalah perkalian antara biaya variabel per unit dengan volume penjualan yaitu 600X. Adapun biaya tetap total adalah konstan Rp. 20.000 karena tidak tergantung pada volume penjualan. Dalam kondisi impas laba adalah no l (0) sebagai berikut:

0 = 1.000X – 600X – 20.000

Jadi X (penjualan) pada titik impas dapat dicari dengan menyelesaikan persamaan di atas sebagai berikut:

20.000 = 400X X= 20.000/400 X= 50

Jadi impas tercapai pada volume penjualan sebanyak 50 unit produk. Ini terbukti dari perhitungan berikut:

Penjualan 50 unit @ Rp. 1.000 Rp. 50.000 Biaya variabel 50 unit @ Rp.600

Contribution Margin Rp. 20.000

Biaya Tetap

Rp. 30.000

2. Metode margin kontribusi (contribution margin method) Rp. 20.000

Laba bersih Rp. 0

Sumber : Slamet Sugiri,2002:113

Metode margin kontribusi pada dasarnya adalah metode singkat dari metode persamaan. Pendekatan ini memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Adapun formulanya sebagai berikut :

Titik impas (Unit) Biaya Tetap

Margin Kontribusi/Unit Penjualan Titik impas (Jual) Biaya Tetap

Rasio Margin Kontribusi

Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi/Total Penjualan Sumber : Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006:259)

-

-

=

Dari contoh PT. XYZ di atas, maka dapat dihitung titik impasnya yaitu: Titik impas (Unit) 20.000

20.000/50 unit Titik impas (Unit) = 50 unit

Titik impas (Jual) 20.000 20.000/50.000 Titik impas (Jual) = Rp. 50.000

Grafik Hubungan Biaya - Volume - Laba

Hubungan antara pendapatan, biaya, laba dan volume dapat disajikan dalam bentuk grafik CVP yang menggambarkan hubungan dari serangkaian aktivitas dan dapat maemberikan perspektif yang tidak dapat diperoleh dalam metode yang lainnya.

Grafik CVP digambarkan berdasarkan beberapa asumsi penting, yaitu : 1. Analisis mengasumsikam suatu fungsi pendapatan linear dan suatu

fungsi biaya linear.

2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, biaya tetap total, dan biaya variabel unit dapat secara tepat diidentifikasi dan tetap konstan disemua rentang yang relevan.

3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dijual.

4. Untuk menganalisis produk berganda, kombinasi penjualan diasumsikan diketahui.

5. Harga penjualan dan biaya diasumsikan diketahui dengan pasti. =

Proses membuat grafik CVP dapat melalui tiga tahap, yaitu :

1. Buatlah garis paralel dengan sumbu volume untuk menunjukkan besarnya total biaya tetap.

2. Pilihlah beberapa volume penjualan dan plot dengan total biaya ( tetap dan variabel ) pada tingkat aktivitas yang dipilih , tarik garis

dari titik tersebut ke titik potong sumbu vertikal dengan biaya tetap 3. Tentukan volume penjualan dan buatlah titik yang menunjukkan

total penjualan pada tingkat aktivitas yang dipilih , tarik garis dari titik tersebut ke titik pusat.

Gambar 2.1 : Grafik CVP

Sumber : Hansen dan Mowen (2005:445) unit Biaya Tetap Total Biaya Total Pendapatan Pendapatan Titik Impas Laba Rugi

Adapun data transaksi PT. XYZ jika digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 2.1. berikut :

Gambar 2.2 Grafik Analisa Biaya Volume Laba

Setiap tambahan satu unit produk yang terjual di atas titik impas, maka laba akan bertambah sebesar contribution margin (CM) per unit produk seperti berikut:

Penjualan 51 unit @ Rp. 1.000 Rp. 51.000 Biaya variabel 51 unit @ Rp.600

Contribution Margin Rp. 20.400

Biaya Tetap

Rp. 30.600 -

Rp. 20.000

Laba bersih Rp. 400

Sumber : Slamet Sugiri,2002:115

- 20.000 40.000 60.000 80.000 20 40 60 80 Biaya Tetap Biaya, Penjualan (dalam Rupiah) 50 50.000

Volume Penjualan (Unit) Titik Impas Biaya Variabel 75 75.000 Daerah Laba Daerah Rugi 30.000 Total Biaya

Pendekatan persamaan dan contribution margin (CM) per unit yang telah diuraikan di atas menghitung titik impas dan tingkat dalam unit produk yang terjual. Akan tetapi, volume penjualan tidak selalu diukur dalam unit produk. Beberapa perusahaan menghasilkan jasa sebagai outputnya. Pada keadaan ini, mungkin lebih tepat untuk mengukur volume penjualan dalam satuan rupiah penjualan. Oleh karena itu, harus menggunakan contribution margin ratio yang merupakan perbandingan antara contribution margin dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan persentase tiap satuan rupiah penjualan yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan laba.

Dengan memperhatikan makna titik impas dan contribution margin per unit, maka kita dapat menganalisis lebih lanjut bahwa setiap penjualan satu unit di atas titik impas akan memberi laba sebesar contribution margin per unit tersebut. Analisis seperti ini memudahkan manajer untuk merencanakan jumlah unit yang harus dijual di atas titik impas untuk mencapai sejumlah laba tertentu. Seandainya manajer merencanakan untuk mencapai laba Rp. 1.800., maka manajer akan menargetkan penjualan 10 unit di atas titik impas, yang diperoleh dari laba yang diinginkan dibagi dengan contribution margin per unit, jadi Rp. 1800/180 yaitu 10 unit seperti contoh di bawah ini.

PT. ABC

LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X

Total per Unit

Penjualan (4.010 unit) Rp. 1.203.000 Rp. 300

Biaya Variabel Rp. 481.200 (-) Rp. 120 (-)

Contribution Margin Rp. 721.800 Rp. 180

Biaya Tetap Rp. 720.000

Total Per unit

Penjualan (1 speaker) $250 $250

Dikurangi biaya variabel $ (-)

Laba Bersih Rp. 1.800

Sumber : Slamet Sugiri,2002:108

Berikut ini akan dibuat contoh lain, misalnya diasumsikan perusahaan Acoustic Concepts hanya dapat menjual satu buah speaker pada bulan tertentu. Laporan perusahaan akan tampak sebagai berikut :

150 $150

Margin kontribusi $100 $100

Dikurangi biaya tetap 35.000

Untuk setiap penambahan unit yang terjual, akan diperoleh tambahan $100 margin kontribusi yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Jika

Rugi bersih $(34.900)

perusahaan berhasil menjual 2 unit speaker, maka margin kontribusi akan bertambah $100 (menjadi $200) dan rugi perusahaan akan berkurang $100 menjadi $34.800 seperti berikut:

Total Per unit

Penjualan (2 speaker) $500 $250

Dikurangi biaya variabel $300 $150

Margin kontribusi $200 $100

Dikurangi biaya tetap $35.000

Laba bersih $(34.800) Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 252)

Jika terjual speaker sampai jumlah tertentu sehingga diperoleh margin kontribusi $35.000 maka seluruh biaya tetap sudah dapat ditutup dan perusahaan telah berprestasi pada titik impas untuk bulan tersebut. Pada titik impas tersebut, perusahaan tidak mendapatkan laba tetapi juga tidak menderita kerugian. Untuk mencapai titik impas (break even points), perusahaan harus menjual 350 speaker setiap bulan, karena masing-masing speaker yang terjual mempunyai margin kontribusi $100 seperti berikut:

Total Per unit

Penjualan (350 speaker) $87.500 $250

Dikurangi biaya variabel $52.500 $150

Margin kontribusi $35.000 $100

Dikurangi biaya tetap $35.000

Total Per unit

Penjualan (351 speaker) $87.500 $250

Dikurangi biaya variabel $ Laba bersih $0

Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 253)

Pada saat titik impas telah dicapai, laba bersih sebesar margin kontribusi per unit untuk tambahan setiap unit yang terjual. Jika terjual 351 unit speaker terjual pada bulan tertentu, maka dapat diharapkan akan diperoleh laba bersih sebesar $100 karena perusahaan dapat menjual 1 unit lebih banyak di atas titik impas seperti berikut:

52.650 $150

Margin kontribusi $35.100 $100

Dikurangi biaya tetap $35.000

Laba bersih $ 100 Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 253)

Analisa biaya volume laba kadang-kadang disederhanakan menjadi analisa titik impas. Padahal analisa titik impas hanyalah salah satu elemen analisa biaya volume laba.

Salah satu elemen dalam analisa biaya volume laba adalah penjualan.

Menurut Zaki Baridwan (2001:10):

Penjualan adalah kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan) dan pencatatan penjualan dan atau suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang kebutuhan yang telah dihasilkan kepada mereka yang memerlukannya dengan imbalan uang menurut harga yang ditentukan.

Bagian-bagian yang terkait dalam prosedur penjualan yaitu: 1. Bagian pesanan penjualan

Dalam perusahaan kecil, fungsi pesanan penjualan dapat dipegang oleh seorang karyawan dalam bagian penjualan. Tetapi dalam perusahaan besar bagian pesanan penjualan merupakan bagian yang berdiri di bawah bagian penjualan. Untuk keadaan tersebut, bagian pesanan penjualan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Mengawasi semua pesanan yang diterima.

b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan atau salesman dan melengkapi informasi yang kurang yang berhubungan dengan spesifikasi produk dan tanggal pengiriman.

d. Menentukan tanggal pengiriman. Apabila gudangnya lebih dari satu, tentukan dari gudang mana akan dilakukan pengiriman.

e. Membuat surat perintah pengiriman dan back orders beserta tembusan-tembusannya.

f. Membuat catatan mengenai pesanan-pesanan yang diterima dan mengikuti pengirimannya sehingga dapat diketahui pesanan-pesanan mana yang belum dipenuhi.

g. Mengadakan hubungan dengan pembeli mengenai barang-barang yang dikembalikan oleh pembeli, membuat catatan dan mengeluarkan bukti memorial untuk bagian piutang.

2. Bagian kredit

Dalam prosedur penjualan, setiap pengiriman barang untuk memenuhi pesanan pembeli yang syaratnya kredit, harus mendapatkan persetujuan dari bagian kredit. Agar dapat memberikan persetujuan,bagian kredit menggunakan catatan yang dibuat oleh bagian piutang untuk tiap-tiap langganan mengenai sejarah kreditnya,jumlah maksimum dan ketepatan waktu pembayarannya. Persetujuan dari bagian kredit biasanya ditunjukkan dalam formulir surat perintah pengiriman yang diterima dari bagian pesanan penjualan.

3. Bagian gudang

Dalam hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas untuk menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah.

Barang-barang ini diserahkan ke bagian pengiriman untuk dibungkus dan dikirimkan ke pembeli.

4. Bagian pengiriman

Bagian pengiriman bertugas untuk mengirim barang-barang pada pembeli. Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat perintah pengiriman yang sah. Selain itu bagian pengiriman juga bertugas mengirimkan kembali barang-barang kepada penjual yang keadaannya tidak sesuai dengan yang dipesan. Pengembalian barang ini dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian.

5. Bagian billing

Tugas bagian pembuatan faktur adalah:

a. Membuat (menerbitkan) faktur penjualan dan tembusan-tembusannya.

b. Menghitung biaya kirim penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai. c. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan dalam faktur.

Dokumen terkait