UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EXTENSI MEDAN
SKRIPSI
PENGAWASAN VOLUME PENJUALAN MENGGUNAKAN
ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA PT. BINTANG TIMUR
PRIMA LESTARI MEDAN
Oleh :
Nama : Maisarah NIM : 040522030 Departemen : Akuntansi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Event Point Pada PT Bintang Timur Prima Lestari Medan.”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan sengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 30 Juni 2008 Yang Membuat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya. Tak lupa pula shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sebagai hamba Allah yang memiliki banyak keterbatasan, penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis belumlah cukup untuk menjadikan skripsi ini masuk dalam nominasi sempurna baik dalam penggunaan bahasa maupun penyajian data. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnan skripsi ini.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, pemikiran, tenaga, materi dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Iskandar Muda, SE. MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga skrips ini dapat diselesaikan. 4. Bapak Drs. M. Utama Nst, MM selaku pembanding/penguji yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Rustam, MSi selaku pembanding/penguji yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Pimpinan, Staff dan Pegawai PT Bintang Timur Prima Lestari Medan yang telah bersedia membantu penulis selama masa penyelesaian skripsi ini.
7. Keluarga tercinta ; Suamiku Wasis Hendra dan 2 jagoan kecilku yang selalu memberi semangat, Ibunda dan Mertua yang selalu mendoakan, Kakakku dan Mbakyu dedek, adik-adikku dan juga keponakanku Intan dan Ibnu yang banyak membantu serta keluarga besar lainnya.
8. Seluruh teman – teman penulis; Yoan, Taufik, Ita, serta teman – teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Amin.
Medan, 30 Juni 2008 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah ... 3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
E. Kerangka Konseptual ... 4
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Analisis CVP ... 6
B. Kegunaan dan Manfaat CVP ... 7
C. Kelebihan dan Kelemahan CVP... 8
D. Analisis Biaya Volume Laba (Cost Volume Profit)... 9
E. Pengertian Biaya... 25
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
B. Sumber dan Jenis Data ... 43
C. Teknik Pengumpulan Data ... 44
D. Metode Analisis Data ... 44
BAB IV: HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 45
1. Gambaran Umum Perusahaan ... 45
a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 45
b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46
2. Pengawasan Volume Penjualan pada Perusahaan... 50
B. Analisis Hasil Penelitian ... ... 51
1. Analisis Titik Impas ... 54
2. Analisis Keamanan Penjualan ... 60
3. Analisis Pencapaian Laba ... 62
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan yang berkeduduka n di jalan Perbaungan No. 2-G Medan. Diperusahaan ini penulis melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Even Point Pada PT Bintang Timur Prima Lestari Medan.” Tujuan penulis melakukan penelitian di perusahaan ini adalah untuk mempermudah perusahaan dalam mengawasi volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point sehinnga dapat mudah menentukan keamanan penjualan perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.
Metode penelitian yang diterapkan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah bersifat Deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan pihak yang berkompoten di dalam perusahaan, dan melalui
pengamatan langsung pada data penjualan barang, data biaya tetap dan data biaya variabel. Metode analisis data yang digunakan mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan analisis break even point.
Temuan dari penelitian yang telah dilakukan adalah PT Bintang Timur Prima Lestari Medan belum melakukun pengawasan volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point.
ABSTRACT
PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan was stute on jalan Perbaungan No.2-G Medan. At this company, the writer do observation scription with title “Sales Volume Control Using Break Even Point Analysis in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan.” The direction writer done observation at company make easy the company in control sales volume by using break even point analysis so that easy to detrmine margin of safety and sales volume in reaching profit goals.
The observation methode was writer done in the pile up this observation is Descriiptif Methode. The technic up this observation by interview to the compatant management of the company and through direct perception data of goods sales, data of fixed cost and data of variable cost. The analysis methode to do give sollution for this trouble is using break even point analysis.
The finding of observation has been done in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan not yet doing sales volume control using break even point analysis.
ABSTRAK
PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan yang berkeduduka n di jalan Perbaungan No. 2-G Medan. Diperusahaan ini penulis melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Even Point Pada PT Bintang Timur Prima Lestari Medan.” Tujuan penulis melakukan penelitian di perusahaan ini adalah untuk mempermudah perusahaan dalam mengawasi volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point sehinnga dapat mudah menentukan keamanan penjualan perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.
Metode penelitian yang diterapkan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah bersifat Deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan pihak yang berkompoten di dalam perusahaan, dan melalui
pengamatan langsung pada data penjualan barang, data biaya tetap dan data biaya variabel. Metode analisis data yang digunakan mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan analisis break even point.
Temuan dari penelitian yang telah dilakukan adalah PT Bintang Timur Prima Lestari Medan belum melakukun pengawasan volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point.
ABSTRACT
PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan was stute on jalan Perbaungan No.2-G Medan. At this company, the writer do observation scription with title “Sales Volume Control Using Break Even Point Analysis in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan.” The direction writer done observation at company make easy the company in control sales volume by using break even point analysis so that easy to detrmine margin of safety and sales volume in reaching profit goals.
The observation methode was writer done in the pile up this observation is Descriiptif Methode. The technic up this observation by interview to the compatant management of the company and through direct perception data of goods sales, data of fixed cost and data of variable cost. The analysis methode to do give sollution for this trouble is using break even point analysis.
The finding of observation has been done in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan not yet doing sales volume control using break even point analysis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dewasa ini, terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan semakin maju cara–cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini perlu dikembangkan pemikiran–pemikiran dan pengawasan yang baik agar menghasilkan keluaran secara optimal, sehingga dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Pimpinan perusahaan perlu mengawasi kegiatan operasional perusahaan yang sedang berlangsung dan bagaimana membuat kegiatan operasional tersebut menghasilkan kemajuan perusahaan. Salah satu hal yang perlu diawasi oleh pimpinan perusahaan adalah pengawasan volume penjualan. Untuk melakukan pengawasan
(margin of safety) perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba. Keamanan penjualan (margin of safety) merupakan informasi berapa jumlah maksimal volume penjualan yang diperbolehkan turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian, sedangkan volume penjualan dala m mencapai target laba atau yang disebut dengan analisis biaya volume laba merupakan suatu analisis yang dapat membantu perusahaan dala m melakukan pengawasan volume penjualan untuk mencapai target laba yang diinginkan.
PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan komputer dengan berbagai merek seperti Acer, Tosibha dan Compag. Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan sulit melakukan pengawasan volume penjualan karena permintaan barang oleh konsumen setiap bulan berbeda-beda.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai masalah ini pada PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan dan menuliskannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Even Point pada PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan.”
B. Perumusan Masalah
dalam melakukan pengawasan volume penjualan telah menggunakan analisis impas (break even point) ?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah penelitian ini difokuskan pada pengawasan volume penjualan dengan menggunakan analisis impas (break even point) untuk penentuan keamanan penjualan (margin of safety) perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba (analisis biaya volume laba).
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mempermudah perusahaan dalam mengawasi volume penjualan dengan menggunakan analisis impas (break even point), sehingga dapat mudah menentukan keamanan penjualan perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penulis melakukan penelitian adalah :
b. Bagi perusahaan, yakni sebagai bahan pertimbangan atau masukan atas manfaat dilakukannya pengawasan volume penjualan menggunakan analisis tersebut.
c. Bagi pendidikan, yakni sebagai bahan referensi bagi calon penelit i berikutnya yang berminat melakukan penelitian menyangkut masalah pengawasan volume penjualan.
E. Kerangka Konseptual
Kerangka pembahasan yang digunakan adalah deskriptif ke deduktif. Deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data untuk mendukung penelitian ini untuk diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang objektif tentang pengawasan volume
penjualan menggunakan analisis impas (break even point). Deduktif dilakukan dengan cara menarik kesimpulan dari hal–hal yang bersifat umum ke hal–hal yang bersifat khusus atau berdasarkan kebenaran yang telah berlaku umum dengan menggunakan logika terhadap fakta yang diamati.
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Adapun penjelasan dari kerangka konseptual di atas yaitu:
1. Melakukan pengumpulan data barang, data penjualan, data biaya tetap dan data biaya variabel.
2. Melakukan analisis impas, keamanan penjualan dan analisa biaya
volume laba.
3. Setelah dilakukan analisis, maka diperoleh hasil pengawasan volume
penjualan.
Data Barang, Data Penjualan, Data Biaya Tetap, Data Biaya
Variabel
Analisis Impas, Keamanan Penjualan dan Analisis Biaya
Volume Laba
Hasil Pengawasan Volume
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Analisis CVP
Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary,
2005:429), analisa biaya volume laba (Cost-Volume Profit Analysis
-analisis CVP) merupakan “alat yang berguna untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan.” Analisis biaya volume laba menekankan pada
keterkaitan antara biaya jumlah yang dijual dan harga. Analisis ini juga
menggabungkan semua informasi, keuangan perusahaan.
Menurut Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006:250),
analisis biaya volume laba adalah “ alat yang sangat berguna bagi manajer
untuk menjalankan fungsinya.” Alat ini membantu manajer untuk
memahami hubungan antara biaya, volume dan laba perusahaan dengan
memfokuskan hubungan 5 elemen berikut :
1. Harga produk
2. Volume atau tingkat aktivitas 3. Biaya variabel/unit
4. Total biaya tetap
5. Bauran produk yang dijual
Menurut Carter dan Usry (dalam Krista, 2004:271), analisis biaya
volume laba merupakan “ alat yang menyediakan informasi bagi
manajemen mengenai hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan
penentuan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk
mencapai target laba yang diinginkan.
Menurut Blocher, Chen dan Lin (dalam Ambarriani, 2006:308),
analisis biaya volume laba merupakan “ metode untuk menganalisis
bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi
laba bersih.” Hal ini berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara
biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit, dan tingkat output.
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa 2. Memperkenalkan produk atau jasa baru 3. Mengganti peralatan
4. Memutuskan membuat atau membeli produk 5. Melakukan analisis apa yang diperlukan-jika
B. Kegunaan dan Manfaat Analisis CVP
Ada beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dengan
menggunakan analisa biaya volume laba antara lain :
1. Menentukan volume penjualan atau pendapatan yang diperlukan supaya
impas atau mencapai target laba.
2. Melihat bagaimana perubahan pada pola biaya tetap dan variabel
mempengaruhi tingkat laba perusahaan
3. Melihat bagaimana perubahan tertentu pada harga atau biaya akan
mempengaruhi titik impas.
4. Analisis CVP dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi
5. Analisis CVP sebagai alat perencanaan jangka pendek yang berguna
yang secara efektif menggunakan data perhitungan biaya langsung
untuk menganalisis hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan
volume penjualan.
6. Analisis CVP dapat mengevaluasi dampak dari perubahan dalam biaya
tetap maupun variabel atas profitabilitas.
C. Kelebihan dan Kelemahan Analisis CVP
Perusahaan yang menggunakan analisis CVP dapat memperoleh
beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Analisis CVP didasarkan pada asumsi beikut ini : bahwa semua biaya
dapat dipisahkan menjadi bagian yang variabel dan bagian yang tetap,
dan bahwa total biaya tetap dalah konstan sepanjang rentang analisis,
dan total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap
perubahan dalam volume.
2. Penjualan yang jatuh dibawah titik impas akan mengakibatkan
perusahaan rugi, dengan anlisis CVP perusahaan dapat menentukan
margin of safety, yang mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat
turun dari tingkat yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami
kerugian.
3. Perusahaan dapat menentukan volume penjualan dan bauran produk
Analisis CVP juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Data untuk analisis CVP tidak dapat diambil langsung dari laporan
laba rugi berdasarkan perhitungan biaya penyerapan penuh, karena
dampak dari aktivitas atas biaya tidak dapat ditentukan secara
langsung.
2. Adanya ketidakpastian yang signifikan pada anlisis CVP yaitu dari
faktor – faktor model CVP, harga, tingkat penjualan yang
diharapkan, biaya variabel, dan biaya tetap sehingga manajer
enggan mengambil resiko tersebut.
D. Analisis Biaya Volume Laba ( Cost Volume Profit Analysis ) Analisis Titik Impas
Menurut Mulyadi (2001:232), impas merupakan “keadaan suatu
usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian. “
Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas bila jumlah pendapatan
(revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya
dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary,
2005:274), titik impas merupakan “titik dimana total pendapatan sama
dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol.”
Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:232),
minimum agar suatu usaha tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum
memperoleh laba.”
Dengan adanya analisis impas ini, perusahaan dapat mudah
melakukan pengawasan volume penjualan dalam mencapai target laba
yang ditentukan. Analisis yang berhubungan dengan target laba disebut
dengan analisis biaya volume laba.
Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume
laba karena untuk mengetahui impas maupun keamanan volume penjualan,
perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.
Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi
perusahaan yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai
yang dikendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik.
Hal tesebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk
memprediksikan kondisi usaha pada masa yang akan datang dengan penuh
ketidakpastian, serta mengamati kemungkinan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi laba perusahaan.
Menurut Halim dan Supomo (2005:49), ada 3 faktor yang dapat
mempengaruhi laba perusahaan yaitu:
1. Biaya
2. Harga jual
3. Volume (Penjualan atau Produksi)
Biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan suatu
bersangkutan. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya
volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan. Sedangkan
besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produk atau jasa
tersebut. Selanjutnya pada gilirannya volume produksi akan mempengaruhi
besar kecilnya biaya produksi. Dengan demikian, faktor-faktor yang
mempengaruhi laba di atas saling terkait antara satu dengan yang lain.
Dasar-dasar analisis biaya volume laba memanfaatkan contribution
margin. Contribution margin merupakan selisih antara hasil penjualan dan
seluruh komponen biaya variabel (produksi, administrasi dan penjualan).
Contribution margin dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
dan bila masih tersisa, maka sisanya merupakan laba. Jika manajemen
ingin mengetahui kuantitas penjualan impas, maka ia harus sadar bahwa
contribution margin total jumlahnya harus sama dengan biaya tetap total.
Keadaan ini akan tercapai bila kuantitas penjualan adalah sebanyak biaya
total dibagi dengan contribution margin (CM) per unit.
Contribution margin positif menunjukkan hasil penjualan dapat
digunakan untuk menutup biaya variabel dan seluruh atau sebagian biaya
tetap. Apabila contribution margin melebihi jumlah biaya tetap total,
PT. ABC
LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X
Total per Unit
Penjualan (10.000 unit) Rp. 3.000.000 Rp. 300
Biaya Variabel Rp. 1.200.000 (-) Rp. 120 (-)
Contribution Margin Rp. 1.800.000 Rp. 180
Biaya Tetap Rp. 720.000 (-)
Laba Bersih Rp. 1.080.000
Sumber : Slamet Sugiri,2002:107
Kalau diperhatikan, maka contribution margin per unit yang besarnya Rp.
180, maka kita dapat menganalisis bahwa setiap unit barang terjual
mempunyai kontribusi untuk menutup biaya tetap sebesar Rp. 180
tersebut. Biaya tetap pada laporan di atas menunjukkan jumlah Rp.
720.000. Dengan memperhatikan makna contribution margin per unit,
maka kita dapat dengan cepat mengetahui berapa unit barang harus terjual
agar seluruh biaya tetap tadi tertutup. Dengan kata lain, kita dapat
menentukan titik impasnya. Agar seluruh biaya tetap tertutup tanpa
memperoleh laba, maka jumlah contribution margin total harus sebesar
Rp. 720.000. Ini tercapai apabila jumlah produk yang terjual adalah 4.000
unit, biaya tetap total dibagi dengan contribution margin per unit (Rp.
720.000/180). Pada contoh dibawah ini menunjukkan titik impas apabila
PT. ABC
LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X
Total per Unit
Penjualan (4.000 unit) Rp. 1.200.000 Rp. 300
Biaya Variabel Rp. 480.000 (-) Rp. 120 (-)
Contribution Margin Rp. 720.000 Rp. 180
Biaya Tetap Rp. 720.000
1. Metode persamaan (equation method)
(-)
Laba Bersih Rp. 0
Sumber : Slamet Sugiri,2002:108
Analisis titik impas (break even point) dapat dihitung dengan
menggunakan metode persamaan (equation method) dan metode margin
kontribusi (contribution margin method). Kedua metode tersebut
ekuivalen.
Metode persamaan memanfaatkan data-data dari laporan laba rugi yang
disusun dengan format berupa persamaan berikut :
Laba = Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap)
atau
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
Untuk memberikan ilustrasi, maka dibuat suatu contoh. Misalnya data
perusahaan PT. XYZ sebagai berikut:
Biaya tetap total selama 1 periode = Rp. 20.000
Biaya variabel per unit produk = Rp. 600
Harga jual produk per unit = Rp. 1.000
Sumber : Slamet Sugiri,2002:113
Jika X adalah jumlah unit produk yang dijual, maka laba yang diperoleh
dengan menggunakan persamaan di atas adalah sebagai berikut:
Laba = 1.000X – 600X – 20.000
Pada persamaan di atas, penjualan total adalah perkalian harga jual per
unit dengan volume penjualan, yaitu 1.000X. Biaya variabel total adalah
perkalian antara biaya variabel per unit dengan volume penjualan yaitu
600X. Adapun biaya tetap total adalah konstan Rp. 20.000 karena tidak
tergantung pada volume penjualan. Dalam kondisi impas laba adalah no l
(0) sebagai berikut:
0 = 1.000X – 600X – 20.000
Jadi X (penjualan) pada titik impas dapat dicari dengan menyelesaikan
persamaan di atas sebagai berikut:
20.000 = 400X
X= 20.000/400
Jadi impas tercapai pada volume penjualan sebanyak 50 unit produk. Ini
terbukti dari perhitungan berikut:
Penjualan 50 unit @ Rp. 1.000 Rp. 50.000
Biaya variabel 50 unit @ Rp.600
Contribution Margin Rp. 20.000
Biaya Tetap
Rp. 30.000
2. Metode margin kontribusi (contribution margin method) Rp. 20.000
Laba bersih Rp. 0
Sumber : Slamet Sugiri,2002:113
Metode margin kontribusi pada dasarnya adalah metode singkat dari
metode persamaan. Pendekatan ini memusatkan pada ide bahwa setiap
unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat
digunakan untuk menutupi biaya tetap. Adapun formulanya sebagai
berikut :
Titik impas (Unit) Biaya Tetap
Margin Kontribusi/Unit Penjualan
Titik impas (Jual) Biaya Tetap
Rasio Margin Kontribusi
Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi/Total Penjualan
Sumber : Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006:259) -
-
=
Dari contoh PT. XYZ di atas, maka dapat dihitung titik impasnya yaitu:
Titik impas (Unit) 20.000
20.000/50 unit
Titik impas (Unit) = 50 unit
Titik impas (Jual) 20.000
20.000/50.000
Titik impas (Jual) = Rp. 50.000
Grafik Hubungan Biaya - Volume - Laba
Hubungan antara pendapatan, biaya, laba dan volume dapat
disajikan dalam bentuk grafik CVP yang menggambarkan hubungan dari
serangkaian aktivitas dan dapat maemberikan perspektif yang tidak dapat
diperoleh dalam metode yang lainnya.
Grafik CVP digambarkan berdasarkan beberapa asumsi penting, yaitu :
1. Analisis mengasumsikam suatu fungsi pendapatan linear dan suatu
fungsi biaya linear.
2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, biaya tetap total, dan biaya
variabel unit dapat secara tepat diidentifikasi dan tetap konstan
disemua rentang yang relevan.
3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dijual.
4. Untuk menganalisis produk berganda, kombinasi penjualan
diasumsikan diketahui.
5. Harga penjualan dan biaya diasumsikan diketahui dengan pasti. =
Proses membuat grafik CVP dapat melalui tiga tahap, yaitu :
1. Buatlah garis paralel dengan sumbu volume untuk menunjukkan
besarnya total biaya tetap.
2. Pilihlah beberapa volume penjualan dan plot dengan total biaya
( tetap dan variabel ) pada tingkat aktivitas yang dipilih , tarik garis
dari titik tersebut ke titik potong sumbu vertikal dengan biaya tetap
3. Tentukan volume penjualan dan buatlah titik yang menunjukkan
total penjualan pada tingkat aktivitas yang dipilih , tarik garis dari
titik tersebut ke titik pusat.
Gambar 2.1 : Grafik CVP
Sumber : Hansen dan Mowen (2005:445) unit
Biaya Tetap
Total Biaya Total Pendapatan Pendapatan
Titik Impas
Laba
Adapun data transaksi PT. XYZ jika digambarkan dalam bentuk grafik
seperti pada Gambar 2.1. berikut :
Gambar 2.2 Grafik Analisa Biaya Volume Laba
Setiap tambahan satu unit produk yang terjual di atas titik impas, maka
laba akan bertambah sebesar contribution margin (CM) per unit produk
seperti berikut:
Penjualan 51 unit @ Rp. 1.000 Rp. 51.000
Biaya variabel 51 unit @ Rp.600
Contribution Margin Rp. 20.400
Biaya Tetap
Rp. 30.600 -
Rp. 20.000
Laba bersih Rp. 400
Sumber : Slamet Sugiri,2002:115
Pendekatan persamaan dan contribution margin (CM) per unit yang telah
diuraikan di atas menghitung titik impas dan tingkat dalam unit produk
yang terjual. Akan tetapi, volume penjualan tidak selalu diukur dalam unit
produk. Beberapa perusahaan menghasilkan jasa sebagai outputnya. Pada
keadaan ini, mungkin lebih tepat untuk mengukur volume penjualan dalam
satuan rupiah penjualan. Oleh karena itu, harus menggunakan contribution
margin ratio yang merupakan perbandingan antara contribution margin
dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan persentase tiap satuan rupiah
penjualan yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan laba.
Dengan memperhatikan makna titik impas dan contribution margin
per unit, maka kita dapat menganalisis lebih lanjut bahwa setiap penjualan
satu unit di atas titik impas akan memberi laba sebesar contribution
margin per unit tersebut. Analisis seperti ini memudahkan manajer untuk
merencanakan jumlah unit yang harus dijual di atas titik impas untuk
mencapai sejumlah laba tertentu. Seandainya manajer merencanakan untuk
mencapai laba Rp. 1.800., maka manajer akan menargetkan penjualan 10
unit di atas titik impas, yang diperoleh dari laba yang diinginkan dibagi
dengan contribution margin per unit, jadi Rp. 1800/180 yaitu 10 unit
PT. ABC
LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X
Total per Unit
Penjualan (4.010 unit) Rp. 1.203.000 Rp. 300
Biaya Variabel Rp. 481.200 (-) Rp. 120 (-)
Contribution Margin Rp. 721.800 Rp. 180
Biaya Tetap Rp. 720.000
Total Per unit
Penjualan (1 speaker) $250 $250
Dikurangi biaya variabel $ (-)
Laba Bersih Rp. 1.800
Sumber : Slamet Sugiri,2002:108
Berikut ini akan dibuat contoh lain, misalnya diasumsikan
perusahaan Acoustic Concepts hanya dapat menjual satu buah speaker
pada bulan tertentu. Laporan perusahaan akan tampak sebagai berikut :
150 $150
Margin kontribusi $100 $100
Dikurangi biaya tetap 35.000
Untuk setiap penambahan unit yang terjual, akan diperoleh tambahan $100
margin kontribusi yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Jika
Rugi bersih $(34.900)
perusahaan berhasil menjual 2 unit speaker, maka margin kontribusi akan
bertambah $100 (menjadi $200) dan rugi perusahaan akan berkurang $100
menjadi $34.800 seperti berikut:
Total Per unit
Penjualan (2 speaker) $500 $250
Dikurangi biaya variabel $300 $150
Margin kontribusi $200 $100
Dikurangi biaya tetap $35.000
Laba bersih $(34.800)
Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 252)
Jika terjual speaker sampai jumlah tertentu sehingga diperoleh margin
kontribusi $35.000 maka seluruh biaya tetap sudah dapat ditutup dan
perusahaan telah berprestasi pada titik impas untuk bulan tersebut. Pada
titik impas tersebut, perusahaan tidak mendapatkan laba tetapi juga tidak
menderita kerugian. Untuk mencapai titik impas (break even points),
perusahaan harus menjual 350 speaker setiap bulan, karena masing-masing
Total Per unit
Penjualan (350 speaker) $87.500 $250
Dikurangi biaya variabel $52.500 $150
Margin kontribusi $35.000 $100
Dikurangi biaya tetap $35.000
Total Per unit
Penjualan (351 speaker) $87.500 $250
Dikurangi biaya variabel $ Laba bersih $0
Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 253)
Pada saat titik impas telah dicapai, laba bersih sebesar margin kontribusi
per unit untuk tambahan setiap unit yang terjual. Jika terjual 351 unit
speaker terjual pada bulan tertentu, maka dapat diharapkan akan diperoleh
laba bersih sebesar $100 karena perusahaan dapat menjual 1 unit lebih
banyak di atas titik impas seperti berikut:
52.650 $150
Margin kontribusi $35.100 $100
Dikurangi biaya tetap $35.000
Laba bersih $ 100
Analisa biaya volume laba kadang-kadang disederhanakan menjadi
analisa titik impas. Padahal analisa titik impas hanyalah salah satu elemen
analisa biaya volume laba.
Salah satu elemen dalam analisa biaya volume laba adalah
penjualan.
Menurut Zaki Baridwan (2001:10):
Penjualan adalah kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan) dan pencatatan penjualan dan atau suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang kebutuhan yang telah dihasilkan kepada mereka yang memerlukannya dengan imbalan uang menurut harga yang ditentukan.
Bagian-bagian yang terkait dalam prosedur penjualan yaitu:
1. Bagian pesanan penjualan
Dalam perusahaan kecil, fungsi pesanan penjualan dapat dipegang oleh
seorang karyawan dalam bagian penjualan. Tetapi dalam perusahaan
besar bagian pesanan penjualan merupakan bagian yang berdiri di
bawah bagian penjualan. Untuk keadaan tersebut, bagian pesanan
penjualan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Mengawasi semua pesanan yang diterima.
b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan atau
salesman dan melengkapi informasi yang kurang yang berhubungan
dengan spesifikasi produk dan tanggal pengiriman.
d. Menentukan tanggal pengiriman. Apabila gudangnya lebih dari
satu, tentukan dari gudang mana akan dilakukan pengiriman.
e. Membuat surat perintah pengiriman dan back orders beserta
tembusan-tembusannya.
f. Membuat catatan mengenai pesanan-pesanan yang diterima dan
mengikuti pengirimannya sehingga dapat diketahui
pesanan-pesanan mana yang belum dipenuhi.
g. Mengadakan hubungan dengan pembeli mengenai barang-barang
yang dikembalikan oleh pembeli, membuat catatan dan
mengeluarkan bukti memorial untuk bagian piutang.
2. Bagian kredit
Dalam prosedur penjualan, setiap pengiriman barang untuk memenuhi
pesanan pembeli yang syaratnya kredit, harus mendapatkan persetujuan
dari bagian kredit. Agar dapat memberikan persetujuan,bagian kredit
menggunakan catatan yang dibuat oleh bagian piutang untuk tiap-tiap
langganan mengenai sejarah kreditnya,jumlah maksimum dan ketepatan
waktu pembayarannya. Persetujuan dari bagian kredit biasanya
ditunjukkan dalam formulir surat perintah pengiriman yang diterima
dari bagian pesanan penjualan.
3. Bagian gudang
Dalam hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas untuk
Barang-barang ini diserahkan ke bagian pengiriman untuk dibungkus
dan dikirimkan ke pembeli.
4. Bagian pengiriman
Bagian pengiriman bertugas untuk mengirim barang-barang pada
pembeli. Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat
perintah pengiriman yang sah. Selain itu bagian pengiriman juga
bertugas mengirimkan kembali barang-barang kepada penjual yang
keadaannya tidak sesuai dengan yang dipesan. Pengembalian barang ini
dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian.
5. Bagian billing
Tugas bagian pembuatan faktur adalah:
a. Membuat (menerbitkan) faktur penjualan dan
tembusan-tembusannya.
b. Menghitung biaya kirim penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai.
c. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan dalam faktur.
B. Pengertian Biaya
Menurut Maher dan Deakin (dalam Sulastri, 2001:34), biaya
diartikan sebagai “suatu sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai
tujuan tertentu.”
Biaya terjadi jika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu. Kadang –
dengan cost pool. Selain itu, biaya juga merupakan nilai ekuivalen yang dikorbanan untuk mendapatkan barang atau jasa.
Menurut Carter dan Usry (dalam Krista, 2004:30), objek biaya
didefinisikan sebagai “suatu item atau aktivitas yang biayanya
diakumulasi dan diukur”
Biaya dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Biaya dalam hubungannya dengan produk
Yaitu:
a. Biaya manufaktur
Biaya manufaktur merupakan biaya pabrik yang terdiri dari 3
elemen biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
b. Beban komersial
Beban komersial terdiri dari 2 klasifikasi besar, yaitu beban
pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari
titik dimana biaya manufaktur berakhir, yatu ketika proses
manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap jual. Beban
administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan
mengendalikan organisasi.
2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi/penjualan
Yaitu:
Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap
perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan.
b. Biaya tetap
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang
relevan.
c. Biaya semi variabel
Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya
variabel. Jenis biaya ini disebut dengan biaya semi variabel.
3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen
lain.
Yaitu:
a. Departemen produksi dan departemen jasa
Pada departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin
seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada
produk atau bagian-bagian dari produk. Pada departemen jasa, jasa
diberikan untuk keuntungan departemen lain.
b. Biaya bersama dan biaya gabungan
Biaya bersama dan biaya gabungan adalah jenis biaya tidak
langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi dengan banyak
departemen atau segmen. Biaya gabungan terjadi ketika produksi
dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk tanpa
dapat dihindari.
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal atau sebagai
pengeluaran pendapatan. Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk
memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva.
Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang
dan dilaporkan sebagai beban.
5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan atau
evaluasi.
Menurut Halim dan Supomo (2005:22), perubahan biaya total
sebagai akibat dari perubahan volume kegiatan perusahaan yang memiliki
3 pola yaitu:
1. Jumlahnya tetap, meskipun volume kegiatan berubah (biaya tetap).
2. Jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume
kegiatan (biaya variabel).
3. Jumlahnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan
(biaya semi variabel).
Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian biaya, manajemen
harus mengetahui pola perilaku masing-masing biaya. Penentuan pola
perilaku biaya berkaitan dengan pemisahan biaya ke dalam unsur biaya
tetap dan biaya variabel. Dengan kata lain, biaya yang dipisahkan
merupakan biaya yang semi variabel atau biaya yang semi tetap.
Untuk menggambarkan hubungan antara biaya total dengan volume
kegiatan perusahaan, pada umumnya dinyatakan dengan fungsi biaya
Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total
Biaya total merupakan gabungan antara biaya yang berpola tetap (biaya
tetap) dan berpola variabel (biaya variabel). Umumnya untuk
penyederhanaan dianggap pola tersebut berbentuk garis lurus atau linear.
Untuk hal tersebut, diperlukan beberapa asumsi yaitu:
1. Hubungan teknis antara inputs dan ouputs bersifat linear, misalnya
dalam satuan ouputs memerlukan jumlah inputs yang sama besarnya.
2. Jumlah inputs yang diperlukan harus sama dengan jumlah inputs yang
digunakan.
3. Harga perolehan inputs bersifat linear dengan kuantitas inputs yang
digunakan.
Asumsi tersebut hampir tanpa pengecualian dapat diterima oleh
para akuntan dan manajer dalam menentukan pola tingkat laku biaya. Pada
kenyataannya, banyak hal yang membuat sesuatu biaya mutlak berperilaku
tetap atau variabel. Misalnya biaya bahan baku tidak mutlak biaya
variabel, karena suatu pembelian bahan baku dalam kuantitas yang lebih
banyak kemungkinan besar akan mempunyai harga yang lebih rendah
dibandingkan jika dibeli dalam jumlah yang lebih sedikit.
Biaya variabel total jumlahnya dipengaruhi oleh besar kecilnya
volume kegiatan. Dengan perkataan lain, biaya variabel total merupakan
hasil perkalian antara biaya variabel per unit dengan volume kegiatan.
Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel per Unit x Volume
Kegiatan
Jika,
Biaya Total dinyatakan dengan simbol Y
Volume Kegiatan dinyatakan dengan simbol X
Biaya Tetap Total dinyatakan dengan simbol a
Biaya Variabel per Unit dinyatakan dengan simbol b
Maka fungsi biaya tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:
Y = a + b.X
Menurut Halim dan Supomo (2005:24), untuk menentukan pola
perilaku sebagaimana dinyatakan dalam fungsi tersebut di atas, terdapat
berbagai metode/pendekatan. Secara umum, ada tiga pendekatan dalam
menentukan pola perilaku biaya yaitu:
1. Pendekatan intuisi
Merupakan pendekatan yang didasarkan intuisi manajemen. Intuisi
tersebut bisa didasari atas surat-surat keputusan, kontrak-kontrak kerja
dengan pihak lain dan sebagainya. Misalnya, manajemen menetapkan
biaya penyusutan merupakan biaya tetap, biaya komisi merupakan
biaya variabel dan lain sebagainya. Pendekatan ini kurang ilmiah.
2. Pendekatan analisis enjinering
Merupakan pendekatan yang didasarkan pada hubungan fisik yang jelas
antara masukan dengan keluaran. Misalnya, sebuah perusahaan yang
bahwa akan memerlukan sebuah mesin, 4 buah ban dan lain
sebagainya. Dengan demikian harga ban merupakan harga yang
membentuk biaya variabel. Insinyur atau tenaga kerja yang terlibat
langsung dengan pengolahan fisik ban mobil, biaya gaji atau upah
mereka merupakan biaya variabel. Bila tidak ada hubungan fisik secara
langsung, maka akan termasuk ke dalam biaya tetap. Pendekatan ini
memang teliti, namun sering kali memerlukan waktu dan biaya yang
relatif tinggi.
3. Pendekatan analisis data biaya masa lalu
Merupakan pendekatan yang didasarkan pada data biaya masa lalu.
Pendekatan ini berasumsi bahwa biaya di masa yang akan datang sama
perilakunya dengan biaya di masa yang lalu. Data biaya masa lalu
dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-masing biaya.
Menurut Halim dan Supomo (2005:30), untuk memudahkan
manajemen dalam perencanaan dan pengendalian, biaya tetap dan biaya
variabel dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya tetap komitet ( Fixed Cost Commited )
Penggolongan biaya tetap menjadi biaya tetap komitet berdasarkan
pada mudah atau tidaknya biaya tetap dieliminasi atau dikurangi oleh
manajemen. Biaya tetap komitet merupakan jenis biaya tetap yang
tidak mudah dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen, karena
umumnya biaya ini timbul dari pendirian perusahaan atau pemilikan
akibat keputusan manajemen di masa yang akan datang. Biaya tetap
komitet pada umumnya akan tetap timbul, meskipun perusahaan
menghentikan kegiatan usahanya. Contoh biaya tetap komitet adalah
biaay depresiasi gedung pabrik dan ekuipmen, pajak bumi dan
bangunan, biaya sewa jangka panjang dan gaji direksi.
2. Biaya tetap diskresionari ( Fixed Cost Descretionary )
Merupakan jenis biaya tetap yang dapat dieliminasi atau dikurangi oleh
manajemen, karena pada umumnya biaya ini timbul dari kebijakan
manajemen dalam penyusunan anggaran. Biaya tetap diskresionari
yang terdapat dalam suatu tahun tertentu dapat dihapus atau dikurangi
pada tahun berikutnya berdasarkan kebijakan manajemen. Contoh
biaya tetap diskresionari seperti biaya promosi, biaya riset dan
pengembangan, biaya konsultan dan gaji pegawai honorer.
Menurut Halim dan Supomo (2005:31), biaya variabel dapat
digolongkan menjadi biaya enjiner dan biaya variabel diskresionari yaitu:
1. Biaya variabel enjiner
Merupakan biaya yang mempunyai hubungan fisik dengan volume
kegiatan perusahaan. Biaya ini bersifat variabel karena antara masukan
dan keluarannya mempunyai hubungan yang optimum. Sebagai contoh
adalah biaya bahan baku. Sebagai masukan, bahan baku mempunyai
hubungan optimum dengan hasil produksi.
Merupakan biaya yang bersifat variabel karena kebijakan manajemen.
Biaya ini berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan,
karena manajemen menghendaki demikian. Sebagai contoh, biaya
komisi penjualan yang ditentukan manajemen sebesar 5% dari hasil
penjualan. Biaya komisi penjualan jumlahnya akan berubah secara
proporsional dengan perubahan hasil penjualan.
C. Analisis Impas (Break Even Point) Dalam Hubungannya dengan Pencapaian Laba dan Keamanan Volume Penjualan
Titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar
perusahaan ingin memperoleh penghasilan operasi lebih besar dari nol.
Analisis CVP memberikan cara untuk menentukan berapa banyak unit
yang harus dijual untuk memperoleh target laba tertentu. Baikpendekatan
penghasilan operasi dan margin kontribusi dapat dengan mudisesuaikan
umencapai pendapatan yang ditargetkan.
Dengan mengggunakan konsep dasar yang telah diuraikan di atas,
akuntan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi manajemen
untuk perencanaan laba. Dengan analisis biaya volume laba, akuntan dapat
menentukan tingkat penjualan yang seharusnya dianggarkan untuk
mencapai sejumlah laba tertentu.
Aktiva perusahaan ditanam dalam sebuah proyek dengan tujuan
untuk memperoleh laba. Laba yang diharapkan dari investasi tersebut
sebagai alat untuk menghitung jumlah unit produk yang seharusnya dijual
agar perusahaan dapat memperoleh sejumlah target laba tertentu.
Dari contoh PT. XYZ di atas, misalnya perusahaan ini
merencanakan laba bersih sebesar Rp. 10.000, maka penjualan yang harus
direncanakan agar sesuai dengan target ini adalah sebagai berikut:
Penjualan Biaya Tetap + Target Laba
Contribution Margin per Unit
Sumber : Slamet Sugiri,2002:119
Penjualan 20.000 + 10.000
400
Penjualan = 75 unit
Dengan demikian, PT. XYZ harus menjual sebanyak 75 unit untuk
mencapai target laba sebesar Rp. 10.000.
Dalam pencapaian laba, perlu diperhitungkan kemungkinan
berubahnya salah satu variabel yang dapat mempengaruhi besar kecilnya
target laba.
Slamet Sugiri (2003:119) menyatakan “model yang digunakan
untuk mempelajari dampak perubahan variabel independen terhadap target
laba sebagai variabel dependen adalah analisis sensitivitas“. Adapun
perubahan tersebut meliputi perubahan harga jual, perubahan biaya =
variabel, perubahan biaya tetap dan perubahan lebih dari satu variabel
secara serentak.
Dalam perubahan harga, keputusan yang selalu dihadapi oleh
seorang manajer adalah kemungkinan untuk menaikan harga jual. Hal
utama yang harus dipertimbangkan adalah penolakan konsumen terhadap
harga jual yang meningkat, yang akan mengakibatkan penurunan
permintaan produk. Untuk mempermudah pemahaman proyeksi laba dan
determinannya dalam studi kasus, maka akan dibuat contoh.
Dari contoh PT. XYZ di atas, perusahaan menghendaki target laba
sebesar Rp. 10.000 dan anggaplah kenaikan harga jual yang diinginkan
sebesar Rp. 100 per unit, maka berapa unit produk yang harus dijual untuk
mencapai titik impas dan berapa unit produk yang harus dijual untuk
mencapai target laba tersebut? Hal ini dapat digunakan analisis biaya
volume laba dengan perhitungan sebagai berikut:
Keterangan Mula-Mula Kenaikan Rp. 100
Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.100 (1.000+100) Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 600 (-)
C/M per Unit Rp. 400 Rp. 500
Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.20.000
Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000
Titik Impas 50 unit 40 unit
Target Penjualan
Sumber :Slamet Sugiri,2002:120
Titik impas mula-mula sebesar 50 unit diperoleh dari:
Titik Impas Biaya Tetap
C/M per Unit
Titik Impas 20.000
400
Titik Impas = 50 unit
Titik impas setelah kenaikan Rp. 100 sebesar 40 unit diperoleh dari:
Titik Impas Biaya Tetap
C/M per Unit
Titik Impas 20.000
500
Titik Impas = 40 unit
Target penjualan untuk mencapai laba mula-mula sebesar 75 unit
diperoleh dari:
Penjualan Biaya Tetap + Target Laba
Contribution Margin per Unit
Penjualan 20.000 + 10.000
Target penjualan untuk mencapai laba setelah kenaikan Rp. 100 sebesar 60
unit diperoleh dari:
Penjualan Biaya Tetap + Target Laba
Contribution Margin per Unit
Penjualan 20.000 + 10.000
500
Penjualan = 60 unit
Kenaikan harga jual dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 1.100 menurunkan titik
impas dari 50 unit menjadi 40 unit. Volume penjualan mula-mula yang
harus dicapai untuk memperoleh laba bersih Rp. 10.000 sebesar 75 unit.
Dengan kenaikan harga jual, maka volume tersebut turun menjadi 60 unit.
Jadi PT. XYZ dapat menaikan harga jual menjadi Rp. 1.100. Jika
penjualan turun sebanyak 15 unit (75-60) sebagai akibat naiknya harga
jual, maka laba akan menjadi tepat sebesar Rp.10.000. Tentu saja jika
penurunan permintaan kurang dari 15 unit, maka laba akan tercapai di atas
Rp. 10.000
Dalam perubahan biaya variabel, perusahaan tidak selalu dapat
menaikkan harga jual. Kemampuan pesaing dalam pasar dapat mencegah
keputusan menaikkan harga jual tersebut. Jadi, untuk mempertahankan
atau menaikkan target laba, manajer harus mengurangi biaya, bukannya
menaikkan harga jual. Biaya dapat dikurangi dengan menggunakan lebih
sedikit bahan-bahan yang mahal atau memodifikasi proses pembuatan =
produk untuk mengurangi biaya tenaga kerja langsung. Dua kemungkinan
ini dapat mengurangi biaya variabel per unit.
Untuk memberi gambaran bagaimana dampak pengurangan biaya
variabel per unit terhadap volume penjualan dan laba, anggaplah bahwa
biaya variabel per unit sekarang turun sebesar Rp. 100. Berapa unit produk
harus dijual untuk mencapai target laba Rp. 10.000?. Dengan
menggunakan analisa biaya volume laba, maka diperoleh perhitungan
sebagai berikut:
Keterangan Mula-Mula Penurunan B.Variabel Rp. 100
Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.000
Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 500 (-) (600-100) C/M per Unit Rp. 400 Rp. 500
Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.20.000
Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000
Titik Impas 50 unit 40 unit
Target Penjualan
untuk capai laba 75 unit 60 unit
Sumber :Slamet Sugiri,2002:121
Penurunan biaya variabel per unit mengurangi titik impas dari 50 unit
menjadi 40 unit. Untuk mencapai target laba Rp. 10.000, PT. XYZ
membutuhkan penjualan hanya 60 unit sebagai akibat semakin rendahnya
Dalam perubahan biaya tetap, biaya tetap dapat saja berubah dari
tahun anggaran satu ke tahun anggaraan berikutnya. Sering kali
manajemen pertimbangkan kenaikan biaya tetap dengan mengharapkan
kenaikan volume penjualan. Contoh kenaikan biaya tetap misalnya
kenaikan biaya iklan, kenaikan biaya pelatihan pramuniaga dan kenaikan
biaya perjalanan para pramuniaga. Kenaikan biaya tetap akan mengubah
titik impas dan tingkat volume penjualan untuk mencapai target laba
tertentu. Sebagai ilustrasinya, maka akan dibuat contoh dengan
menggunakan data PT. XYZ di atas. Anggaplah bahwa manajemen sedang
mempertimbangkan kenaikan biaya tetap sebesar Rp. 4.000. Bagaimana
dampaknya terhadap titik impas dan volume penjualan dengan target laba
Rp. 10.000?. Dengan menggunakan analisa biaya volume laba, maka
diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Keterangan Mula-Mula Kenaikan B. Tetap Rp.4.000
Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.000
Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 600 (-)
C/M per Unit Rp. 400 Rp. 400
Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.24.000 (20.000+4.0000) Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000
Titik Impas 50 unit 60 unit
Target Penjualan
untuk capai laba 75 unit 85 unit
Kenaikan biaya tetap 20% (Rp.4.000) akan menaikkan titik impas 20%
juga. Untuk mencapai target laba Rp.10.000, volume penjualan naik dari
75 unit menjadi 85 unit.
Perubahan lebih dari satu variabel secara serentak terjadi pada
kegiatan operasional perusahaan. Untuk memberikan ilustrasi, maka
digunakan contoh data PT. XYZ misalnya perusahaan mempertimbangkan
adanya kenaikan biaya tetap sebesar Rp. 4.000 dan kenaikan harga jual
sebesar Rp. 100. Dengan menggunakan analisa biaya volume laba, dampak
perubahan dua variabel tersebut terhadap titik impas dan volume penjualan
untuk mencapai target laba Rp. 10.000 adalah dengan perhitungan sebagai
berikut:
Keterangan Mula-Mula Kenaikan B. Tetap Rp.4.000
dan harga Jual Rp. 100
Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.100 (1.000+100)
Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 600 (-)
C/M per Unit Rp. 400 Rp. 500
Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.24.000 (20.000+4.0000)
Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000
Titik Impas 50 unit 48 unit
Target Penjualan
untuk capai laba 75 unit 68 unit
Kenaikan harga jual Rp. 100 (10%) yang lebih kecil daripada kenaikan
biaya tetap Rp. 4.000 (20%) menurunkan titik impas sebesar 2 unit (48%)
dan menurunkan volume penjualan untuk mencapai target laba Rp. 10.000
sebanyak 7 unit (kira-kira 9,3%).
Setelah mengetahui titik impas perusahaan, maka dapat ditentukan
keamanan volume penjualannya (margin of safety).
Menurut Mulyadi (2001:254), margin of safety merupakan ”suatu
analisis yang memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan
yang boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.”
Dengan demikian, margin of safety dapat memberikan petunjuk jumlah
maksimum penurunan volume penjualan yang tidak menyebabkan
kerugian.
Jika analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah
volume penjualan minimum agar perusahaan tidak mengalami kerugian,
maka jika angka impas ini dihubungkan dengan angka pendapatan
penjualan, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan tertentu
yang boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Selisih
antara volume penjualan dengan volume penjualan impas disebut dengan
angka margin of safety.
Jika dikaitkan dengan contoh data PT. XYZ di atas, maka impas
tercapai pada volume penjualan sebanyak 50 unit produk atau jika dihitung
dalam satuan rupiah, maka impas tercapai pada total penjualan sebesar Rp.
jual barang tersebut. Jika misalnya volume penjualan perusahaan sebesar
80 unit, maka keamanan volume penjualan dalam satuan unit dan rupiah
dapat dihitung sebagai berikut:
Margin of Safety (Unit) = Volume Penjualan – Volume Impas
= 80 unit – 50 unit
= 30 unit
Margin of Safety (Rupiah) = Total Penjualan – Total Impas
= Rp. 80.000 – Rp. 50.000
= Rp. 30.000
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan
pendekatan deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang
pengawasan volume penjualan menggunakan analisis parameter pada
perusahaan.
Lokasi penelitian berada di jalan Perbaungan No. 2-G Medan dan
jadwal penelitian mulai dilakukan pada bulan Februari 2008.
B. Sumber dan Jenis Data
Sumber dan jenis data yang digunakan yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diproses dari hasil wawancara tentang
objek penelitian dan data tersebut merupakan data yang belum diolah
penulis seperti data penjualan barang, data biaya tetap dan data biaya
variabel barang.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data
tersebut sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi perusahaan dan pengawasan volume penjualan pada
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi, penulis
menggunakan dua metode pendekatan dalam pengumpulan data dan
keterangan yang berkaitan dengan judul skripsi, yaitu:
1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung
dengan pihak yang kompeten dalam hal ini karyawan yang berwenang,
yaitu bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian penjualan.
2. Teknik dokumentasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada
laporan biaya tetap, laporan biaya variabel dan laporan penjualan
perusahaan.
D. Metode Analisis Data
Adapun cara pengawasan volume penjualan pada perusahaan adalah
dengan menggunakan analisis impas (break even point) untuk penentuan
keamanan penjualan (margin of safety) perusahaan dan volume penjualan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Data penelitian yang dilakukan meliputi gambaran umum
perusahaan dan pengawasan volume penjualan pada perusahaan.
1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang penjualan komputer dengan berbagai merek
seperti Acer, Tosibha dan Compag. Perusahaan ini didirikan pada tanggal
11 Februari 1996 sesuai dengan akte No. 8 di depan Notaris Desy Sintiara,
SH. Perusahaan ini berada di Jalan Perbaungan No. 2-G Medan.
Dalam memperlancar kegiatan operasional perusahaan, perusahaan bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang juga bergerak di bidang
penjualan perangkat keras komputer di dalam maupun luar kota seperti
Jakarta dan Bandung.
Sewaktu terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, perusahaan ini
mengalami hambatan dalam penjualan karena rendahnya daya beli
konsumen. Akan tetapi, sejak awal tahun 2001, perusahaan ini mulai
berkembang kembali dan mulai dapat bersaing dengan perusahaan lain
perusahaan ini mulai mendapatkan laba dengan banyaknya transaksi
pembelian oleh konsumen.
b. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi perusahaan merupakan pola formal yang akan
mempengaruhi sistem kerja dari perusahaan tersebut. Struktur organisasi
yang baik harus dapat memisahkan antara fungsi, kedudukan, batas
wewenang, tanggung jawab, serta kewajiban dari masing-masing
karyawan, agar para karyawan mengetahui apa saja yang menjadi tugas
dan tanggung jawab mereka.
PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan membagi tugas masing-masing
karyawannya dengan teratur agar tujuan perusahaan dapat terlaksana
dengan baik. PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan menggunakan
struktur organisasi lini/komando. Bentuk struktur organisasi PT. Bintang
Timur Prima Lestari Medan seperti pada Gambar 4.1. berikut:
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Tugas dan wewenang dari masing-masing bagian dapat dijabarkan
di bawah ini yaitu :
1. Direktur
Tugas dan tanggung jawab Direktur adalah:
a. Memimpin dan menjalankan perusahaan sesuai dengan tujuan
perusahaan
b. Membuat rencana anggaran perusahaan.
c. Menerima laporan hasil kerja karyawan
2. Manajer
Tugas dan tanggung jawab Manajer adalah:
a. Mengkoordinasi laporan–laporan yang diperlukan untuk
pertanggungjawaban kepada pimpinan perusahaan.
b. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan
c. Menyusun rencana kerja.
d. Mengatur cara kerja karyawan untuk mencapai efisiensi kerja di
perusahaan.
e. Melakukan pengawasan volume penjualan perusahaan.
f. Menentukan target laba yang akan dicapai.
3. Bagian Akuntansi
Tugas dan tanggung jawab Bagian Akuntansi adalah:
a. Membuat laporan pembelian dan penjualan.
b. Membuat laporan penerimaan kas dan pengeluaran kas.
4. Bagian Penjualan
Tugas dan tanggung jawab Bagian Penjualan adalah:
a. Menerima pesanan pembelian dari konsumen
b. Memberikan informasi barang yang akan dijual kepada konsumen.
c. Mencatat data konsumen yang akan membeli
d. Melakukan transaksi penjualan dengan konsumen.
e. Membantu manajer dalam menentukan titik impas penjualan dan
keamanan volume penjualan perusahaan.
5. Bagian Pembelian
Tugas dan tanggung jawab Bagian Pembelian adalah:
a. Memilih supplier yang sesuai.
b. Melakukan pemesanan barang
c. Melakukan transaksi pembelian dengan supplier.
6. Bagian Keuangan
Tugas dan tanggung jawab Bagian Keuangan adalah:
a. Membukukan dan mencatat semua pengeluaran dan pemasukan
dana.
b. Bertanggung jawab atas pemasukan dan pengeluaran kas.
c. Membuat bukti penerimaan kas dan pengeluaran kas.
d. Mencatat biaya operasional perusahaan.
e. Menyusun laporan keuangan perusahaan.
7. Bagian Teknisi
a. Memberikan informasi kepada konsumen produk komputer yang
dijual perusahaan.
b. Menginstall program-program yang diperlukan konsumen.
c. Membantu konsumen dalam menangani masalah komputer.
8. Bagian Personalia
Tugas dan tanggung jawab Bagian Personalia adalah:
a. Melakukan perekrutan dan seleksi calon karyawan
b. Memberikan laporan hasil seleksi kepada Manajer.
c. Mengurus administrasi karyawan
d. Mengkoordinasi dan melaksanakan penilaian prestasi karyawan
e. Mengadakan pengembangan terhadap karyawan
f. Melakukan pemecatan karyawan.
9. Bagian Gudang
Tugas dan tanggung jawab Bagian Gudang adalah:
a. Melakukan pendataan persediaan barang (stok) di gudang.
b. Mengeluarkan barang yang dibeli oleh konsumen
c. Memasukkan barang yang dibeli dari supplier.
d. Bertanggung jawab atas persediaan barang-barang di gudang.
e. Membuat laporan persediaan barang.
10.Bagian Supir
Tugas dan tanggung jawab Bagian Supir adalah:
a. Mengantar pesanan barang ke tempat konsumen.
c. Bertanggungjawab atas mobil yang digunakan.
2. Pengawasan Volume Penjualan pada Perusahaan
Adapun prosedur pengawasan volume penjualan pada perusahaan
yaitu:
1. Bagian penjualan setiap bulan memberikan laporan penjualan komputer
dari ketiga merek yang dijual perusahaan kepada manajer perusahaan.
2. Dari laporan penjualan tersebut, manajer akan membandingkan volume
penjualan saat ini dengan volume penjualan yang lalu untuk
mengetahui peningkatan/penurunan volume penjualan.
3. Jika terjadi penurunan volume penjualan sehingga mempengaruhi
perolehan laba, maka manajer akan memanggil bagian penjualan untuk
mengetahui penyebab terjadinya penurunan volume penjualan dan
bersama-sama mencari jalan keluar untuk mengatasi hal tersebut.
4. Akan tetapi, tindakan tersebut tidak terlalu bermanfaat untuk
melakukan pengawasan volume penjualan karena:
a. Manajer sulit mengetahui titik impas penjualan barang.
b. Manajer sulit mengetahui jika terjadi penurunan volume penjualan,
berapa jumlah maksimal yang masih diperbolehkan turun sepanjang
perusahaan tidak mengalami kerugian.
c. Manajer sulit meningkatkan peluang pencapaian target laba yang
ditentukan karena untuk pencapaian target laba memerlukan
d. Manajer sulit untuk mengambil strategi atau tindakan dalam
mewujudkan target laba yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:
1. Frekuensi permintaan oleh pelanggan untuk setiap barang
berbeda.
2. Dalam pencapaian laba yang diinginkan, perlu diperhitungkan
kemungkinan berubahnya salah satu variabel yang dapat
mempengaruhi besar kecilnya pencapaian target laba. Perubahan
variabel tersebut meliputi perubahan harga jual, perubahan biaya
variabel dan perubahan biaya tetap.
3. Tidak dilakukannya suatu analisis penentuan volume penjualan
dalam mencapai target laba dan dampaknya terhadap
perubahan-perubahan variabel tersebut, dimana hal ini dapat dilakukan
dengan analisis biaya volume laba.
B. Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian berisi analisis impas untuk mempermudah
pengawasan volume penjualan dalam mencapai target laba dan keamanan
volume penjualan.
Sebelum dilakukan analisis impas, diperlukan data penjualan perusahaan,
Oleh karena pergerakan trend pasar dan transaksi perusahaan yang
begitu cepat dan relatif berubah setiap tahunnya, maka diperlukan data
yang update (terbaru) yang dapat mencerminkan keadaan dan transaksi
perusahaan saat ini.
Untuk itu, penulis mengambil data penjualan perusahaan 3 bulan
terakhir dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 sebagai acuan
analisa data dan perbandingan volume penjualan. Adapun data penjualan
perusahaan tersebut seperti pada Tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1. Data Penjualan Bulan Januari 2008-Maret 2008
Merek Jan 2008
Sumber : PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan
Untuk data biaya tetap yang merupakan biaya yang tetap
dikeluarkan perusahaan dalam jumlah yang sama, maka diambil data biaya
tetap bulan Maret 2008. Adapun rincian data biaya tetap perusahaan bulan
Tabel 4.2. Data Biaya Tetap Bulan Maret 2008
Nama Biaya Tetap Jumlah (Rp.)
Beban Sewa Gedung 2.083.000
Beban Penyusutan Aktiva Tetap 1.250.000
Beban Operasional Perusahaan 4.500.000
Beban Gaji Karyawan 58.000.000
Total (Rp.) 65.833.000
Sumber : PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan
Biaya operasional perusahaan meliputi beban abodemen listrik, beban
abodemen air, beban abodemen telepon, beban abodemen internet dan
beban asuransi gedung.
Untuk data biaya variabel yang merupakan biaya yang frekuensi
kemunculannya berubah-ubah dengan jumlah yang berbeda, maka diambil
data bulan terakhir yaitu data biaya variabel bulan Maret 2008. Adapun
rincian data biaya variabel perusahaan pada bulan Maret 2008 seperti pada
Tabel 4.3. berikut:
Tabel 4.3. Data Biaya Variabel Perusahaan
Nama Biaya Variabel Jumlah (Rp.)
Beban Transportasi 250.000
Beban Listrik 7.230.000
Beban Air 1.125.000