• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Analisis variabel posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah

Tabel 4.8 Analisis posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah

Nyeri Punggung Bawah Total

Posisi Belajar (+) (-)

N % N % N %

Tempat Tidur 3 5,5% 1 1,8% 4 7,3%

Meja Belajar 20 36,4% 14 25,5% 34 61,8%

Keduanya 11 20% 6 10,9% 17 30,9%

Total 34 61,8% 21 38,2% 55 100%

P 0,778

Dari 34 responden yang mengalami nyeri punggung bawah, terdapat 3 orang (5,5%) mahasiswa yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah dengan posisi belajar di tempat tidur, 20 orang (36,4%) mahasiswa yang mengalami nyeri punggung bawah dengan posisi belajar serta 11 orang (20%) mahasiswa mengalami nyeri punggung bawah dengan posisi belajar keduanya yaitu tempat tidur dan meja belajar. Hasil yang didapatkan lebih besar daripada hasil penelitian pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta (Widiasih,2015).

Berdasarkan tabel 4.8, kejadian nyeri punggung bawah disebabkan lebih banyak oleh posisi belajar di meja belajar tetapi kita tidak bisa menyimpulkan bahwa posisi tersebut harus dihindari, karena pada kenyataannya posisi belajar terbaik adalah dengan posisi duduk di meja belajar. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat membuat presentase kejadian nyeri punggung bawah dengan posisi belajar di meja belajar lebih tinggi seperti posisi duduk yang salah ketika berada di meja belajar, kondisi kursi dan meja belajar dengan pengguna dan sebagainya. Sayangnya,faktor-faktor yang dijelaskan sebelumnya tidak dinilai lebih detail pada penelitian ini.

Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah tidak ditemukan hubungan yang bermakna diantara kedua variabel tersebut (p>0,05). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah dengan nilai p yang didapat sebesar 0,113 (p>0,05). Hal ini dapat disebabkan karena terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa.

4.3.2 Analisis variabel lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah

Tabel 4.9 analisis lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah

Nyeri Punggung Bawah Total

Lama Duduk (+) (-)

N % N % N %

<6 Jam 10 18,2% 5 9,1% 15 27,3%

6-9 Jam 16 29,1% 10 18,2% 26 47,3%

>9 Jam 8 14,5% 6 10,9% 14 25,5%

Total 34 61,8% 21 38,2% 55 100%

P

(Uji Chi Square)

0,869

Dari 34 responden yang mengalami nyeri punggung bawah, terdapat 10 orang (18,2%) mahasiswa yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah dengan lama duduk risiko rendah <6 jam, 16 orang (29,1%) mahasiswa yang mengalami nyeri punggung bawah dengan lama duduk risiko tinggi 6-9 jam, dan 8 orang (14,5%) mahasiswa yang mengalami nyeri punggung bawah dengan lama duduk >9 jam. Dapat kita simpulkan lama duduk beresiko tinggi 6-9 jam dapat menyebabkan angka kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa lebih tinggi, hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan pada

mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta (Widiasih,2015) dan pada mahasiswa kedokteran gigi Universitas Udayana (Darmayanti et al,2020).

Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah menyimpulkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna diantara kedua variabel tersebut (p>0,05). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiasih, 2015 dengan nilai p yang didapat sebesar 0,924 tetapi berbeda dengan penelitian Darmayanti et al, 2020 dengan nilai p yang didapat sebesar 0,013.

4.3.3 Analisis variabel indeks massa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah

Tabel 4.10 analisis indeks massa tubuh dengan kejadian nyeri punggung bawah

Nyeri Punggung Bawah Total

IMT (+) (-)

N % N % N %

Sangat Kurus 0 0% 0 0% 0 0%

Kurus 0 0% 2 3,6% 2 3,6%

Normal 21 38,2% 12 21,8% 33 60%

Overweight 7 12,7% 5 9,1% 12 21,8%

Obesitas 6 10,9% 2 3,6% 8 14,5%

Total 34 61,8% 21 38,2% 55 100%

P

(Uji Chi Square)

0,205

Dari 34 responden yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah, terdapat 21 orang (38,2%) mahasiswa yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah dengan IMT kategori normal, 7 orang (12,7%) mahasiswa yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah dengan IMT kategori overweight, dan 6 orang (10,9%) mahasiswa yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah dengan

IMT kategori obesitas. Jika dilihat presentasi setiap kategori IMT, presentasi mahasiswa yang mengalami obesitas (75%) mengalami nyeri punggung bawah.

Dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai IMT dapat meningkatkan kejadian nyeri punggung bawah. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani et al,2015, Kairupan et al,2018, dan Damayanti et al,2020. Hal ini disebabkan penambahan beban yang ditopang oleh tubuh semakin besar terutama dibagian perut. Terjadi kelemahan di otot-otot abdomen yang akhirnya menyebabkan hiperekstensi tulang belakang terus-menerus sehingga menimbulkan nyeri punggung bawah.

Uji analisis bivariat terhadap variabel IMT dengan kejadian nyeri punggung bawah tidak ditemukan hubungan yang bermakna diantara kedua variabel tersebut (p>0,05). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani et al,2015 (p=0,325) tetapi menunjukkan hasil yang berbeda pada penelitian Kairupan et al, 2018 (p=0,044) dan Darmayanti et al,2020 (p=0,00).

4.3.4 Analisis variabel tingkat aktivitas fisik dengan kejadian nyeri punggung bawah

Tabel 4.11 analisis tingkat aktivitas fisik dengan kejadian nyeri punggung bawah

Nyeri Punggung Bawah

Dari 34 responden yang menderita nyeri punggung bawah, terdapat 18 orang (32,7%) mahasiswa yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah dengan

tingkat aktivitas fisik ringan, 14 orang (25,5%) mahasiswa yang mengalami nyeri punggung bawah dengan tingkat aktivitas sedang, dan 2 orang (3,6%) mahasiswa yang mengalami nyeri punggung bawah dengan tingkat aktivitas fisik berat. Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwasanya kelompok responden yang paling banyak terkena nyeri punggung bawah adalah kelompok aktivitas yang ringan, tetapi jika dilihat dari presentasi tiap kategori, presentase tertinggi berada pada responden dengan tingkat aktivitas fisik sebesar 2 dari 3 responden (66,7%) mengalami nyeri punggung bawah. Tingkat aktivitas fisik yang berat dapat mencetuskan trauma pada otot, jika mengenai daerah lumbal akan menyebabkan nyeri punggung bawah. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya dari Nur Fina Melinda,2015 ,Katuk dan Karundeng 2019, serta Raya et al 2019.

Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel tingkat aktivitas fisik dengan kejadian nyeri punggung bawah tidak ditemukan hubungan yang bermakna diantara kedua variabel tersebut (p>0,05) sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Nur fina melinda,2015 (p=101). Tetapi hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Katuk dan Karundeng 2019 (p=0,001), Raya et al 2019 (p=0,018).

4.3.5 Analisis variabel tingkat depresi dengan kejadian nyeri punggung bawah

Tabel 4.12 analisis tingkat depresi dengan kejadian nyeri punggung bawah

Nyeri Punggung Bawah

Total

Tingkat Depresi (+) (-)

N % N % N %

Tidak Depresi 16 29,1% 19 34,5% 35 63,6%

Depresi Ringan 7 12,7% 1 1,8% 8 14,5%

Depresi Sedang 7 12,7% 1 1,8% 8 14,5%

Depresi Berat 4 7,3% 0 0% 4 7,3%

Total 34 61,8% 21 38,2% 55 100%

P

(Uji Chi Square)

0,005

Dari 34 responden yang mengalami nyeri punggung bawah, terdapat 16 orang (29,1%) mahasiswa yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah dengan kategori tidak mengalami depresi, 7 orang (12,7%) mahasiswa dengan kategori depresi ringan, 7 orang (12,7%) mahasiswa dengan kategori depresi sedang, dan 4 orang (7,3%) mahasiswa dengan kategori depresi berat. Berdasarkan tabel 4.12 presentase terbesar jika dilihat dari setiap kategori, depresi berat menyebabkan nyeri punggung bawah paling besar dibanding kategori depresi lainnya dengan presentase 100%.

Uji analisis bivariat terhadap variabel tingkat depresi dengan kejadian nyeri punggung bawah ditemukan ada hubungan yang bermakna diantara kedua variabel tersebut (p<0,05).

Dokumen terkait