• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berikut merupakan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel terikat terhadap variabel bebasnya. Beberapa variabel bebas yang terlingkup dalam penelitian ini meliputi karakteristik ibu ( umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan, pengetahuan dan sikap), serta variabel faktor lingkungan (Ketersediaan Air bersih, Tempat Sampah dan Jamban). Sedangkan variabel yang menjadi variabel terikatnya adalah angka kejadian diare pada balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Pada pengujian bivariat, uji chi square

digunakan dalam penelitian ini dikarenakan jenis variabel terikat dan bebasnya merupakan jenis kategorik, dan apabila ditemukan nilai sel yang berada kurang dari 5 (expected count≤ 25%) maka dilakukan pengujian alternatif dari chi square yaitu uji fisher exact test. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.

Hubungan karakteristik responden yang terlingkup dalam penelitian ini meliputi hubungan umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap responden terhadap angka kejadian diare pada balita yang berada di Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

4.4.1 Hubungan Umur Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dilihat dari keeratan hubungan antara umur ibu dan angka kejadian diare, tidak ditemukannya

hubungan antara keduanya. Hal tersebut dilihat berdasarkan hasil uji chisquare

yang menunjukkan bahwa nilai p value yang lebih besar dari 0,05.

Berdasarkan Tabel 4.16, sebanyak 36 ibu (36,0%) berusia pada rentang umur 20-30 tahun, dengan perincian 8 orang ibu (8,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, 28 orang ibu (28,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya. Sedangkan pada 51 ibu (51,0%) dengan rentang usia 31-40 tahun, 12 diantaranya (12,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 39 ibu lainnya (39,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 13 ibu sisanya (13,0%0 berusia ≥41 tahun dengan rincian 3 orang (3,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 10 ibu sisanya (10,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang dialaminya merupakan angka kejadian diare yang tergolong tinggi.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square yang menunjukkan nilai

P.value sebesar 0,990>0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara Umur Ibu dengan Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.16 Hubungan Umur Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Umur Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f % 20-30 tahun 8 8,0 28 28,0 36 36,0 0,990 31-40 tahun 12 12,0 39 39,0 51 51,0 ≥41 tahun 3 3,0 10 10,0 13 13,0 Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.2 Hubungan Pendidikan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita Berdasarkan hubungan pendidikan dengan angka kejadian diare pada balita, banyak dari responden yang berpendidikan rendah yakni setingkat SD dan SMP, angka kejadian diare juga banyak ditemukan pada ibu dengan pendidikan yang rendah. Jika dilihat berdasarkan keeratan hubungan antara keduanya yaitu pendidikan ibu dan diare pada balita, terdapat hubungan antara keduanya.

Berdasarkan Tabel 4.17, sebanyak 47 responden (47,0%) berpendidikan tinggi. Sebanyak 15 responden (15,0%) diantaranya memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 32 responden sisanya (32,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 53 ibu (53,0%) tergolong kedalam pendidikan yang rendah. Dengan rincian sebanyak 8 orang diantaranya (8,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 45 orang sisanya (45,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai

P.value sebesar 0,046 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.17 Hubungan Pendidikan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Pendidikan Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f % Pendidikan tinggi 15 15,0 32 32,0 47 47,0 0,046 Pendidikan rendah 8 8,0 45 45,0 53 53,0 Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.3 Hubungan Pekerjaan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita Kebanyakan ibu tidak bekerja atau hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga, kejadian diare pada balita juga banyak ditemukan pada ibu dengan kalangan tersebut. Diurutan kedua kejadian diare tertinggi pada balita banyak ditemukan terjadi pada ibu yang berstatus PNS/Pensiunan/ABRI. Beberapa terjadi juga pada ibu yang berstatus buruh dan paling sedikit terjadi pada ibu yang berwiraswasta. Dilihat berdasarkan keeratan hubungan antara pekerjaan dan diare pada balita, tidak ditemukan hubungan yang erat diantara keduanya.

Berdasarkan Tabel 4.18, sebanyak 24 ibu (24,0%) bekerja sebagai PNS/Pensiunan ABRI, dengan rincian 4 orang ibu diantaranya (4,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah, dan 20 ibu lainnya (20,0%) memiliki balita dengan angaka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 7 orang ibu (7,0%) berstatus wiraswasta, dengan rincian 3 orang ibu (3,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 4 ibu lainnya (4,0%) memiliki angka kejadain diare yang tinggi pada balitanya. Sebanyak 46 orang ibu (46,0%) berstatus sebagai ibu rumah tangga biasa, dengan rincian sebanyak 11 orang ibu (11,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya, dan 35 ibu lainnya (35,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 23 ibu sisanya (23,0%) bekerja sebagai buruh. Dengan rincian 5 orang diantaranya (5,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya, dan 18 orang ibu sisanya (18,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai

P.value sebesar 0,543 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara Pekerjaan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.18 Hubungan Pekerjaan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Pekerjaan Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f % PNS/Pensiunan/ABRI 4 4,0 20 20,0 24 24,0 0,543 Wiraswasta 3 3,0 4 4,0 7 7,0 IRT 11 11,0 35 35,0 46 46,0 Buruh 5 5,0 18 18,0 23 23,0 Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.4 Hubungan Pendapatan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita

Dilihat berdasarkan pendapatan perbulan ibu, kejadian diare pada balita banyak terjadi pada ibu yang memiliki pendapatan bulanan lebih kecil. Namun pada kalangan ibu yang pendapatannya lebih besar juga ditemukan angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya. Jika dinilai berdasarkan keeratan hubungan antara keduanya yaitu antara pendapatan dan kejadian diare pada balita, tidak ditemukan hubungan yang erat antara keduanya.

Berdasarkan Tabel 4.19, sebanyak 66 ibu (66,0%) mempunyai pendapatan sebesar < Rp.2.118.500,- perbulannya. Dengan rincian 15 ibu diantaranya (15,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 51 ibu lainnya (51,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 34

ibu (34,0%) memiliki pendapatan bulanan sebesar ≥Rp.2.118.500,-. Dengan rincian 8 orang ibu (8,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 26 ibu lainnya (26,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai

P.value sebesar 0,928 > 0,05, sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara Pendapatan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.19 Hubungan Pendapatan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Pendapatan Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f % < Rp.2.118.500,- 15 15,0 51 51,0 66 66,0 0,928 ≥Rp.2.118.500,- 8 8,0 26 26,0 34 34,0 Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Angka Kejadian Diare pada Balita

Kejadian diare pada balita dilihat dari segi pengetahuan ibu, ditemukan tingginya angka kejadian diare balita pada ibu yang berpengetahuan kurang baik, sedangkan kejadian diare balita pada ibu yang berpengetahuan baik, tidak banyak ditemukan.Berdasarkan keeratan hubungan antara keduanya yaitu pengetahuan dan angka kejadian diare pada balita, ditemukan adanya hubungan yang sangat kuat antara keduanya.

Berdasarkan Tabel 4.20, sebanyak 79 ibu (79,0%) memiliki pengetahuan yang kurang baik terhadap diare pada balita. Dengan rincian 13 ibu diantaranya

(13,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya. Sedangkan 66 ibu lainnya (66,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya. Sebanyak 21 ibu (21,0%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap diare pada balita. Sebanyak 10 orang diantaranya (10,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya, dan 11 ibu lainnya (11,0%) memiliki angka kejadain diare yang tinggi pada balitanya.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, didapatkan nilai

expected count yang kurang dari 5 sebanyak 1 cell (25,0%) sehingga digunakan uji alternatifnya yaitu fisher exact test dengan nilai P.value sebesar 0,007<0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.20 Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Pengetahuan Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f % Kurang baik 13 13,0 66 66,0 79 79,0 0,007 Baik 10 10,0 11 11,0 21 21,0 Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.6 Hubungan Sikap dengan Angka Kejadian Diare pada Balita

Angka kejadian diare dilihat berdasarkan sikap responden ditemukan tinggi pada ibu yang memiliki sikap kurang baik terhadap diare pada balita. Setidaknya lebih dari setengah responden memiliki sikap yang kurang baik serta angka kejadian diare pada balitanya termasuk dalam kategori tinggi. Pada ibu yang bersikap baik terhadap diare balita juga ditemukan lebih banyak balitanya

yang memiliki angka kejadian diare tinggi, namun perbedaannya tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah.Dilihat berdasarkan keeratan hubungan antara sikap dan diare pada balita, terdapat hubungan yang kuat antara keduanya.

Berdasarkan Tabel 4.21, sebanyak 74 ibu (74,0%) memiliki sikap yang kurang baik terhadap diare yang terjadi pada balita. Dengan rincian 12 ibu diantaranya (12,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah. Dan 62 ibu lainnya (62,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya. Sebanyak 26 orang ibu (26,0%) tergolong kedalam ibu yang memiliki sikap baik terhadap diare yang terjadi pada balitanya. Dengan rincian 11 ibu diantaranya (11,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya, dan 15 ibu lainnya (15,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai

P.value sebesar 0,007 < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara Sikap Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Blita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.21 Hubungan Sikap Ibu terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Sikap Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f % Kurang baik 12 12,0 62 62,0 74 74,0 0,007 Baik 11 11,0 15 15,0 26 26,0 Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.7 Hubungan Ketersediaan Air Bersih terhadap Angka kejadian Diare Pada Balita

Kejadian diare pada balita dilihat berdasarkan ketersediaan air bersih, banyak diantara responden yang memiliki balita dengan angka kejadian diarenya tinggi, hal tersebut terjadi pada ibu yang memiliki sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat pakai. Kejadian diare juga tinggi terjadi pada ibu yang memiliki sumber air bersih yang memenuhi syarat, namun perbandingan antara ibu yang memiki sumber air bersih memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat sangat signifikan. Angka kejadian diare lebih banyak ditemukan pada ibu yang menggunakan sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat. Hubungan antara keduanya yaitu sumber air bersih dan kejadian diare pada balita juga ditemukan sangat erat.

Berdasarkan Tabel 4.22, sebanyak 41 responden (41,0%) ibu menggunakan air bersih yang tidak memenuhi syarat. Dengan rincian 1 orang ibu (1,0%) memiliki balita yang angka kejadian diarenya rendah, dan 40 ibu lainnya (40,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya. Sebanyak 59 ibu (59,0%) menggunakan air bersih yang telah memenuhi syarat. Dengan rincian 22 ibu (22,0%) memiliki angka kejadian diare yang rendah pada balitanya, dan sebanyak 37 responden lainnya (37,0%) memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai

signifikan antara ketersediaan air bersih terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.22 Hubungan Ketersediaan Air Bersih dengan Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Air Bersih Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f %

Tidak memenuhi syarat 1 1,0 40 40,0 41 41,0

<0,0001 Memenuhi syarat 22 22,0 37 37,0 59 59,0

Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.8 Hubungan Ketersediaan Jamban terhadap Angka kejadian Diare pada Balita

Perbandingan tingginya angka kejadian diare balita pada jamban yang tidak memenuhi syarat sangat signifikan dibandingkan dengan jamban yang tidak memenuhi syarat. Setidaknya lebih dari setengah total responden yang diteliti memiliki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya serta menggunakan jamban yang belum memenuhi syarat pakai. Dilihat berdasarkan hubungan keduanya, ditemukan adanya hubungan yang erat antara keduanya.

Berdasarkan Tabel 4.23, sebanyak 82 ibu (82,0%) menggunakan jamban yang tidak memenuhi syarat. Dengan rincian 14 ibu (14,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 69 ibu lainnya (68,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi. Sebanyak 18 ibu (18,0%) menggunakan jamban yang memenuhi syarat, dengan rincian 9 ibu (9,0%) memiliki balita yang angka kejadian diarenya rendah, dan 9 ibu lainnya (9,0%) memiliki angka kejadain diare yang tinggi pada balitanya.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, hasil menunjukkan nilai

P.value sebesar 0,005 > 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan Jamban terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.23 Hubungan Ketersediaan Jamban dengan Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015

Jamban Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f %

Tidak memenuhi syarat 14 14,0 68 68,0 82 82,0

0,005

Memenuhi syarat 9 9,0 9 9,0 18 18,0

Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

4.4.9 Hubungan Ketersediaan Tempat Sampah terhadap Angka kejadian Diare pada Balita

Angka kejadian diare pada balita berdasarkan ketersediaan tempat sampah, ditemukan sangat tinggi pada ibu yang menggunakan tempat sampah yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan kejadian diare balita pada ibu yang memiliki tempat sampah memenuhi syarat tidak begitu tinggi. Adapun hubungan antara keduanya yaitu antara ketersediaan tempat sampah dan kejadian diare pada balita, tidak ditemukan hubungan yang signifikan.

Berdasarkan Tabel 4.24, sebanyak 89 orang ibu (89,0%) menggunakan tempat sampah yang tidak memenuhi syarat. Dengan rincian sebanyak 21 ibu diantaranya (21,0%) memilki balita dengan angka kejadian diare yang rendah, dan 68 ibu lainnya (68,0%) memilki angka kejadian diare yang tinggi pada balitanya. Sebanyak 11 ibu (11,0%) menggunakan tempat sampah yang telah memenuhi syarat. Dengan rincian 2 orang ibu diantaranya (2,0%) memiliki balita dengan

angka kejadain diare yang rendah, dan 9 orang sisanya (9,0%) memiliki balita dengan angka kejadian diare yang tinggi.

Pada pengujian bivariat menggunakan chi square, ditemukan nilai expected count yang kurang dari 5 sebanyak 1 cell (25,0%) sehingga digunakan uji alternatifnya yaitu fisher exact test dengan hasil yang menunjukkan nilai P.value

sebesar P>1,000, sehingga Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan tempat sampah terhadap Angka Kejadian Diare pada Balita di daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2015.

Tabel 4.24 Hubungan Ketersediaan Tempat Sampah dengan Angka Kejadian Diare pada Balita di Daerah Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2015 Tempat Sampah Kejadian Diare Jumlah p.value Rendah Tinggi f % f % f %

Tidak memenuhi syarat 21 21,0 68 68,0 89 89,0 0,230

Memenuhi syarat 2 2,0 9 9,0 11 11,0

Jumlah 23 23,0 77 77,0 100 100,0

Dokumen terkait