BAB III PEMBAHASAN
C. Analisis Data
Analisis data berdasarkan tabel tersebut sebagai berikut:
1. Analisis wujud campur kode kelompok 1 pada negosiasi tahun pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Handphone
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata handphone
dengan kutipan sebagai berikut:
Nina : “Mau beli handphoneapa?”
Pridiska : “Hmm saya mau beli handphonedong.” Nina : “Handphoneapa mba?”
Pridiska : “Handphone apa ya? Bagus-bagus ya modelnya. Jadi bingung saya. Milih
handphone aja saya bingung apalagi milih doi.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata handphone
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
handphone merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata handphone berasal dari bahasa asing
41 yaitu bahasa Inggris. Handphone berasal dari dua kata yaitu
hand dan phone. Hand memiliki arti „tangan/genggam‟, sedangkan phone memiliki arti „telepon‟. Jadi, handphone
berarti „telepon genggam‟ yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa kemana-mana. Walaupun terdiri dari dua kata namun penulisan kata handphone harus ditulis gabung karena kata tersebut dikenal dengan istilah kata majemuk. Kelas kata yang terdapat dalam kata handphone adalah kelas kata nomina dan pada dialog “Hmm saya mau beli handphone dong” terdapat kelas kata ketegori fatis pada kata „dong‟ yang digunakan untuk menghaluskan perintah. Maksud dari dialog pertama pada kata
handphone yaitu seorang penjual menanyakan kepada pembeli pertama tentang merek telepon genggam yang akan dibeli. Dialog kedua, pembeli kedua memberitahukan maksud kedatangannya ke toko tersebut untuk membeli telepon genggam. Dialog ketiga, penjual menanyakan kepada pembeli kedua tentang merek telepon genggam yang akan dibeli, kemudian dialog keempat, seorang pembeli kedua bermaksud untuk memberitahukan kepada penjual bahwa ia bingung untuk membeli telepon genggammerek lain.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata
handphone yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode dalam dialog tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dalam sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata handphone yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya si pembeli memberitahukan kepada penjual maksud
42 kedatangannya di toko tersebut, begitu juga dengan penjual yang hendak melaporkan kepada pembeli merek apa yang akan dibeli. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya .
2). Mbak
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan kutipan sebagai berikut:
Vega : “Selamat siang mbak.”
Vega : “Kira-kira yang bagus apa ya mbak?”
Vega : “Yah mbak, saya uangnya kurang nih mbak.” Vega : “Oh iya mbak. Ya udah deh mbak, 2.000.000 ya.” Vega : “Nih mbak, itung dulu duitnya.”
Vega : “Iya. makasih mbak.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata
mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak
tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur sebagai pembeli (Vega dan Pridiska) menghormati lawan tuturnya sebagai penjual (Nina). Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
43 3). Mas
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan kutipan sebagai berikut:
Pridiska : “Ini bukannya kaya yang mas-mastadi ya?” Nina : “Iya, mas-mas tadi juga beli sama. Soalnya
ini yang terbaru mba.”
Pridiska : “Tapi saya denger sama mas-mas yang tadi harganya Rp 2.000.000. Masa sama cowo Rp 2.000.000 sama cewe mahalan.”
Nina : “Yaudah deh, karena mba udah dengar tadi negosiasi saya sama mas tadi, boleh lah saya kasih Rp 2.000.000.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas
merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata
mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata
mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas
dari dialog tersebut adalah untuk menyebutkan seorang pembeli pertama yang tidak disebutkan namanya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Pridiska dan Nina) mencari jalan termudah menyampaikan maksud. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
44 4). Deal
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata deal dengan kutipan sebagai berikut:
Pridiska : “Baik. Ini dealya 2.000.000?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata deal tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata deal
merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing)
karena kata deal berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata deal memiliki arti „perjanjian‟ yang berarti kesepakatan perjanjian jual-beli di antara keduanya. Kata deal termasuk ke dalam kelas kata verba. Maksud dari dialog tersebut adalah setelah melalui tawar-menawar, pembeli melakukan perjanjian harga kepada penjual bahwa harga yang ditentukan adalah Rp 2.000.000.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata deal
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam mengucapkan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur sebagai pembeli (Pridiska) mempertegas maksud tuturan kepada lawan tutur sebagai penjual (Nina). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata deal yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang perjanjian yang telah disepakati keduanya, misalnya dalam dialog di atas pembeli mengucapkan kata deal kepada penjual untuk menetapkan perjanjian harga yang telah disepakati. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
45 b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan
1). Hp
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan hp dengan kutipan sebagai berikut:
Vega : “Ini biasa, saya mau membeli hp.”
Vega : “Ini mah kaya hp anak saya nih. Ini kayaknya bagus nih. Ini berapaan nih?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan hp
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode pada singkatan hp merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab hp merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, dari singkatan handphone yang artinya telepon genggam.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan hp
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan bahasa asing sehingga lebih sering mengucapkan hp untuk mempersingkat pengucapan kata handphone. Fungsi campur kode terebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan hp yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada penjual bahwa pembeli ingin membeli telepon genggam dan memberitahukan kepada penjual bahwa telepon genggam yang ditunjukkan oleh penjual tersebut sama dengan telepon genggam milik anaknya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
46 c. Analisis Wujud Campur Kode Idiom
1). Falling in Love
Peristiwa campur kode dalam wujud idiom terdapat pada idiom falling in love dengan kutipan sebagai berikut:
Pridiska : “Yah, saya maunya yang ini. Saya sudah
falling in lovesama yang ini.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada idiom falling in love tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode idiom falling in love merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab idiom falling in love berasal dari bahasa Inggris yang artinya jatuh cinta. Sementara itu, dalam kutipan dialog di atas falling in love yang berarti jatuh cinta pada suatu telepon genggam yang akan dibeli. Artinya, seorang pembeli sudah sangat tertarik pada telepon genggam tersebut sehingga ia akan membelinya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada idiom falling in love yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Pridiska) menunjukkan keterpelajaran di depan lawan tuturnya (Nina). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan idiom falling in love yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada penjual bahwa si pembeli sudah sangat tertarik atau jatuh cinta kepada telepon genggam tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
47 2. Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 2 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Sis
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sis dengan kutipan sebagai berikut:
Hanum : “Kaos lengan panjangnya ada, Sis?” Hanum : “Ya udah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.”
“Eh Sis, berapaan?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sis tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata sis
merupakan peristiwa campur kode ke luar (ekstern code-mixing)
karena kata sis berasal dari bahasa Inggris. Kata sis memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang lebih muda/tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata sis termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata sis dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sis yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur sebagai pembeli (Hanum dan Vintha) menghormati lawan tuturnya (Almira). Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya .
2). Sweater
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sweater dengan kutipan sebagai berikut:
Hanum : “Ya udah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.” “Eh sis, berapaan?”
Hanum : “Tapi, mending sweater aja deh Vin, soalnya lebih murah.”
48 Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sweater
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
sweater merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata sweater berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata sweater memiliki arti „kemeja dari wol‟ yang berfungsi sebagai pakaian yang terbuat dari bahan wol (rajut). Kata sweater termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog tersebut adalah Vintha dan Hanum berkompromi untuk membeli antara kaos lengan panjang atau
sweater yang ingin dipakai untuk acara besok. Ketika mereka melihat-lihat pakaian di butik tersebut, Hanum menemukan
sweater yang lucu sehingga ia ingin membelinya.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sweater
yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai. Seseorang akan menyebutkan sweater karena dalam bahasa Indonesia tidak ada padanan kata atau sinonimnya. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang digunakan dalam kehidupan (pakaian), sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata sweater yaitu untuk memberitahukan dan membujuk lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Hanum memberitahukan kepada Vintha bahwa ada pakaian berbahan dari wol yang lucu dengan harga yang lebih murah dan membujuk Vintha untuk memilih sweater, kemudian pembeli menanyakan kepada penjual harga pakaian tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
49 3. Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 3 pada Negosiasi Tahun
Pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Pancake
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata pancake dengan kutipan sebagai berikut:
Ibu : “Ya sudah, Ibu sudah membuatkanmu Pancake. Segera dimakan lah sebelum itu dingin.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata pancake
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
pancake merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata pancake berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata pancake memiliki arti „kue dadar‟ yang berfungsi sebagai sebutan untuk suatu makanan yang ada di luar Indonesia. Kata pancake termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog tersebut adalah seorang ibu memberitahu anaknya bahwa ia telah membuat kue dadar dan menyuruh anaknya untuk segera memakan kue buatannya sebelum dingin.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata pancake
yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai karena pancake merupakan sebutan untuk nama kue khas dari negara luar Indonesia, jadi orang Indonesia menyebut kue tersebut dengan nama pancake bukan dengan sebutan „kue dadar‟. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena kata tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata pancake yaitu untuk memberitahukan dan menjamu kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya seorang ibu memberitahukan kepada anaknya bahwa ia telah membuat kue dan menjamu anaknya untuk memakan kue buatannya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
50 melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan perjanjian hadiah di antara keduanya .
2). Notebook
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata notebook dengan kutipan sebagai berikut:
Penjual : “Oh kalo yang ini notebook. Kalo notebook
harganya lebih murah. Ini I5 juga sama seperti yang disampingnya. Cuma karena ini notebook, harganya lebih murah kira-kira Rp 4.000.000.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata notebook
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
notebook merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata notebook berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata notebook memiliki makna yang sama seperti
laptop yang berfungsi sebagai komputer pribadi yang dapat dibawa-bawa tetapi memiliki layar yang agak kecil dibandingkan dengan laptop, yaitu 10 atau 11 inci. Kata notebook termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog tersebut yaitu penjual memberitahukan kepada pembeli tentang spesifikasi notebook dan harganya yang lebih murah dari laptop.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata notebook
yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, sehingga perlu memakai kata notebook. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena kata tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata notebook yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya penjual memberitahu kepada Peter tentang spesifikasi dan harga notebook tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
51 3). Deal
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata Deal dengan kutipan sebagai berikut:
Penjual : “Saya cek dulu ya.”
“Ya, cukup uangnya Bu. Jadi, Anda setuju membeli ini. Deal?”
Ibu : “Deal.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata deal tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata deal
merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing)
karena kata Deal berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata Deal memiliki arti „perjanjian/sepakat‟ yang berarti kesepakatan perjanjian jual-beli di antara keduanya. Kata deal
termasuk ke dalam kelas kata verba. Maksud dari dialog tersebut adalah setelah melalui tawar-menawar, penjual dan pembeli melakukan perjanjian bahwa harga yang ditentukan adalah Rp 4.500.000.
Latar belakang terjadinya campur kode pada kata deal yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (penjual) mempertegas maksud tuturan kepada lawan tutur (ibu). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata deal yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang perjanjian yang telah disepakati keduanya, misalnya dalam dialog di atas pembeli mengucapkan kata deal kepada penjual untuk menetapkan perjanjian harga yang telah disepakati. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
52 b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan
1). TV
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan TV
dengan kutipan sebagai berikut:
Ibu : “Sedang apa kamu Peter? Tumben, biasanya kamu kan nonton doraemon di TV.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan TV
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan TV merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab TV merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu Television yang artinya televisi.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan TV
yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan TV yaitu untuk memberitahukan bahwa Ibunya heran melihat Peter yang biasa menonton film Doreaemon, tetapi kali ini Peter tidak menonton.
2). RAM
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan RAM
dengan kutipan sebagai berikut:
Penjual : “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo. Processornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan RAM
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan RAM merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab RAM merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, RAM berasal dari singkatan Random Access Memory yang artinya memori utama dalam komputer
53 yang berfungsi untuk menyimpan berbagai data dan instruksi program.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan
RAM yaitu tidak ada ungkapan atau sebutan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, artinya seseorang mengucapkan
RAM karena tidak ada lagi sebutan selain itu dan sebutan tersebut digunakan dalam dunia komputer. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan RAM yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada Peter bahwa komputer jinjing tersebut memiliki kapastitas yang cukup banyak untuk menyimpan data. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya
3). GB
Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan GB
dengan kutipan sebagai berikut:
Penjual : “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo. Processornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan GB
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan GB merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab GB merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, GB berasal dari singkatan Giga Byte merupakan istilah yang paling umum untuk menggambarkan ukuran perangkat keras dan berfungsi untuk menggambarkan ruang penyimpanan data dan memori sistem dalam komputer.
Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan GB
54 yang sedang dipakai, artinya seseorang mengucapkan GB karena tidak ada lagi sebutan selain itu dan sebutan tersebut digunakan dalam dunia komputer. Fungsi campur kode tersebut kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan GB yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada Peter bahwa komputer jinjing tersebut memiliki kapastitas ruang penyimpanan yang cukup banyak untuk menyimpan data. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya .
4. Analisis wujud campur kode kelompok 4 pada negosiasi tahun pelajaran 2013/2014
a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Mbak
Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan kutipan sebagai berikut:
Fathur : “Oke, saya cari dulu ya.” (Fathur mencari buku).
“Kebetulan mbak, tinggal satu.”
Fathur : “Oh ada mba. Kebetulan tinggal satu, mba
yang ini mau beli.” (Menunjuk Gita).
Kania : “Maaf mba bila saya lancang, saya ingin