• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

1. Hendaknya berhati-hati dalam menggunakan campur kode ketika berbicara, agar fungsi bahasa Indonesia tidak bergeser dan tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

2. Diharapkan pada penelitian yang berikutnya agar meneliti kajian tentang campur kode lebih luas lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Aslinda dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama, 2007.

Badudu, J. S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Goodpaster,Gary. Panduan Negosiasi dan Mediasi. Jakarta: Proyek ELIPS, 1999. Holmes, Janet. An Inroduction to Sociolinguistics. New York: Longman, 1993. Hudson, R. A. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press, 1983. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1997.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif, 2013.

Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah, 1994.

Kosasih, Engkos. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013.

Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2007.

Nababan, P. W. J. Sosiolingusitik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan.

Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Rahardi, R. Kunjana. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Robinson, Colin. Bagaimana Memenangkan Negosiasi. Jakarta: Gunung Mulia, 1993.

Sitompul, Awii, Royke Rawung dan Sammy Oppier.

http://word-dialect.blogspot.com/2011/08/dialek-medan.html. Diunduh pada tanggal 2 Juli 2014.pukul 19.35 WIB.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sumarsono, Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2012.

Suwito. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Solo: Hendri Offset, 1985.

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Jakarta: Angkasa, 2008.

Wardaugh, Ronald. An Introduction to Sosiolinguistics. Oxford: Basil Blackwell, 1986.

L

A

M

P

I

R

A

N

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 87 JAKARTA Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : X/2

Tema : Seni Bernegosiasi dalam Kewirausahaan Materi Pokok : Teks Negosiasi

Alokasi Waktu : 1 X Pertemuan (4x45 menit)

A. Kompetensi Inti

KI 1 Menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya

KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Pencapaian Indikator Kompetensi

1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks negosiasi.

2.4 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk bernegosiasi merundingkan masalah perburuhan, perdagangan, dan kewirausahaan.

3.5 Mengevaluasi teks negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan 1. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan struktur isi

2. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah kebahasaannya 4.5 Mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan

struktur dan

kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan

1. mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog 2. mengonversi teks negosiasi menjadi teks drama pendek

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses mengamati berbagai fakta , menanya konsep, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan peserta didik dapat:

1. mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks negosiasi.

2. menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk bernegosiasi merundingkan masalah perburuhan, perdagangan, dan kewirausahaan.

3. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan struktur isi dengan benar. 4. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah kebahasaannya dengan

benar.

5. mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog dengan benar. 6. mengonversi teks negosiasi menjadi teks drama pendek dengan benar. D. Materi Pembelajaran

1. Fakta

Teks negosiasi dari berbagai sumber 2. Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konversi adalah perubahan dari satu bentuk (rupa dan sebagainya) ke bentuk (rupa dan sebagainya) yang lain.

3. Prinsip

Kegiatan mengonversi teks negosiasi merupakan kegiatan mengubah tulisan kedalam jenis teks yang lain. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa mengubah isi pokok teks negosiasi, misalnya mengubah teks negosiasi menjadi teks monolog dan teks drama pendek.

1. Jenis negosiasi a. Negosiasi lisan

Negosiasi dilaksanakan dengan bahasa ragam lisan.

Contoh: negosiasi yang dilakukan ketika kedua belah pihak saling bertemu dan melakukan negosiasi secara langsung (berdialog), negosiasi melalui telepon,

b. Negosiasi tulisan

Negosiasi dilaksanakan dengan ragam bahasa tulis. Contoh: proposal kegiatan, surat resmi.

 Proposal Kegiatan

a. Halaman judul g. Penyelenggara b. Latar belakang h. Susunan panitia c. Tujuan kegiatan i. Susunan panitia d. Tema dan nama kegiatan j. Rencana anggaran e. Jenis kegiatan k. Penutup

f. Peserta

 Surat resmi

1. Bagian-bagian surat resmi a. Kepala surat

b. Tempat dan tanggal surat c. Nomor surat d. Lampiran e. Hal/perihal f. Alamat surat g. Salam pembuka h. Isi surat i. Salam penutup

j. Nama pengirim dan tanda tangan k. Tembusan

l. Inisial 2. Jenis-jenis surat

a. Surat dinas (surat keterangan, surat permohonan)

b. surat perjanjian (surat perjanjian utang piutang, surat perjanjian sewa menyewa, surat perjanjian jual beli,

c. surat niaga (surat penawaran, surat pesanan, surat permintaan

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan : saintifik

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

 Media: Power Point,

 Alat: LCD, laptop, teks laporan hasil observasi,

 Sumber Belajar: Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik . 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Alokasi

waktu Pendahuluan 1. Peserta didik merespons salam tanda mensyukuri

anugerah Tuhan dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya. 2. Peserta didik menerima informasi dengan proaktif

tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

3. Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

4. Peserta didik mengambil undian bertuliskan nomor 1,2,3,4.

5. Peserta didik bekelompok sesuai dengan nomor yang sama dengan jujur.

20 menit

Inti Mengamati

 Peserta didik membaca teks tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.

 Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.

Mempertanyakan

 Peserta didik bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi bacaan.

Mengeksplorasi

 Peserta didik mencari dari berbagai sumber informasi tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi. Mengasosiasikan

 Peserta didik mendiskusikan kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.

 Peserta didik menyimpulkan hal-hal terpenting dalam kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.

Mengomunikasikan

 Peserta didik menuliskan laporan kerja kelompok tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.

 Peserta didik membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas dan peserta didik lain memberikan tanggapan.

 Peserta didik mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.

Penutup 1. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari 2. Siswa melakukan evaluasi pembelajaran.

3. Siswa saling memberikan umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.

30 menit

H. Penilaian Autentik 1. Penilaian proses Penilaian Sikap

No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian

Waktu

Penilaian Instrumen Penilaian 1. Religius Pengamatan Proses Lembar Pengamatan 2. Tanggung jawab

3. Disiplin 4. Proaktif 5. Jujur

2. Penilaian Hasil a. Penilaian Pengetahuan No Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Instrumen 1. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan struktur isi Tes tertulis

Uraian Evaluasilah teks negosiasi yang kalian cari berdasarkan struktur isi! 2. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah kebahasaannya Tes tertulis

uraian Evaluasilah teks negosiasi yang telah kalian cari berdasarkan kaidah kebahasaannya! b. Penilaian Keterampilan 3. mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog Tes tertulis

Uraian Konversilah teks negosiasi yang telah kalian buat menjadi teks monolog! 4. mengonversi teks

negosiasi menjadi teks drama pendek dengan benar

Tes tertulis

Uraian Konversi teks negosiasi yang telah kalian buat menjadi teks drama pendek!

I. Pedoman Penskoran

1. penilaian pengetahuan No.

Soal

Petunjuk Penskoran Skor

1. Tepat 50 Kurang tepat 40 Tidak tepat 30 2. Tepat 50 Kurang tepat 40 Tidak tepat 30

2. penilaian keterampilan No.

Soal

Petunjuk Penskoran Skor

3. Tepat 50 Kurang tepat 40 Tidak tepat 30 4. Tepat 50 Kurang tepat 40 Tidak tepat 30 Keterangan

Nilai = Perolehan skor x 100 Jumlah skor maksimal

lampiran

Lembar Pengamatan Sikap

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

KELAS : X IPA/ IPS

KD : 1.

Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No. Nama Peserta Didik

Religius

Tanggung jawab

Disiplin Proaktif Jujur

S B B C K S B B C K S B B C K S B B C K S B B C K 1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. . 22. 23. 24. 25. 26.

Transkripsi Dialog Negosiasi Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Tahun Ajaran 2013/2014

Kelompok 1

Negosiasi jual beli handphone

Nina Diana sebagai penjual handphone

Pridiska sebagai pembeli

Raina Vega sebagai pembeli

Vega : “Selamat siang mbak.”

Nina : “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?” Vega : “Ini biasa, saya mau membeli hp.”

Nina : “Mau beli handphone apa?”

Vega : “Kira-kira yang bagus apa ya mbak?”

Nina : “Hu banyak banget di sini. Kita menyediakan model-model terbaru. Hmm banyak sih ada Nokia, ada Samsung, ada Advance. Kamu pilih yang mana?”

Vega : “Kira-kira sih kata temen saya yang bagus Samsung.” Nina : “Tunggu sebentar ya.”

“Ini ada Nokia, ada Samsung, mau pilih yang mana?”

Vega : “Ini mah kaya hp anak saya nih. Ini kayaknya bagus nih. Ini berapaan nih?” (menunjuk handphone Samsung).

Nina : “Kalo ini sih Rp 2.500.000.” Vega : “Wah bisa nego?”

Nina : “Boleh lah, kan kamu kan kenal sama keponakan saya, jadi boleh lah.” Vega : “Rp 1.500.000 ya mbak?”

Nina : “Yah, jangan lah. Naikan lagi.” Vega : “Yaudah deh, Rp 1.700.000?” Nina : “Jangan, saya kasih Rp 2.300.000.”

Vega : “Yah mbak, saya uangnya kurang nih mbak.”

Nina : “Ya karena kamu teman keponakan saya, saya kasih deh hmm Rp 2.000.000.”

Vega : “Oh 2.000.000.”

Nina : “Boleh dilihat-lihat, nih bisa dibuka dulu.” (Sambil membantu membuka segelnya)

Vega : “Oh iya mbak. Ya udah deh mbak, 2.000.000 ya.” Nina : “Iya.”

Vega : (Mengeluarkan uang dari kantong celananya). “Nih mbak, itung dulu duitnya.”

Nina : “Oh iya.” (menerima uang kemudian menghitungnya).

“Oh iya, makasih ya. Kalau ada keperluan, silahkan datang lagi.” Vega : “Iya. makasih mbak.”

Nina : “Iya.”

Kemudian pembeli lain bernama Pridiska datang dan melihat-lihat handphone sejak negosiasi antara Nina dan Vega berlangsung.

Nina : “Ada yang cocok mbak?”

Nina : “Handphoneapa mba?”

Pridiska : “Handphone apa ya? Bagus-bagus ya modelnya. Jadi bingung saya. Milih handphone aja saya bingung apalagi milih doi.” Nina : “Mba bisa aja. Samsung mau mbak?”

Pridiska : “Hmm coba deh lihat.”

Nina : “Nanti dulu ya, saya ambilkan dulu.” “Nih, mba bisa lihat-lihat. Tuh.” Pridiska : “Kalo ini apa mbak?”

Nina : “Iya silahkan mbakdi buka. Ini masih bergaransi loh.” Pridiska : “Ya.”

Nina : “Dilihat-lihat dulu mbaksilahkan.”

Pridiska : “Ini bukannya kaya yang mas-mastadi ya?”

Nina : “Iya, mas-mas tadi juga beli sama. Soalnya ini yang terbaru

mbak.”

Pridiska : “Oh yang terbaru. Coba saya lihat ya.” Nina : “Iya.”

Pridiska : (Membuka segel) Nina :”Nah, tuh.”

Pridiska : “Oh... ya ya. Saya pilih yang mana ya?” Nina : “Tapi ini harganya lebih mahal mbak.”

Pridiska : “Kalo ini berapa?” (menunjuk handphone Samsung) Nina : “Rp 2.500.000.”

Nina : “Ya kan ini model baru mbak. Saya juga baru stok baru.” Pridiska : “Yaudah gimana kalau Rp 1.200.000?”

Nina : “Rp 1.200.000 mah yg ini aja mbak.” (Menunjuk handphone yang lain).

Pridiska : “Yah, saya maunya yang ini. Saya sudah falling in love sama yang ini.” (Menunjuk handphone Samsung)

Nina : “Ini 2.500.000 mbak. Kalau mau Rp 1.200.000 yang ini.” (Menunjuk handphone yang lain).

Pridiska : “Yah, yaudah ini saya tawar Rp 1.500.000?”

Nina : “Yah,ini aja harganya Rp 2.500.000 masa mau ditawar segitu.” Pridiska : “Ya udah mbak-nya nego berapa?”

Nina : “Rp 2.300.000.”

Pridiska : “Tapi saya denger sama mas-mas yang tadi harganya Rp 2.000.000. Masa sama cowo Rp 2.000.000 sama cewe mahalan.” Nina : “Ya kan itu dia temannya keponakan saya, jadi saya kenal ya saya

kasih segitu.”

Pridiska : “Ya udah, kan kita sesama umat muslim, jadi seharusnya harganya sama dong harga saudara.”

Nina : “Yaudah deh, karena mbak udah dengar tadi negosiasi saya sama

mas tadi, boleh lah saya kasih Rp 2.000.000.” Pridiska : “Baik. Ini dealya 2.000.000?”

Nina : “Iya.”

Pridiska : “Ini uangnya Rp 2.000.000.” (Memberikan uang kepada penjual). Nina : “Saya hitung dulu ya.”

Pridiska : “Iya.”

Nina : “Oh iya mbak, sudah.” Pridiska : “Makasih.”

Nina : “Ya.”

Akhirnya Pridiska dan Vega sudah membeli hp antara penjual dan pembeli seharga 2.000.000 dengan melalui proses tawar-menawar.

Kelompok 2

Jual Beli Baju

Adissa Vintha Junilla sebagai pembeli

Almira Reyhan sebagai penjual

Dwi Harnum sebagai pembeli

Vintha dan Hanum sedang berjalan-jalan di Tanah Abang mencari kaos lengan panjang untuk acara besok. Setelah beberapa butik dikunjungi, sampailah mereka di butik Almira.

Almira : “Selamat datang di butik Almira. Ada yang bisa saya bantu?” Hanum : “Kaos lengan panjangnya ada, sis?”

Almira : “Oh ada tuh dibagian sana.” (Menunjuk tempat kaos). Hanum : “Yaudah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.”

“Eh sis, berapaan?” Almira : “Rp 80.000”

Hanum : “Oh...”

Vintha : “Num, ini juga Num lucu deh. “ “Ini kaos lengan panjang kan, sis?” Almira : “Iya.”

Hanum : “Harganya berapaan, siskalo yang itu?” Almira : “Rp 110.000.”

Hanum : “Loh kok lebih mahal?”

Almira : “Coba dipegang aja, sis bahannya. Bahan kaos itu lebih bagus, adem tapi gak tipis.”

Vintha : (Memegang kedua baju itu).

“Oh iya Num, kayaknya yang adem yang itu.”

Hanum : “Tapi, mending sweateraja deh Vin, soalnya lebih murah.” Vintha : “Tapi kan besok bakalan panas Num.”

Hanum : “Tapi Rp 30.000 bedanya.”

Vintha : “Daripada kita beli, terus besok gak dipake kepanasan.” Hanum : “Tapi tetap aja Rp 30.000 itu lumayan.”

Vintha : “Ngapain dibeli kalo besok gak dipake.” Hanum : “Tapi kemahalan, Vin.”

Vintha : “Sis, turunin lah, sis.”

Almira : “Paling Cuma bisa Rp 100.000.” Vintha : “Gimana Num?”

Hanum : “Gak mau gue kalo segitu.” Almira : “Kualitas bahannya lebih bagus.” Vintha : “Gimana Num?”

Almira : “Emang maunya berapa, sis?” Hanum : “Rp 75.000 deh.”

Almira : “Gak bisa, sis. Gimana kalau Rp 170.000 dua?” Vintha : “Gimana Num? Beda sedikit doang.”

Hanum : “Hmm ya udah deh.” Vintha : “Oke, sis. Kes atau debit?” Almira : “Kes aja, sis.”

Vintha : (Memberikan uang). Almira : “Makasih, sis.” Vintha : “Sama-sama, sis.”

Vintha dan Dwi meninggalkan butik Almira dengan dua potong kaos seharga Rp 85.000.

Kelompok 3

Jual Beli Laptop

Muhammad Fariza Ibrahim sebagai Peter Parker (Anak)

Nabila sebagai Ibu Peter Parker

M. Fikry Raka sebagai Penjual

Diceritakan, Peter Parker seorang anak SMA yang bertubuh tinggi dan kurus dikenal pintar di kelasnya. Peter saat ini menduduki bangku kelas X. Tepatnya 9 bulan yang lalu ia memilih jurusan IPA pada peminatan di sekolah yang diadakan di awal tahun. Dengan kemampuan akademiknya yang cenderung di atas rata-rata, ia sering sekali mendapatkan nilai yang bagus dan memuaskan. Tetapi Peter tidak seperti anak lainnya, ia bukanlah anak pintar, tapi anak pintar yang cupu atau anak pintar tapi sombong. Ia dikenal sebagai orang yang rendah diri, mudah bergaul dan pastinya memiliki banyak teman. Suatu hari, Peter sedang duduk di bangku meja belajar di kamarnya. Ibunya merasa ada yang aneh pada dirinya. Hari itu, hari Minggu pagi. Peter biasanya sedang duduk manis menonton kartun kesayangannya di depan televisi. Akhirnya, Ibunya masuk ke kamarnya dan menghampirinya.

Ibu : “Sedang apa kamu Peter? Tumben, biasanya kamu kan nonton Doraemon di tv.”

Peter : “Ini Bu, aku sedang belajar. Minggu depan soalnya ada UTS.” Ibu : “Oh ulangan toh, bagus lah kalaubegitu.”

Peter : “Iya Bu.”

Ibu : “Peter, selama ini Ibu lihat nilai kamu bagus-bagus ya.” Peter : “Ah biasa aja Bu.”

Ibu : “Sudahlah, kamu tidak perlu merendahkan dirimu terus menerus. Ibu tahu, kamu ini berbeda kan dengan anak yang lainnya.”

Peter : “Berbeda apanya Bu?”

Ibu : “Ya berbeda saja. Biasanya anak lainnya saat mereka mendapatkan nilai yang bagus, mereka meminta hadiah kepada orang tuanya. Nah, sedangkan kamu tidak meminta apapun kepada Ibu. Hmm, mungkin cuma buku. Buku itupun untuk keperluan sekolah.”

Peter : “Ibu, aku ini memang suka Sains, jadi wajar aja kalau aku belajar. Paling cuma baca-baca buku doang.”

Ibu : “Kamu ini. Ibu ada ide.” Peter : “Ide apa Bu?”

Ibu : “Kan kamu akan menghadapi UTS, kalau kamu dapat nilai 100 lagi, Ibu akan membelikanmu laptop. Mungkin laptop itu akan berguna untukmu. Lagi pula, laptop itu gampang dibawa kemana-mana, tidak seperti komputermu itu. Bagaimana?”

Peter : “Mau mau Bu. Tapi, nilai 100? Aku kurang yakin Bu.” Ibu : “Ya kamu harus yakinlah. Ibu yakin kamu pasti bisa.” Peter : “Iya, akan aku usahakan Bu.”

Ibu : “Ya sudah, Ibu sudah membuatkanmu Pancake. Segera dimakan lah sebelum itu dingin.”

Peter : “Ya sudah. Ayo Bu.”

Peter dan Ibunya pun meninggalkan kamar. Singkat cerita, UTS pun telah usai dan satu persatu nilai pun telah dibagikan hasilnya. Akhirnya, seperti yang diduga Peter berhasil mendapatkan nilai 100. Setelah mengetahui kabar itu, Ibunya pun merasa bangga. Pada hari itu juga Ibunya menepati janjinya. Ia mengajak Peter untuk memilih laptop barunya. Ia mengajak Peter ke toko elektronik di dekat rumahnya. Toko elektronik itu berbeda dari toko-toko elektronik lainnya yang berada di mall atau dimanapun. Toko tersebut memperbolehkan untuk tawar-menawar. Jadi, Ibunya memilih toko tersebut

dengan tujuan untuk mendapatkan laptop dengan harga yang relatif lebih murah. Toko tersebut berada 100 meter dari rumahnya. Jadi, mereka tidak perlu memakai kendaraan apapun. Setelah sampai, seperti biasa toko tersebut ramai dari pembeli. Peter dan Ibunya langsung disambut oleh pria tua yang bertubuh tinggi dan gemuk.

Penjual : “Selamat pagi Bu, Dik. Silahkan masuk. Oh ya, Anda yang tadi menelpon saya ya?”

Ibu : “Iya Pak, betul.”

Penjual : “Anda ingin membeli laptop kan? Perkenalkan, nama saya Dr. Heri pemilik toko ini. Silahkan saya antar ke tempat yang Anda inginkan.”

Ibu : “Boleh, terima kasih Pak.” Peter : “Yang ini kayaknya bagus, Bu.”

“Pak yang ini harganya berapa ya?”

Penjual : “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo. Prosesornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.”

Peter : “Oh, begitu ya. Kalo yang ini berapa ya?” (Menunjuk laptop yang lain).

Penjual : “Oh kalo yang ini notebook. Kalo notebook harganya lebih murah. Ini I5 juga sama seperti yang disampingnya. Cuma karena ini notebook, harganya lebih murah kira-kira Rp 4.000.000.”

Peter : “Wah mahal juga ya.”

Penjual : “Tenang saja, di toko ini pembelinya bisa tawar-menawar kok.” Peter : “Oh gitu ya.”

Penjual : “Iya.”

Peter : “Yang ini saja deh Bu.”

Ibu : “Kamu yakin? Ibu tau kamu pasti lebih suka yang ini kan”. (Menunjuk laptop yang lain).

Peter : “Iya Bu.”

Ibu : “Ya udah gak apa-apa. Jadi harganya Rp 5.000.000 Pak? Gak bisa kurang?”

Penjual : “Oh bisa kok Bu, boleh diturunkan asal harganya pas saja.” Ibu : “Bagaimana kalau Rp 3.500.000?”

Penjual : “Wah kalau Rp 3.500.000 kayaknya terlalu murah. Ini laptop

keluaran baru loh Bu.”

Ibu : “Oh gitu. Kalau Rp 4.000.000 deh gimana?”

Penjual : “Kalau Rp 4.000.000 masih belum Bu. begini deh saya turunkan harganya bagaimana kalau Rp 4.800.000.”

Ibu : “Masih terlalu mahal Pak. Rp 4.200.000 deh, gimana?”

Penjual : “Wah, masih tidak bisa Bu. Ini penawaran terakhir saya, laptop ini saya jual seharga Rp 4.500.000. Bagaimana?”

Peter : “Tapi Bu, harganya terlalu mahal.”

Ibu : “Gak apa-apa Peter, Ibu sudah menabung.” Peter : “Terima kasih ya Bu.”

Penjual : “Jadi kalian setuju? Oke baiklah. Pembayaran mari ke kasir.” Ibu : “Ini Pak, uangnya kes ya. di cek lagi.”

Penjual : “Saya cek dulu ya.” (Menghitung uang).

“Ya, cukup uangnya Bu. Jadi, Anda setuju membeli ini. Deal?” Ibu : “Deal.”

Penjual : “Silahkan, boleh diambil barangnya.” Peter : “Biar aku saja bu yang membawa.” Ibu : “Terima kasih Pak.”

Penjual : “Iya sama-sama. hati-hati ya Bu. Jangan lupa kembali lagi ke sini mungkin jika ada yang Ibu inginkan toko ini menjual keperluan yang lainnya.”

Ibu : “Oke, kami duluan ya Pak Heri.”

Dokumen terkait