• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian pada Laporan Laba

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian pada Laporan Laba

bertindak dalam parameter yang telah ditetapkan. Prioritas juga diberikan untuk pengembangan fasilitas CDMA.

h. Layanan Lain

TELKOM juga menyediakan berbagai layanan lain seperti:

1. Layanan buku petunjuk telepon yang disediakan oleh TELKOM melalui anak perusahaan, yaitu Infomedia.

2. Televisi kabel dan televisi berbayar serta layanan terkait (42.351 pelanggan terhitung 31 Desember 2007), yang disediakan melalui anak perusahaan, yaitu Indonusa.

3. Layanan teleks dan telegram.

Selain itu, Telkom juga akan mendapatkan pendapatan dari layanan telephone directory services dan pengelolaan gedung.

B. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian pada Laporan Laba Rugi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

a. Pendapatan Interkoneksi

Komponen pendapatan interkoneksi terdiri dari pendapatan interkoneksi selular, interkoneksi internasional dan interkoneksi lainnya. Pendapatan interkoneksi terdiri dari biaya yang dibebankan pada operator domestik dan internasional lain pada saat panggilan telepon yang berawal dari jaringan operator lain tersebut tersambung (interconnect) dengan jaringan telepon tidak bergerak PT Telkom maupun jaringan selular Telkomsel.

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Pendapatan interkoneksi juga mencakup roaming internasional oleh operator diluar negeri kepada jaringan selular bergerak Telkomsel, serta biaya (fee) ritel yang dibebankan kepada pelanggan PT Telkom untuk panggilan keluar dan pendapatan sambungan langsung internasional dari jasa TELKOMSLI- 007 sejak jasa tersebut diluncurkan pada bulan Juni 2004. Biaya yang dibebankan atas interkoneksi ditentukan berdasarkan perjanjian antar operator, dengan biaya maksimum yang ditetapkan oleh keputusan Pemerintah.

Pendapatan dari interkoneksi dengan operator telekomunikasi domestik dan internasional lainnya diakui pada saat terjadi berdasarkan perjanjian dan disajikan sebesar jumlah bersih setelah dikurangi beban interkoneksi. Pendapatan interkoneksi diakui terlebih dahulu, kemudian diselesaikan antar operator secara bulanan, yang dapat berfluktuasi secara signifikan karena adanya penyesuaian antar operator pada saat penyelesaian.

Pendapatan interkoneksi bersih terdiri dari pendapatan interkoneksi bersih jaringan telepon tetap PT Telkom (setelah dikurangi pendapatan interkoneksi dari interkoneksi dengan jaringan seluler Telkomsel) dan pendapatan interkoneksi bersih dari jaringan seluler bergerak Telkomsel (setelah dikurangi dengan biaya interkoneksi dari interkoneksi dengan jaringan telepon tetap PT Telkom). Pendapatan interkoneksi termasuk pendapatan sambungan internasional incoming dari jasa TELKOMSLI 007, setelah dikurangi dengan biaya interkoneksi yang dibebankan pada sambungan internasional outgoing.

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Tabel berikut ini menunjukkan pendapatan interkoneksi yang diterima oleh PT. Telkom dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 sekaligus persentasenya dari pendapatan usaha.

Tabel 4.1 Pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2005 sampai dengan 2006 (Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha)

Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2005

2006

Rp.(Miliar)

%

Rp.(Miliar)

%

Pendapatan Interkoneksi

10,723.80

25.6

11,793.80

23

Beban Interkoneksi

-2,981.70

-7.1

-3,112.30

-6.1

Jumlah interkoneksi bersih

7,742.10

18.5

8,681.50

16.9

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2006

Tabel 4.2 Pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2007 sampai dengan 2008 (Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha)

Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2007

2008

Rp.(Miliar)

%

Rp.(Miliar)

%

Pendapatan Interkoneksi

12,705.90

21.3

12,054.30

19.9

Beban Interkoneksi

-3,054.60

-5.1

-3,263.50

-5.4

Jumlah interkoneksi bersih

9,651.30

16.2

8,790.80

14.5

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2008

Pendapatan interkoneksi dapat diperoleh melalui beberapa segmen, yaitu :

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

b. Pendapatan interkoneksi internasional c. Pendapatan interkoneksi lainnya

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan segmen – segmen pendapatan interkoneksi selama empat tahun dari tahun 2005 sampai dengan 2008.

Tabel 4.3 Segmen - segmen pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2005 sampai dengan tahun 2006.

(Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha) Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2005 2006 Rp.(Miliar) % Rp.(Miliar) % Pendapatan Interkoneksi 1. Seluler 6.685,10 16,0 7442,3 14,5 2. Internasional 854,8 2,0 1001,4 1,9 3. Lain - lain 202,2 0,5 237,8 0,5

Jumlah Pendapatan Interkoneksi Bersih 7.742,10 18,5 8.681,50 16,9

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2006.

Tabel 4.4 Segmen - segmen pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2007 sampai dengan tahun 2008.

(Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha) Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2007 2008 Rp.(Miliar) % Rp.(Miliar) % Pendapatan Interkoneksi 1. Seluler 8.734,80 14,6 7.900,40 13,0 2. Internasional 694,7 1,2 780,6 1,3 3. Lain - lain 221,8 0,4 109,7 0,2

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2008.

Meningkatnya pendapatan interkoneksi dapat didukung oleh banyak faktor, diantaranya adalah kenaikan jumlah pelanggan dan kenaikan jumlah volume trafik interkoneksi ke PT Telkom. Tabel berikut ini menunjukkan pertumbuhan jumlah pelanggan PT Telkom dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Sumber : Laporan Tahunan PT Telkom Tbk tahun 2008

Tabel di bawah ini menunjukkan volume trafik interkoneksi PT Telkom dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

Tabel 4.6 Volume trafik interkoneksi PT Telkom Tbk (dalam juta menit)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember

2005 2006 2007 2008

Interkoneksi Telepon Seluler (1)

Menit masuk berbayar 4.863,6 5.162,2 4.970,0 6.626,9

Menit keluar berbayar 7.514,9 7.704,2 7.251,8 5.879,4 Interkoneksi Sambungan Tidak

Bergerak (2)

Menit masuk berbayar 612,3 864,9 923,5 1.362,3

Menit keluar berbayar 493,5 965,2 1.437,1 1.988,5

Interkoneksi Telepon Satelit

Menit masuk berbayar 10,7 9,3 5,1 3,2

Menit keluar berbayar 6,5 4,5 2,3 1,6

Interkoneksi Internasional (3)

Menit masuk berbayar 596,4 861,9 1.208,5 1.409,8

Menit keluar berbayar 185,5 177,6 162,9 165,5

Total

Total menit masuk berbayar 6.083,0 6.898,3 7.107,2 9.402,1

Total menit keluar berbayar 8200,4 8.851,5 8.854,1 8.035,0 (1) Termasuk interkoneksi dengan Telkomsel.

(2) Menit interkoneksi telepon tidak bergerak mencerminkan interkoneksi dengan jaringan PT Bakrie Telecom (semula PT Radio Telepon Indonesia atau Ratelindo), PT Batam Bintan Telekomunikasi, Indosat mulai 2004, dan Mobile 8 Phone mulai 2008.

(3) Menit interkoneksi internasional didapat dari interkoneksi dengan jaringan internasional Indosat dan, mulai tahun 2004, panggilan masuk dan keluar juga menggunakan TIC-007.

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2007 dan tahun 2008

b. Pendapatan Interkoneksi PT Telkom Sebelum dan Setelah Interkoneksi Berbasis Biaya Diterapkan.

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

1. Pendapatan Interkoneksi Sebelum Interkoneksi Berbasis Biaya Diterapkan. a. Pendapatan Interkoneksi tahun 2005

Sistem interkoneksi yang digunakan pada tahun 2005 adalah sistem interkoneksi berbasis bagi hasil (revenue sharing). Berdasarkan data dari tabel diatas, jumlah pelanggan PT Telkom Tbk mencapai 37.016.998 pelanggan pada akhir tahun 2005, yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8.686.131, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4.061.867 pelanggan dan 24.269.000 pelanggan jasa telepon bergerak seluler. Dengan jumlah pelanggan tersebut, pendapatan interkoneksi bersih meningkat sebesar Rp 1.554,1 miliar atau meningkat sebesar 25,1%, dari Rp 6.188,0 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 7.742,1 miliar pada tahun 2005.

Jumlah tersebut diperoleh dengan didukung oleh kenaikan pendapatan interkoneksi seluler sebesar Rp 1.333,5 miliar atau 24,9%, dari Rp 5.351,6 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 6.685,1 miliar pada tahun 2005, kenaikan tersebut terutama dikarenakan pertumbuhan pelanggan telepon seluler di Indonesia sejumlah dan cukup banyaknya volume interkoneksi telepon seluler yang masuk ke PT Telkom yaitu 4,863,6 juta menit. Pendapatan interkoneksi internasional meningkat sebesar Rp 213,6 miliar atau 33,3% dari Rp 641,2 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 854,8 miliar pada tahun 2005, terutama disebabkan oleh meningkatnya arus sambungan telepon internasional yang berasal

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

dari operator domestik baik incoming sebesar 596,4juta menit dan outgoing sebesar 185,5juta menit,.

Pendapatan interkoneksi lainnya meningkat sebesar Rp 7,0 miliar atau 3,6% dari Rp 195,2 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 202,2 miliar pada tahun 2005 terutama disebabkan oleh pertumbuhan jumlah pelanggan telepon tetap nirkabel Indosat dan PT Bakrie Telecom. Pendapatan interkoneksi PT Telkom memberikan kontribusi sebesar 18,5% terhadap pendapatan usaha konsolidasian TELKOM untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005, dibandingkan dengan 18,2% untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004.

b. Pendapatan Interkoneksi tahun 2006

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa sampai dengan 31 Desember 2006 jumlah pelanggan PT Telkom sebanyak 48,5 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,7 juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4,2 juta pelanggan dan 35,6 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Pertumbuhan jumlah pelanggan PT Telkom di tahun 2006 sebanyak 30,73% telah mendorong kenaikan pendapatan interkoneksi PT Telkom dalam tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 8.681,5 miliar dibanding Rp.7.742,1 miliar tahun 2005.

Kenaikan pendapatan interkoneksi bersih sebesar 12,1% tersebut juga didorong oleh kenaikan pendapatan interkoneksi selular meningkat

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

sebesar Rp 757,2 miliar atau 11,3% dari Rp 6.685,1 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp 7.442,3 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pelanggan selular di Indonesia dan volume trafik interkoneksi yang bertambah sebanyak 298,6 juta menit.

Pendapatan interkoneksi internasional meningkat sebesar Rp 146,6 miliar atau 17,1% dari Rp 854,8 miliar pada tahun 2005 menjadi 1001,4 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan trafik incoming dan outgoing sambungan langsung internasional dari operator domestik. Pendapatan interkoneksi lainnya meningkat sebesar Rp 35,6 miliar atau 17,6% dari Rp 202,2 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp. 237,8 miliar pada tahun 2006, terutama disebabkan oleh pertumbuhan jumlah pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel Indosat dan Bakrie Telecom. Pendapatan interkoneksi memberikan kontribusi terhadap pendapatan usaha konsolidasi sebesar 16,9% pada tahun 2006.

2. Pendapatan Interkoneksi Setelah Interkoneksi Berbasis Biaya Diterapkan. a. Pendapatan interkoneksi tahun 2007

Menkominfo menerbitkan Keputusan Menteri No.8/Per/M. KOMINFO/02/2006 pada tanggal 8 Februari 2006 yang menetapkan skema tarif interkoneksi berbasis biaya untuk seluruh operator jaringan

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

dan layanan telekomunikasi dan berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2007. Dengan skema baru tersebut, operator jaringan tempat panggilan telepon berakhir akan menentukan besaran biaya interkoneksi yang akan diterimanya berdasarkan formula yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, sehingga pada akhirnya para operator akan menentukan biaya percakapan telepon berdasarkan biaya yang harus ditanggung untuk percakapan tersebut.

Seperti yang tertera pada tabel 4.1 diatas, pendapatan interkoneksi bersih meningkat sebesar Rp 969,8 miliar atau 11,2% dari Rp 8.681,5 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 9.651,3 miliar pada tahun 2007. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan interkoneksi seluler sebesar Rp.1.292,5 miliar yaitu dari Rp.7.442,3 miliar menjadi Rp.8.734,8 miliar. Namun walaupun pendapatan interkoneksi seluler meningkat dengan jumlah yang cukup signifikan, akan tetapi pendapatan interkoneksi internasional dan pendapatan interkoneksi lainnya mengalami penurunan. Pendapatan interkoneksi interkoneksi pada tahun 2006 adalah senilai Rp.1001,4 miliar sedangkan pada tahun 2007 menurun menjadi Rp. 694,7 miliar. Pendapatan interkoneksi lainnya juga menurun senilai Rp.969,8 miliar yaitu dari Rp. 237,8 miliar menjadi Rp.221,8 miliar.

Penurunan pendapatan interkoneksi tersebut tentu saja tidak seiring dengan laju pertumbuhan pelanggan PT Telkom yang justru meningkat

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

cukup tajam, yakni dari sejumlah 48,5 juta pelanggan pada tahun 2006 menjadi 63 juta pelanggan, yang terdiri dari 8,7 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 6,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel serta 47,9 juta pelanggan selular.

Apabila dilihat dari volume trafik interkoneksi yang ada pada tabel 4.4, memang terlihat telah terjadi penurunan pada interkoneksi telepon seluler sebesar 156,2 juta menit dan interkoneksi telepon satelit sebanyak 4,2 juta menit. Sebaliknya terjadi kenaikan volume trafik interkoneksi sambungan tidak bergerak 58,6 juta menit dan interkoneksi internasional sebanyak 346,6 juta menit. Namun walaupun telah mengalami penurunan, pendapatan interkoneksi tetap memberikan kontribusi sebanyak 16,2% dari total pendapatan usaha PT Telkom.

b. Pendapatan Interkoneksi tahun 2008

Pendapatan interkoneksi bersih memberikan kontribusi terhadap jumlah pendapatan usaha konsolidasian PT Telkom sebesar 14,5% untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2008, dibandingkan dengan 16,2% untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2007 dan 16,9% untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2006.

Pendapatan interkoneksi bersih menurun sejak tahun 2007 sampai 2008 sebesar 8,9% atau sebesar Rp.860,5 miliar menjadi 8.790,8 miliar

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

dari sebelumnya yaitu Rp.9.651,3 miliar. Penurunan atas pendapatan interkoneksi di 2008 terutama disebabkan oleh penurunan sebesar 9,6% dalam pendapatan bersih interkoneksi yang diterima dari para operator seluler bergerak sebesar Rp.834,4 miliar sehingga pendapatan interkoneksi dari operator seluler yang diterima saat itu adalah Rp.7.900,4 miliar dari sebelumnya Rp.8.734,8 miliar. Begitu juga dengan pendapatan interkoneksi lain – lain menurun sebanyak Rp. 112,1 miliar sehingga menjadi 109,7 dari sebelumnya Rp.221,8 miliar. Namun terjadi kenaikan pada pendapatan interkoneksi internasional sebanyak Rp.85,9 miliar menjadi Rp.780,6 miliar dari sebelumnya Rp.694,7 miliar.

Jika dilihat dari jumlah pelanggan, jumlah pelanggan PT Telkom Tbk justru meningkat 24,6 juta pelanggan yang terdiri dari 8,6 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 12,7 juta pelanggan tidak bergerak nirkabel dan 66,3 juta pelanggan seluler. Demikian juga jika dilihat dari volume trafik interkoneksi meningkat 2.294,9 juta menit pada tahun 2008 menjadi 9.402,1 juta menit dari sebelumnya 7.107,2 juta menit pada tahun 2007.

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Dokumen terkait