• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN TARIF INTERKONEKSI BERBASIS BIAYA (COST BASED) PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK

Oleh :

NAMA : POVI IRAWAN

NIM : 040503065 DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan jelas danbenar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 03 Desember 2009 Yang membuat pernyataan

(3)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga dengan memperbanyak salawat kepada beliau, kita akan mendapatkan syafa'atnya di akhirat kelak. Amin.

Skripsi ini berjudu l “ Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk “, disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan terutama buat keluargaku tercinta: Ayahanda Wiyatno, Ibunda Lis Paridah yang telah banyak memberikan banyak dukungan dan dorongan baik materil maupun immateril, serta kasih sayang, perhatian dan doa yang tiada henti selama ini.

Sepanjang penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak do'a, bantuan, dukungan, pengarahan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

3. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Nurzaimah MM, Ak selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan arahan, bantuan, bimbingan, saran – saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi..

7. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi..

(4)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Medan, 03 Desember 2009 Penulis

(5)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

ABSTRAK

Interkoneksi adalah keterhubungan antar jaringan telekomunikasi dan penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda. Hubungan itu akan menyebabkan munculnya biaya produksi yang disebut dengan biaya interkoneksi. Besarnya biaya interkoneksi ditentukan oleh basis tarif interkoneksi yang diterapkan. Sebelum tahun 2007 biaya interkoneksi dihitung berdasarkan basis bagi hasil (revenue sharing) dan kemudian setelah tahun 2007 basis tersebut diubah menjadi basis biaya (Cost Based) oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Dalam pelaksanaannya, interkoneksi berbasis biaya yang diharapkan dapat menambah keuntungan bagi perusahaan ternyata membawa kerugian yang cukup berarti bagi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan tarif interkoneksi berbasis cost based terhadap laba perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder dengan teknik pengambilan data berupa teknik wawancara karyawan bagian interkoneksi pada PT Telekomunikasi Indonesia Regional I Sumatera dan teknik dokumentasi dengan menganalisis bahan – bahan dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) yang diharapkan mampu menambah laba perusahaan komunikasi dengan cara menurunkan tarif menjadi lebih rendah untuk menarik lebih banyak pelanggan baru dan untuk menambah jumlah panggilan sehingga menambah pendapatan, malah mengurangi laba PT Telkom sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia, karena kenyataannya bahwa meningkatnya jumlah pelanggan dan meningkatnya volume trafik interkoneksi dari sebuah perusahaan telekomunikasi tidak menjamin meningkatnya pendapatan interkoneksi yang akan diterimanya.

(6)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

ABSTRACT

Interconnection is a connection between a network of telecommunication and different network organizer of telecommunication. The relation will cause a production cost named interconnection cost. The cost is appointed by what system is used. Before 2007, interconnection cost was counted by revenue sharing system and then after 2007 the system was changed become cost based by the regulation of Indonesia telecommunication organization. In fact, cost based interconnection that hoped can give more profit for the company, on the contrary brought much loss to PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Therefore, the purpose of this examination is to know how the accomplishment of cost based interconnection in PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. and to know how the influence of the cost based interconnection to the company’s profit. The data that used in this examination are primary and secondary data with asking technic with the interconnection’s employee of PT Telekomunikasi Indonesia Regional I Sumatera and documentation technic by analize the company’s documentations related to the examination object.

Depends on the result of the examination, we can take conclusion that cost based interconnection that hoped can give more profit for the company by reducing the price to attract new customer and increase the amount of calls to get more revenue, on the contrary brought much loss to PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. As one of telecommunication company in Indonesia, because in fact eventhough the amount of customer and calls of a communication company increase, it’s not a guarantee to increase interconnection revenue.

(7)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….. i

KATA PENGANTAR………. ii

ABSTRAK…………...………. iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN………... x

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah………... 1

b. Batasan Penelitian……….... 5

c. Perumusan Masalah……….. 6

d. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 6

e. Kerangka Konseptual……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9. Pengertian dan Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi... 9

10.Pengertian Interkoneksi dan Biaya interkoneksi……….. 11

11.Interkoneksi Antar Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi... 14

12.Regulasi Dalam Industri Telekomunikasi Indonesia………... 16

(8)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian……… 28

2. Jadwal Penelitian……… 28

3. Jenis Data……… 28

4. Teknik Pengumpulan Data………. 29

5. Metode Analisis Data………. 29

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 3. Gambaran Umum Perusahaan………. 30

1. Sejarah Singkat……… 30

2. Struktur Organisasi……….. 33

3. Aktivitas Perusahaan……… 40

B. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian pada Laporan Laba Rugi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk……….. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan……….. 62

2. Saran……… 63

(9)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel Judul 4.1 Pendapatan Interkoneki PT Telkom Tbk tahun 2005

Halaman

sampai dengan 2006 51

4.2 Pendapatan Interkoneki PT Telkom Tbk tahun 2007

sampai dengan 2008 51

4.3 Segmen – segmen pendapatan interkoneksi PT Telkom

Tbk tahun 2005 sampai dengan 2006 52 4.4 Segmen – segmen pendapatan interkoneksi PT Telkom

Tbk tahun 2007 sampai dengan 2008 52

4.5 Jumlah Pelanggan PT Telkom Tbk 53

(10)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

(11)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Laporan Laba Rugi Konsolidasi Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2007, 2006, 2005

(12)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laba merupakan tujuan utama dari setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri maupun jasa. Laba akan diperoleh dari selisih lebih antara pendapatan yang dikurangi dengan beban. Perusahaan jasa telekomunikasi memperoleh pendapatan dari jasa telekomunikasi yang diselenggarakannya, yaitu berupa jasa pemancaran, jasa pengiriman atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya.

(13)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

pendapatan yang cukup signifikan bagi perusahaan karena adanya biaya yang timbul akibat interkoneksi yang harus dibayar oleh setiap operator yang menggunakan jaringannya.

Persoalan yang sangat rumit yang cenderung kurang kondusif terhadap peningkatan pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia adalah masalah interkoneksi tersebut. Hampir setiap bulan selalu ada saja berita di berbagai media massa yang terkait dengan masalah interkoneksi, khususnya masalah yang melibatkan beberapa operator telekomunikasi tertentu. Pernah termuat di sejumlah media tertentu bahwa suatu operator telekomunikasi mengeluhkan mahalnya tarif interkoneksi yang dipasang mitranya dari operator telekomunikasi lainnya, sehingga menjadi salah satu sebab terganjalnya pembukaan akses interkoneksi, misalnya masalah sering sulitnya interkoneksi antar penyelenggara telefon seluler di Batam, Palembang, Balikpapan dan lain sebagainya. Terlebih lagi, meskipun kebijakan duopoli sudah dicanangkan, masalah interkoneksi jaringan telepon masih tersendat dan baru sukses terbuka aksesnya sejak setahun yang lalu walaupun itu sebatas di Jakarta dan Surabaya.

(14)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

keserasian sistem dan perangkat telekomunikasi, peningkatan mutu pelayanan, dan persaingan sehat yang tidak saling merugikan.

Perhitungan dalam tarif interkoneksi juga mengalami perdebatan dari masa ke masa. Ketika pasar telekomunikasi masih dimonopoli oleh PT Telkom Tbk, interkoneksi tidak menjadi isu sensitif. Penyelesaian tagihan antar wilayah pengelolaan jaringan dilakukan dengan metode sender keeps all, yang berarti pihak pemanggil (originator) memungut seluruh biaya percakapan dan jaringan penerima (terminator) hanya menyalurkan panggilan ke nomor tujuan.

Saat pasar telekomunikasi mulai terbuka dan muncul operator baru seperti PT Indosat Tbk, metode sender keeps all mulai diganti dengan sisterm revenue sharing dengan menetapkan porsi pendapatan ketika operator baru akan berinterkoneksi dengan jaringannya. Kenyataannya semakin banyak operator baru yang muncul seperti PT Excelcomindo Pratama, PT Bakrie Telecom, dan lainnya, Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) menyadari sepenuhnya bahwa skema revenue sharing (bagi hasil) dalam pengaturan interkoneksi tidak sesuai lagi dengan iklim kompetisi karena penetapan interkoneksinya tidak mencerminkan efisiensi jaringan sehingga aturan baru harus selesai secepat mungkin.

(15)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

dievaluasi sesuai dengan perkembangan tingkat efisiensi yang dicapai, sampai diperoleh format jaringa n yang ideal dari persfektif efisiensi. Berdasarkan model tersebut kemudian biaya interkoneksi akan dihitung berdasarkan sebab akibat biaya yang relevan dan bersifat incremental atas penyediaan layanan interkoneksi. Prinsip ini digunakan akibat model jaringan yang dibangun tidak sepenuhnya digunakan untuk menyediakan layanan interkoneksi akan tetapi juga layanan-layanan jasa lainnya, sehingga biaya interkoneksi benar-benar hanya dihitung dengan melibatkan biaya yang terkait. Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) menunjuk suatu konsultan independent internasional yang sangat berpengalaman dalam bidang pemberian jasa konsultasi bidang telekomunikasi bernama Ovum untuk mengkaji biaya interkoneksi berbasis biaya.

(16)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

diharapkan dapat menambah keuntungan bagi perusahaan ternyata membawa kerugian yang cukup berarti. Dalam sebuah situs internet http://Telecommunication«[theGadget!].htm pada tahun 2006 yang lalu, PT Telkom Tbk mengatakan apabila sistem interkoneksi berbasis biaya diterapkan, mereka telah memprediksi akan kehilangan potensi pendapatan hingga sebesar Rp.250 milyar. Terbukti memasuki awal tahun 2008, PT Telkom melaporkan labanya mengalami penurunan hingga 1 triliun rupiah akibat dari penurunan tarif interkoneksi sebagaimana ditetapkan oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dalam pola interkoneksi berbasis biaya.

Berdasarkan keadaan yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) pada perusahaan telekomunikasi khususnya pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Maka dari itu, penulis ingin membuat skripsi dengan judul “Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk”

B. Batasan Penelitian

(17)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

penelitian, maka penelitian ini akan dibatasi hanya untuk laporan keuangan periode 2005 sampai dengan periode 2008 untuk melihat perbandingan laba sebelum dan sesudah sistem interkoneksi berbasis biaya diterapkan.

C. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana penerapan tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) pada PT Telkom Tbk?

2. Bagaimana pengaruh penerapan tarif interkoneksi berbasis cost based terhadap laba perusahaan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) pada PT Telkom Tbk.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan tarif interkoneksi berbasis cost based terhadap laba perusahaan.

B. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

(18)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

khususnya dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Selain itu sebagai salah satu proses bagi penulis untuk semakin meningkatkan keterampilan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

2. Bagi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, sebagai bahan pertimbangan untuk kembali mengkaji bagaimana penerapan tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. 3. Bagi pihak lain, sebagai bahan masukan bagi penelitian yang sejenis

dan bacaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang tarif interkoneksi pada perusahaan telekomunikasi.

E. Kerangka Konseptual

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis, 2009

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

Tarif interkoneksi berbasis biaya

(cost based)

(19)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Keterangan :

Dalam peneltian ini, penlis ingin meneliti bagaimana penerapan tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) untuk menghitung pendapatan interkoneksi pada PT Telekomunikasi Tbk.

(20)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2000 pasal 2 tentang penyelenggaraan telekomunikasi, “Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya”. Untuk terlaksananya telekomunikasi, diperlukan adanya penyelenggaraan dalam telekomunikasi. Penyelenggaraan telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi yang dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi yang meliputi :

1. Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi

Penyelenggaraan jasa telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan atau pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi terdiri dari

(21)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi, penyelenggaraa jasa telekomunikasi menggunakan jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat dilakukan oleh badan hokum yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku, yaitu:

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) b. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) c. Badan Usaha Swasta

d. Koperasi

2. Penyelenggaraan Komunikasi Khusus

Penyelenggaraan telekomunikasi khusus adalah penyelenggaraan telekomunikasi yang sifat, peruntukan dan pengoperasiannya khusus. Penyelenggaraan telekomunikasi khusus dapat dilakukan oleh :

f. Perseorangan. g.Instansi pemerintah.

h. Badan hukum selain penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi

3. Penyelenggaraan Jaringan Komunikasi

(22)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

jaringan telekomunikasi, penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib membangun dan atau menyediakan jaringan telekomunikasi. Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib menjamin terselenggaranya telekomunikasi melalui jaringan yang diselenggarakannya. Penyelenggara jaringan telekomunikasi dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi melalui jaringan yang dimiliki dan disediakannya. Penyelenggaraan jaringa n telekomunikasi terdiri dari :

1. Penyelenggaraan jaringan tetap, dibedakan dalam : a. Penyelenggaraan jaringan tetap lokal.

b. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh. c. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional. d. Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup.

2. Penyelenggaraan jaringan bergerak, dibedakan dalam : a. Penyelenggaraan jaringan bergerak terestrial. b. Penyelenggaraan jaringan bergerak seluler. c. Penyelenggaraan jaringan bergerak satelit.

B. Pengertian Interkoneksi dan Biaya Interkoneksi

(23)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

jaringan telekomunikasi dan penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda”. Jaringan telekomunikasi itu sendiri memiliki makna sebagai rangkaian perangkat telekomunikasi beserta segala kelengkapannya yang digunakan dalam bertelekomunikasi.

Menurut Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan ( PSAK ) No 35 “ interkoneksi adalah keterhubungan jaringan telekomunikasi yang ada, antara penyelenggara dalam negara maupun antar negara, baik dalam penyaluran hubungan ke luar (outgoing traffic) maupun penyaluran hubungan masuk (incoming traffic)”.

Struktur dan besaran tarif interkoneksi merupakan aspek komersil yang penting untuk dicermati. Secara praktis, paling tidak ada lima pola pendekatan yang umunya digunakan dalam menetapkan besaran tarif interkoneksi, antara lain:

1. Forward Looking Incremental Cost (FLIC), tarif ditetapkan berdasarkan besarnya biaya pengadaan fasilitas dan layanan interkoneksi.

2 Historical Accounting Cost (HAC), pungutan tarif mengacu pada rekaman data accounting dari operator yang menyediakan layanan dan fasilitas interkoneksi.

(24)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

4. Revenue Sharing (SR), besaran tarif interkoneksi dibayar berdasarkan konsep bagi hasil antara pemain baru dengan incumbent.

5. Interconnect Charges Based on Retail Prices, tarif yang dipungut berdasarkan besarnya biaya yang dibebankan kepada end user.

Biaya Interkoneksi merupakan biaya yang timbul akibat penyediaan layanan interkoneksi. Jenis biaya interkoneksi tersebut dapat terdiri dari biaya originasi, biaya transit, atau biaya terminasi. Biaya originasi terdiri dari lokal, jarak jauh, internasional, bergerak selular, atau bergerak satelit. Sedangkan biaya transit sebagaimana dimaksud terdiri dari b iaya transit lokal atau biaya transit jarak jauh. Sedangkan biaya terminasi sebagaimana dimaksud terdiri dari lokal, jarak jauh, internasional , bergerak selular atau bergerak satelit.

Interkoneksi menyatakan adanya hubungan antar operator yang satu dengan operator yang lainnya. Hubungan ini menyebabkan ada produksi. Dari produksi yang berlaku dalam interkoneksi muncul unit cost yang harus dihitung oleh operator selular yang terkait dengan interkoneksi. Inilah yang disebut dengan biaya interkoneksi. Biaya yang dibebankan atas interkoneksi ditentukan berdasarkan perjanjian antar operator, dengan biaya maksimum yang ditetapkan oleh keputusan Pemerintah.

(25)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

jaringan operator lain tersebut tersambung ( interconnect ) dengan jaringan telepon tidak bergerak. Pendapatan dari interkoneksi dengan operator telekomunikasi domestik dan internasional lainnya diakui pada saat terjadi berdasarkan perjanjian dan disajikan sebesar jumlah bersih setelah dikurangi beban interkoneksi. Pendapatan interkoneksi diakui terlebih dahulu kemudian diselesaikan antar operator secara bulanan yang dapat berfluktuasi secara signifikan karena adanya penyesuaian antar operator pada saat penyelesaian.

C. Interkoneksi Antar Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi 1. Penyelenggaraan Interkoneksi

(26)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

2. Jenis Layanan Interkoneksi

Jenis layanan interkoneksi terdiri dari:

a Layanan originasi, adalah merupakan pembangkitan panggilan yang berasal dari satu penyelenggara kepada penyelenggara lain. Pembangkitan panggilan tersebut dapat berasal dari penyelenggara jaringan tetap lokal, penyelenggara jaringan bergerak selular dan penyelenggara jaringan bergerak satelit. Ketiga penyelenggara jaringan dapat memberikan layanan originasi lokal, jarak jauh, internasional, bergerak selular dan bergerak satelit.

b. Layanan transit, adalah merupakan penyediaan jaringan atau elemen jaringan untuk keperluan penyaluran panggilan interkoneksi dari penyelenggara asal kepada penyelenggara tujuan panggilan interkoneksi. Layanan transit dapat terdiri dari:

1. Lokal yaitu merupakan layanan transit dengan menggunakan satu sentral atau trunk.

2. Jarak jauh yaitu merupakan layanan transit dengan menggunakan satu atau lebih sentral atau trunk dengan jaringan transmisi milik penyelenggara jaringan tetap jarak jauh.

c. Layanan terminasi adalah merupakan pengakhiran panggilan interkoneksi dari penyelenggara asal kepada penyelenggara tujuan. Pengakhiran panggilan dilakukan oleh penyelenggara jaringan:

(27)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

c. Bergerak satelit.

Para penyelenggara jaringan dapat memberikan layanan terminasi :

a. Lokal adalah merupakan pengakhiran panggilan intekoneksi oleh penyelenggara tujuan dimana titik interkoneksi berada dalam area pembebanan yang sama dengan area pembebanan penyelengara asal. b. Jarak jauh adalah merupakan pengakhiran panggilan interkoneksi dimana

titik interkoneksi berada pada area pembebanan yang berbeda dengan area pembebanan penyelengara tujuan.

c. Internasional adalah merupakan pengakhiran panggilan jasa telepon dasar sambungan internasional.

d. Bergerak selular adalah merupakan pengakhiran panggilan interkoneksi oleh penyelenggara jaringan bergerak seluler.

e. Bergerak satelit merupakan pengakhiran panggilan interkoneksi oleh penyelenggara jaringan satelit.

D. Regulasi Dalam Industri Telekomunikasi di Indonesia

(28)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

ekonomi telah menimbulkan permintaan akan layanan telekomunikasi semakin tinggi.

Pemerintah melaksanakan kewenangan dan pengawasan regulasi atas industri telekomunikasi di Indonesia. Kerangka hukum untuk industri telekomunikasi didasarkan atas undang-undang tertentu, peraturan pemerintah dan keputusan menteri yang diberlakukan dan dikeluarkan dari waktu ke waktu. Sebelum bulan Maret 1998, Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) bertanggung jawab atas regulasi telekomunikasi di Indonesia, akan tetapi dengan reorganisasi Pemerintah sesudah Pemilihan Umum tahun 1999, Departemen Perhubungan menerima tanggung jawab untuk melakukan pengaturan. Pada tahun 2005, sesuai ketetapan presiden, tanggung jawab mengatur tersebut dialihkan kepada Kementrian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo).

(29)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

faktor yang berpengaruh pada posisi kompetitif, operasi dan kondisi keuangan PT Telkom.

Menkominfo sebagai pihak yang mengatur, berwenang memberikan lisensi baru untuk pendirian usaha patungan baru dan pengaturan lain, terutama di sektor telekomunikasi. Melalui Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Dirjenpostel), salah satu direktorat di bawah Menkominfo, Pemerintah mengatur alokasi spektrum frekuensi radio untuk seluruh operator, termasuk PT Telkom yang diharuskan mendapatkan lisensi dari Menkominfo untuk masing-masing layanan yang menggunakan spektrum frekuensi radio. Seluruh operator telekomunikasi juga diharuskan membayar penggunaan spektrum frekuensi radio.

Selain itu Pemerintah juga mensyaratkan seluruh operator telekomunikasi untuk membayar biaya lisensi konsesi sebesar 1% dari seluruh pendapatan usaha yang didapatnya. Pada saat itu seluruh program deregulasi sektor telekomunikasi sangat erat kaitannya dengan program pemulihan ekonomi nasional yang didukung oleh IMF. Rencana nasional didokumentasikan dalam Nota Kebijakan Ekonomi dan Keuangan (NKEK), sebagaimana dijelaskan selanjutnya dalam nota kesepakatan kepada IMF pada bulan Januari dan Mei 2000.

(30)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

1. Deregulasi

2. Mendorong persaingan 3. Liberalisasi

4. Restrukturisasi

5. Meningkatkan akses pasar

6. Memperkenalkan regulasi yang berorientasi pasar.

Kebijakan reformasi telekomunikasi pemerintah merumuskan dalam Cetak Biru Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Telekomunikasi. Kebijakan yang dinyatakan dalam cetak biru dimaksudkan untuk:

1. Meningkatkan kinerja sektor tersebut di era globalisasi.

2. Melakukan liberalisasi sektor dengan struktur yang kompetitif dengan meniadakan kontrol monopoli.

3. Meningkatkan transparansi dan gambaran yang jelas tentang kerangka regulasi.

4. Menciptakan peluang bagi operator telekomunikasi nasional untuk membentuk aliansi strategis dengan para mitra asing.

5. Menciptakan peluang bisnis untuk badan usaha skala kecil dan menengah. 6. Memfasilitasi peluang – peluang kerja yang baru.

(31)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

liberalisasi industri, fasilitasi, masuknya pemain baru serta peningkatan transparansi dan persaingan. Undang-undang Telekomunikasi hanya menguraikan prinsip substantif materi pokok secara garis besar. Peraturan pelaksanaan dari Undang – Undang Telekomunikasi akan ditetapkan dalam aturan pelaksanaan yang terdiri dari peraturan Pemerintah, keputusan departemen dan keputusan Dirjenpostel.

Undang-Undang Telekomunikasi yang baru meniadakan konsep “badan penyelenggara” sehingga mengakhiri status PT Telkom dan PT Indosat sebagai badan penyelenggara dengan tanggung jawab menyelenggarakan masing – masing layanan telekomunikasi domestik dan internasional untuk industri. Untuk meningkatkan persaingan, Undang-Undang Telekomunikasi secara khusus melarang praktek monopoli dan persaingan tidak wajar di antara operator telekomunikasi.

(32)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Keputusan Menteri Perhubungan No. 67/2003 menyatakan tanggung jawab pengaturan telekomunikasi dialihkan kepada Menkominfo pada bulan Februari 2005. Sebagai bagian dari fungsi pengatur, BRTI berwenang untuk :

1. Melaksanakan pemilihan atau evaluasi untuk pemberian lisensi jaringan dan layanan telekomunikasi sesuai dengan kebijakan Menkominfo

2. Mengusulkan kepada Menkominfo standar pelaksanaan operasi untuk jaringan dan layanan telekomunikasi, standar kualitas layanan, biaya interkoneksi dan standardisasi peralatan.

Sebagai bagian dari fungsi pemantauan, BRTI berwenang memantau dan diharuskan melaporkan kepada Menkominfo mengenai :

1. Pelaksanaan standar pelaksanaan operasi untuk jaringan dan layanan telekomunikasi

2. Persaingan di antara operator jaringan dan layanan

3. Pemenuhan pemanfaatan peralatan telekomunikasi sesuai dengan standar yang berlaku.

Sebagai bagian dari fungsi kontrol, BRTI juga diberi wewenang dan diharuskan melaporkan ke Menkominfo mengenai :

1. Fasilitasi penyelesaian sengketa di antara operator jaringan dan layanan 2. Kontrol penggunaan peralatan telekomunikasi dan pelaksanaan standar

kualitas layanan.

(33)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Berdasarkan peraturan ini, PT Telkom dan Telkomsel bersama dengan sepuluh penyedia layanan telekomunikasi lainnya di Indonesia, wajib menyesuaikan tingkat tarif interkoneksi masing-masing dengan skema baru yang telah ditetapkan per 1 April 2008. Berdasarkan penyesuaian tarif tersebut, setiap operator diwajibkan untuk memasukkan usulan untuk memperbaharui DPI.

E. Penerapan Interkoneksi Berbasis Biaya di Indonesia

Sebelum tahun 2007, biaya interkoneksi dihitung berdasarkan revenue sharing. Dalam skema ini, bagi hasil dari interkoneksi antar operator dihitung berdasarkan kuantitas revenue-nya saja, misalnya dari operator X terjadi sekian panggilan ke operator Y. Setelah itu dihitung berapa panggilan dari operator X yang menggunakan jaringan operator Y dan masuk ke operator Y. Penghitungan berdasarkan revenue ini bergantung pada kepercayaan masing-masing pihak, sehingga hal ini cukup rawan.

Skema Revenue sharing sudah tidak diterapkan oleh negara-negara yang telah membuka kompetisi. Hal ini disebabkan skema tersebut merupakan barrier-to-entry bagi penyelenggara baru yang menjadi competitor dari penyelenggara yang telah ada. Padahal pembukaan kompetisi atau kehadiran penyelenggara baru diharapkan memberikan layanan yang kompetitif baik dari segi harga dan kualitas.

(34)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

berbeda dari dua penyelenggara berbeda yang berinterkoneksi. Sebagai contoh, pengguna yang melakukan panggilan interkoneksi dari PSTN (Public Switched Telephone Network atau yang biasa disebut jaringan telpon tetap) ke STBS (Sambungan Telepon Bergerak Seluler) akan dikenakan tarif pungut PSTN ditambah tarif pungut STBS. Hal ini membuat para penyelenggara juga cenderung menjadikan interkoneksi sebagai sumber pendapatan utama, padahal secara prinsip panggilan interkoneksi terjadi dari pembangkitan panggilan oleh penyelenggara lain, dimana penyelenggara yang menyalurkan panggilan hanya menerima saja panggilan interkoneksi itu. Kondisi ini juga secara langsung mempengaruhi perilaku pengguna untuk membatasi melakukan panggilan interkoneksi akibat tarif pungut panggilan interkoneksi yang tidak kompetitif dengan panggilan in-bound (panggilan sesama pengguna dalam satu penyelenggara), padahal dalam era multi-operator hubungan interkoneksi sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh pengguna.

(35)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) untuk seluruh operator jaringan dan jasa telekomunikasi.

Interkoneksi berbasis biaya yang sebenarnya diberlakukan mulai 1 Januari 2006 mengandung konsekuensi kenaikan pada tarif interkoneksi lokal di sisi lain dan di sisi lain penurunan pada SLJJ dan selular. Namun aturan tersebut belum sebenuhnya bisa dijalankan. Terhitung sejak 1 Januari 2007, penghitungan interkoneksi diubah menjadi cost based. Pola tarif tersebut bukan hanya berfungsi mencegah operator dominan (established monopolist) menetapkan tarif tinggi dan membayar tarif lebih rendah kepada operator lain, tetapi juga berpotensi mewujudkan struktur pasar yang berbentuk kompetisi penuh (perfect competition) dalam penyelenggaraan bisnis telekomunikasi.

(36)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

final tersebut kemudian akan dipublikasikan dalam situs internet milik BRTI dan Dirjen Postel. Publik dapat mengusulkan perubahan atas DPI penyelenggara yang telah disahkan dan dipublikasikan oleh BRTI, beserta alasannya, khususnya yang menyangkut kepentingan masyarakat pengguna layanan telekomunikasi. Usulan atas perubahan DPI sebagaimana dimaksud harus disampaikan secara tertulis. Dalam hal usulan perubahan atas DPI sebagaimana dimaksud dapat diterima, BRTI akan mempertimbangkan masukan tersebut pada evaluasi DPI.

Dilihat dari aspek makro, perubahan formula penghitungan biaya interkoneksi dari revenue sharing ke cost based menunjukkan adanya upaya untuk melakukan efisiensi biaya interkoneksi itu sendiri, mengingat penghitungannya menggunakan variabel yang lebih detil dan lebih transparan. Dalam penghitungan biaya interkoneksi melalui cost-based, biaya yang dihitung antara lain biaya originasi, biaya destinasi, biaya frekuensi, dan unit-unit biaya lainnya yang juga harus dihitung. Biaya originasi adalah biaya panggilan. Biaya destinasi adalah biaya yang muncul terkait dengan terpakainya jaringan dari operator yang dituju. Biaya frekuensi adalah biaya yang muncul terkait dengan penggunaan frekuensi.

(37)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

biaya ini cukup ideal untuk menjembatani kepentingan (operator-red) yang berbeda-beda.

Kebutuhan biaya interkoneksi yang dihitung berdasarkan biaya sebenarnya sangat mendesak dalam rangka mendorong pertumbuhan akses dari industri yang kompetitif dan mendorong pertumbuhan panggilan. Kebutuhan penempatan biaya pada porsinya dimaksudkan agar minat investasi di jaringan akses bertumbuh dan mendorong pertumbuhan panggilan khususnya panggilan jarak jauh.

Pilihan yang tepat dalam menghitung besaran biaya interkoneksi adalah biaya interkoneksi berbasis biaya dengan medote perhitungan biaya yang mengadopsi model jaringan yang diefisienkan dari kondisi jaringan eksisting. Secara bertahap dalam implementasinya, model jaringan akan dievaluasi sesuai dengan perkembangan tingkat efisiensi yang dicapai, sampai diperoleh format jaringan yang ideal dari perspektif efisiensi. Berdasarkan model tersebut kemudian biaya interkoneksi akan dihitung berdasarkan sebab akibat biaya yang relevan dan bersifat incremental atas penyediaan layanan interkoneksi. Prinsip ini digunakan akibat model jaringan yang dibangun tidak sepenuhnya digunakan untuk menyediakan layanan interkoneksi akan tetapi juga layanan-layanan jasa lainnya sehingga biaya interkoneksi benar-benar hanya dihitung dengan melibatkan biaya yang terkait.

(38)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

(39)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus, yaitu dengan meneliti suatu sistem yang diterapkan dan digunakan dalam suatu perusahaan.

B. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dimulai dari bulan Oktober 2009 sampai dengan selesainya penelitian.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

“Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan / suatu organisasi langsung melalui objeknya, yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut” (Supranto, 2002:20). Data ini dikumpulkan penulis melalui wawancara langsung dengan kepala bagian akuntansi dan karyawan bagian interkoneksi.

2. Data Sekunder

(40)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

diperoleh penulis dari buku referensi serta situs internet yang menyediakan berbagai data mengenai interkoneksi.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara

“Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada seorang informan atau otoritas (seorang ahli yang berwenang dakam suatu masalah)” (Keraf, 2001:161). Dengan metode ini, penulis mengajukan pertanyaan kepada karyawan bagian interkoneksi pada PT Telekomunikasi Indonesia Regional I Sumatera. 2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah menganalisis bahan – bahan dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

E. Metode Analisis Data

(41)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaan informasi dan komunikasi (Info Comm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. PT Telkom didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1884 sebagai perusahaan swasta dengan nama Post en Telegraffdientst untuk menyediakan layanan pos dan telegrap domestik dan internasional. Pada tahun 1904 diubah menjadi Post, Telgraaf en Telefoondients dan selanjutnya disebut PTT-Dienst (Jawatan PTT). Status jawatan tersebut kemudian diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel) pada tahun 1961 berdasar Peraturan Pemerintah No.240.

(42)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT INTI) untuk menyediakan manufakturing peralatan telekomunikasi.

Berdasarkan PP No. 53 tahun 1980, PT INDOSAT ditetapkan sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi untuk umum internasional dan berdasarkan PP No. 54 tahun 1980 PERUMTEL ditetapkan sebagai penyelenggara telekomunikasi untuk umum dalam negeri. Untuk mengantisipasi perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka pada tahun 1991 bentuk PERUMTEL berubah menjadi Perusahaan Persero dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia yang kemudian disingkat menjadi PT TELKOM.

(43)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

1. Divisi Regional I : Sumatera

2. Divisi Regional II : Jakarta dan sekitarnya 3. Divisi Regional III : Jawa Barat

4. Divisi Regional IV : Jawa Tengah 5. Divisi Regional V : Jawa Timur 6. Divisi Regional VI : Kalimantan

7. Divisi Regional VII : Kawasan timur Indonesia PT Telkom telah menjadi perusahaan publik internasional setelah melakukan public offering pada tanggal 14 Maret 1995 dengan mencatatkan saham-sahamnya pada Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, New York Stock Exchange dan London Stock Exchange, sehingga PT Telkom menjadi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perubahan ini menjadi motivasi bagi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk lebih produktif, efektif, dan efisien dalam pengelolaan perusahaan.

(44)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

2. Struktur Organisasi

Pada dasarnya struktur organisasi PT. TELKOM terdiri dari 3 (tiga) tingkatan, yaitu :

a. Tingkat korporat (Kantor Perusahaan) dimana terdapat Dewan Direksi (Board of Directors). Tingkat korporat mengelola Direktorat Perencanaan dan Teknologi, Direktorat Operasi dan Pemasaran, Direktorat Keuangan dan Direktorat SDM dan Sekretaris Perusahaan. b. Tingkat divisi. Di tingkat divisi terdapat Divisi Regional (Divre) I

sampai dengan VII, Divisi Riset dan Teknologi, Divisi Pembangunan, Divisi Network, Divisi Atelir, Divisi Multi Media, Divisi Sistem Informasi dan Divisi Pelatihan, dan Divisi Properti.

c. Tingkat daerah. Di tingkat daerah terdapat Kantor Daerah Komunikasi (Kandatel), Kantor Cabang Telekomunikasi (Kancatel), Kantor Area Pelayanan dan Unit Pelayanan yang ketiganya masih ada di lingkup Kandatel.

(45)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

memuaskan. Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk secara fundamental telah disesuaikan dan diarahkan pada konsep yang lebih memungkinkan terjadinya pengelolaan yang lebih fokus kepada pelanggan, pada infrastruktur dan jasa, serta pada pendayagunaan sumber daya untuk mempertahankan pertumbuhan.

Struktur organisasi di tahun 2006 difokuskan pada penataan fungsi-fungsi yang merupakan fondasi dalam memberikan kepastian adanya layanan yang cepat dan berkualitas. Fungsi-fungsi tersebut di atas sangat terkait dengan penyelenggaraan fungsi pengelolaan teknologi informasi (TI) dan manajemen suplai, serta fungsi pemberi kepastian adanya pengendalian atas penyelenggaraan risk management, yaitu: unit Risk Management, Legal dan Compliance. Penyelenggaraan fungsi IT dilaksanakan oleh unit IT Supply, yang dipimpin oleh Executive Vice President (EVP) dan berada di bawah kendali Direktur Utama (CEO). Unit tersebut melakukan fungsi-fungsi pengelolaan aset dan manajemen suplai. Selain itu, unit ini juga melaksanakan fungsi Chief Information Officer (CIO). Sedangkan unit yang mengelola Risk Management, Legal & Compliance adalah Unit Risk Management yang dipimpin oleh Executive Vice President (EVP) dan yang berada di bawah kendali Wakil Direktur Utama (COO).

(46)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Telekomunikasi Indonesia Tbk mengorganisasikan sumber dayanya ke dalam kegiatan bisnis yang diarahkan pada perimbangan antara kegiatan bisnis untuk pertumbuhan unit-unit bisnis yang ada dan unit-unit bisnis baru. Penyelenggaraan kegiatan bisnis dilaksanakan oleh unit-unit organisasi yang dikelompokkan menjadi:

a. Pengelola fungsional korporasi dan corporate support b. Pengelola operating business.

Unit yang menyelenggarakan fungsional korporasi adalah Direktorat Keuangan, Direktorat SDM, Unit Strategic Investment & Corporate Planning, Unit IT & Supply, Unit Risk Management & Legal Compliance. Sedangkan fungsi Corporate Support dijalankan oleh Unit Corporate Affair, Corporate Communication, dan Internal Audit.

(47)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Selain itu, dalam RUPSLB tersebut tidak ada pengangkatan posisi Wakil Direktur Utama, tugas dan tanggung jawab Wakil Direktur Utama sebagai COO diambil alih oleh para direktur operasi lini bisnis di bawah kendali Direktur Utama. Dengan struktur yang baru ini, divisi regional akan berperan sebagai customer service di bawah koordinasi Direktorat Konsumer. Sementara Kantor Pusat akan bersifat sebagai pusat (sentralisasi) dengan dibentuknya Finance Center dan HR Center untuk menciptakan standarisasi sistem.

(48)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

unit organisasi di luar Corporate Office yang diposisikan sebagai unit bisnis dan masingmasing dipimpin oleh seorang direktur.

Pembagian peran untuk direktorat pengelola perasi bisnis dilakukan berdasarkan fokus tanggung jawabnya, yaitu: unit bisnis pengelola infrastruktur dan jasa, unit bisnis pengelola fungsi delivery channel dan customer untuk segmen retail dan unit bisnis pengelolaan fungsi delivery channel dan customer untuk segmen corporate & wholesale. Unit pengelola infrastruktur dan jasa merupakan unit organisasi yang diberi peran untuk memfokuskan perhatian untuk menyelenggarakan pengelolaan infrastruktur dan jasa. Unit ini adalah Direktorat Network & Solution dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

(49)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Tbk

(50)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Keterangan:

1. Direktorat Network & Solution, dengan fokus sebagai unit pengelola infrastruktur dan servis. Direktorat tersebut mengendalikan Divisi Infrastruktur, Divisi Multimedia, R&D Center dan Maintenance Service Center.

2. Direktorat Konsumer, dengan fokus sebagai unit pengelola fungsi delivery channel untuk segmen retail. Direktorat tersebut mengendalikan divisi regional (7 regional).

3. Direktorat Enterprise & Wholesale, dengan fokus sebagai unit pengelola fungsi delivery channel untuk segmen enterprise & wholesale. Direktorat tersebut mengendalikan Divisi Enterprise Service dan Divisi Carrier & Interconnection Service.

4. Direktorat Keuangan, dengan fokus pengelolaan keuangan Perusahaan, dan untuk penyelenggaraan operasi fungsi keuangan terpusat diperankan oleh unit Finance Center.

5. Direktorat Human Capital & General Affair, dengan fokus pengelolaan SDM Perusahaan, dan untuk penyelengaraan operasi fungsi SDM terpusat diperankan oleh unit Human Resources Center.

(51)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

7. Direktorat Compliance & Risk Management, dengan fokus pengelolaan compliance, legal dan risk management.

8. Selain direktorat, pada fungsi corporate office terdapat unit setingkat direktorat yaitu: Unit Strategic Investment dan Corporate Planning, yang fokus pada fungsi corporate planning dan strategic business planning, dan unit-unit corporate support yaitu Corporate Communication, Corporate Affair dan Internal Audit.

3. Aktivitas Perusahaan

PT Telkom adalah penyedia utama layanan telekomunikassi sambungan telepon tidak bergerak yang merupakan operator telepon seluler terbesar di Indonesia. PT Telkom menyediakan beragam layanan telekomunikasi, yaitu :

a. Telepon tidak bergerak

PT Telkom adalah penyedia utama layanan sambungn telepon tidak bergerak. Layanan telepon tidak bergerak terutama terdiri dari lokal dan sambungan langsung jarak jauh. Layanan ini disediakan oleh seluruh divisi I, II, III, IV, V, VI, dan VII. Layanan ini terdiri dari :

1. Telepon tidak bergerak kabel

(52)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

b. TELKOMSLJJ atau panggilan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) adalah layanan telepon jarak jauh dalam wilayah Indonesia. Nomor pemanggil dan nomor yang dipanggil berbeda wilayah kode area. Biaya penggunaannya tergantung pada jarak, waktu dan tanggal panggilan itu dilakukan.

c. TELKOMSLI 007, sebelumnya layanan ini dinamai TELKOM International Call (TIC) 007 dan diluncurkan pada bulan Juni 2004. Pada bulan Mei 2006, TELKOM mengubah namanya menjadi TELKOMSLI-007. Sambungan Langsung Internasional (SLI) 007 adalah layanan jasa komunikasi antar negara melalui SLI dengan menggunakan kode akses 007. Layanan ini juga dilengkapi panggilan melalui bantuan operator dengan memutar nomor akses 107. TELKOMSLI 007 memberikan tujuh manfaat nyata, yaitu real expert, real time and price, real simple, real value, real care, real sound dan real lifestyle.

(53)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

3. Telepon tidak bergerak nirkabel

TELKOMFlexi, adalah layanan jasa telekomunikasi suara dan data yang berbasis akses tanpa kabel dengan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) 2000 IX dan biaya pemakaiannya mengacu pada tarif telepon rumah (PSTN TELKOM). Izin penyelenggaraan layanan TELKOMFlexi terbatas pada satu kode area tertentu (limited mobility), karena produk ini tidak memiliki fasilitas roaming seperti halnya pada seluler.

b. Selular

(54)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

perbedaan tarif untuk panggilan selama jam sibuk (peak period) dan bukan pada jam sibuk (off peak period).

c. Kerja Sama Operasi ( KSO )

TELKOM mengadakan perjanjian untuk pembangunan dengan skema KSO kepada konsorsium swasta, yang masing-masing melibatkan satu atau lebih operator telekomunikasi internasional terkemuka. Perjanjian KSO menetapkan mitra KSO bersangkutan untuk mengelola dan mengoperasikan Divisi Regional untuk periode waktu tetap, melaksanakan pembangunan sambungan telepon tidak bergerak dalam jumlah yang telah ditetapkan dan, pada akhir periode, mengalihkan fasilitas telekomunikasi existing dan yang baru dibangun di dalam wilayah yang bersangkutan kepada TELKOM dengan kompensasi yang telah disepakati dan telah ditentukan sebelumnya.

i. Interkoneksi

(55)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

(56)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

sebagai penghubung untuk mengalihkan panggilan internasional ke tempat tujuan mereka. Sebagai contoh produk dalam bidang interkoneksi adalah TELKOMIntercarrier, merupakan layanan interkoneksi untuk penyelenggara jasa dan jaringan lainnya other licensed operator (OLO). TELKOMIntercarrier meliputi layanan interkoneksi jasa, interkoneksi jasa internasional, jasa satelit, penyewaan jaringan (leased line), infrastruktur dan fasilitas sharing, layananvdata dan jasa akses jaringan domestik.

e. Jaringan

(57)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

f. Data dan Internet

1. TELKOMGlobal 01017, merupakan layanan premium untuk panggilan VoIP internasional yang memanfaatkan jaringan internet dengan kode akses 01017 untuk panggilan ke lebih dari 253 kode negara tujuan.

2. TELKOMSave, adalah layanan panggilan Internasional VoiP standar yang sejenis dengan TELKOMGlobal 01017 namun menggunakan metode dialing dua tahap. Agar dapat melakukan panggilan internasional atau panggilan jarak jauh, pelanggan terlebih dahulu harus memutar nomor akses, memasukkan nomor PIN, setelah itu baru memutar nomor tujuan.

3. TELKOMNet Instan, merupakan layanan akses internet dial-up tanpa perlu berlangganan dan khusus dirancang dengan konsep yang mudah dan sederhana untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas. Pada konfigurasi koneksi internet pelanggan mengisi dial number 0809-8-9999, konfigurasi DNS dan proxy server dikosongkan. Untuk login, pelanggan mengisi username adalah telkomnet@instan dan password adalah TELKOM.

(58)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

komprehensif dan komunitas internet terlengkap yang didukung dengan akses internet yang cepat.

5. I-vAS Card. Untuk mendukung para pengguna internet, PT Telkom mengeluarkan internet value Added Service (i-vAS) Card yang merupakan alat pembayaran (micropayment) prabayar untuk mengakses berbagai konten atau layanan internet.

6. Ventus, merupakan layanan bernilai tambah dan konvergensi antara e-mail dan sistem seluler (mobile) atau lebih dikenal dengan istilah mobile pushe-mail yang memungkinkan pengguna seluler melakukan relay e-mail yang umumnya dihubungkan via desktop dan laptop di alihkan ke smartphone (telepon seluler) atau telepon PDA. Melalui Ventus, pemilik account e-mail dapat menerima atau mengirim pesan elektronik dan tidak hanya melalui SMS, melainkan melalui terminal telepon seluler atau PDA.

g. Pola Bagi Hasil ( PBH )

(59)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

(60)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

bertindak dalam parameter yang telah ditetapkan. Prioritas juga diberikan untuk pengembangan fasilitas CDMA.

h. Layanan Lain

TELKOM juga menyediakan berbagai layanan lain seperti:

1. Layanan buku petunjuk telepon yang disediakan oleh TELKOM melalui anak perusahaan, yaitu Infomedia.

2. Televisi kabel dan televisi berbayar serta layanan terkait (42.351 pelanggan terhitung 31 Desember 2007), yang disediakan melalui anak perusahaan, yaitu Indonusa.

3. Layanan teleks dan telegram.

Selain itu, Telkom juga akan mendapatkan pendapatan dari layanan telephone directory services dan pengelolaan gedung.

B. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian pada Laporan Laba Rugi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

a. Pendapatan Interkoneksi

(61)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Pendapatan interkoneksi juga mencakup roaming internasional oleh operator diluar negeri kepada jaringan selular bergerak Telkomsel, serta biaya (fee) ritel yang dibebankan kepada pelanggan PT Telkom untuk panggilan keluar dan pendapatan sambungan langsung internasional dari jasa TELKOMSLI- 007 sejak jasa tersebut diluncurkan pada bulan Juni 2004. Biaya yang dibebankan atas interkoneksi ditentukan berdasarkan perjanjian antar operator, dengan biaya maksimum yang ditetapkan oleh keputusan Pemerintah.

Pendapatan dari interkoneksi dengan operator telekomunikasi domestik dan internasional lainnya diakui pada saat terjadi berdasarkan perjanjian dan disajikan sebesar jumlah bersih setelah dikurangi beban interkoneksi. Pendapatan interkoneksi diakui terlebih dahulu, kemudian diselesaikan antar operator secara bulanan, yang dapat berfluktuasi secara signifikan karena adanya penyesuaian antar operator pada saat penyelesaian.

(62)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Tabel berikut ini menunjukkan pendapatan interkoneksi yang diterima oleh PT. Telkom dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 sekaligus persentasenya dari pendapatan usaha.

Tabel 4.1 Pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2005 sampai dengan 2006 (Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha)

Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2005

2006

Rp.(Miliar)

%

Rp.(Miliar)

%

Pendapatan Interkoneksi

10,723.80

25.6

11,793.80

23

Beban Interkoneksi

-2,981.70

-7.1

-3,112.30

-6.1

Jumlah interkoneksi bersih

7,742.10

18.5

8,681.50

16.9

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2006

Tabel 4.2 Pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2007 sampai dengan 2008 (Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha)

Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2007

2008

Rp.(Miliar)

%

Rp.(Miliar)

%

Pendapatan Interkoneksi

12,705.90

21.3

12,054.30

19.9

Beban Interkoneksi

-3,054.60

-5.1

-3,263.50

-5.4

Jumlah interkoneksi bersih

9,651.30

16.2

8,790.80

14.5

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2008

Pendapatan interkoneksi dapat diperoleh melalui beberapa segmen, yaitu :

(63)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

b. Pendapatan interkoneksi internasional c. Pendapatan interkoneksi lainnya

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan segmen – segmen pendapatan interkoneksi selama empat tahun dari tahun 2005 sampai dengan 2008.

Tabel 4.3 Segmen - segmen pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2005 sampai dengan tahun 2006.

(Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha) Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2005 2006

Rp.(Miliar) % Rp.(Miliar) %

Pendapatan Interkoneksi

1. Seluler 6.685,10 16,0 7442,3 14,5

2. Internasional 854,8 2,0 1001,4 1,9

3. Lain - lain 202,2 0,5 237,8 0,5

Jumlah Pendapatan Interkoneksi Bersih 7.742,10 18,5 8.681,50 16,9

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2006.

Tabel 4.4 Segmen - segmen pendapatan interkoneksi PT Telkom Tbk tahun 2007 sampai dengan tahun 2008.

(Untuk setiap item dinyatakan dalam persentase dari pendapatan usaha) Tahun - tahun yang berakhir 31 Desember,

2007 2008

Rp.(Miliar) % Rp.(Miliar) %

Pendapatan Interkoneksi

1. Seluler 8.734,80 14,6 7.900,40 13,0

2. Internasional 694,7 1,2 780,6 1,3

3. Lain - lain 221,8 0,4 109,7 0,2

(64)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2008.

Meningkatnya pendapatan interkoneksi dapat didukung oleh banyak faktor, diantaranya adalah kenaikan jumlah pelanggan dan kenaikan jumlah volume trafik interkoneksi ke PT Telkom. Tabel berikut ini menunjukkan pertumbuhan jumlah pelanggan PT Telkom dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

(65)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Sumber : Laporan Tahunan PT Telkom Tbk tahun 2008

Tabel di bawah ini menunjukkan volume trafik interkoneksi PT Telkom dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

(66)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember

2005 2006 2007 2008

Interkoneksi Telepon Seluler (1)

Menit masuk berbayar 4.863,6 5.162,2 4.970,0 6.626,9

Menit keluar berbayar 7.514,9 7.704,2 7.251,8 5.879,4 Interkoneksi Sambungan Tidak

Bergerak (2)

Menit masuk berbayar 612,3 864,9 923,5 1.362,3

Menit keluar berbayar 493,5 965,2 1.437,1 1.988,5

Interkoneksi Telepon Satelit

Menit masuk berbayar 10,7 9,3 5,1 3,2

Menit keluar berbayar 6,5 4,5 2,3 1,6

Interkoneksi Internasional (3)

Menit masuk berbayar 596,4 861,9 1.208,5 1.409,8

Menit keluar berbayar 185,5 177,6 162,9 165,5

Total

Total menit masuk berbayar 6.083,0 6.898,3 7.107,2 9.402,1

Total menit keluar berbayar 8200,4 8.851,5 8.854,1 8.035,0 (1) Termasuk interkoneksi dengan Telkomsel.

(2) Menit interkoneksi telepon tidak bergerak mencerminkan interkoneksi dengan jaringan PT Bakrie Telecom (semula PT Radio Telepon Indonesia atau Ratelindo), PT Batam Bintan Telekomunikasi, Indosat mulai 2004, dan Mobile 8 Phone mulai 2008.

(3) Menit interkoneksi internasional didapat dari interkoneksi dengan jaringan internasional Indosat dan, mulai tahun 2004, panggilan masuk dan keluar juga menggunakan TIC-007.

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi PT Telkom Tbk tahun 2007 dan tahun 2008

(67)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

1. Pendapatan Interkoneksi Sebelum Interkoneksi Berbasis Biaya Diterapkan. a. Pendapatan Interkoneksi tahun 2005

Sistem interkoneksi yang digunakan pada tahun 2005 adalah sistem interkoneksi berbasis bagi hasil (revenue sharing). Berdasarkan data dari tabel diatas, jumlah pelanggan PT Telkom Tbk mencapai 37.016.998 pelanggan pada akhir tahun 2005, yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8.686.131, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4.061.867 pelanggan dan 24.269.000 pelanggan jasa telepon bergerak seluler. Dengan jumlah pelanggan tersebut, pendapatan interkoneksi bersih meningkat sebesar Rp 1.554,1 miliar atau meningkat sebesar 25,1%, dari Rp 6.188,0 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 7.742,1 miliar pada tahun 2005.

(68)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

dari operator domestik baik incoming sebesar 596,4juta menit dan outgoing sebesar 185,5juta menit,.

Pendapatan interkoneksi lainnya meningkat sebesar Rp 7,0 miliar atau 3,6% dari Rp 195,2 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 202,2 miliar pada tahun 2005 terutama disebabkan oleh pertumbuhan jumlah pelanggan telepon tetap nirkabel Indosat dan PT Bakrie Telecom. Pendapatan interkoneksi PT Telkom memberikan kontribusi sebesar 18,5% terhadap pendapatan usaha konsolidasian TELKOM untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005, dibandingkan dengan 18,2% untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004.

b. Pendapatan Interkoneksi tahun 2006

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa sampai dengan 31 Desember 2006 jumlah pelanggan PT Telkom sebanyak 48,5 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,7 juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4,2 juta pelanggan dan 35,6 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Pertumbuhan jumlah pelanggan PT Telkom di tahun 2006 sebanyak 30,73% telah mendorong kenaikan pendapatan interkoneksi PT Telkom dalam tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 8.681,5 miliar dibanding Rp.7.742,1 miliar tahun 2005.

(69)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

sebesar Rp 757,2 miliar atau 11,3% dari Rp 6.685,1 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp 7.442,3 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pelanggan selular di Indonesia dan volume trafik interkoneksi yang bertambah sebanyak 298,6 juta menit.

Pendapatan interkoneksi internasional meningkat sebesar Rp 146,6 miliar atau 17,1% dari Rp 854,8 miliar pada tahun 2005 menjadi 1001,4 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan trafik incoming dan outgoing sambungan langsung internasional dari operator domestik. Pendapatan interkoneksi lainnya meningkat sebesar Rp 35,6 miliar atau 17,6% dari Rp 202,2 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp. 237,8 miliar pada tahun 2006, terutama disebabkan oleh pertumbuhan jumlah pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel Indosat dan Bakrie Telecom. Pendapatan interkoneksi memberikan kontribusi terhadap pendapatan usaha konsolidasi sebesar 16,9% pada tahun 2006.

2. Pendapatan Interkoneksi Setelah Interkoneksi Berbasis Biaya Diterapkan. a. Pendapatan interkoneksi tahun 2007

(70)

Povi Irawan : Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya (Cost Based) Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, 2009.

dan layanan telekomunikasi dan berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2007. Dengan skema baru tersebut, operator jaringan tempat panggilan telepon berakhir akan menentukan besaran biaya interkoneksi yang akan diterimanya berdasarkan formula yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, sehingga pada akhirnya para operator akan menentukan biaya percakapan telepon berdasarkan biaya yang harus ditanggung untuk percakapan tersebut.

Seperti yang tertera pada tabel 4.1 diatas, pendapatan interkoneksi bersih meningkat sebesar Rp 969,8 miliar atau 11,2% dari Rp 8.681,5 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 9.651,3 miliar pada tahun 2007. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan interkoneksi seluler sebesar Rp.1.292,5 miliar yaitu dari Rp.7.442,3 miliar menjadi Rp.8.734,8 miliar. Namun walaupun pendapatan interkoneksi seluler meningkat dengan jumlah yang cukup signifikan, akan tetapi pendapatan interkoneksi internasional dan pendapatan interkoneksi lainnya mengalami penurunan. Pendapatan interkoneksi interkoneksi pada tahun 2006 adalah senilai Rp.1001,4 miliar sedangkan pada tahun 2007 menurun menjadi Rp. 694,7 miliar. Pendapatan interkoneksi lainnya juga menurun senilai Rp.969,8 miliar yaitu dari Rp. 237,8 miliar menjadi Rp.221,8 miliar.

Gambar

Tabel               Judul
Gambar
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Gambar 4.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

1 SDN SIDOTOPO WETAN IV/558 INDUK KLUSTER 36 KENJERAN NURUL HIDAYAH SDN TAMBAK WEDI. 2 SDN SIDOTOPO WETAN

Hasil pengkompilasian ini menjadi berkas portofolio yang diserahkan oleh PSD di PT-Pengusul kepada perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi dosen (PTP-Serdos).. Untuk

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dari hasil laporan tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari data cakupan K1 dan K4, data pemberian

Padahal sungai adalah asset alam yang warga setempat miliki, air sungai sangat bermanfaat saat musim kemarau melanda desa ini, tetapi karena kurang kesadaran

KUHP Indonesia sebenarnya telah mengatur mengenai delik pidana yang dilakukan oleh orang yang mempunyai gangguan jiwa maka berlakulah alasan pemaaf sesuai isi

Serangkaian upaya yang bersifat medik, sosial, edukasional, dan vokasional yang terkoordinasi untuk melatih atau melatih kembali penyandang cacat untuk

Gambar 2. Tampilan Awal Aplikasi Media Pembelajaran.. Jurnal Teknika STTKD Vol.3, No. Pada tampilan ini semua menu sudah ditampilkan sehingga pengguna hanya tinggal menekan

yang merupakan generasi milenial dan juga para untuk menciptakan atau membuat strategi komunikasi yang berjalan dengan baik dan kreatif, metode pembelajaran menggunakan