• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DA TA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Analisa Strategi Pengembangan yang Digunakan Oleh Pelaku UMKM Batik Tulis Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo

Setelah melakukan observasi di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo berkaitan dengan strategi pengembangan yang digunakan oleh UMKM batik tulis, selanjutnya peneliti memberikan beberapa pertanyaan dalam kuesioner berkaitan dengan strategi pengembangan yang digunakan oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada di kedua Desa tersebut. Tujuan dari kuesioner adalah untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada dikedua Desa tersebut. Kuesioner diberikan kepada 20 pelaku UMKM batik tulis dan terdapat 3 strategi yang sedang digunakan oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo, yaitu Cost Leadership, diferensiasi, dan fokus strategis (kombinasi

Cost Leadership dan strategi diferensiasi). Berikut tabel 5.1 hasil kuesioner berkaitan dengan strategi pengembangan yang digunakan oleh pelaku UMKM batik tulis di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo (per kategori).

Tabel 5.1 Hasil Kuesioner Strategi Pengembangan yang Digunakan Oleh Pelaku UMKM Batik Tulis (per kategori)

No Strategi Pengembangan

Jawaban

Responden Alasan Jawaban yang Dominan Ya Tidak

1 Apakah dalam mengembangkan usaha batik tulis pemilik berfokus pada biaya murah saja tetapi tidak memperhatikan keragaman produk ? (cost leadership)

1 (5%)

19 (95%)

Selain biaya yang murah keragaman produk juga harus diperhatikan supaya memperkaya motif dan menarik konsumen untuk membeli batik 2 Apakah dalam mengembangkan usaha

batik tulis pemilik berfokus pada keragaman produk tetapi tidak memperhatikan biaya produk ? (diferensiasi)

1 (5%)

19 (95%)

Biaya murah juga harus diperhatikan untuk mengetahui usaha yang dijalankan laba atau rugi

3 Apakah dalam mengembangkan usaha batik tulis pemilik memperhatikan biaya dan keragaman produk ? (kombinasi 1 dan 2)

18 (90%)

2 (10%)

Biaya murah dan keragaman produk sama pentingnya. Biaya menyesuaikan dari kualitas keragaman batik yang dihasilkan. Sumber: Data primer diolah, 2017

Cara perhitungan:

Rumus menghitung pilihan strategi pengembangan per kategori

:

1. Jawaban YA untuk pertanyaan 1

=

= 0,05 atau 5%

Jawaban TIDAK untuk pertanyaan 1

=

= 0,95 atau 95%

(Keterangan: perhitungan untuk nomor 2 dan 3 terlampir pada halaman 108) Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh hasil untuk kuesioner strategi pengembangan per kategori yaitu kategori pertama cost leadership sebesar 95% atau sebanyak 19 responden pelaku UMKM batik tulis memilih jawaban tidak menggunakan strategi pengembangan cost leadership saja. Hal ini didukung dengan alasan jawaban dari kuesioner yang berasal dari salah satu responden yaitu batik Kencono Progo:

“murah atau mahal batik tulis tergantung bahan baku dan kerumitan motif atau desain”

Hanya 5% atau 1 responden pelaku UMKM batik tulis yaitu batik Anugerah yang menggunakan strategi cost leadership. Hal ini didukung berdasarkan hasil observasi di tempat batik Anugerah. Alasannya tergantung dari motif batik dan jenis pewarnaan yang digunakan, jika menggunakan pewarnaan sintetis harganya lumayan murah tetapi jika menggunakan pewarnaan alami harganya pasti mahal.

Kategori strategi pengembangan kedua ialah strategi diferensiasi. Hasilnya sebesar 95% atau sebanyak 19 responden pelaku UMKM batik tulis juga tidak memilih menggunakan strategi diferensiasi saja. Hal ini didukung dengan alasan jawaban kuesioner yang berasal dari batik Sekar Langit:

“ kalau batiknya bagus, harganya juga harus mahal”

Hanya 5% atau sebanyak 1 responden pelaku UMKM batik tulis yaitu batik Mandiri yang memilih menggunakan strategi diferensiasi. Hal ini didukung berdasarkan hasil observasi di tempat batik Mandiri. Alasannya batik Mandiri menghasilkan batik yang motifnya berasal dari alam seperti menggunakan dedaunan, dan harga menyesuaikan motifnya.

Kategori strategi pengembangan yang ketiga ialah kombinasi antara cost leadership dan strategi diferensiasi. Hasilnya sebesar 90% atau sebanyak 18 responden memilih menggunakan kombinasi strategi ini, sisanya hanya 10% atau sebanyak 2 responden pelaku UMKM batik tulis tidak memilih menggunakan kombinasi strategi 1 dan 2.

Selain itu, strategi pengembangan diklasifikasikan berdasarkan strategi pengembangan yang dipilih oleh masing-masing responden. Berikut adalah tabel 5.2 hasil kuesioner berkaitan dengan strategi pengembangan yang digunakan oleh

pelaku UMKM batik tulis di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo (per responden).

Tabel 5.2 Hasil Kuesioner Strategi Pengembangan yang Digunakan Oleh Pelaku UMKM Batik Tulis (per responden).

No Nama Usaha Strategi Pengembangan 1 2 3 1 Batik Raharjo - - v 2 Batik Tamara - - v 3 Batik Yoga - - v 4 Batik Farras - - v 5 Batik Estin 1 - - v 6 Batik Estin 2 - - v 7 Batik Senok - - -

8 Batik Thok Thill - - -

9 Batik Anugerah v - v

10 Batik Mandiri - v v

11 Batik Banyu Sabrang - - v

12 Batik MDR - - v

13 Batik Kencono Progo - - v

14 Batik Sinar Abadi - - v

15 Batik Sekar Langit - - v

16 Batik Sambayung - - v

17 Batik Sembung - - v

18 Batik Aricha - - v

19 Batik Satuhu - - v

20 Batik Darminto - - v

Sumber: Data diolah, 2017

Dari hasil tabel 5.2 kuesioner strategi pengembangan yang digunakan oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo masing-masing responden, sebanyak 1 reponden memilih menggunakan strategi pengembangan pertama dan ketiga yaitu batik Anugerah. Sebanyak 1 responden memilih menggunakan strategi pengembangan kedua dan ketiga yaitu batik Mandiri. Sebanyak 18 responden pelaku UMKM batik tulis (batik Raharjo, batik Tamara, batik Yoga, batik

Farras, batik Estin 1, batik Estin 2, batik Anugerah, batik Mandiri, batik Banyu Sabrang, batik MDR, batik Kencono Progo, batikSinar Abadi, batik Sekar Langit, batik Sambayung, batik Sembung, batik Aricha, batik Satuhu, batik Darminto) memilih menggunakan strategi yang ke tiga yaitu strategi fokus atau kombinasi dari cost leadership dan strategi diferensiasi, sedangkan sebanyak 2 responden pelaku UMKM batik tulis yang sama sekali tidak memilih menggunakan strategi pengembangan yang pertama yaitu cost leadership, kedua yaitu strategi diferensiasi, dan strategi yang ketiga yaitu strategi fokus atau kombinasi antara cost leadership dan strategi diferensiasi, yaitu batik Senok dan batik Thok Thill.

Pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo juga menjawab kuesioner terbuka berkaitan dengan strategi yang sedang digunakan oleh mereka. Berikut tabel 5.3 berkaitan dengan spesifikasi jenis strategi pengembangan yangsedang digunakan oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo.

Tabel 5.3 Spesifikasi Jenis Strategi Pengembangan yang Sedang Digunakan Oleh Pelaku UMKM Batik Tulis Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo

No Nama Usaha

Jenis/ Pilihan Strategi

a b c d e f 1 Batik Raharjo - - - - - - 2 Batik Tamara - - - - 3 Batik Yoga - - - - - - 4 Batik Farras - - - - 5 Batik Estin 1 - - - - 6 Batik Estin 2 - - - - 7 Batik Senok - - -

8 Batik Thok Thill - - -

9 Batik Anugerah - - - -

10 Batik Mandiri - - - -

11 Batik Banyu Sabrang - - -

12 Batik MDR - - - -

13 Batik Kencono Progo - - - -

14 Batik Sinar Abadi - - -

15 Batik Sekar Langit - - - - -

16 Batik Sambayung - - - - 17 Batik Sembung - - - - 18 Batik Aricha - - - 19 Batik Satuhu - - - - 20 Batik Darminto - - - - Jumlah 7 8 9 6 3 7

Sumber: Data diolah, 2017 Keterangan:

a : strategi dalam hal pewarnaan menggunakan Naptol dan Indigosol (strategi diferensiasi/ keragaman produk)

b : inovasi motif (strategi diferensiasi/ keragaman produk)

c : pemasaran dengan media sosial dan pameran (strategi diferensiasi/ keragaman produk)

d : penggunaan alat yang modern seperti kompor gas dan canting elektrik (strategi diferensiasi/ keragaman produk)

e :modifikasi motif (strategi diferensiasi/ keragaman produk)

f : proses produksi (pencantingan) (kepemimpinan biaya/ cost leadership) Dari hasil yang diberikan oleh 20 responden pelaku UMKM batik tulis pada tabel 5.3, 6 (enam) strategi yang sedang digunakan oleh responden pelaku UMKM batik tulis termasuk ke dalam 3 kategori strategi yang ada, yaitu cost leadership, strategi

diferensiasi, dan fokus strategi (kombinasi cost leadership dan strategi diferensiasi). Strategi tersebut antara lain dalam hal pewarnaan menggunakan naptol dan indigosol, inovasi motif, pemasaran dengan media sosial dan pameran, penggunaan alat yang modern seperti kompor gas dan canting elektrik, modifikasi motif, dan proses produksi (pencantingan). Sebanyak 20 responden pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan desa Ngentakrejo menggunakan fokus strategi (kombinasi cost leadership dan strategi diferensiasi).

2. Analisa Faktor Tingkat Kepentingan Internal

Analisa faktor tingkat kepentingan internal digunakan untuk mengetahui berbagai macam item faktor kepentingan yang dimiliki oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo. Analisa faktor tingkat kepentingan internal menggunakan kuesioner yang berisi 5 indikator antara lain pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan, dan akuntansi dimana masing-masing indikator terdapat beberapa item pernyataan. Berikut tabel 5.4 hasil kuesioner faktor tingkat kepentingan internal.

Tabel 5.4 Jumlah Responden Menurut Tingkat Kepentingan Internal

No

Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam strategi

pengembangan UMKM Batik Tulis

Tingkat Kepentingan

1 2 3 4 5

A Pemasaran

A1 Memiliki pelanggan tetap 0 0 0 3 17

A2 Harga batik yang terjangkau 0 1 0 13 6

A3 Strategi penjualan 0 0 1 9 10

A4 Memiliki tempat distribusi yang

tetap 0 0 1 11 8

A5 Melakukan promosi dengan

menggunakan media elektronik 0 0 5 11 4

A6 Melakukan promosi secara

langsung 0 0 2 4 14

B Produksi

B1 Kain batik yang berkualitas 1 0 0 3 16

B2 Memiliki motif batik tulis yang

khas dan unik 0 0 0 9 11

B3 Kemasan produk 0 0 1 14 5

C Sumber Daya Manusia

C1 Jenjang pendidikan yang dimiliki

karyawan 8 2 5 5 0

C2 Kemampuan karyawan dalam

membantik 0 0 1 9 10

C3 Pengalaman yang dimiliki

karyawan 3 1 3 9 4

C4 Pelatihan untuk karyawan pemula 0 0 3 12 5

D Keuangan

D1 Akses modal (pinjaman) 1 1 3 8 7

D2 Modal dari pemerintah atau

lembaga kredit lainnya 2 1 1 11 5

E Akuntansi

E1 Sistem pembukuan (pencatatan

kas masuk dan kas keluar) 1 1 1 14 3

Sumber: Data primer diolah, 2017

Kemudian jumlah yang diperoleh dari masing-masing item (yang berasal dari skala yang dipilih oleh masing-masing responden) dihitung dan diperoleh jumlah masing-masing skor per item. Jika semakin mendekati angka 5 artinya responden pelaku UMKM batik tulis memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi di dalam memilih strategi pengembangan batik tulis tertentu. Berikut adalah kriteria skor dan cara menghitung skor.

kriteria skor: 0 – 20 : tidak penting (TP) 21 – 40 : kurang penting (KP) 41 – 60 : cukup penting (CP) 61 – 80 : penting (P) 81 – 100 : sangat penting (SP) Menghitung skor dengan cara:

A1:

jumlah skor untuk 17 orang menjawab SP: 17 x 5 = 85 jumlah skor untuk 3 orang menjawab P: 3 x 4 = 12 jumlah skor untuk 0 orang menjawab CP: 0 x 3 = 0 jumlah skor untuk 0 orang menjawab KP: 0 x 2 = 0 jumlah skor untuk 0 orang menjawab TP: 0 x 1 = 0

jumlah skor item A1 97 (SP) (perhitungan skor item A2 sampai dengan E1 terlampir pada halaman 109-111)

Setelah diperoleh jumlah skor masing-masing item, selanjutnya hasil kuesioner dikelompokkan kedalam kriteria skor yang sesuai untuk masing-masing kategori yang telah dipilih oleh responden pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo. Dibawah ini adalah tabel 5.5 klasifikasi hasil kuesioner faktor tingkat kepentingan internal.

Hasil tabel 5.5 menunjukkan dari 16 kategori strategi pengembangan yang ada, terdapat 10 item kategori faktor kepentingan internal yang tergolong sangat penting, yaitu A1, A2, A3, A4, A6, B1, B2, B3, C2, dan C4. Ada 5 item kategori faktor kepentingan internal yang tergolong penting yaitu, A5, C3, D1, D2,

E1. Hanya terdapat 1 faktor kepentingan internal yang tergolong cukup penting yaitu item kategori C1. Artinya responden pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakerjo memiliki tingkat kepentingan sangat tinggi di dalam melakukan strategi pengembangan internal.

Tabel 5.5 Klasifikasi Hasil Kuesioner Faktor Tingkat Kepentingan Internal

No Strategi Pengembangan Faktor

Tingkat Kepentingan Internal Skor Tingkat Kepentingan

A Pemasaran

A1 Memiliki pelanggan tetap 97 Sangat penting A2 Harga batik yang terjangkau 84 Sangat penting

A3 Strategi penjualan 89 Sangat penting

A4 Memiliki tempat distribusi yang tetap

87 Sangat penting

A5 Melakukan promosi dengan menggunakan media elektronik

79 Penting

A6 Melakukan promosi secara langsung

92 Sangat penting

B Produksi

B1 Kain batik yang berkualitas 93 Sangat penting B2 Memiliki motif batik tulis

yang khas dan unik

91 Sangat penting

B3 Kemasan produk menggunakan paper bag

84 Sangat penting

C Sumber Daya Manusia

C1 Jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan

47 Cukup penting

C2 Kemampuan karyawan dalam membantik

89 Sangat penting

C3 Pengalaman yang dimiliki karyawan

70 Penting

C4 Pelatihan untuk karyawan pemula

82 Sangat penting

D Keuangan

D1 Akses modal (pinjaman) 79 Penting

D2 Modal dari pemerintah atau lembaga kredit lainnya

76 Penting

E Akuntansi

E1 Sistem pembukuan (pencatatan kas masuk dan kas keluar)

77 Penting

3. Analisa Faktor Tingkat Kepentingan Eksternal

Analisa faktor tingkat kepentingan eksternal digunakan untuk mengetahui berbagai macam item faktor kepentingan yang berasal dari luar usaha yang dimiliki oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo. Menggunakan kuesioner yang berisi 4 indikator yaitu kondisi sosial dan ekonomi, teknologi, pembeli, dan pesaing. Berikut tabel 5.6 hasil kuesioner faktor tingkat kepentingan eksternal.

Tabel 5.6 Jumlah Responden Menurut Tingkat Kepentingan Eksternal

No

Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam strategi

pengembangan UMKM Batik Tulis

Tingkat Kepentingan

1 2 3 4 5

A Kondisi Sosial dan Ekonomi

A1 Pemberian upah 0 0 1 7 12

A2 Perubahan gaya hidup

pelanggan/konsumen 3 2 0 11 4

A3 Tingkat inflasi 2 1 0 12 5

A4 Kenaikan harga bahan baku 1 1 3 10 5

B Produksi

B1 Teknologi baru 5 4 0 8 3

B2 Perbaikan produktivitas 1 1 2 10 6

C Pembeli

C1 Minat pelanggan terhadap batik 0 0 1 7 12

D Pesaing

D1 Kemasan produk 0 1 2 12 5

D2 Produk yang dihasilkan 0 0 0 10 10

D3 Adanya produk batik Cina 7 3 2 4 4

D4 Pesaing yang berasal dari UMKM

sejenis 5 0 0 12 3

Sumber: Data primer diolah, 2017

Kemudian jumlah yang diperoleh dari masing-masing item (yang berasal dari skala yang dipilih oleh masing-masing responden) dihitung dan diperoleh jumlah masing-masing skor per item. Jika semakin mendekati angka 5 artinya responden pelaku

UMKM batik tulis memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi di dalam memilih strategi pengembangan batik tulis tertentu. Berikut adalah kriteria skor dan cara menghitung skor.

kriteria skor: 0 – 20 : tidak penting (TP) 21 – 40 : kurang penting (KP) 41 – 60 : cukup penting (CP) 61 – 80 : penting (P) 81 – 100 : sangat penting (SP) Menghitung skor dengan cara:

A1:

jumlah skor untuk 12 orang menjawab SP: 12 x 5 60 jumlah skor untuk 7 orang menjawab P : 7 x 4 28 jumlah skor untuk 1 orang menjawab CP: 1 x 3 3 jumlah skor untuk 0 orang menjawab KP: 0 x 2 0 jumlah skor untuk 0 orang menjawab TP: 0 x 1 0

jumlah skor item A1 91 (SP) (perhitungan skor item A2 sampai dengan D4 terlampir pada halaman 112-114)

Setelah diperoleh jumlah skor masing-masing item, selanjutnya hasil kuesioner dikelompokkan kedalam kriteria skor yang sesuai untuk masing-masing kategori yang telah dipilih oleh responden pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo. Dibawah ini adalah tabel 5.7 klasifikasi hasil kuesioner faktor tingkat kepentingan eksternal.

Tabel 5.7 menunjukkan dari 11 kategori strategi pengembangan yang ada, terdapat 4 item kategori faktor

kepentingan eksternal yang tergolong sangat penting antara lain A1, A2, D1, D2. Ada 5 item kategori faktor kepentingan eksternal yang tergolong penting yaitu, A2, A3, A4, B2, D4. Hanya terdapat 2 faktor kepentingan eksternal yang tergolong cukup penting yaitu item kategori B1 dan D3. Artinya responden pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakerjo memiliki tingkat kepentingan sangat penting di dalam melakukan strategi pengembangan eksternal.

Tabel 5.7 Klasifikasi Hasil Kuesioner Faktor Tingkat Kepentingan Eksternal

No Strategi Pengembangan Faktor

Tingkat Kepentingan Eksternal Skor Tingkat Kepentingan

A Kondisi Sosial dan Ekonomi

A1 Pemberian upah 91 Sangat penting

A2 Perubahan gaya hidup pelanggan/konsumen

71 Penting

A3 Tingkat inflasi 77 Penting

A4 Kenaikan harga bahan baku 77 Penting

B Produksi

B1 Teknologi baru 60 Cukup penting

B2 Perbaikan produktivitas 79 Penting

C Pembeli

C1 Minat pelanggan terhadap batik 91 Sangat penting

D Pesaing

D1 Kemasan produk menggunakan paper bag

81 Sangat penting

D2 Produk yang dihasilkan 90 Sangat penting

D3 Adanya produk batik Cina 55 Cukup penting

D4 Pesaing yang berasal dari UMKM sejenis

68 Penting

Sumber: Data primer diolah, 2017

4. Analisa Faktor Kekuatan dan Kelemahan UMKM Batik Tulis Analisa faktor kekuatan dan kelemahan merupakan analisa yang menggunakan kuesioner dan juga menggunakan wawancara yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dirasakan

atau dimiliki oleh pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo. Kuesioner Faktor kekuatan dan kelemahan ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah responden (minimal terdapat 5 responden) yang memilih masing-masing faktor baik kekuatan ataupun kelemahan (tabel terlampir pada halaman 115). Berikut tabel 5.8 yang termasuk ke dalam faktor kekuatan dan faktor kelemahan.

Tabel 5.8 Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pelaku UMKM Batik Tulis

No Faktor Kekuatan No Faktor Kelemahan

1 Memiliki Pelanggan Tetap 1 Sistem pembukuan

(pencatatan kas masuk dan kas keluar) yang belum dilakukan 2 Harga Batik yang Terjangkau 2 Sulit mengembalikan modal

yang berasal dari bank pemberi pinjaman

3 Strategi Penjualan

4 Memiliki Tempat Distribusi yang tetap

5 Melakukan promosi dengan menggunakan media elektronik 6 Melakukan promosi secara

langsung

7 Kain batik yang berkualitas 8 Memiliki motif batik tulis yang

khas dan unik

9 Kemasan produk menggunakan paper bag

10 Jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan

11 Kemampuan karyawan dalam membatik

12 Karyawan yang berpengalaman 13 Pelatihan untuk karyawan

pemula

14 Akses modal (pinjaman) yang mudah

Sumber: Data Primer 2017

Dari hasil tabel 5.8 berkaitan dengan faktor kekuatan dan kelemahan pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo yang diperoleh dari hasil kuesioner, terdapat 14 faktor yang merupakan kekuatan bagi pelaku usaha batik tulis yaitu pelanggan tetap, harga batik yang terjangkau, strategi penjualan, memiliki tempat distribusi yang tetap, melakukan promosi dengan menggunakan media elektronik, melakukan promosi secara langsung, kain batik yang berkualitas, memiliki motif batik tulis yang khas dan unik, kemasan produk menggunakan paper bag, jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan, kemampuan karyawan dalam membatik, pengalaman yang dimiliki karyawan, pelatihan untuk karyawan pemula, akses modal (pinjaman) yang mudah dan 1 faktor yang merupakan kelemahan bagi pelaku usaha batik tulis yaitu sistem pembukuan (pencatatan kas masuk dan kas keluar) yang belum dilakukan.

Akan tetapi, hasil yang diperoleh dari wawancara pada kenyataannya menyebutkan bahwa pelaku UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo memiliki kelemahan yaitu dari segi modal yang dimiliki. Alasannya karena modal merupakan kekuatan bagi pelaku UMKM batik tulis yang berada di ke dua desa tersebut, tetapi untuk mendapatkan modal tersebut yang berasal dari bank pemberi pinjaman terdapat kendala salah satunya yaitu ketidakmampuan pelaku UMKM batik tulis

untuk mengembalikan pinjaman tersebut. Hal ini didukung dari jawaban beberapa responden yang berasal dari wawancara oleh batik Aricha, dan batik Sekar Langit:

“kekuatannya disini kita menggunakan kain dan pewarnaannya yang bagus dan mahal. Kelemahannya yaitu dimodal.” (batik Aricha)

“kekuatannya ya dari harga batik yang terjangkau, kekurangannya dari segi modal.” (batik Sekar Langit)

Selanjutnya sumber daya manusia (karyawan) yang tidak mampu menghasilkan motif atau mendesain motif batikdisebabkan karena jenjang pendidikan yang dimiliki oleh karyawan masing-masing pelaku UMKM batik tulis tidak diperhatikan sehingga keterampilannya tidak ada. Kelemahan ini menyebabkan semua motif batik yang dihasilkan merupakan ide dari pemiliki usaha. Hal ini didukung dari hasil wawancara yang berasal dari batik Thok Thill:

“kelemahannya yang bisa desain cuman saya karena tulis lukis tidak bisa semudah itu, karyawan saya tidak mampu. Kekuatannya saya menang di desain karena saya punya desain yang banyak, pelanggan saya dan teman saya berbeda karena yang pembelinya di segmen menengah keatas.”

Selain itu, keterbatasan kemampuan karyawan dalam membatik dan kurangnya pelatihan yang diberikan pelaku UMKM batik tulis menyebabkan pelaku UMKM batik tulis mengambil alih pekerjaan yang dilakukan

karyawan dalam membatik (misalnya kesalahan atau ketidakrapian karyawan dalam mengoleskan lilin kedalam kain). Kelemahan ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan lebih banyak dari yang seharusnya dalam menyelesaikan batiknya. Hal ini didukung dari hasil wawancara yang berasal dari batik Estin 2:

“kalau hasil yang diberikan sama karyawan tidak bagus misalnya pewarnaan yang keluar dari motif ya saya harus ulangi lagi”

5. Matriks Strategi Faktor Internal/ IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

Setelah faktor-faktor strategi internal UMKM batik tulis diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Factor Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strenghts dan Weaknesses. Faktor internal diperoleh dari kuesioner faktor kekuatan dan kelemahan dan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo.

Pemberian bobot internal didasarkan pada perhitungan kategori nilai penilaian (rating) terhadap setiap faktor strategis perusahaan, dari sini dilihat mana yang mempunyai pengaruh paling besar dan pengaruh terkecil untuk memberikan penilaian.Fungsi dari pembobotan dan rating adalah untuk

mengetahui faktor strategis perusahaan yang dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dapat menjadi faktor kekuatan, sedang dampak negatif menjadi kelemahan. Berikut adalah tabel 5.9 berkaitan dengan penghitungan faktor-faktor strategi internal UMKM batik tulis yang berada di Desa Gulurejo dan Desa Ngentakrejo.

Dari hasil tabel 5.9 penghitungan strategi internal/ IFAS (Internal Factors Analysis Strategy Summary) diketahui bahwa faktor internal yang memiliki bobot 0,09 (tinggi) dan rating 4 (sangat baik) sebanyak 5 faktor kekuatan yaitu memiliki pelanggan tetap, harga batik yang terjangkau, melakukan promosi secara langsung, kain batik yang berkualitas, dan memiliki motif batik tulis yang khas dan unik. Kelima faktor kekuatan tersebut memiliki bobot dan rating yang tinggi karena menjadi faktor kunci dalam strategi pengembangan usaha yang semakin membaik untuk pelaku UMKM batik tulis dimasa sekarang dan dimasa mendatang. Sisanya terdapat 5 faktor kekuatan yang memiliki bobot 0,06 dan rating 3 (baik) yaitu strategi penjualan, memiliki tempat distribusi yang tetap, melakukan promosi dengan menggunakan media elektronik, kemasan produk menggunakan paper bag, dan karyawan yang berpengalaman. Kelima faktor yang memiliki bobot dan rating baik tersebut dapat dikatakan sebagai faktor

kekuatan yang mendukung dalam menggembangkan usaha batik tulis yang berada di kedua desa tersebut.

Pada faktor kelemahan yang paling mempengaruhi pelaku UMKM batik tulis tulis adalah jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan, sistem pembukuan (pencatatan kas masuk dan kas keluar) yang belum dilakukan, dan sulit mengembalikan modal yang berasal dari bank pemberi pinjaman dengan bobot 0,02 (rendah) dan rating 1 (sangat lemah/ kelemahan besar). Hal ini disebabkan karena jenjang pendidikan sumber daya manusia yang ada tidak memliki pengetahuan yang cukup dalam hal pembukuan, dan pemilik usaha batik tulis yang tidak berani mengambil resiko dalam hal peminjaman uang untuk dijadikan sebagai modal usaha. Sisanya terdapat 3 faktor kelemahan yang pengaruhnya tidak terlalu mempengaruhi dalam mengembangkan usaha batik tulis yaitu kemampuan karyawan dalam membatik (memiliki bobot 0,06 dan rating 3 (cukup lemah)), pelatihan untuk karyawan pemula (memiliki bobot 0,04 dan rating 2 (lemah)), dan akses modal (pinjaman) yang mudah (memiliki bobot 0,08 dan rating 4 (kelemahan kecil)).

Tabel 5.9 Penghitungan Faktor - Faktor Strategi Internal/ IFAS (Internal Factors Analaysis Summary) UMKM Batik Tulis

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating (1-4)

Bobot x rating

Komentar Kekuatan/ Strenghts (S):

1 Memiliki Pelanggan Tetap 0,09 4 0,36

Dokumen terkait