• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data

1. Analisis Peran APBDesa

a. Hasil Tanggapan Responden

Setelah mengadakan penelitian dengan memberikan kuesioner kepada responden, penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan kuesioner disebar pada pengurus kelembagaan desa di Desa Karanganom. Berikut hasil data dari kuesioner yang dikumpulkan :

Tabel 18. Hasil Tanggapan Responden

No Uraian STS TS N S SS K

% % % % % (S+SS)

I. Perencanaan APBDesa

1

Masyarakat mengetahui APBDesa setiap tahun yang dianggarkan oleh Pemerintah Desa

0% 0% 15% 48% 37% 85%

2

Masyarakat berpartisipasi dalam musyawarah desa untuk perencanaan penyusunan APBDesa

0% 0% 19% 48% 33% 81%

3 Penyusunan APBDesa telah sesuai dengan yang direncanakan

0% 0% 19% 53% 28% 81%

4

Masyarakat mengetahui APBDesa telah dibahas Kepala Desa bersama BPD

0% 1% 11% 59% 29% 88%

II. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

1

Pelaksanaan APBDesa telah efektif dengan pelayanan yang diberikan Pemerintah Desa

0% 1% 15% 54% 30% 84%

2

Pelaksanaan kegiatan telah

dilaksanakan dengan efisien dimana biaya operasional Pemerintah Desa

telah memadai 0% 0% 22% 53% 25% 78%

3

Mutu pelayanan semakin meningkat dengan adanya peningkatan Sumber Pendapatan Desa

0% 0% 12% 55% 33% 88%

4

Alokasi belanja yang digunakan untuk operasional BPD telah memadai

Tabel 18. Hasil Tanggapan Responden (lanjutan)

No Uraian STS TS N S SS K

% % % % % (S+SS)

III. Penguatan Kelembagaan

1 Alokasi belanja untuk Lembaga Kemasyarakatan memadai

0% 4% 9% 54% 32% 86%

2

Alokasi belanja untuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat telah memadai

0% 5% 28% 45% 22% 67%

3 Alokasi belanja untuk biaya PKK telah memadai

0% 5% 24% 47% 24% 71%

4 Alokasi belanja untuk biaya Posyandu telah memadai

0% 4% 25% 50% 20% 70%

5 Alokasi belanja untuk biaya Karangtaruna telah memadai

0% 5% 28% 45% 22% 67%

6 Alokasi belanja untuk biaya RT telah memadai

0% 5% 24% 47% 24% 71%

7 Alokasi belanja untuk biaya RW telah memadai

0% 4% 25% 50% 20% 70%

IV. Peningkatan Infrastruktur Perdesaan

1

Belanja untuk peningkatan

sarana/prasarana kantor desa telah efektif

0% 0% 17% 52% 31% 83%

2

Belanja untuk peningkatan

sarana/prasarana Pertemuan/Balai Desa telah efektif

0% 0% 15% 51% 34% 85%

3 Belanja untuk peningkatan prasarana jalan telah efektif

0% 3% 32% 41% 23% 64%

4 Belanja untuk peningkatan prasarana air bersih telah efektif

0% 1% 25% 43% 31% 74%

5 Belanja untuk pengembangan

lembaga ekonomi masyarakat efektif

0% 0% 15% 51% 34% 85%

V. Pengembangan Wilayah Perdesaan

1

APBDesa memberikan pengembangan kualitas hidup masyarakat

0% 0% 19% 51% 30% 81%

2

APBDesa telah memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa

0% 0% 22% 53% 25% 78%

3

APBDesa telah memberikan peningkatan ekonomi masyarakat desa

Tabel 18. Hasil Tanggapan Responden (lanjutan)

No Uraian STS TS N S SS K

% % % % % (S+SS)

4

APBDesa telah memberikan perbaikan terhadap lingkungan pemukiman penduduk

0% 0% 25% 53% 22% 75%

5 APBDesa telah dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah perdesaan

0% 0% 22% 53% 25% 78%

6

APBDesa telah memberikan

peningkatan Sumber Daya Manusia di desa

0% 0% 23% 52% 25% 77%

Sumber: data diolah

Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

K : Kesimpulan (Setuju + Sangat Setuju) b. Karakteristik Responden

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti memperoleh 118 responden dan peneliti memperoleh beberapa data responden dari kuesioner yang sudah dibagikan, terkait dengan jawaban kuesioner masing-masing reponden. Pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi lima bab atau lima bagian dalam kuesioner. Data-data dari hasil pengisian kuesioner yang sudah didapatkan terkait :

1. Pertanyaan mengenai Perencanaan

Dengan berlakunya beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) yang terkait dengan keuangan desa, seperti Permendagri 20 tahun 2018 pada Pasal 32 ayat (2) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan

disepakati bersama dalam musyawarah BPD. Mengemukakan elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi akuntabilitas, value for money, kejujuran, transparansi dan pengendalian.

Menurut Tulis (2018) transparansi berarti bahwa semua informasi yang tersedia harus dipublikasikan. Setiap informasi yang tidak dipublikasikan, setiap retensi pengetahuan, merupakan pelanggaran prinsip transparansi dan dengan demikian akan melanggar persyaratan untuk bertanggung jawab kepada publik (Issing, 2005 dalam Yulius 2018). Transparansi merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan. Setiap informasi yang dibagikan kepada publik merupakan fakta berkaitan dengan realisasi perencanaan APBDesa yang sudah disepakati bersama.

Dalam UU Desa (2014) pada Pasal 80 ayat (1) memutuskan bahwa Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. Dokumen perencanaan desa yang merupakan rencana program/kegiatan merupakan dasar dari penyusunan APBDesa yang dilaksanakan secara partisipatif di mana masyarakat mengetahui dan terlibat dalam penyusunannya. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait proses perencanaan APBDesa, responden berpendapat bahwa 85%

pengurus kelembagaan desa mengetahui APBDesa yang dianggarkan oleh pemerintah desa. Sosialisasi terkait perencanaan APBDesa kepada pengurus kelembagaan desa belum terlaksana pada kegiatan setiap dukuh, sosialisasi perencanaan hanya dilakukan pada kegiatan tingkat kelurahan atau desa. Pengurus kelembagaan desa yang kurang aktif dalam kegiatan kelurahan akan kekurangan informasi terkait pengetahuan dan informasi lainnya yang hanya disampaikan ditingkat kelurahan.

Komunikasi yang berlangsung di Desa Karanganom ini hanya satu arah dari pemerintah desa untuk memberi tahu informasi, bahkan meminta persetujuan dan justifikasi dari warga. Beberapa pengurus kelembagaan desa kurang peduli bahkan tidak memperdulikan bagaimana keuangan dikelola, seberapa keuangan desa yang diperoleh dan dibelanjakan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang APBDesa. Kurangnya pengetahuan pengurus kelembagaan desa inilah yang membuat pengurus kelembagaan desa tidak tahu dan tidak paham dengan berapa jumlah Dana Desa dan dianggarakan untuk apa saja Dana Desa tersebut.

Pengetahuan terkait APBDesa yang terbatas membuat pengurus kelembagaan desa tidak seluruhnya berpartisipasi dalam musyawarah desa untuk perencanaan penyusunan APBDesa. Hal ini tampak dari hasil persentase responden yang berjumlah 81% (95 responden) yang ikut berpartisipasi dalam musyawarah desa untuk

perencanaan penyusunan APBDesa. Pengurus kelembagaan desa di Desa Karanganom tidak semuanya berani mengutarakan pendapat, bahkan ketika diminta untuk memberikan pendapat, tidak banyak yang merespon atau berpartisipasi aktif dalam berpendapat.

Penyusunan APBDesa di Desa Karanganom telah sesuai dengan yang direncanakan 81% (95 responden) menjawab “Setuju” dan “Sangat Setuju”. Dapat disimpulkan bahwa apa yang sudah direncanakan dan apa yang sudah diusulkan oleh beberapa pengurus kelembagaan desa dapat dianggarkan dalam APBDesa. Namun ada beberapa hal yang tidak semua yang diusulkan dapat dianggarkan. Hal tersebut melihat beberapa hal yang harus diprioritaskan dengan batas waktu dan anggaran yang tersedia. Prioritas yang lebih penting yang harus dianggarkan dalam APBDesa, sehingga tidak semua yang direncanakan dapat dianggarkan dalam APBDesa. Ada 19% (23 responden) menjawab “Netral”, hal tersebut terkait dengan pengetahuan pengurus kelembagaan desa tentang perencanaan APBDesa yang terbatas.

Masyarakat berpendapat 88% (104 responden) mengetahui APBDesa telah dibahas Kepala Desa bersama BPD. Sebagian besar pengurus kelembagaan desa mengetahui bahwa APBDesa dibahas Kepala Desa bersama BPD, sehingga sudah semestinya APBDesa dibahas oleh Kepala Desa bersama BPD.

2. Pertanyaan mengenai Pemenuhan Kebutuahan Dasar

Pemenuhan kebutuhan dasar atau operasional lembaga pemerintahan desa meliputi operasional lembaga pemerintah desa dan operasionel BPD dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat desa dan dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Hasil dari tanggapan responden untuk pemenuhan dasar ini masih bervariasi. Dari hasil responden ada 84% responden sangat setuju bahwa pelaksanaan APBDesa telah efektif dengan pelayanan yang diberikan pemerintah desa. Dengan adanya anggaran yang dialokasikan untuk kebutuhan operasionel kantor, membuat mutu yang diberikan pemerintah desa semakin hari semakin efektif dan hasilnya banyak dirasakan oleh pengurus kelembagaan desa. Walaupun masih banyak hal yang dibutuhkan dalam peningkatan operasional pemerintah seperti yang tampak dari hasil kuesioner bahwa 78% biaya operasional pemerintah belum sepenuhnya memadai pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan. Namun setidaknya fasilitas pokok yang diperlukan sudah terpenuhi, oleh karena itu pengurus kelembagaan desa menyetujui bahwa biaya operasional pemerintah desa telah efisien untuk pelaksanaan kegiatan di desa.

Pemenuhan kebutuhan kantor serta fasilitas pegawai dalam menunjang kerja pegawai meningkatkan kualitas dan semangat kerja

pegawai dalam melaksanakan pelayanan tehadap masyarakat setempat, hal ini tampak dari jumlah presentase 88% pengurus kelembagaan desa sangat setuju bahwa ada peningkatan mutu pelayanan walaupun memang belum maksimal. Hal ini dikarenakan fasilitas yang dibutuhkan belum semuanya ada. Alokasi belanja untuk operasional BPD dapat dikatakan memadahi. Nampak dari hasil kuesioner yang presentasenya 78% responden menyetujui bahwa alokasi belanja yang digunakan untuk operasional BPD telah memadai. BPD memiliki peran sebagai pengawas, perencana dan penjembatan antara masyarakat dan pemerintah desa, dapat dikatakan BPD memiliki peran yang sangat penting. Segala bentuk operasional BPD baik dalam kegiatan dan insentidnya harus memadahi sehingga tugas BPD dapat diaksanakan dengan optimal. 3. Pertanyaan mengenai Penguatan Kelembagaan

Desa Karanganom terdapat kelembagaan masyarakat yang dibentuk desa yang terdiri dari PKK, RT, RW, LINMAS, Posyandu dan Karangtaruna. Berdasarkan tanggapan pengurus kelembagaan desa terhadap penguatan kelembagaan desa, alokasi belanja yang digunakan masing-masing lembaga kemasyarakatan di desa memadai. Hal tersebut terlihat dalam presentase dari responden sebesar 86%. Dana yang dianggarkan untuk lembaga pemberdayaan masyarakat memadai, terlihat dalam presentase responden sebesar 67%, tidak banyak masyarakat yang minat mengikuti kegiatan

pemberdayaan tersebut. Dana yang dianggarakan untuk biaya PKK memadai, hal tersebut terlihat dari presentase dari responden sebesar 71%. Dana yang dianggarkan untuk biaya Posyandu memadai, hal tersebut terlihat dari presentase dari responden sebesar 70%.

Dana yang dianggarkan untuk biaya Karangtaruna memadai, hal tersebut terlihat dari presentase dari responden sebesar 67%. Banyak warga dewasa yang tidak ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan karangtaruna, sehingga tidak banyak masyarakat yang memperhatikan keuangan karangtaruna. Dana yang dianggarkan untuk biaya RT telah memadai, hal tersebut terlihat dari presentase dari responden sebesar 71% menyetujui bahwa alokasi belanja untuk RT telah memadai. Dana yang dianggarkan untuk biaya RW telah memadai, hal tersebut terlihat dari presentase dari responden sebesar 70% menyetujui bahwa alokasi belanja untuk biaya RW telah memadai.

4. Pertanyaan mengenai Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

Infrastrukur pedesaan adalah salah satu bagian terpenting dalam kegiatan pemerintah dan pembangunan. Infrastuktur adalah hal nyata yang dapat dirasakan dan dilihat oleh masyarakat awam. Terlebih infrastuktur merupakan sarana yang dekat dengan dan paling dibutuhkan oleh masyarakat. Infrastruktur yang didanai dari APBDesa ini terdiri dari sarana atau prasarana kantor desa, balai desa, jalan, pemukiman dan lembaga ekonomi. Kantor desa dan balai

desa sudah memiliki fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan kegiatan dan dirasa sudah baik. Hal ini tampak pada hasil presentase 83% pengurus kelembagaan desa sangat menyetujui bahwa fasilitas kantor desa memadai. Bahkan juga tampak pada hasil presentase 85% masyarakat sangat menyetujui bahwa fasilitas balai desa memadai. Pembangunan balai desa di Desa Karanganom sangat maksimal, balai desa dapat digunakan oleh masyarakat Desa Karanganom untuk melakukan kegiatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan di balai desa biasanya untuk pertemuan rutin masyarakat desa beberapa RT/RW yang melakukan kumpulan dan rapat. Bahkan balai desa sering digunakan oleh beberapa masyarakat untuk main badminton, olahraga, dan karate dari beberapa kelompok. Balai desa juga pernah dipinjam untuk acara pernikahan warga setempat, karena tempat yang cukup luas, masyarakat menggunakan gedung tersebut untuk resepsi.

Jalan desa sudah banyak yang diperbaiki, meskipun ada beberapa titik yang masih membutuhkan perbaikan jalan. Dari hasil kuesioner persentase yang didapatkan sebanyak 64% yang setuju bahwa belanja untuk peningkatan jalan sudah efektif. Hal tersebut nampak karena masih ada beberapa dusun yang belum diperbaiki jalannya. Alokasi dana untuk peningkatan prasarana air bersih di Desa Karanganom cukup efektif, hal tersebut nampak dari persentase kuesioner 74% yang menyetujui keefektifan alokasi dana untuk

peningkatan prasarana air bersih. Alokasi dana untuk pengembangan lembaga ekonomi masyarakat di Desa Karanganom sudah baik, banyak masyarakat yang diberikan bantuan dari Desa Karanganom untuk mengembangkan usahanya, namun hal tersebut tidak merata karena ada beberapa kriteria yang harus dibantu dan hanya terbatas fasilitas dari desa, sehingga tidak semua mendapatkan bantuan. Hal tersebut nampak pada hasil persentase kuesioner 85% responden sangat menyetujui bahwa pengembangan lembaga ekonomi masyarakat telah efektif.

5. Pertanyaan mengenai Pengembangan Wilayah Pedesaan

Pengembangan wilayah pedesaan tidak hanya terlihat dari pembangunan fisik yang terlihat dan dapat dirasakan, namun bagian penting lainnya adalah pembangunan non fisik. Pembangunan yang tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang lama berupa peningkatan perekonomian, kesejahteraan, kualitas hidup, perbaikan lingkungan pemukiman dan peningkatan sumber daya masyarakat desa. Tanggapan responden cenderung setuju terhadap pendapat bahwa APBDesa telah memberikan peningkatan kualitas hidup dan pengembangan wilayah dan sumber daya masyarakat desa. Hasil tanggapan dari responden 81% sangat setuju APBDesa memberikan pengembangan kualitas hidup masyarakat. Hasil tanggapan dari responden 78% menyetujui bahwa APBDesa telah memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat

desa. Hasil tanggapan dari responden 77% menyetujui bahwa APBDesa telah memberikan peningkatan ekonomi masyarakat desa. Hasil tanggapan dari responden 75% menyetujui bahwa APBDesa telah memberikan perbaikan terhadap lingkugan pemukiman penduduk. Hasil tanggapan dari responden 78% menyetujui bahwa APBDesa telah dimanfaatkan untuk pengembangan wilayah pedesaan. Hasil tanggapan dari responden 77% menyetujui bahwa APBDesa telah memberikan peningkatan Sumber Daya Manusia di desa. Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa pengurus kelembagaan desa dapat merasakan peran APBDesa dalam kehidupan mereka terlebih dalam pengembangan kualitas hidup dan sumber daya masyarakat.

Kualitas hidup masyarakat tersebut meningkat dengan adanya peningkatan sarana kesehatan dan pendidikan, serta adanya alokasi untuk sarana tersebut. Adanya alokasi dana untuk Posyandu sangat dibutuhkan untuk membantu memperbaiki kesehatan dan gizi bayi serta kesehatan manula. Walaupun dana yang dialokasikan belum sepenuhnya mencukupi, namun setidaknya sudah cukup mampu membantu kualitas hidup masyarakat yang jauh lebih baik. Pemerintah desa sering melakukan penyuluhan terhadap masyarakat terkait dengan UMKM, penyuluhan tentang pertanian/perkebunan, penyuluhan tentang peternakan. Penyuluhan tersebut dapat menjadi wawasan baru bagi masyarakat setempat.

Dokumen terkait