• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Penelitian ini termasuk dalam deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan sekolah akibat berkurangnya jumlah siswa bagi SMA Swasta di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mengetahui gambaran tentang pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah tersebut, ditanyakan beberapa item-item yang berhubungan dengan bentuk pola-pola penyesuaian manjemen keuangan sekolah yaitu, pola-pola penyesuaian manajemen keuangan sekolah, pengaruh pola-pola penyesuaian manajemen keuangan sekolah dan efektivitas pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan oleh sekolah.

Untuk mempermudah menggambarkan pola-pola penyesuaian manajemn keuangan yang dilakukan sekolah, maka data yang diperoleh dimasukkan dalam tabulasi data. Adapun tabulasi data dikelompokkan ke dalam tiga kelompok pertanyaan sebagai berikut:

1. Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang Dilakukan Sekolah

Pola-pola penyesuaian manjemen keuangan yang dilakukan sekolah akibat berkurangnya jumlah siswa, dilihat dari bentuk pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah, dengan jumlah responden 20 orang Kepala Sekolah SMA Swasta yang ada di Kabupaten Sleman. Di bawah

ini adalah hasil perolehan data mengenai bentuk pola-pola penyesuaian manjemen keuangan yang dilakukan sekolah yang diperoleh dari Kepala Sekolah sebagai responden.

Tabel V.1

Frekuensi dan Persentasi Pola-pola Penyesuian Manajemen Keuangan yang Dilakukan Oleh Sekolah

NO Pola-pola Penyesuaian

manajemen Keuangan Frekuensi Persentase (%)

1 Penghematan Listrik dan air 7 35 %

2 Penghematan Listrik dan air,

Penghematan anggaran

6 30 %

3 Penghematan Listrik dan air,

Guru yang Diperbantukan (DPK)

4 20 %

4 Penghematan Listrik dan air,

Penghematan anggaran, Guru yang Diperbantukan (DPK)

1 5 %

5 Penghematan Listrik dan air,

Penghematan anggaran, Menaikkan Uang SPP Siswa

2 10 %

Dari tabel frekuensi dan persentase di atas, dapat diketahui bahwa dari 20 sekolah, sebanyak 7 sekolah atau (35%) melakukan pola pola penyesuaian manajemen keuangan dengan melakukan penghematan terhadap listrik dan air; 6 sekolah atau (30%) melakukan pola penyesuaian manajemen keuangan dengan melakukan penghematan terhadap listrik dan air serta penghematan anggaran; 4 sekolah atau (20%) melakukan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan dengan melakukan penghematan terhadap listrik dan air serta guru yang diperbantukan (DPK) oleh pemerintah; 1 sekolah (5%) melakukan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan dengan melakukan penghematan listrik dan air, penghematan anggaran, serta guru yang diperbantukan (DPK) oleh pemerintah; dan sebanyak 2 sekolah (10%) melakukan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan dengan melakukan penghematan terhadap listrik dan air, penghematan anggaran, serta menaikkan uang SPP siswa.

2. Pengaruh Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang Dilakukan

Sekolah Akibat Berkurangnya Jumlah Siswa

Pengaruh pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang Dilakukan sekolah terhadap keuangan sekolah dilihat dari mampu tidaknya pola-pola yang dilakukan sekolah mendatangkan perubahan terhadap keuangan sekolah. Dalam pembahasan ini, perubahan yang dimaksud adalah perubahan keuangan sekolah ke arah yang positif, yang berarti dengan melakukan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan dengan dana yang tersedia mampu menutupi biaya operasional sekolah, sedangkan perubahan

keuangan ke arah yang negatif berarti pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah, serta dengan dana yang tersedia tidak mampu menutupi biaya operasional sekolah. Di bawah ini adalah hasil perolehan data mengenai Keuangan Sekolah, yang terangkum dalam Pengeluaran Belanja Administrasi Umum setelah Sekolah melakukan Pola-pola penyesuaian Manajemen Keuangan yang menggambarkan bagaimana Pengaruah Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang dilakukan Sekolah terhadap keuangan Sekolah.

Tabel V.2

Pengeluaran Belanja Administrasi Umum SMA Swasta Sleman

Tahun Anggaran 2006

NO NAMA SEKOLAH RENCANA PENDAPATAN RENCANA ANGGARAN TOTAL PENGELUARAN 1 A 343.100.000 343.100.000 253.046.450 2 B 381.940.000 381.940.000 277.148.000 3 C 287.692.000 287.692.000 213.409.000 4 D 304.230.000 304.230.000 232.020.000 5 E 396.960.000 396.960.000 294.068.000 6 F 272.600.000 272.600.000 207.317.500 7 G 308.080.000 308.080.000 223.727.000 8 H 119.800.000 119.800.000 96.093.400 9 I 313.630.000 313.630.000 231.942.000 10 J 215.512.000 215.512.000 157.851.000 11 K 353.930.000 353.930.000 248.645.250 12 L 220.790.000 220.790.000 156.205.675

13 M 108.700.000 108.700.000 91.425.000 14 N 360.700.000 360.700.000 260.268.000 15 O 656.000.000 656.000.000 337.452.000 P 16 Q 17 R 18 S 19 T 20 U

=TIDAK ADA DATA=

Dari tabel Pengeluaran Belanja Administrasi Umum di atas, dapat diketahui bahwa ada 15 Sekolah dari 20 Sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dianalisis keuangannya, sedangkan 5 sekolah lainnya tidak dapat dianalisis keuangannya karena data tidak diperoleh dari sekolah yang bersangkutan. Berdasarkan data keuangan yang diperoleh dari Sekolah yang terdapat dalam tabel Pengeluaran Belanja Administrasi Umum Sekolah di atas diketahui bahwa, Sekolah membuat Rencana Pendapatan dan Rencana Anggaran. Rencana Pendapatan menjadi pedoman utama bagi Sekolah untuk membuat Rencana Anggaran dan selanjutnya Rencana Pendapatan serta Rencana Anggaran menjadi pedoman bagi sekolah dalam setiap pengeluaran keuangan sekolah.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa sekolah melakukan penghematan sebagai bentuk dari sebagian Pola-paola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang dilakukan Sekolah. Sekolah melakukan penghematan dengan cara menekan jumlah biaya/pengeluaran dari masing-masing item-item

pengeluaran sekolah yang dapat dilihat dari pengeluaran sekolah per tiga bulan (TriWulan), atau secara keseluruhan dengan membandingkan jumlah Rencana Pendapatan dengan Total Pengeluaran Sekolah. Berdasarkan data keuangan sekolah yang diperoleh, seperti yang terdapat pada tabel di atas, sekolah berusaha agar jumlah pengeluaran tidak melebihi jumlah Rencana Pendapatan. Selain melakukan penghematan untuk menekan pengeluaran, data keuangan Sekolah di atas juga menggambarkan perubahan keuangan Sekolah-Sekolah ke arah yang positif sebagai akibat dari pengaruh penggunaan Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan Sekolah.

3. Efektivitas Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang dilakukan

Sekolah

Efektivitas Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang dilakukan Sekolah dilihat dari kemampuan masing-masing Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang dilakukan mampu mengadakan perubahan terhadap keuangan Sekolah ke arah yang positif. Hal ini dapat dilihat dari data keuangan Sekolah yang terdapat pada tabel Pengeluaran Administrasi Umum di atas. Secara keseluruhan setelah melakukan Pola-pola penyesuaian manajemen keuangan mampu mempengaruhi keuangan sekolah ke arah yang positif yang juga berarti bahwa Pola-pola penyesuaian Manajemen Keuangan Yang dilakukan Sekolah adalah Efektif. Efektivitas berhubungan erat dengan hasil yang dicapai dari suatu tindakan atau penggunaan suatu atau beberapa alat untuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan sebelumnya. Dalam penelitian ini efektivitas yang dimaksud adalah perubahan keuangan Sekolah ke arah yang positif setelah melakukan Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan Sekolah

Tabel V.3

Distribusi pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan akibat berkurangnya jumlah siswa

NO Pola-pola penyesuaian

manajemen keuangan sekolah Frekuensi Persentase

1 Penghematan listrik dan air 20 100%

2 Penghematan anggaran 9 45%

3 Guru yang diperbantukan (DPK) 5 25%

4 Menaikkan uang SPP siswa 2 10%

Dari tabel Distribusi pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah di atas, dapat diketahui bahwa 20 sekolah (100%) melakukan penghematan listrik dan air sebagai bentuk dari pola-pola penyesuaian manajemen keuangan sekolah; 9 sekolah (45%) melakukan penghematan anggaran sebagai bentuk dari pola penyesuaian manajemen keuangan sekolah; 5 sekolah (25%) melakukan pola penyesuian manajemen keuangan sekolah dengan cara mendatangkan guru yang Diperbantukan (DPK) oleh pemerintah dan sebanyak 2 sekolah (10%) menaikkan uang SPP siswa sebagai bentuk dari pola-pola penyesuian manajemen keuangan sekolah.

B. Pembahasan

1. Pola-pola Penyesuaian Manajemen Keuangan yang Dilakukan Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa ada 4 jenis pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah akibat berkurangnya jumlah siswa yang masuk. Pola-pola tersebut berupa: Penghematan listrik dan air, penghematan anggaran, guru yang diperbantukan (DPK), menaikkan uang SPP siswa. Penghematan listrik dan air merupakan pola penyesuaian manajemen keuangan yang paling banyak dipilih oleh SMA Swasta di Kabupaten Sleman dengan persentase 100%, penghematan anggaran merupakan pola penyesuaian manajemen keuangan berikutnya yang dipilih oleh SMA Swasta di Kabupaten Sleman dengan persentase 45%, sedangkan Guru yang Diperbantukan (DPK) dan menaikkan uang SPP siswa menempati urutan berikutnya dengan persentase masing-masing 25% dan 10%.

Pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah akibat berkurangnya jumlah siswa yang masuk, selain untuk mengatasi terjadinya defisit anggaran sekolah, tujuan lainnya adalah untuk kepentingan dan pengembangan sekolah dalam waktu jangka panjang. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara keseluruhan SMA Swasta di Kabupaten Sleman melakukan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan selain untuk mengatasi defisit anggaran juga mempunyai tujuan lain yaitu untuk pengembangan sekolah berupa kelengkapan fasilitas, perbaikan / penghematan gaji guru dan karyawan.

Dalam penentuan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan, sekolah sebagai sebuah organisasi pengambilan keputusan atau kebijakan berdasarkan kesepakatan semua anggota organisasi/yayasan. Pada dasarnya pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dipilih untuk digunakan adalah yang paling mungkin serta mudah dikontrol dan dilakukan. Berpedoman kepada pola-pola peneyesuaian manajemen keuangan yang telah disebutkan di atas terungkap bahwa pola-pola tersebut berhubungan dengan masalah intern sekolah yang sepenuhnya bisa dikendalikan oleh sekolah.

Dalam penentuan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang akan dilakukan sekolah, pihak sekolah berusaha agar dalam keputusannya tidak melanggar hukum dan merugikan orang lain secara langsung seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap guru dan karyawan karena berhubungan dengan Undang-undang perburuan.

Sedangkan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah berdasarkan keputusan semua anggota organisasi sekolah, dalam penelitian ini mampu menutupi biaya operasional sekolah. Adapun biaya operasional yang menjadi tanggung jawab sekolah yang wajib dibayar setiap tahun/bulan adalah listrik dan air, telepon, gaji guru dan karyawan, perawatan gedung, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta asuransi tenaga kerja ( ATK).

2. Pengaruh pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan

Secara keseluruhan, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola-pola penyesuaian manajmen keuangan yang dilakukan sekolah mempengaruhi keuangan sekolah. Pengaruh tersebut berupa keuangan sekolah mengalami perubahan ke arah yang positif, yang berarti bisa menutupi biaya operasional sekolah. Kemampuan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan dalam mempengaruhi keuangan sekolah didukung oleh ketersediaan dana dari sekolah yang diperoleh dari berbagai sumber-sumber keuangan sekolah. Dalam penelitian ini sumber-sumber tersebut berupa : bantuan dari pemerintah yang terdiri atas pemerintah kabupaten, propinsi, dan pemerintahan pusat, biaya operasional sekolah (BOS). Di luar pemerintah, sumber keuangan yang menjadi andalan sekolah adalah dana dari donatur.

Untuk mendukung pola-pola penyesuaian manajemen keuangan sekolah agar mampu mempengaruhi keuangan sekolah ke arah yang positif, SMA swasta di Kabupaten Sleman memiliki bendahara sekolah yang bertugas mengurus keuangan sekolah dan mencatat semua pemasukan dan pengeluaran sejumlah dana untuk kepentingan sekolah. Selain itu perencanaan anggaran keuangan menjadi keharusan bagi SMA swasta di Kabupaten Sleman dalam pengelolaan keuangan sekolah untuk kepentingan sekolah dan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Secara keseluruhan mulai dari penggunaan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan dan pengaruhnya, bendahara dan peranannya sampai kepada perencanaan anggaran keuangan semuanya dikendalikan oleh Kepala Sekolah sebagai manajer sekolah. Hal ini terlihat

dari keterlibatan Kepala Sekolah dalam perencanaan anggaran keuangan sekolah, di tiap-tiap SMA Swasta yang ada di Kabupaten Sleman.

3. Efektifitas pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan

sekolah.

Efektivitas pola-pola penyesuaian manajemen keuangan berhubungan erat dengan hasil. Pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah diharapkan mampu membawa hasil, dan hasil tersebut berupa perubahan keuangan ke arah positif, dimana dengan penggunaan pola-pola penyesuaian manajemen kuangan dana yang tersedia mampu menutupi biaya operasional. Dalam penelitian ini terungkap bahwa SMA Swasta di Kabupaten Sleman, setelah melakukan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan, keuangan sekolah mampu menutupi biaya operasional, hal ini berarti bahwa penggunaan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan adalah efektif.

Dengan berpedoman kepada bentuk dan jenis pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah, dalam penelitian ini terungkap bahwa pola penyesuaian manajemen keuangan berupa penghematan listrik dan air paling banyak dipilih responden/sekolah dengan persentase 100%, penghematan anggaran menempati urutan berikutnya yang dipilih oleh responden/sekolah sebagai bentuk dari pola-pola penyesuian manajemen keuangan sekolah dengan persentase 45%, sedangkan guru yang diperbantukan (DPK) dan menaikkan uang SPP siswa menempati urutan

berikutnya yang dipilih sekolah sebagai bentuk dari pola-pola penyesuaian manajemen keuangan dengan persentase masing-masing 25% dan 10%.

Berdasarkan analisis di atas terungkap bahwa pola-pola penyesuian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah berupa penghematan listrik dan air menempati posisi paling atas yang dipilih sekolah sebagai bentuk dari pola-pola penyesuian manajemen keuangan akibat berkurangnya jumlah siswa, dan hal ini berarti penghematan listrik dan air merupakan bentuk dari pola penyesuaian manajemen keuangan yang paling efektif, yang paling mampu dan memungkinkan membawa perubahan dan hasil terhadap keuangan sekolah. Dimana perubahan dan hasil tersebut berupa perubahan keuangan sekolah ke arah yang positif dimana dengan dana yang tersedia yang dimiliki sekolah dari berbagai sumber mampu menutupi biaya operasional sekolah.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah disampaikan dalam pembahasan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. SMA Swasta di Kabupaten Sleman yang mengalami pernurunan jumlah siswa,

melakukan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan. Adapun pola-pola penyesuaian manjemen keuangan yang dilakukan berupa: (a) Penghematan listrik dan air, (b) Penghematan anggaran, (c) Guru yang Diperbantukan (DPK), (d) Menaikkan Uang SPP siswa. SMA Swasta di Kabupaten Sleman melakukan pola-pola penyesuaian manjemen keuangan yang hampir sama dengan kombinasi sebagai berikut: (a) penghematan listrik dan air sebanyak 7 sekolah; (b) penghematan listrik dan air, penghematan anggaran sebanyak 6 sekolah; (c) penghematan listrik dan air, guru yang diperbantukan (DPK) oleh pemerintah sebanyak 4 sekolah; (d) penghematan listrik dan air, penghematan anggaran, guru yang diperbantukan (DPK) oleh pemerintah sebanyak 1 sekolah; dan (e) penghematan listrik dan air, penghematan anggaran, menaikkan uang SPP siswa sebanyak 2 sekolah. Sementara itu berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa pola penyesuaian manajemen keuangan berupa penghematan listrik dan air, merupakan pola penyesuaian manajemen keuangan yang paling banyak dipilih dan digunakan oleh sekolah dengan persentase 100%. Sedangkan pola

penyesuaian manjemen keuangan berupa menaikkan uang SPP siswa merupakan pola penyesuaian manajemen keuangan yang paling sedikit dipilih dan digunakan oleh sekolah dengan persentase 10%.

2. Pola-pola penyesuaian manjemen keuangan yang dilakukan oleh sekolah

secara keseluruhan mampu mempengaruhi keuangan sekolah. Hal ini terungkap dari 20 Kepala Sekolah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Penagaruh tersebut berupa perubahan keuangan sekolah kearah yang positif, yaitu pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan oleh sekolah dan dengan dana yang tersedia mampu menutupi biaya operasional sekolah. Adapun biaya operasional yang menjadi tanggung jawab sekolah yang wajib dibayar setiap bulan/tahunnya yaitu biaya listrik dan air, gaji/honor guru dan karyawan, telepon, pajak bumi dan bangunan, perawatan gedung dan asuransi tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa keberhasilan pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah dalam mempengaruhi keuangan sekolah kearah yang positif di dukung oleh langkah-langkah yang ditempuh oleh sekolah berupa perencanaan anggaran keuangan, keterlibatan Kepala Sekolah dalam perencanaan anggaran keuangan sekolah, dan penunjukan bendahara sekolah yang mengurus keuangan sekolah dan mencatat semua uang masuk yang diperoleh sekolah dari berbagai sumber, dan setiap pengeluaran sejumlah dana untuk kepentingan sekolah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

3. Bedasarkan pada fenomena terjadinya penurunan jumlah siswa yang masuk pada SMA Swata yang ada di Kabupaten Sleman yang mengakibatkan terjadinya defisit anggaran, maka sekolah-sekoah melakukan pola-pola penyesuaian manjemen keuangan dengan tujuan agar sekolah mampu membayar biaya operasional sekolah agar kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Yang diharapkan dari pola-pola penyesuaian manajemen keuangan tersebut adalah efektifitas penggunaan pola-pola tersebut dalam bentuk hasil. Seadangkan hasil yang diharapkan oleh sekolah adalah kemampuan pola-pola tersebut dalam mempengaruhi keuangan sekolah kearah yang positif. Dalam hal ini penggunaan pola-pola penyesuaian manjemen keuangan dan dengan dana yang tersedia mampu menutupi biaya operasional sekolah. Dalam penelitian ini terungkap bahwa dari 20 Kepala Sekolah yang menjadi responden terungkap bahwa pola-pola penyesuaian manjemen keuangan yang dilakukan sekolah mampu menutupi biaya operasional, yang berarti pola-pola penyesuaian manjemen keuangan tersebut mampu mempengaruhi keuangan sekolah kearah yang positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pola-pola tersebut adalah efektif mampu membawa hasil. Dari beberapa bentuk pola-pola penyesuaian manajemen keuangan keuangan yang telah dilakukan oleh SMA Swasta di Kabupaten Sleman, dalam penelitian ini terungkap bahwa pola penyesuaian manajemen keuangan berupa penghematan listrik dan air adalah yang paling banyak dipilih dan digunakan oleh SMA Swasta di Kabupaten Sleman dengan persentase 100%. Hal ini berarti penghematan listrik dan air adalah yang

paling efektif. Sedangkan pola penyesuaian manajemen keuangan berupa menaikkan uang SPP siswa merupakan yang paling sedikit dipilih oleh SMA Swasta di Kabupaten Sleman dengan persentase 10%.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Penurunan jumlah siswa yang masuk pada setiap tahun ajaran mempengaruhi

banyak faktor yang berhubungan dengan kepentingan sekolah yang mengalami penurunan jumlah siswa. Pada penelitian ini hanya menyoroti manajemen keuangan, secara kusus pola-pola penyesuaian manajemen keuangan yang dilakukan sekolah, yang mengalami defisit anggaran akibat berkurangnya jumlah siswa.

2. Dalam pengumpulan data melalui wawancara, responden cenderung tidak

terbuka dalam memberikan informasi terutama yang berhubungan dengan keuangan sekolah, sehingga ada kemungkinan data yang diperoleh tidak valid.

3. Hasil penelitian ini hanya dapat diterapkan pada sekolah yang diteliti.

C. Saran

Salah satu persolan yang sedang dihadapi sekolah secara keseluruhan dalam dunia pendidikan saat ini adalah penurunan jumlah siswa. Fenomena ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama, baik di pulau Jawa maupun di Luar Jawa. Untuk itu pemerintah dan masyarakat tidak boleh menutup mata terhadap masalah ini. Karena jika masalah penurunan jumlah siswa yang masuk tidak segera diatasi, maka dampak yang buruk akan menghantui dunia pendidikan Indonesia dan

masyarakat Indonesia secara keseluruhan, kususnya yang berhubungan dengan pengangguran, penurunan kualitas hidup masyarakat, rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat Indonesia. Adapun saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah

a. Pemerintah perlu memperhatikan anak-anak yang tidak dapat melanjutkan

pendidikan, karena masalah ketidak mampuan ekonomi, masalah bencana alam, dan penghambat lainnya yang menyebabkan anak-anak tidak bisa bersekolah, melanjutkan pendidikan dan berhenti sekolah.

b. Mengintensifkan program-program beasiswa yang sudah dilaksanakan saat

ini, baik bagi siswa berprestasi maunpun bagi siswa yang tidak mampu secara ekonomi.

c. Aggaran pendidikan dinaikkan, untuk membantu sekolah, guru dan siswa

dalam menaikkan kualitas pendidikan dengan ketersediaan fasilitas dan saran pendukung belajar serta kesejahteraan para guru.

d. Membantu sekolah-sekolak dalam hal dana, ketersediaan guru, perbaikan

sekolah akibat bencana alam segera direalisasikan.

e. Pembangunan pendidikan hendaknya lebih diintensifkan di desa,

khususnya luar pulau jawa yang secara ekonomi tidak mampu dan kesadaran akan pentingnya pendidikan sangat rendah.

f. Mencabut peraturan-peraturan yang bersifat diskriminatif yang dapat

merugikan siswa, seperti standarisasi UNAS yang dapat merugikan siswa di daerah pelosok kususnya luar pulau Jawa.

2. Sekolah dan Kepala sekolah

a. Sekolah harus berpihak kepada masyarakat dengan tidak menaikkan biaya

pendidikan seperti SPP melebihi kemampuan orang tua siswa.

b. Sekolah harus memiliki manajemen keuangan yang baik, didukung oleh

adanya bendahara sekolah, adanya perencanaan anggaran

c. Sekolah harus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, melalui

profesionalime guru, ketersediaan fasilitas belajar yang layak.

d. Sekolah tidak boleh diskriminatif dalam penerimaan siswa, seperti

mengutamakan siswa yang berprestasi dan secara ekonomi lebih mampu, dari pada siswa baik secara akademik maupun secara ekonomi kurang mampu.

e. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajerial yang baik.

3. Masyarakat

Masyarakat sebagai bagian dari dunia pendidikan hendaknya mau membantu anak-anak yang tidak mampu agar tetap sekolah dengan cara menjadi orang tua asuh.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1991. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Asmara. 1982. Administrasi Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Handoko. 1984. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Jawa Pos.16 Juli 2006. Pendidikan Mahal, Konsekuensi Logis di Era Global.

Kedaulatan Rakyat, Jumat, 14 Juli 2006. Menghapus Dikotomi Sekolah Negeri dan

Sekolah Swasta.

Kompas.13 Juli.2006. Peranan Bukti Kompetensi bagi lulusan SMK dan Prospeknya

dalam Dunia Kerja.

Nawawi, Hadari. 1986. Administrasi Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari.1984. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Mulyana. 1989.Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka Binaman Pessindo.

Muliyasa. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Richart, L. 2006. Management Manajemen. Jakarta: Salemba.

Robbins. 1984. Teori Organisasi. Jakarta: ARCAN.

Sarwoto.1977. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soetopo, Hendyat. 1982. Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Sudjana, Nana. 1989. Pendekatan Sistem Bagi Administrasi Pendidikan. Bandung:

Sinar Baru.

Supandi. 1985. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. ALVABETA.

Suryabrata, Sumardi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rajabrafindo Persada.

PEDOMAN WAWANCARA A. IDENTITAS SEKOLAH 1. Nama Sekolah : 2. Alamat Sekolah : 3. Status Sekolah : B. PERTANYAAN I. Jumlah Siswa

1. Berapa jumlah siswa yang masuk pada tahun ajaran 2005/2006?

2. Berapa jumlah siswa yang masuk pada tahun ajaran 2006/2007?

3. Kapan mulai terjadi penurunan jumlah siswa yang masuk?

4. Apakah yang menjadi penyebab berkurangnya jumlah siswa di sekolah

yang Bapak/Ibu pimpin?

Dokumen terkait