BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
C. Analisis Data
Subbab ini akan menyajikan analisis data berdasarkan data yang
diperoleh dari penelitian dan teknik analisis data yang digunakan. Analisis
data ini nantinya akan menjawab permasalahan dalam penelitian ini, yaitu;
seberapa bagus kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan pada PT.
Madu Baru menurut persepsi karyawan, seberapa bagus kualitas hubungan
antara karyawan dengan rekan kerja pada PT. Madu Baru menurut persepsi
karyawan, seberapa efektif komunikasi vertikal pada PT. Madu Baru menurut
persepsi karyawan, dan hubungan antara lingkungan kerja psikis (hubungan
antara atasan dengan bawahan dan hubungan karyawan dengan rekan kerja)
dengan efektivitas komunikasi vertikal. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS guna
1. Analisis masalah pertama : kualitas hubungan antara atasan dengan
bawahan menurut persepsi karyawan.
Kuesioner kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan menurut
persepsi karyawan adalah sebanyak 20 butir pertanyaan. Karakteristik skor
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Jawaban a memiliki skor 5
- Jawaban b memiliki skor 4
- Jawaban c memiliki skor 3
- Jawaban d memiliki skor 2
- Jawaban e memiliki skor 1
Dengan skor terendah dan tertinggi yaitu, 20 x 5 = 100 untuk skor tertinggi
dan 20 x 1 = 20 untuk skor terendah. Selanjutnya untuk mengetahui
seberapa bagus kualitas hubungan atasan dengan bawahan, digunakan
rumus Sturges : Ci = k Range = 4 20 100− = 4 80 = 20
Berdasarkan data jawaban responden pada lampiran 2 tentang skor
karyawan maka dapat dibuat tabel kualitas hubungan antara atasan dengan
bawahan sebagai berikut :
Tabel V.9
Hubungan antara Atasan dengan Bawahan
Skor Jumlah Responden Prosentase Kualitas Hubungan 20 – 39 - - Sangat kurang bagus 40 – 59 - - Kurang bagus 60 – 79 25 32,89 % Bagus 80 – 100 51 67,11 % Sangat bagus Jumlah 76 orang 100 %
Sumber : Data primer
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kualitas
hubungan yang bagus antara atasan dengan bawahan pada PT. Madu Baru
menurut persepsi karyawan adalah sebanyak 25 orang atau prosentase
sebesar 32,89 %, dan kualitas hubungan yang sangat bagus antara atasan
dengan bawahan pada PT. Madu Baru menurut persepsi karyawan adalah
sebanyak 51 orang responden atau prosentase sebesar 67,11 %.
Jadi berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kualitas hubungan
antara atasan dengan bawahan pada PT. Madu Baru menurut persepsi
karyawan secara umum adalah sangat bagus. Hal ini ditunjukkan oleh
responden sebanyak 51 orang atau prosentase sebesar 67,11 % yang
2. Analisis masalah kedua : kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan
kerja menurut persepsi karyawan.
Kuesioner kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan kerja
sebanyak 20 butir pertanyaan. Karakteristik skor yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
- Jawaban a memiliki skor 5
- Jawaban b memiliki skor 4
- Jawaban c memiliki skor 3
- Jawaban d memiliki skor 2
- Jawaban e memiliki skor 1
Dengan skor terendah dan tertinggi yaitu, 20 x 5 = 100 untuk skor tertinggi
dan 20 x 1 = 20 untuk skor terendah. Selanjutnya untuk mengetahui
seberapa bagus kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan kerja,
digunakan rumus Sturges :
Ci = k Range = 4 20 100− = 4 80 = 20
Berdasarkan data jawaban responden pada lampiran 2 tentang skor
kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan kerja masing-masing
karyawan maka dapat dibuat tabel kualitas hubungan antara karyawan
Tabel V.10
Hubungan antara Karyawan dengan Rekan Kerja
Skor Jumlah Responden Prosentase Kualitas Hubungan 20 – 39 - - Sangat kurang bagus 40 – 59 - - Kurang bagus 60 – 79 12 15,79 % Bagus 80 – 100 64 84,21 % Sangat bagus Jumlah 76 orang 100 %
Sumber : Data primer
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kualitas
hubungan yang bagus antara karyawan dengan rekan kerja pada PT. Madu
Baru menurut persepsi karyawan adalah sebanyak 12 orang atau
prosentase sebesar 15,79 %, dan kualitas hubungan yang sangat bagus
antara karyawan dengan rekan kerja pada PT. Madu Baru menurut
persepsi karyawan adalah sebanyak 64 orang responden atau prosentase
sebesar 84,21 %.
Jadi berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kualitas hubungan
antara karyawan dengan rekan kerja pada PT. Madu Baru menurut
persepsi karyawan secara umum adalah sangat bagus. Hal ini ditunjukkan
oleh responden sebanyak 64 orang atau prosentase sebesar 84,21 % yang
3. Analisis masalah ketiga : efektivitas komunikasi vertikal
Kuesioner efektivitas komunikasi vertikal memiliki 20 butir
pertanyaan. Karakteristik skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
- Jawaban a memiliki skor 5
- Jawaban b memiliki skor 4
- Jawaban c memiliki skor 3
- Jawaban d memiliki skor 2
- Jawaban e memiliki skor 1
Dengan skor terendah dan tertinggi yaitu, 20 x 5 = 100 untuk skor tertinggi
dan 20 x 1 = 20 untuk skor terendah. Selanjutnya untuk mengetahui
seberapa efektif komunikasi, digunakan rumus Sturges :
Ci = k Range = 4 20 100− = 4 80 = 20
Berdasarkan data jawaban responden pada lampiran 2 tentang skor
efektivitas komunikasi vertikal masing-masing karyawan maka dapat
Tabel V.11
Efektivitas Komunikasi Vertikal
Skor Jumlah Responden Prosentase Tingkat Komunikasi 20 – 39 - - Sangat kurang efektif 40 – 59 - - Kurang efektif 60 – 79 19 25 % Efektif 80 – 100 57 75 % Sangat efektif Jumlah 76 orang 100 %
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tingkat komunikasi vertikal
yang efektif pada PT. Madu Baru menurut persepsi karyawan adalah
sebanyak 12 orang atau prosentase sebesar 15,79 %, dan tingkat
komunikasi yang sangat efektif pada PT. Madu Baru menurut persepsi
karyawan adalah sebanyak 64 orang responden atau prosentase sebesar
84,21 %.
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa tingkat
komunikasi pada PT. Madu Baru menurut persepsi karyawan adalah
sangat efektif, yang ditunjukkan oleh responden sebanyak 57 orang atau
prosentase sebesar 75 % yang memberikan persepsi dengan skor 80 –
100.
4. Pengujian hipotesis : hubungan antara lingkungan kerja psikis dengan
a. Mencari korelasi dari variabel bebas (X1 dan X ) dengan variabel Y. 2
Analisis ini untuk mencari hubungan antara lingkungan kerja psikis
dengan efektivitas komunikasi vertikal. Hipotesis alternatif (Ha) untuk
masalah ini adalah ”Ada hubungan antara lingkungan kerja psikis
dengan efektivitas komunikasi vertikal”.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dihitung nilai R dengan
menggunakan rumus korelasi ganda, yaitu :
R y x1 x = 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 x x r x rx ryx ryx yx r yx r − − + = 0,681 (lampiran 4)
Dari perhitungan di atas dengan bantuan komputer program SPSS,
maka diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0,681 (lampiran 4).
b. Menguji signifikansi dari koefisien korelasi ganda.
1) Menentukan hipotesis
Ho; r = 0, tidak ada hubungan antara lingkungan kerja psikis
dengan efektivitas komunikasi vertikal.
Ha; r ≠ 0, ada hubungan antara lingkungan kerja psikis dengan efektivitas komunikasi vertikal.
2) Menentukan taraf signifikansi
Taraf signifikansi = 5 % dengan dk pembilang = k
= 2
dk penyebut = n-k-1
Berdasarkan lampiran diketahui F tabel adalah 3,122 (lampiran 5)
3) Menentukan F hitung
Untuk mencari F hitung tentu harus diketahui terlebih dahulu nilai
R , dimana nilai R = 0,464 (lampiran 4). 2 2
F hitung =
(
1)
(
1)
/ 2 2 − − −R n k k R = 31,563 (lampiran 5) 4) KeputusanNilai F hitung = 31,563 > F tabel = 3,122 sehingga keputusan
pengujian adalah menolak Ho dan menerima Ha.
Hal ini berarti semakin bagus kualitas hubungan antara atasan
dengan bawahan dan kualitas hubungan karyawan dengan rekan kerja
secara bersama-sama menurut persepsi karyawan, maka semakin
efektif pula komunikasi vertikal. Dengan kata lain, semakin baik
lingkungan kerja psikis maka semakin efektif pula komunikasi
vertikal.
c. Pengujian hubungan antara hubungan atasan dan bawahan dengan
efektivitas komunikasi vertikal.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara hubungan atasan dan bawahan dengan efektivitas komunikasi
1) Menentukan hipotesis
Ho; r = 0, tidak ada hubungan antara hubungan antara atasan dan
bawahan dengan efektivitas komunikasi vertikal.
Ha; r ≠ 0, ada hubungan antara hubungan atasan dan bawahan dengan efektivitas komunikasi vertikal.
2) Menentukan taraf signifikansi
Taraf signifikansi = 5 %, dengan dk = n – 2
= 76 – 2
= 74
Berdasarkan lampiran diketahui nilai t tabel adalah 1,9925
(lampiran 5).
3) Menentukan t hitung
Untuk mencari t hitung tentu harus diketahui terlebih dahulu nilai
r, dimana nilai r = 0,498 (lampiran 4).
t hitung = 2 1 2 r n r − − = 2 ) 498 , 0 ( 1 2 76 498 , 0 − − = 248 , 0 1 74 498 , 0 − = 752 , 0 602 , 8 498 , 0 × = 867 , 0 284 , 4 = 4,941
4) Keputusan
Nilai t hitung = 4,941 > t tabel = 1,9925 sehingga keputusan
pengujian adalah menolak Ho dan menerima Ha. Artinya bahwa
menurut persepsi karyawan ada hubungan antara hubungan atasan
dan bawahan dengan efektivitas komunikasi. Semakin berkualitas
hubungan antara atasan dan bawahan, maka semakin efektif pula
komunikasi. Begitupun sebaliknya, semakin kurang berkualitas
hubungan antara atasan dengan bawahan, maka komunikasi
menjadi semakin kurang efektif.
d. Pengujian hubungan antara hubungan karyawan dan rekan kerja
dengan efektivitas komunikasi.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara hubungan karyawan dan rekan kerja dengan efektivitas
komunikasi.
1) Menentukan hipotesis
Ho; r = 0, tidak ada hubungan antara hubungan karyawan dan
rekan kerja dengan efektivitas komunikasi.
Ha; r ≠ 0, ada hubungan antara hubungan karyawan dan rekan kerja dengan efektivitas komunikasi.
2) Menentukan taraf signifikansi
Taraf signifikansi = 5 %, dengan dk = n – 2
= 76 – 2
Berdasarkan lampiran diketahui nilai t tabel adalah 1,9925
(lampiran 5).
3) Menentukan t hitung
Untuk mencari t hitung tentu harus diketahui terlebih dahulu nilai
r, dimana nilai r = 0,649 (lampiran 4).
t hitung = 2 1 2 r n r − − = 2 ) 649 , 0 ( 1 2 76 649 , 0 − − = 421 , 0 1 74 649 , 0 − = 579 , 0 602 , 8 649 , 0 × = 761 , 0 583 , 5 = 7,336 4) Keputusan
Nilai t hitung = 7,336 > t tabel = 1,9925 sehingga keputusan
pengujian adalah menolak Ho dan menerima Ha. Artinya bahwa
menurut persepsi karyawan ada hubungan antara hubungan
karyawan dan rekan kerja dengan efektivitas komunikasi vertikal.
Semakin berkualitas hubungan antara karyawan dengan rekan
kerja, maka semakin efektif pula komunikasi vertikal. Begitupun
dengan rekan kerja, maka komunikasi vertikal menjadi semakin
kurang efektif.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan terhadap
karyawan di seluruh bagian pada PT. Madu Baru, penulis dapat melakukan
pembahasan sebagai berikut :
1. Kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan menurut persepsi
karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas
hubungan antara atasan dengan bawahan menurut persepsi karyawan
secara umum berada pada kondisi sangat bagus dengan jumlah responden
sebanyak 51 atau prosentase sebesar 67,11 %. Hal ini berari bahwa
kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan pada PT. Madu Baru
menurut persepsi karyawan sudah sangat bagus.
Pada kondisi seperti ini, maka kualitas hubungan antara atasan dengan
bawahan menurut persepsi karyawan seperti kepercayaan, pembuatan
keputusan bersama, pemberian dukungan, keterbukaan, dan perhatian
berkinerja tinggi yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan sudah
berjalan dengan sangat baik. Begitu pula sebaliknya, kualitas hubungan
antara bawahan dengan atasan menurut persepsi karyawan seperti
kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, pemberian dukungan,
keterbukaan, dan perhatian berkinerja tinggi yang dilakukan oleh bawahan
Adanya kualitas hubungan yang sangat baik antara atasan dengan
bawahan dalam suatu lingkungan kerja, tidak hanya membantu kelancaran
kerja, malainkan akan meningkatkan efektivitas komunikasi vertikal pada
perusahaan.
2. Kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan kerja menurut persepsi
karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas
hubungan antara karyawan dengan rekan kerja menurut persepsi karyawan
lebih banyak pada kondisi sangat bagus dengan jumlah responden
sebanyak 64 atau prosentase sebesar 84,21 %. Hal ini berari bahwa
hubungan antara karyawan dengan rekan kerja pada PT. Madu Baru
menurut persepsi karyawan sudah sangat bagus.
Pada kondisi seperti ini, maka kualitas hubungan antara karyawan
dengan rekan kerja seperti kepercayaan, pembuatan keputusan bersama,
pemberian dukungan, keterbukaan, dan perhatian berkinerja tinggi yang
dilakukan oleh karyawan terhadap rekan kerjanya sudah berjalan dengan
sangat baik. Dengan adanya kualitas hubungan yang sangat baik antara
karyawan dengan rekan kerja dalam suatu lingkungan kerja, selain akan
membantu kelancaran kerja, tentunya akan meningkatkan efektivitas
komunikasi pada perusahaan.
3. Tingkat komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat
sangat efektif dengan jumlah responden sebanyak 57 atau prosentase
sebesar 75 %. Hal ini berari bahwa komunikasi yang terdapat pada PT.
Madu Baru menurut persepsi karyawan sudah sangat efektif.
Pada kondisi ini, maka komunikasi dari atas ke bawah seperti perintah,
pertanyaan, pedoman kerja dan pengarahan yang berhubungan dengan
tugas yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya sudah berjalan
dengan sangat baik. Begitu pula dengan komunikasi dari bawahan kepada
atasan seperti laporan prestasi kerja, saran-saran, dan usulan, serta keluhan
dapat disampaikan dengan baik dan diterima serta ditindaklanjuti dengan
baik oleh atasan. Dengan adanya komunikasi vertikal yang efektif pada
PT. Madu Baru tentunya akan membantu kelancaran kerja dan serta sangat
membantu dalam mencapai tujuan perusahaan.
4. Hubungan antara lingkungan kerja psikis dengan efektivitas komunikasi
vertikal.
Hasil koefisien korelasi dari lingkungan kerja psikis (hubungan antara
atasan dengan bawahan dan hubungan antara karyawan dengan rekan
kerja) dengan efektivitas komunikasi vertikal diperoleh R = 0,681 dengan
F hitung sebesar 31,563 lebih besar dari F tabel 3,122 dengan taraf
signifikansi 5 %. Kriteria Ho ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > F
tabel, sehingga hasilnya signifikan, positif dan hipotesis dapat diterima.
Hal ini berarti lingkungan kerja psikis mempunyai hubungan yang
psikis pada PT. Madu Baru semakin baik, maka semakin efektif pula
komunikasi pada PT. Madu Baru.
Pembinaan hubungan yang baik antara bawahan dengan atasan bisa
membantu meningkatkan potensi kerja secara lebih baik dan
mempermudah jalinan komunikasi yang selaras di dalam ruang lingkup
perusahaan. Kerjasama dengan rekan kerja dapat juga membantu
kelancaran komunikasi saat akan maupun sesudah melakukan pekerjaan,
sehingga hasil pekerjaan dapat menjadi baik bahkan lebih baik. Pada
dasarnya apabila hubungan dengan rekan kerja dapat terbina dengan baik
maka akan memunculakan ide-ide atau gagasan yang lebih baik.
Sementara itu komunikasi vertikal yang efektif membawa manfaat
bagi pimpinan, eksekutif dan karyawan maupun untuk perusahaan.
Komunikasi dari atas ke bawah yang efektif akan menciptakan suasana
kerja yang kondusif serta kepuasan kerja bagi bawahan. Suasana kerja
yang kondusif tersebut dapat meningkatkan moral, motivasi dan efisiensi
kerja perusahaan. Sedangkan komunikasi dari bawah ke atas yang efektif
mempunyai banyak manfaat bagi atasan yang profesional. Di samping
laporan tertulis yang disampaikan bawahan secara periodik, atasan yang
profesional ingin mendengar komentar, pendapat, usul, keinginan, kesan
bahkan keluhan tentang berbagai macam hal secara jujur dan terbuka dari
bawahannya. Sebagai kelanjutannya mereka dapat mengambil keputusan
Pada bab ini penulis menyimpulkan hasil analisis data yang telah dilakukan serta pembahasan dan saran, berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Selain itu penulis juga akan memberikan penjelasan serta uraian dari faktor-faktor yang menyebabkan keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian.
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis pengujian hipotesis dan pembahasan mengenai lingkungan kerja psikis dan efektivitas komunikasi di PT. Madu Baru menurut persepsi karyawan maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan pada PT. Madu Baru menurut persepsi karyawan secara umum adalah sangat bagus. Hal ini ditunjukkan oleh 51 orang responden atau prosentase sebanyak 67,11 % yang memberikan persepsi dengan skor 80 – 100.
2. Kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan kerja pada PT. Madu Baru menurut persepsi karyawan secara umum adalah sangat bagus. Hal ini ditunjukkan oleh 64 orang responden atau prosentase sebanyak 84,21 % yang memberikan persepsi dengan skor 80 – 100.
3. Tingkat komunikasi pada PT. Madu Baru menurut persepsi karyawan secara umum adalah sangat efektif, yang ditunjukkan oleh 57 orang responden atau prosentase sebanyak 75 % yang memberikan persepsi dengan skor 80 – 100.
4. Terdapat hubungan antara lingkungan kerja psikis (hubungan antara atasan dengan bawahan dan hubungan antara karyawan dengan rekan kerja) dengan efektvitas komunikasi pada karyawan PT. Madu Baru yang diketahui dari rumus korelasi ganda Ryx1x2 = 0,681. Dan hubungan ini adalah hubungan positif. Dengan nilai F hitung sebasar 31,563 dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai F tabel = 3, 122. Artinya semakin bagus kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan dan antara karyawan dengan rekan kerja secara bersama-sama dalam perusahaan maka semakin efektif pula komunikasi. Sedangkan dari uji masing-masing variabel dengan menggunakan uji t, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara hubungan atasan dan bawahan dengan efektivitas komunikasi dan ada hubungan antara karyawan dan rekan kerja dengan efektivitas komunikasi. Dan hubungan itu adalah hubungan positif. Dengan nilai t hitung masing-masing variabel lebih besar dari t tabel.
B. Saran
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab V serta berdasarkan hasil pengamatan pada karyawan PT. Madu Baru
Yogyakarta, maka penulis mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan dipergunakan oleh perusahaan yaitu sebagai berikut :
1. Kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan yang dirasakan oleh karyawan PT. Madu Baru sudah bagus. Kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan menurut persepsi karyawan yang sudah bagus terdapat pada aspek kepercayaan, aspek pembuatan keputusan bersama, aspek pemberian dukungan serta aspek keterbukaan. Sedangkan kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan yang kurang bagus terdapat pada aspek perhatian atas tujuan berkinerja tinggi yakni pada poin peningkatan kinerja yang selalu diikuti peningkatan balas jasa. Solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah di atas adalah atasan hendaknya memberikan bonus atau hadiah khusus sebagai bentuk penghargaan terhadap peninigkatan prestasi kerja bawahan. Dengan demikian bawahan akan merasa dihargai, sehingga dengan sendirinya bawahan pasti berusaha untuk menigkatkan prestasi kerjanya. Hal ini tentunya juga akan meningkatkan kualitas hubungan antara atasan dengan bawahan.
2. Kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan kerja yang dirasakan oleh karyawan PT. Madu Baru sudah bagus. Kualitas hubungan yang sudah bagus terdapat pada aspek aspek kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, pemberian dukungan, keterbukaan, dan perhatian atas tujuan berkinerja tinggi. Sedangkan kualitas hubungan antara karyawan dengan rekan kerja yang kurang bagus masih terdapat pada aspek perhatian berkinerja tinggi yaitu pada poin pemberian kesempatan untuk
menyampaikan perdapat terhadap kebijakan organisasi yang diambil oleh atasan. Solusi yang diberikan untuk mengatasi kualitas hubungan yang masih kurang bagus adalah perusahaan dalam hal ini atasan harus mensosialisasikan dan menjelaskan kepada bawahan kebijakkan-kebijakkan yang telah dibuat, dengan menjelaskan alasan dan pertimbangan mengapa kebijakkan tersebut harus diambil secara transparan dan jelas. Dengan demikan bawahan akan lebih mudah memahaminya. Hal ini tentunya akan membuat bawahan merasa nyaman dan tentunya akan menjalankan kebijakan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.
3. Tingkat komunikasi vertikal yang dialami oleh karyawan PT. Madu Baru sudah baik yaitu pada tingkat komunikasi sangat efektif. Tingkat komunikasi yang efektif terdapat pada aspek cari kejelasan gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan, aspek teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi, aspek pertimbangkan keadaan fisik dan manusia keseluruhan kapan komunikasi akan dilakukan, aspek umpan balik, aspek perhatikan konsistensi komunikasi, aspek tindakan yang mendorong komunikasi, aspek ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilaksanakan, aspek perhatikan tekanan nada suara dan ekspresi, serta aspek jadilah pendengan yang baik. Sedangkan tingkat komunikasi vertikal yang kurang efektif terdapat pada aspek konsultasi dengan pihak-pihak lain yaitu pada poin pencarian informasi terhadap bawahan oleh atasan sebelum berkomunikasi dengan bawahan. Solusi yang diberikan untuk dapat
mengatasi masalah tersebut adalah atasan sebelum memberikan perintah atau tugas bawahan hendaknya memahami lebih dahulu keadaan fisik dan psikis bawahan. Informasi itu dapat diperoleh dengan bertanya kepada beberapa rekan kerja bawahan yang dimaksud, dan dapat juga melalui data diri dan prestasi bawahan yang terdapat pada perusahaan. Dengan demikian diharapkan pesan yang akan disampaikan akan mudah diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh bawahan.
4. Terbukti bahwa terdapat hubungan antara lingkungan kerja psikis (hubungan antara atasan dengan bawahan dan hubungan antara karyawan dengan rekan kerja) dengan efektivitas komunikasi vertikal berarti bahwa semakin bagus lingkungan kerja psikis maka semakin efektif komunikasi vertikal. Oleh karena itu, perusahaan hendaknya selalu memperhatikan lingkungan kerja psikis di dalam perusahaan sebab hal tersebut dapat meningkatkan efektivitas komunikasi vertial dalam perusahaan. Apabila semakin tinggi efektivitas komunikasi vertikal di dalam perusahaan maka kinerja perusahaan akan semakin baik.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penulis masih banyak menemui hambatan, kekurangan dan kelemahan, antara lain:
1. Terbatasnya pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam penelitian yang mungkin masih bisa lebih banyak lagi pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa bagus kualitas hubungan antara atasan dengan
bawahan dan hubungan antara karyawan dengan rekan kerja serta efektivitas komunikasi vertikal menurut persepsi karyawan PT. Madu Baru.
2. Pengambilan data yang dilakukan melalui kuesioner dalam penelitian ini membuka banyak kemungkinan bahwa informasi yang didapat tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa saja terjadi karena responden tidak semuanya dapat jujur menjawab pertanyaan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1979. Lingkungan Kerja dalam Perusahaan, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Anoraga, Pandji dan Sri Suyati. 1995. Psikologi Industri dan Sosial. Jakarta: Pustaka Jaya.
Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara
Effendy, Onong U. 1990. Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rodakarya.
Flippo, Edwin B. 1993. Manajemen Personalia. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Handoko, T. H. 1985. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty.
Handoko, T. H. 2000. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Penerbit BPFE UGM. Hasan, M. Iqbal. 2002. Metedologi Penelitian dan Amplikasinya. Jakarta: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Hassibuan, Melayu S. P. 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit CV Haji Masagung.
Jones, R. Gareth. 1996. Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kimes, D. 1988. Majalah Management Accounting
Mudjijah, S. 2003. Makalah: Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja.
www.hidayatullah.com
Mulyono H. dan G. Indriyo, 1998. Manajemen Bisnis Logistik. Yogyakarta: Penerbit BPFE UGM.
Nitisemito, As. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.