BAB IV ANALISIS DATA FOTO BIANGLALA XINJIANG DI
D. Analisis Data Foto 2
Dalam gambar data foto 2 dapat kita amati beberapa analogon yang berupa objek dari makna denotatif foto tersebut, antara lain:
66
Terdapat tiga orang, dua wanita setengah baya dan satu seorang anak laki-laki.
Salah seorang wanita berdiri dengan membawa piring yang berisi makanan.
Salah seorang wanita berdiri dengan menggunakan jilbab
Makna denotasi yang didapat dari beberapa analogon yang terdapat dalam data foto 2 dapat mengungkapkan, secara verbal dapat kita katakan dalam foto terdapat potret dengan menampilkan sesesorang wanita dengan membawa piring yang berisi makanan.
2. Makna konotasi
Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.
Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara lain:
1) Trick Effect
Memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan guna menyampaikan maksud fotografer dalam foto jurnalistik adalah hal yang dilarang, karena dapat mengubah realitas yang ada. Adapun pengolahan gambar dalam foto jurnalistik hanya diperbolehkan sebatas cropping untuk memperbaiki presisi, serta memperbaiki warna dengan mengatur tingkat kecerahan, kontras, dan keseimbangan warna.
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna menyampaikan maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini jelas merupakan hal
67
yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas. Walaupun sebuah foto jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100% atas realitas, artinya hasil foto apa yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan data foto 1, penulis tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick effect.
2) Pose
Pose dalam foto 2 terlihat pada tiga orang, wanita bersama anaknya sedang memegang sepiring makanan yang diberi wanita di depan rumahnya. Wanita tersebut berpenampilan berbeda, yang satu menggunakan jilbab dan yang satu lagi tidak. Sebagai pemahaman penulis. kedua wanita itu hidup dalam kelompok pluralisme. Namun, wanita menggunakan jilbab yaitu melambangkan suatu wanita muslim.
3) Object
POI (point of interest) pada foto 2 berada pada seorang wanita yang berdiri di depan pintu dan seorang ibu bersama anaknya sedang bertukar makanan atau bersilaturahmi. Selain objek utama yang terletak pada POI (point of interest), penulis juga menemukan objek lainnya yang masuk dalam
frame, dapat memberi tafsiran bahwa dua orang wanita yang berdiri bersebelahan, mereka tetanggan.
4) Photogenia
Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik pengambilannya. Meliputi lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto),
bluring (keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze (efek beku), angle (sudut pandang pengambilan objek).
Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak dalam data foto 2 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan
68
cahaya alami yaitu matahari (available light). Adanya perbedaan ketajaman objek pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background) mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang berarti pengaturan diafragma berada antara f/1,8 sampai f/4,1. Dengan posisi diafragma tersebut maka kecepatan rana (speed) untuk menghasilkan pencahayaan yang nampak dalam data foto 1 berkisar antara S: 1/60 sampai 1/100. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 200 sampai 400. Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan (dua wanita yang berdiri dan satu anak kecil) ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang dua wanita dan satu anak kecil. Melihat POI (point of interest) yang ada dalam foto memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle
fotografi disebut dengan eye level. Dengan penggunaan angle ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui, pemilihan angle
dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto.
5) Aestheticism
Format gambar dalam data foto 2 merupakan jenis foto framming, yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat, foto tersebut memperhatikan kaidah 1/3 (rule of third) dengan menempatkan POI (point of interest) di 1/3 bagian tengah foto. Ukuran POI (point of
interest) yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus
menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan framming yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan fotografer.
69
Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama (dua wanita dan satu anak kecil) yang terlihat sedang bersilaturahmi bertukar makanan.
6) Sintaxis
Sintaxis dalam foto jurnalistik biasanya dapat kita lihat lewat teks yang ada pada judul atau caption foto, namun ketika sebuah foto berdiri sendiri tanpa teks seperti pada data foto 2, bukan berarti tidak memiliki unsur sintaksis. Sebuah foto, terlebih foto jurnalistik, pada hakikatnya adalah medium penyampai pesan, dengan atau tanpa teks. Disini penulis menjelaskan unsur sintaksis pada data foto 2 dengan melihat elemen-elemen dalam foto yang dapat memberikan sebuah cerita dalam satu bingkai foto.
Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna konotasi dari foto tersebut adalah Menjaga silaturahmi antar tetangga merupakan hal yang di ajarkan oleh setiap agama. Silaturahmi adalah hubungan kerabat; berupa hubungan kasih-sayang, tolong-menolong, berbuat baik, menyampaikan hak dan kebaikan, serta menolak keburukan dari kerabat yaitu ahli waris. Hubungan dengan selain mereka tidak bisa disebut silaturahmi, karena tidak terpenuhi adanya ikatan kekerabatan.
3. Makna mitos
Jika kita seorang muslim, atau orang yang akrab berinteraksi dengan orang atau komunitas muslim, pastinya tidak mengherankan jika pernah mendengar hadits nabi yang menyebutkan bahwa silaturahmi bisa memperpanjang usia. Di samping dalil-dalil lainnya yang menekankan pentingnya silaturahmi, seperti tidak sempurna Islam seseorang yang memutus tali silaturahmi, anjuran bagi anak untuk menyambung hubungan yang telah dibangun orang tuanya, dan lain sebagainya.
70
Semua itu tentu saja sangat bagus ditinjau dari sudut pandang ilmu social, silaturahmi bisa menjadi tonggak ketahanan masyarakat yang sangat luar biasa kokohnya.
Bahwa dengan bersilaturahmi orang-orang akan senantiasa mengenang kita mengenang bahwa tadinya kita pernah ada dan sering mendatanginya. Ini, tentu saja bukan jawaban sebenarnya walau mungkin secara filosofi benar juga. Tapi yang kita harapkan bukanlah hanya kepanjangan umur seperti itu, karena itu yang panjang umur bukan kita, tapi orang-orang yang mengenang kita.