• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Fotografi

1. Pengertian Fotografi

Lahirnya fotografi tidak dapat dilepaskan dari peran fisikawan muslim, Ibnu Al-Haitham yang juga merupakan penemu dari lensa, yaitu benda yang terbuat dari kaca yang mampu membiaskan ataupun juga memfokuskan cahaya pada jarak tertentu.

Howard R Turner dalam bukunya “Science in Medieval Islam” menyebutkan bahwa Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah para sarjana muslim yang paling orisinil dan penting dalam sejarah Islam.9Dan tercatat dalam sejarah dunia, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham yang lahir di Basra, Persia (965-1039 M) sebagai bapak ilmu optik.

Berawal dari Ibnu Khaitam pada abad ke-10 Masehi yang sedang dalam pengembaraan, dia melihat bayangan yang terproyeksi dari lubang kecil ke dalam tendanya.Kejadian tersebut merupakan cikal-bakal lahirnya kamera obscura (kamar gelap) yang merupakan prototipe dari kamera yang kita kenal saat ini.

Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport (1991),

disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki bangsa Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi serupa dengan apa yang dialami oleh Ibnu Al-Khaitam tersebut.10

9 “Al-Kindi, Ibnu Sahl, Ibnu Al-Haitham : Tiga Ilmuwan Islam Pelopor Ilmu Optik”.

darihttp://hamba4wl.wordpress.com/2014/07/11/al-kindi-ibnu-sahl-ibnu-al-haitham-tiga-ilmuwan-islam-pelopor-ilmu-optik/Artikel diakses pada 10 Oktober 2014.

10Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”, dari

14

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan.11Secara harfiah fotografi terdiri dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu photos artinya cahaya, dan graphein yang artinya menulis atau melukis.Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).12

Fotografi umumnya dipandang sebagai suatu proses teknologi yang memungkinkan kita membekukan waktu, gerak atau peristiwa. Dengan bantuan bahan peka cahaya (film dan kertas) mengubahnya menjadi monochrome (hitam-putih) ataupun berwarna (dikertass atau bahan transparan), sebuah foto pada dasarnya adalah wujud suatu moment dari satu atau serangkaian gerak.13

Fotografi merupakan gabungan dari proses fisika dan kimia. Proses fisika terjadi ketika cahaya yang memantul dari objek melewati lensa dan terekam pada film yang peka cahaya. Proses kimia terjadi ketika gambar yang terekam di film

11Griand Giwanda, Panduan Praktis Belajar Fotografi, (Jakarta: Puspa Swara, 2001), h. 2

12 Superman, “Pengertian Fotografi”, dari http://www.forumkami.com/forum/forum-fotografi/3323-pengertian-fotografi.html artikel diakses pada 17 Oktober 2014

15

tersebut dimunculkan dengan larutan-larutan kimia tertentu.14 Fotografi juga merupakan suatu bentuk dari seni rupa, selain karena arti hafiahnya, yaitu melukis dengan cahaya, juga dalam proses perekaman momentum dalam satu bingkai (frame) terdapat suatu cita rasa estetis yang khas dan erat dengan nilai seni.

Henry Cartier-Bresson, seorang pelukis dan fotografer Prancis yang juga mendirikan Magnum Photo –agensi foto internasional. Pencetus teori yang terkenal dalam bidang fotografi, dessesive moment.Yaitu saat mata, hati dan pikiran melebur ketika menekan shutter kamera merekam sebuah gambar.Dalam hal ini selain penguasaan teknis operasional kamera secara jitu, dibutuhkan pula sentuhan nilai estetis saat menyusun komposisi yang baik untuk menghasilkan sebuah karya foto.

2. Sejarah Perkembangan Fotografi a. Sejarah Fotografi Dunia

Peristiwa masuknya cahaya ke lobang tenda fisikawan asal Irak Ibnu Al-Haitham, sehingga memproyeksikan bayangan ke dalamnya, menjadi inspirasi dan merupakan cikal-bakal lahirnya kamera obscura.Pada mulanya kamera benar-benar berupa kamar yang berukuran cukup besar dan kedap cahaya. Terdapat lubang kecil seukuran jarum atau dikenal dengan pin hole di tengahnya, berfungsi untuk masuknya cahaya sehingga terproyeksi pada dinding di sisi lainnya. Pada tahap ini gambar yang dihasilkan masih samar, karena itu kamera obscura kurang diminati. Biasanya penggunaan kamera ini

14Robi Irsyad, “Tentara Amerika Serikat dalam foto berita surat kabar nasional: Analisis semiotika foto berita tentang tenatara Ameriaka Serikat selama 21 hari pertama

16

hanya untuk mempermudah proses menggambar yang masih dilakukan secara manual.

Adalah pelukis maestro Leonardo da Vinci yang juga seorang ilmuan pada akhir abad ke-15, Ia menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal muasal kata "kamera" itu dan mulai menyempurnakannya.15Terdapat teknologi baru dalam kamera ciptaanya ini, yaitu penerapan sistem refleksi dan penggunaan lensa sederhana yang berfungsi untuk memproyeksikan cahaya.Cahaya yang masuk ke dalam kotak, dipantulkan oleh cemin ke kain tipis di atas permukaan kotak. Pada kamera temuan Da Vinci ini juga belum digunakan proses kimiawi, karena kamera ini hanyalah alat bantu bagi pelukis naturalis dan realis untuk membuat sketsa lukisan. Kain pada permukaan kotak (kamera) tersebut kemudian dilapisi kanvas.Dengan tehnik tersebut pelukis dapat membuat sketsa dengan lebih cepat dan akurasi yang baik, karena pelukis hanya tinggal mengikuti alur dari gambar yang terproyeksi pada kanvasnya.

Dari tangan seorang seniman, teknologi kamera kemudian dikembangkan kembali oleh fisikawan. Penemuan lensa pada tahun 1550 dan sistem cetak dengan proses kimiawi pada era 1826-1835 pun membawa teknologi fotografi sampai pada tahapan modern. Penyempurnaan kamera hingga sampai pada teknologi yang kita kenal saat ini melalui proses amat panjang.

Tercatat ada dua nama tokoh sentral sebagai Bapak fotografi modern, yaitu William Henry Fox Talbot (1800-1877) dari Inggris dengan proses negatif-positifyang diberi nama Proses “Calotype” atau “Talbotype” -yang kita kenal

17

sekarang dengan film.16 Serta Louis-Jacques Mande‟ Daguerre (1787-1851), seorang perancang panggung yang juga pelukis asal Perancis yang mengembangkan emulsi basahnya yang diberi nama proses “Daguerreotype”. Keduanya mendaftarkan royalti atas temuannya ini pada tahun yang sama, yaitu tahun 1839. Namun demikian, sejarah mencatat foto pemanen pertama di dunia bukanlah temuan Fox Talbot ataupun Louis Daguerre, melainkan ekperimen karya seorang veteran Perancis, Joseph Nicephore Niepce pada tahun 1826. Dia menggunakan kamera Obscura dan plat logam yang dilapisi aspal Bitumen Judea untuk memotret pemandangan dari jendela rumahnya yang memakan waktu mengekspos hingga delapan jam. Ia menamai proses temuannya dengan nama “Heliogravure”, dan karya fotonya “View from The Window at Le Gras” yang dinobatkan sebagai foto pertama di dunia tersebut, kini tersimpan di University of Texas, Austin, AS.17

Penggunaan emulsi kering menjadi lebih populer ketika ditemukanya gelatin, dan pada tahun 1887 film Seluloid yang berbahan dasar gelatin diperkenalkan.George Eastman dengan perusahaannya, Kodak-Eastman yang pertama kali memproduksi Roll Film dan kamera box praktis secara masal pada tahun 1888.Dengan kamera yang lebih praktis dan telah diproduksi masal, serta bentuknya yang mudah untuk dibawa (portable), perkembangan fotografi pun melesat cepat ke seluruh penjuru dunia dan menyebar keberbagai kalangan.Dan berkaitan dengan hal tersebut, Szarkowski, menyebut Eastman-lah arsitek utama dunia fotografi modern.

16 Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta:2007. h. 61

18

b. Sejarah Fotografi Indonesia

Pada mulanya, fotografi digunakan oleh para ilmuan dari negara-negara kolonial sebagai pelengkap data yang berfungsi untuk memberi gambaran visual secara jelas kehidupan masyarakat dari bangsa yang akan mereka jajah. Dengan gambaran visual, data tentang potensi dan kondisi geografis tanah jajahan terlihat lebih rinci.

Tercatat pada tahun 1841, Juriaan Munich seorang pegawai kesehatan Belanda mendapat perintah dari Kementrian Kolonial untuk berlayar ke Batavia dengan membawa daguerreotype, guna mengabadikan tanaman-tanaman serta mengumpulkan informasi mengenai kondisi alamnya.18

Dengan jalur kolonialisme fotografi sampai ke bumi Nusantara, bahkan hanya tiga tahun sejak ditemukannya teknologi kamera modern. Umur fotografi yang cukup tua di Indonesia tidak dibarengi dengan lahirnya fotografer lokal, selain saat itu kamera masih termasuk barang mewah, juga tentu saja karena Belanda hanya mempercayakan proses pemotretan pada ilmuan dari negaranya, serta fungsi fotografi yang masih berkaitan dengan kepentingan riset kolonialisasi.

Latar itulah yang menjelaskan mengapa selama 100 tahun (1841-1941) keberadaan fotografi di Indonesia, secara ekslusif hanya dikuasai oleh orang Eropa, sedikit orang Cina dan Jepang.19

Fotografer berdarah pribumi pertama yang tercatat dalam sejarah yaitu Kasian Cephas. Pria kelahiran Yogyakarta, 15 Februari 1844 ini adalah waraga pribumi yang diangkat sabagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk

18Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”.

19

dan Eta Philipina Kreeft, yang kemudian disekolahkan ke Belanda. Cephas kemudian dikenal dalam dunia fotografi sebagai fotografer Keraton Yogyakarta, tepatnya pada era kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuono ke-VII.Foto tertua Cephas yang ditemukan adalah karyanya yang dibuat pada tahun 1875.

Masuknya Jepang pada tahun 1942 merupakan babak baru dalam sejarah fotografi di Indonesia.Jepang yang menduduki Kantor Berita Antara dan mengganti namanya menjadi Domei, melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk memperkuat kebutuhan propaganda. Kemudian muncul nama Alex Mendur dan adiknya Frans Mendur. Lewat Mendur bersaudara inilah fotografi Indonesia berkembang pesat.Keputusan mereka untuk independen dan tetap setia mengawal kemerdekaan dengan karya fotonya, memposisikan fotografer pribumi sejajar dengan bangsa lainnya.

c. Perkembangan Dunia Fotografi

Fotografi pada perkembangannya lebih lanjut bukan hanya sekedar pelengkap data analisis para antropolog, tetapi jauh berkembang terutama sebagai sebuah karya seni.Pengaruh pakem estetis dari senirupa berperan besar pada masa ini. Setelah mendapat tempat dalam ruang seni, fotografi semakin popular, penggunaannya pun merambah ke berbagai bidang dan melahirkan beberapa aliran: dari seni murni (fine art), komersial, hingga jurnalistik.

Penggunaan foto dalam bidang komersial sebagai pengenal produk pasca revolusi industri serta sebagai mata dunia dalam bidang jurnalisme, menyebabkan foto dicetak secara massal dan menjadi konsumsi publik dalam

20

poster, banner dan surat kabar yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, pada tahap ini fotografi mulai masuk dalam salah satu bentuk komunikasi masa. Makna yang terkandung dalam sebuah foto dapat mengandung unsur propaganda dan kampanye suatu pesan tertentu, serta produksinya secara massal membuat fotografi mendapat perhatian khusus dalam kajian komunikasi masa. Sifat foto yang statis membuatnya dapat dilihat berulang-ulang, tidak seperti video yang dinamis dan sepintas-lalu, sehingga sebuah foto dapat menampilkan gambar dengan lebih detail dan menimbulkan efek seperti yang disebutkan Jean Boudillard (1988) sebagai sebagai hyper-reality, yaitu apa yang ditampilkan dalam media terlihat jauh lebih dramatis, yang dianalogikan dengan jarum bahkan dapat terlihat bagai pedang dalam media masa.

d. Aliran dalam Fotografi

Aliran dalam hal ini bukanlah penganut faham tertentu, melainkan menilik fotografi dari ragam dan karakternya, serta penggunaan dari foto tersebut diperuntukkan. Dilihat dari jenis-jenis foto yang berkembang, terdapat karakter menonjol dan khas yang dapat terpantau secara kasat mata serta membedakan jenis foto tertentu dengan jenis lainnya, hal ini dikarenakan oleh kayanya ragam dalam kajian seni visual yang telah diawali oleh kaka kandung fotografi, yaitu seni lukis.

Terdapat beberapa aliran dalam fotografi, antara lain:

1) Fine Art Photography

Fine art dikenal juga dengan aliran fotografi seni murni.karena merupakan sebuah karya seni, maka tak ada pekem, plot, ataupun aturan baku dalam

21

aliran ini. Perkembangannya mengikuti arus perubahan budaya seni yang sedang berkembang. Jika dilihat dari subjek fotonya pun beragam dan tak terbatas, nilainya sangat erat dengan subjetifitas sang fotografer.

2) Landscape Photography

Landscape photography merupakan salah satu aliran foto yang paling popular.Ragam foto yang menampilkan keindahan alam ini banyak diminati, karena foto pemandangan alam (landscape) mudah dicerna dan dinikmati oleh berbagai kalangan.

3) Portraiture Photography

Foto portraiture menampilkan manusia sebagai subjek utamanya.Poin utama dari aliran foto ini adalah kemampuannya untuk menggambarkan karakter seseorang dalam sebuah gambar. Terkadang foto portaiture tampil dengan natural, namun karakter tokoh utamanya tetap nampak secara jelas.

4) Comercial Photography

Foto komersial ini adalah jenis aliran foto yang memang mengkhususkan diri pada kebutuhan periklanan. Ragam fotonya dari display sampel produk hingga visualisasi citra produk tersebut (brand image).

5) Still-Live Photography

Still live photo adalah aliran fotografi yang secara khas memotret benda-benda mati. Walaupun subjek fotonya adalah benda-benda mati, namun foto-foto yang dihasilkan terkesan hidup, karena benda-benda tersebut seakan memiliki sifat dan karakter yang dibentuk oleh fotografernya.

22

Bisa dikatakan foto dokumenter adalah cikal-bakal dari fotografi itu sendiri.Fungsinya sebagai pencatat dan saksi visual kehidupan dan budaya suatu masyarakat, sudah dimulai sejak fotografi bersama para ilmuan dunia berlayar mengelilingi permukaan bumi.

7) Wild-life Photography

Hampir serupa dengan foto dokumenter, namun yang direkam bukan tentang kebudayaan masyarakat tertentu, melainkan kehidupan binatang liar di habitat aslinya.

8) Jurnalism Photography

Unsur dasar dari foto jurnalistik adalah nilai berita yang mutlak terkandung di dalamnya. Foto juga harus memuat informasi 5W+H, yaitu:

what, who, when, where, way + how; asupan informasi yang harus dipenuhi sehingga dapat dikategorikan sebagai sebuah berita. Foto berita biasanya dilengkapi pula oleh caption / keterangan foto.

9) Street Photography

Street photography adalah aliran foto yang berkembang seiring dengan pertumbuhan budaya akibat arus urbanisasi (urban culture). Foto-fotonya sangat khas, baik dari segi display maupun subjek dari foto itu sendiri sangat kental dengan budaya urban.

3. Foto Jurnalistik

Awal mula fotografi masuk dalam halaman surat kabar adalah sejak Mathew Brady membuat gambar realis yang melukiskan suasana perang, gambar tersebut ternyata menarik perhatian para pembaca suratkabar sekaligus

23

membangun kesan tentang suatu peristiwa.20 Ini adalah awalan penggunaan gambar dalam jurnalistik dan berawal dari pemakaian lukisan dalam media. Kemudian pada 16 April 1877, The Daily Graphic adalah suratkabar pertama yang memuat gambar (foto) sebagai berita,foto tentang sebuah peristiwa kebakaran.21

Pada tahun 1937-1950, terbit majalah Life di Amerika Serikat, Majalah tersebut menghadirkan foto dalam porsi yang lebih besar dari pada tulisan dalam penyajian beritanya.Wilson Hicks merupakan pelopor fotojurnalis yang juga adalah editor foto majalah tersebut membuat kehadiran fotografi sebagai salah satu elemen berita, berkembang semakin pesat. Pada tahap ini foto jurnalistik telah hadir dengan derajat yang sama dengan tulisan, karena kehadirannya telah menjadi elemen berita itu sendiri, bukan hanya sebagai unsur pelengkap semata.

Setelah foto memenuhi setiap halaman pada surat kabar, kehadira foto jurnalistik pun mendapat perhatian dari banyak pakar Ilmu Komunikasi. Sifatnya yang statis dan mampu membekukan suatu peristiwa, bahkan yang terjadi dalam durasi hanya sekejap, membuat foto dapat dilihat berulang-ulang, tidak seperti video yang dinamis dan sepintas-lalu, sehingga sebuah foto dapat menampilkan gambar dengan lebih detail dari sebuah peristiwa. Oleh karenanya foto dapat dengan mudah dicerna berbagai kalangan dan menyebabkan efek psikologis secara langsung terhadap pembaca surat kabar.

Ada sebuah jargon klasik dalam dunia jurnalisme yang mengatakan “bad news is a good news”. Tak pelak pemberitaan pun terjebak dalam peristiwa -peristiwa yang merupakan bencana, baik adalah bencana alam yang memakan

20Drs. Asep Saeful Muhtadi, M.A, Jurnaslitik (Pendekatan Teori dan Praktek), Logos Wacana Ilmu, Jakarta:1999, h. 100

21Artikel “Sejarah Fotografi By: Arbain Rambey”, dari http://www.berilmu.com/photography1.php. Artikel diakses pada 10 Oktober 2014

24

banyak korban, maupun bencana kemanusiaan yang menumpahkan banyak darah, seperti: krisis pangan maupun perang sipil berkepanjangan yang melanda hampir seluruh Benua Afrika dan juga sebagian wilayah Timur Tengah.

Satu bingkai foto hasil dari jendela bidik kamera yang sempit, justru dapat menampilkan hal kecil menjadi jauh lebih besar, seperti yang disebutkan oleh ahli komunikasi penganut mazhab kritis, Jean Boudillard sebagai hyper-reality, yaitu apa yang ditampilkan dalam media terlihat jauh lebih dramatis. Ditakutkan hal ini dapat berakibat pada kondisi emosional dan membangun persepsi yang berlebihan bahkan menyimpang dari penerima pesan media masa, seperti hasil penelitian yang dilakukan pada pecandu televisi oleh pencetus teori kultivasi George Garbner, yang menemukan bahwa tayangan kekerasan dan unsur sensual dapat berpengaruh pada kondisi psikologis pemirsanya. Oleh karena itu, seluruh tayangan media masa termasuk foto jurnalistik untuk mengikuti haluan penyiaran yang terumus dalam kode etik jurnalistik.Ada batasan-batasan tertentu dalam penayangan berita tergantung hukum yang berlaku pada suatu negara serta segmentasi dari pengkonsumsi paket berita tersebut.

Dan menurut Wilson Hicks foto jurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Jika dilihat dari fungsi foto jurnalistik menurut Edwin Emery, antara lain adalah untuk menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade) dan menghibur (to intertaint).22

Foto jurnalistik adalah bagian dari komunikasi massa, adapun yang membedakan sebuah foto sehingga dapat dikategorikan sebagai foto jurnalistik,

22 Drs. Asep Saeful Muhtadi M.A, Jurnalistik (Pendekatan Teori dan Praktek), Logos Wacana Ilmu, cet II, Jakarta:1995, h. 102

25

yaitu foto jurnalistik di dalamnya mengandung unsur-unsur berita, serta mencantumkanketerangan foto yang mengandung informasi 5W+H, selain itu juga dapat dilihat dari karakter fotonya yang berbeda dengan foto lainnya. Frank. P. Hoy “Photojournalism The Visual Approach” menyebutkan ada delapan karakter foto jurnalistik:23

a) Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto. Komunikasi yang dilakukan akan mengeksprisikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi. b) Medium foto jurnalistik adalah media koran atau majalah, dan media kabel

atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire services). c) Kegiatan foto jurnalistik adalah melaporkan berita.

d) Foto jurnalistik adalah panduan dari foto dan teks.

e) Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus pembaca foto jurnalisitik.

f) Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

g) Foto jurnalistik merupakan hasil kerja editor foto.

h) Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).

Foto jurnalistik merupakan salah satu unsur pemberitaan, oleh karena itu harus juga memenuhi nilai berita, yang antara lain:

26

 aktual,

 kejadian luar biasa,  peristiwa penting,

 mengandung unsur ketokohan,

 memiliki kedekatan dengan pembaca,  berkaitan tentang kemanusiaan,  bersifat universal.

World Press Photo, organisasi foto jurnalis yang kerap menjadi acuan para fotografer dunia mengkategorikan beberapa foto berita, antara lain24:

a) Spot Photo

Foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal. Misalnya foto kebakaran, kecelakaan dan sebagainya. Foto jenis ini harus segera disiarkan karena merupakan sesuatu yang up to date.

b) General News Photo

Adalah foto yang yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu : politik, ekonomi dan humor.

c) People in The News Photo

Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita, yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.

d) Daily Life Photo

Adalah foto yang tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).

24 Audy Mirza Alwi. Foto Jurnalistik. h.8-9.

27 e) Portrait

Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang

dimiliki atau kekhasan lainnya.

f) Sport Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olah raga.

g) Science and Technology Photo

Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

h) Art and Culture Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.

i) Social and Environment

Adalah foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pemberitaan serta penyajiannya, foto berita terbagi menjadi dua, yaitu: foto tunggal (single photo), dan foto seri (storie photo).

1) Foto Tunggal

Adalah foto yang memiliki informasi cukup lengkap dan lugas secara

Dokumen terkait