• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA FOTO BIANGLALA XINJIANG DI

F. Analisis Data Foto 3

Dalam gambar data foto ketiga dapat amati beberapa analogon yang berbentu objek dari makna denotatif foto tersebut, antara lain:

71

 Tenda pengungsian besar berwarna putih.

 Sinar matahari sumber pencahayaan pada foto.

 Terdapat sembilan orang yang sedang berada di luar tenda.

 Dua orang memakai seragam tentara.

2. Makna Konotasi

Tugas tentara sangat lah mulia, tidak hanya di medan peperangan saja. Melainkan membantu rakyat ketika sedang terkena musibah bencana alam.

Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.

Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara lain:

1) Trick Effect

Memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan guna menyampaikan maksud si fotografer dalam foto jurnalistik adalah hal yang dilarang, karena dapat mengubah realitas yang ada. Adapun pengolahan gambar dalam foto jurnalistik hanya diperbolehkan sebatas cropping untuk memperbaiki presisi, serta memperbaiki warna dengan mengatur tingkat kecerahan, kontras, dan keseimbangan warna.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna menyampaikan maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini jelas merupakan hal yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas. Walaupun sebuah foto

72

jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100% atas realitas, artinya hasil foto apa yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan data foto 1, penulis tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick effect.

2) Pose

Pose dalam foto 3 terlihat kumpulan orang yang berdiri dan duduk di depan tenda pengungsian, dua dari mereka memakai pakaian dinas tentara dan terdapat pula seorang bapak-bapak lanjut usia yang sedang memangku cucunya dengan menggunakan peci (kopiah). Sebagai pemahaman penulis, kumpulan orang tersebut sedang mengungsi. Namun, bapak-bapak yang sedang memangku cucunya menggunakan peci (kopiah) yaitu melambangkan seorang muslim.

3) Object

POI (point of interest) pada foto 3 terlihat kumpulan orang yang berdiri dan duduk di depan tenda pengungsian, dua orang yang berdiri menggunakan pakaian dinas merupakan seorang tentara yang sedang menjaga tenda pengungsian dan sebagian yang sedang duduk merupakan seorang pengungsi. Selain objek utama yang terletak pada POI (point of interest), penulis juga menemukan objek lainnya yang masuk dalam frame, dapat memberi tafsiran bahwa seorang pengungsi yang sedang dijaga oleh tentara setempat.

4) Photogenia

Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik pengambilannya. Meliputi lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto),

bluring (keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze (efek beku), angle (sudut pandang pengambilan objek).

73

Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak dalam data foto 3 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan cahaya alami yaitu matahari (available light). Adanya perbedaan ketajaman objek pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background) mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang berarti pengaturan diafragma berada antara f/3,8 sampai f/6,1. Dengan posisi diafragma tersebut maka kecepatan rana (speed) untuk menghasilkan pencahayaan yang nampak dalam data foto 3 berkisar antara S: 1/100 sampai 1/200. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 100 sampai 200. Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan (kumpulan orang sedang berada di depan tenda pengungsian) ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang kumpulan para pengungsi. Melihat POI (point of interest) yang ada dalam foto memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle

fotografi disebut dengan eye level. Dengan penggunaan angle ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui, pemilihan angle

dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto.

5) Aestheticism

Format gambar dalam data foto 3 merupakan jenis foto human interest, yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat, foto tersebut memperhatikan kaidah 1/3 (rule of third) dengan menempatkan POI (point of interest) di 1/3 bagian tengah foto. Ukuran POI (point of

74

menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan human interest yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan fotografer. Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama (kumpulan orang sedang berada di depan tenda pengungsian) yang terlihat sedang dijaga oleh tentara setempat.

6) Sintaxis

Sintaxis dalam foto jurnalistik biasanya dapat kita lihat lewat teks yang ada pada judul atau caption foto, namun ketika sebuah foto berdiri sendiri tanpa teks seperti pada data foto 3, bukan berarti tidak memiliki unsur sintaksis. Sebuah foto, terlebih foto jurnalistik, pada hakikatnya adalah medium penyampai pesan, dengan atau tanpa teks. Disini penulis menjelaskan unsur sintaksis pada data foto 3 dengan melihat elemen-elemen dalam foto yang dapat memberikan sebuah cerita dalam satu bingkai foto.

Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna konotasi dari foto tersebut adalah tentara merupakan salah satu tugas negara untuk menjaga negara dan memberikan pertolongan dikala terjadi bencana. tugas tentara sangat mulia, tidak memandang suatu umat ataupun kaum. Melainkan membantu rakyat ketika sedang terkena musibah bencana alam. Tentara merupakan nama sebuah pekerjaan, sebagaimana halnya petani, nelayan, sopir dan lain-lain. Namun hal yang membuat tentara berbeda dengan pekerjaan lainnya adalah karena tentara tidak hanya mementingkan diri sendiri dan keluarganya saja.

4. Makna mitos

Sejarah tentara berbalut banyak kisah perlawanan dan perebutan untuk memperoleh kebebasan. Tapi tentara bukan sekedar itu, kekuatan melindungi nyatanya telah bersanding dengan keinginan untuk berbisnis. Niat menjaga keamanan

75

bisa diterjemahkan sebagai operasi menangkapi para aktivis. Kisah masa lalu menggoreskan luka pedih bagaimana tentara seringkali memusuhi rakyatnya sendiri. Semangat demokrasi dan penghargaan atas nilai kemanusiaan merupakan watak yang dituntut untuk dimiliki tentara. Buku ini menjawab sebuah pertanyaan dasar, di mana sesungguhnya tempat bagi kuasa tentara, di depan rakyat dan negara.

Dokumen terkait