• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Analisis Data Hasil Wawancara

Dalam penelitian ini, wawacara digunakan sebagai metode bantu dalam pengumpulan data. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk triangulasi data, yaitu untuk memeriksa kebenaran analisis data tes dan untuk mngetahui faktor-faktor penyebab dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal tes.

Berdasarkan tabel 4.4 dipilih 2 siswa mewakili masing-masing kesalahan yang akan menjadi subjek wawancara yaitu A7, A13, B2, B3, B5, B6, B8, dan B11.

Keterangan : P adalah peneliti dan S adalah siswa yang diwawancarai. Petikan wawancara dengan subjek B3

P : menurut kamu soal ulangan kemarin bagaimana?

S : menurut saya susah, hanya yang nomor 1a sama 1b yang saya bisa P : susahnya kenapa sih dek kalau boleh tahu?

S : susah nentuin bangunnya, terus ngitungnya itu juga susah kak. Gak bisa ngitung aku kak. Nyari panjangnya itu lho kak yang susah, masih bingung.

a. Soal nomor 1a

P : menurut kamu, jawaban kamu ini udah benar belum? S : bener kok ini

P : coba diperhatikan lagi, ada yang kurang gak dek? S : CB bisa gak ya?

P : CB rusuk bukan? S : iya kak

P : CB memotong AB gak? S : iya juga kak

P : itu sebenarnya kamu sudah tulis tapi dihapus, kenapa dihapus dek?

S : abis gak yakin kak, soalnya bingung kak memotong sama bersilangan. Ini jadi memotong atau bersilangan itu bingung kak.

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena siswa tidak yakin/ragu-ragu.

b. Soal nomor 1b

P : kalau yang ini, kok kamu jawab ini kenapa dek?

S : ya kalau bersilangan gini kak (menunjukan jarinya yang membentuk tanda X). Kalau diperpanjang bisa nyilang lah.

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena siswa membuat definisi sendiri maksud dari istilah garis yang saling bersilangan.

c. Soal nomor 1c

P : kamu dapat √ dari mana dek?

S : AB-nya kan 8. Kan ini diagonal kak jadi √ P : kalau ini kamu tulis 6, lalu?

S : eh iya ada 6-nya ya kak, gak lihat aku kak. Kan biasanya persegi kak jadi ya sudah √

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena tidak teliti saat mengerjakan soal tersebut. Siswa terbiasa dengan soal yang memiliki alas persegi, sehingga ia langsung menganggap alas limas tersebut juga persegi.

d. Soal nomor 1d

P : kalau yang gambar ini maksudnya gimana dek?

S : kan O ke TAD, ya itu O-nya ini kan diproyeksi ke D kak. Bangunnya jadi gini, dipindahin gitu kak. O-nya kayaknya di sini. P : terus gimana dek?

S : gak tahu ini kak. Gak bisa ngerjain. Sudah mentok. Nentuin ininya masih bingung kak.

P : maksudnya tadi yang tentang proyeksi gimana dek?

S : O-nya itu jadi, titiknya itu jadi ke sini (menunjuk titik D). Terus diambil bangunnya itu, segitiga TAD kak.

P : maksud kamu tadi hasil proyeksi O ke TAD itu titik D? S : iya kak. Kan jadi ada segitiga TAD.

P : lalu menurut kamu jarak yang dimaksud soal yang mana?

S : ya tinggi segitiga TAD itu kak. Kan biasanya nanti kita cari tingginya itu kak.

P : kamu inget gak kalau proyeksi itu harus gimana? S : harus tegak lurus kak.

P : kalau OD tegak lurus TAD gak? S : tidak.

P : harusny hasil proyeksi O ke TAD dimana? S : di tengah-tengah itu kak (menunjuk TP) P : kok kamu bisa bilang di tengah dek?

S : karena biasanya di tengah kak. Jadi bukan D kak?

P : bukan dek. Nah ini kenapa kamu mencari panjang TP dek? S : kirain yang dicari tuh TP-nya kak. Udah sampai sini, kirain udah berhenti.

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena siswa hanya menghapal cara yang biasa digunakan saat latihan tanpa tahu tujuan menggunakan cara tersebut. Pada latihan di kelas sebelumnya, guru banyak memberi latihan soal mencari tinggi segitiga sama sisi dan segitiga sama kaki. Jadi siswa berpendapat bahwa setiap soal yang terdapat bentuk segitiga maka tingginyalah yang merupakan jawabannya. Selain itu juga karena siswa belum paham dengan konsep jarak titik terhadap bidang.

e. Soal nomor 2a

P : coba ceritain dek gimana cara kamu mengerjakan yang ini? S : itu kayak tadi kayaknya kak. Kan P-nya ini ke A, jadinya aku ambil bangun AEP.

P : terus kalau 3 ini dari mana dek?

S : gak tahu kak. Ini asal-asalan kak, bingung cara carinya. Aku gak tahu jadi 6 aku bagi 2 aja gitu.

P : kalau kubus rusuknya gimana dek? Sama atau beda? S : sama kak

P : kalau EA itu 6cm, EH berapa? S : 6 kak P : kalau EF? S : 6 P : EG? S : √ P : kalau EP? S : √ kak, lho?

P : nah itu kamu bilang √ , kok ini 3 dek, jadi gimana?

S : kemarin itu setengahnya 6 kak. Kok bisa salah ya kak kemarin itu? hehehe

P : kalau menurut kamu, segitiga AEP itu segitiga apa? S : segitiga sembarang?

P : kalau dari sudutnya, itu segitiga tumpul, siku-siku, atau lancip sih dek?

S : tumpul kak, kan dia miring gitu kak (menuntuk segitiga AEP pada lembar jawabannya)

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena siswa asal dalam memberi jawaban. Selain itu, siswa juga masih memandang bangun ruang sebagai bangun datar.

f. Soal nomor 2b

P : kalau dilihat dari pekerjaanmu, kamu pakai teorema pythagoras ya? PD itu sisi apa sih emangnya dek?

S : sisi tegak

P : berarti kamu anggap sudut D itu siku-siku kah? S : iya kak. Aduh bingung kak nentuin segitiganya.

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena siswa terbiasa mengerjakan soal dengan menggunakan teorema pythagoras sehingga ia membuat gambar supaya teorema pythagoras tetap dapat digunakan. Segitiga yang seharusnya sama kaki, siswa bayangkan merupakan segitiga siku-siku agar dapat menggunakan teorema pythagoras.

g. Soal nomor 2c

P : cara kamu mengerjakan nomor ini gimana dek?

S : B-nya diproyeksikan to kak, terus ya sudah itu yang dicari P : jadinya di mana dek?

S : ini susah sumpah kak. Hehe. B-nya nanti jadi di sini bukan? Ah pokoknya ini bangunnya aneh kak. Titik B ke AFC, jadinya bingung kak. Tadinya mau ke tengah sini, tapi gak yakin.

P : gak yakin gimana dek?

S : nentuin bangunnya juga bingung kak. P : ini kan kamu mencari panjang FO, kamu...

S : itu gak tahu kak, aneh kak. Itu cuma ngasal aku. Jadi biasanya nyari tinggi itu kan kak, ya udah deh

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena siswa tidak punya ide untuk menyelesaikan soal, sehingga siswa hanya menuliskan kebiasaan pada saat latihan soal, yaitu ketika ada sebuah segitiga maka akan mencari panjang tinggi segitiga tersebut. Selain itu siswa memandang bangun ruang sebagai bangun datar sehingga ia menganggap bangunnya aneh dan bingung untuk melanjutkan pekerjaannya.

h. Soal nomor 3a

P : maksud gambar kamu yang ini gimana ya dek? Coba ceritain dong

S : kak belum pernah latihan kan kak. Kalau biasanya kan P ke bidang yang ini (menunjuk bidang alas), tapi ini PL ke..itu kak, bingung aku kak.

P : kalau ini kan kamu gambar segitiga PLO‟, itu gimana dek? S : itu ini (menunjuk PL) kan diproyeksikan jadi O ini kak. Terus bingung kak.

P : yah kok bingung dek S : Lupa kak.

P : coba diingat-ingat lagi dek

S : harusnya di tengah sini. Terus aku ambil bangun yang ini, PO‟L. Aduh bingung kak, lupa semua.

P : ya sudah, coba kalau O‟L ini dulu dek. Kamu digambar tulis PL itu √ . Kemudian kok ini 4 dek, dari mana ya?

S : oh itu harusnya √ ding kak. P : ini kamu gak teliti atau gimana dek? S : gak teliti dan gak mudeng kak. Hehehe P : terus kamu cari X? Ini kok bisa √ ?

S : kan biasanya di tengah gitu kak. Jadi ya gitu kak. Nentuin segitiganya bingung kak.

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa terjadi karena siswa hanya menghapal latihan-latihan soal yang diberikan di kelas tanpa paham tujuan setiap prosesnya. Menurut siswa, langkah pertama untuk mengerjakan setiap soal adalah mencari segitiga terlebih dahulu, kemudian mencari panjang tinggi segitiga itu.

i. Soal nomor 3b

P : menurut kamu sudut yang dimaksud soal itu yang ini (sudut K.R) kah dek?

S : iya kak.

P : sampingnya yang mana dek?

S : sampingnya yang ini (menunjuk K.) P : miringnya?

S : yang ini (menunjuk KR)

P : menurut kamu sudut ini lancip, siku-siku, atau tumpul? S : tumpul kak

P : kalau sisi samping itu yang di sebelah mana sih emangnya dek? S : ya di kirinya kak biasanya, kalau miring ya yang miring gitu. P : kalau KR, kan itu ada 2 titik, ada titik K dan R. Nah kalau K diproyeksikan di bidang alas hasilnya?

S : K‟

P : itu di mana dek? S : eee, yang mana ya?

P : kalau R diproyeksikan ke bidang alas, hasilnya? S : R‟

P : di mana tuh dek R‟-nya?

S : eee, ini (menunjuk titik L) bukan kak?

P : kalau aku gambar segitiga gini (segitiga tumpul sembarang), ini sudut , cos ?

S : samping (menunjuk sisi di kiri sudut)/miring (menunjuk sisi yang terlihat miring bagi siswa)

P : berarti ini bisa dicari ya dek? S : bisa lah kak

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa terjadi karena siswa hanya menghapal latihan-latihan soal yang diberikan di kelas tanpa paham dari mana setiap prosesnya. Menurut siswa, sisi samping itu sisi yang di sebelah kiri sudut yang di maksud. Siswa pun menganggap rumus tersebut dapat digunakan pada semua segitiga. Cara belajar siswa pun ternyata hanya menghapal cara dan

ucapan setiap latihan soal yang pernah dikerjakan tanpa tahu artinya, seperti hasil proyeksi K itu adalah K‟ tetapi siswa tidak tahu K‟ itu yang mana, sisi samping itu sisi yang di sebelah kiri sudut, atau sisi miring adalah sisi yang terlihat miring.

j. Soal nomor 3c

P : menurut kamu sudut yang dimaksud soal tuh yang mana sih dek? S : yang Q, itu sudut KQS kak.

P : terus KP-nya gimana dek?

S : gak ada kak, aku ambilnya segitiga KQS itu kak.

P : kan yang ditanya sinus sudut antara KP dengan KQS. Kok kamu bisa langsung menentukan sudutnya itu yang Q ya dek?

S : gak tahu kak, bingung kak. Emang harus ada KP-nya ya kak? Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena siswa menganggap segitiga yang dimaksud adalah segitiga KQS dan langsung menentukan sudut Q yang akan dicari nilai sinusnya. Selanjutnya penyebab kesalahan yang terjadi sama persis dengan soal nomor 3b, yaitu salah dalam menentukan sisi depan dan miringnya. Selain itu siswa tidak paham sama sekali dengan konsep sudut antara sisi dengan bidang.

P : sepertinya saat di kelas kamu kayaknya bisa menjawab kalau ditanya, kok saat ulangan bingung dek? Apakah menurutmu beda kah dengan yang diajarkan di kelas?

S : beda dikit sih kak. Tapi ya itu masalahnya kak, kalau diubah hurufnya, diubah angkanya udah gak bingung kak. Kalau gak dibahas terus lupa kak.

P : memang menurutmu yang bikin susah tuh apa sih dek?

S : nentuin itunya (bidang yang dimaksud soal) kak. Emang kalau matematika aku susah nangkepnya kak

P : setelah tadi aku jelasin tadi, paham gak dek?

S : paham kak, tapi nanti kalau di ulang lagi, lupa lagi kak. P : kenapa? kok bisa dek?

S : gak tahu kak. Hehehe.

P : apakah kamu memang punya kendala susah mengingat kah dek? S : gampang sih, tapi kalau matematika, kalau sudah beda angka, beda gambar itu kak.

P : kamu yang susah itu hanya matematika kah? Atau misalnya ekonomi, angkanya kan juga sering diganti-ganti dek?

S : ya lumayan sih kak. Tapi kan enak. Kalau matematika dari dulu tuh sumpah kak, susah nangkepnya.

P : atau karena gurunya kah dek? S : kalau guru sih senang semua kak.

P : kalau fisika dek? Kemarin kan tentang alat optik, ada hitung- hitungannya juga kan, itu gimana dek?

S : ya lumayan kak. Tapi kalau matematika itu susah banget kak. Pokoknya kalau matematika itu aneh kak. Dari dulu gak bisa kak.

S : dulu di SD bisa, udah SMP udah gak bisa P : pas di SMP ada apa dek

S : gak tahu kak, sumpah aneh kak. Kalau diulang lagi pasti lupa kak, udah gitu kalau matematika itu aneh kak.

Berdasarkan petikan wawancara di atas diketahui bahwa ternyata siswa kurang memiliki minat dalam pelajaran matematika, yang menyebabkan ia susah memahami pelajaran matematika dan susah untuk mengingatnya.

Transkrip wawancara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Hasil ringkasan wawancara siswa yang melakukan kesalahan disajikan dalam tabel berikut

Tabel 4.5 Analisis Wawancara Siswa

Subjek No

Soal Kutipan Wawancara Analisis Wawancara

A7 1a Kesalahan dalam memilih prosedur/langkah pekerjaan

untuk menyelesaikan soal

P : nomor 1a, manakah rusuk yang memotong AB. Nah maksud kamu menulis ini untuk jawaban no 1a apa dek?

S : karena aku cuma tahu cara itu kak, aku gak tahu. Aku gak ngerti kak.

P : memang ini cara apa dek?

S : gak tahu. Apa sih itu? Itu pas kapan ya? Pas ada di soal kan, terus Mentari ajarin aku gitu. Terus aku cuma inget itu. Ya sudah aku coba. Aku tuh coba-coba gitu lho. Aku kan pernah liat soal kan.

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena melakukan kesalahan tersebut karena siswa hanya menuliskan rumus yang ia pernah ingat tanpa mengetahui apakah rumus tersebut cocok untuk menyelesaikan soal tersebut. Hal tersebut terjadi karena siswa tidak memahami penerapan rumus yang pernah dipelajarinya tersebut dan hanya menghapal.

Subjek No

Soal Kutipan Wawancara Analisis Wawancara

Aku belajar sama Mentari, terus kebetulan limas juga. Terus aku inget-inget ini gimana sih caranya. Ngeblank kan udahan. Ya udah aku coba. Yang aku inget kak, tapi aku gak tahu itu nyambung atau gak. P : berarti kamu seingetnya ada rumus ya sudah ditulis deh

S : iya kak. Jadi kalau misalnya di power point ada soal, terus dibahas aku ngerti. Tapi nanti kalau ganti soal, hurufnya diganti, angkanya diganti, aku bingung kak. Aku gak bisa ngerjainnya.

1b Kesalahan dalam meahami konsep dalam geometri

P : gimana sih proses kamu menjawab soal ini?

S : ya aku lihat aja kak yang mana yang bersilangan gini kak (menuliskan bentuk cross)

Setelah peneliti mencoba menjelaskan yang dimaksud garis yang saling

bersilangan dengan

menggunakan 2 buah pensil dan siswa sudah tahu perbedaan bersilangan dengan berpotongan, maka peneliti mencoba bertanya lagi jawaban untuk soal ini pada siswa. Namun siswa mengatakan “aaahh bingung. Ngerti kak kalau pakai pensil, tapi kalau di gambar bingung yang mana”

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan yang dilakukan siswa karena siswa mengartikan sendiri maksud garis yang saling bersilangan. Selain itu juga karena siswa belum bisa membayangkan dimensi tiga pada gambar dimensi dua

1c Tidak ada jawaban

Subjek No

Soal Kutipan Wawancara Analisis Wawancara

nomor 1c ini?

S : aku bingung sama sekali kak.

P : ada ide gak harus menggambar soalnya gimana?

S : hmmm

P : coba gambar dulu deh segitiganya dek.

S : pakai gambar ini saja kak. Gambar ininya aku bisa, tapi gak tahu harus gimana lagi kak kemarin itu. P : kenapa kok gak mau gambar ulang lagi? S : gak bisa gambar kak. P : ya sudah pakai ini ya. Kemudian panjangnya berapa aja itu dek? S : berapa ya kak? P : kalau ini 8, yang ini 6, panjang AC jadi berapa hayo?

S : √ P : lhooo?

S : iya kan kak, ini kan diagonal.

P : oh, kalau diagonal selalu seperti itu ya dek?

S : iya kak.

P : kemudian kalau jarak T ke AC yang mana dong jadinya?

S : gak tahu kak.

Selanjutnya peneliti mencoba menanyakan tentang konsep jarak antar dua benda. Namun siswa tidak tahu jarak itu yang mana

wawancara di atas, kesalahan siswa karena sama sekali tidak ada ide untuk menyelesaikan soal sebab siswa tidak tahu yang dimaksud dengan jarak, sehingga siswa mengosongkan lembar jawabannya. Siswa juga memiliki kecenderungan hanya menghapal bahwa diagonal selalu sisi√ . Siswa pun tidak mau mencoba menggambarkan ulang maksud pertanyaan soal dan mudah menyerah

1d Tidak ada jawaban

P : kalau yang ini kenapa kamu kosongkan lagi? S : bingung.

Berdasarkan petikan

wawancara di atas, kesalahan siswa karena tidak menjawab

Subjek No

Soal Kutipan Wawancara Analisis Wawancara

P : bingung maksud soalnya atau karena kamu tidak bisa mencari panjangnya?

S : bingung dua-duanya kak

karena ia sama sekali tidak mengerti maksud soal

3b Kesalahan menuliskan rumus untuk meyelesaikan soal

P : kalau yang ini gimana? S : aku tuh lupa rumus cosinus

Berdasarkan petikan

wawancara di atas, kesalahan siswa karena tidak

melanjutkan pekerjaannya karena ia lupa dengan rumus aturan cosinus

P : cara belajar kamu seperti apa sih dek?

S : kalau ada ulangan aja kak. Jadi aku bikin catatan kecil gitu. Aku catat rumus-rumus gitu. Misal mau ulangan,

materiny sudut. Nanti aku catat sudut satu soal, jarak satu soal. Jadi biar aku ngerti gitu. Jadi isi catatannya soal terus

jawabannya.

Setelah mencoba mengerjakan ulang semua soal dengan tetap dibimbing. Diketahui siswa ternyata salah dalam

menyederhanakan bilangan akar. Menurut siswa cara

menyederhanakannya dengan mencari faktor dari bilangan di dalam akar, kemudian menghilangkan tanda akar pada bilangan yang di depan sehingga diketahui bahwa siswa juga ternyata salah dalam menyederhanakan bentuk akar. Oleh karena itu penulis menyimpulkan siswa masih kurang

memahami materi prasyarat maupun materi-materi dasar dalam matematika

A13 1a Jawaban kurang lengkap

P: menurutmu jawaban mu untuk soal nomor 1a sudah benar belum?

S : kan ini kalau ditarik garis ke sini sama ditarik garis ke sini kan ini jadi memotong. Terus AB ditarik kesini, lalu CB-nya ditarik kesini. Jadi ini memotong. Begitu juga untuk TB kak.

P : kan itu semua memotong

Berdasarkan petikan

wawancara di atas, kesalahan siswa karena kurang teliti dalam melihat kemungkinan lain yang juga merupakan jawaban dari soal tersebut. Selain itu siswa hanya fokus dengan kata memotong saja dan kurang memperhatikan kata rusuk, sehingga siswa hanya mencari garis-garis yang

Subjek No

Soal Kutipan Wawancara Analisis Wawancara

di titik B. Nah ada yang kurang gak sih menurut kamu?

S : oh iya masih ada yang memotong di A ya kak. Berarti kurang kak ternyata. P : kalau BD ini, menurutmu rusuk bukan ya dek?

S : bukan kak, itu diagonalnya. Oh iya ya bukan rusuk kak. Aku keterusan kak, cuma cari semua yang memotong di B aja kak. Hahaha

berpotongan di titik B dan langsung menuliskannya di lembar jawaban

1c Kesalahan dalam substitusi informasi dari soal

P : kamu mendapatkan √ itu dari mana ya dek? Coba dong ceritain ke aku

S : aku kan mikirnya ini kan diagonal, karena ini 8 (cm) jadi dapet √ .

P : ini kan diketahui 6(cm) dek. Tahu gak dek kalau ini persegi panjang?

S : iya ya kak. Lupa kalau yang ini panjangnya 6. Ini aku baru sadar sekarang kak. Hahaha. Soalnya biasanya kan kalau soal persegi kak. Hehehe

P : Kalau ini 8, yang ini 6 gimana caranya?

S : pythagoras kak. Oh iya, 6, 8, 10. Kirain ini gak siku- siku kak. Aku liatnya kan

Berdasarkan petikan

wawancara di atas, kesalahan siswa karena kurang teliti dalam melihat informasi lainnya pada soal karena siswa terbiasa mendapat soal yang memiliki alas persegi saja. Hal itu menyebabkan siswa langsung menyimpulkan bahwa panjang diagonal alasnya adalah √ cm. Selain itu ternyata siswa pun masih memandang bangun ruang (dimensi 3) sebagai bangun datar (dimensi 2)

Subjek No

Soal Kutipan Wawancara Analisis Wawancara

miring gini jadi aq mikir itu bukan siku-siku kak.

P : kalau misalnya aku kasih gambar kubus seperti ini, yang siku-siku mana dek? S : yang aku anggap siku- siku garis ini sama yang ini tok (menunjuk bidang frontal kubus tersebut).

P : alasnya siku-siku gak? S : nggak ka, kan itu miring gambarnya

1d Tidak ada jawaban

P : kok soal ini gak diisi dek?

S : yang ini aku bingung kak. Jarak O ke TAD kan kak. Nah aku bingung menghitungnya. Jadi aku tinggal. Menurutku nanti titiknya ada di tengah-tengah sini kak (menunjuk pada segitiga TAD) tapi aku gak tahu cara menghitungnya

Berdasarkan petikan

wawancara di atas, kesalahan siswa karena tidak tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk mencari panjang dari jarak tersebut sehingga memilih untuk tidak menjawab

2a Kesalahan dalam melakukan proses perhitungan

P : kalau yang ini, gimana sih cara kamu mengerjakan

√ √ dek?

S : aku ngasal kak kayaknya. P : ngasal gimana dek? coba sekarang sederhanakan √ dan √ ?

S : √ √

P : nah coba kalau √

Berdasarkan petikan wawancara di atas, kesalahan siswa karena kurang teliti melihat angka dalam akar tersebut sehingga salah dalam menyederhanakan bentuk akar. Siswa pun kurang konsentrasi ketika mengerjakan soal ulangan tersebut. Selain itu

Subjek No

Soal Kutipan Wawancara Analisis Wawancara

gimana? Coba aja ditulis gak pa pa, jangan di angan-angan dek. Hehehe

S : aku kan dulu 12 itu

kan 4, nah 4nya di kali 3 kan 12

P : nah kalau 54?

S : kan 16, ?Wah kebesaran ternyata. Eh iya dink ka, salah ya ternyata aku hitungnya. Aku ingatnya kemarin itu yang ini 64 kak. Aduuh, gak teliti kak. Tapi sebenarnya bisa aku kak. Hehe

P : nah coba sekarang kalau

√ gimana? (setelah lama memikirkan tanpa menulis apa-apa) di tulis aja dek

Dokumen terkait