• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah rata-rata sel fibroblas

B. Analisis Data

Data tersebut kemudian diuji normalitas data dengan menggunakan

uji Shapiro Wilk. Uji ini bertujuan menguji apakah sebaran data yang ada

dalam distribusi normal atau tidak. Pada uji one sampel Shapiro Wilk

didapatkan nilai signifikansi pada data jumlah sel fibroblas K (-) sebesar 0,138, K (+) I 0,733, dan P 0,138. Nilai-nilai ini kemudian dibandingkan

dengan α = 0,05, sehingga signifikasi (p>0,05) dengan demikian Ho diterima,

yang artinya data berdistribusi normal. Kemudian, dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene’s test dan didapatkan nilai p = 0,633 (p>0,05) untuk data jumlah sel fibroblas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan varians antara kelompok yang dibandingkan (varians data homogen). Oleh karena data telah berdistribusi normal dan varians data homogen, analisis data diputuskan menggunakan uji One Wa y Anova.

Uji One Wa y Anova dengan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05)

dilakukan untuk membandingkan jumlah sel fibroblas antara ketiga kelompok penelitian ini. Pada uji One Wa y Anova didapatkan nilai signifikansi jumlah

commit to user

sel fibroblas 0,006 dimana signifikasi p<0,05, sehingga Ho ditolak, yang artinya data diantara ketiga kelompok dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan, dimana Ho adalah data diantara ketiga kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Tabel 4.2 Hasil Uji One Wa y Anova antara Ketiga Kelompok

Variabel (dependen) p Pengambilan keputusan

Jumlah sel Fibroblas 0,006 (p<0,05) Ho ditolak à signifikan

Untuk mengetahui letak hubungan efektivitas dari ketiga kelompok tersebut selanjutnya dilakukan Post Hoc Test dengan uji LSD. Rekap pengujian selengkapnya disajikan dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Post Hoc Test LSD Jumlah Sel Fibroblas

No. Pasangan kelompok Signifikansi Simpulan

1. K(-) – K(+) 0,003 Berbeda signifikan

2. K(-) – P 0,009 Berbeda signifikan

3. K(+) – P 0,676 Tidak signifikan

Pada tabel tersebut terlihat perbedaan jumlah rata-rata jumlah sel fibroblas yang signifikan antara kelompok kontrol negatif K (-) jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu pada kelompok perlakukan P dengan nilai signifikansi 0,009, kelompok kontrol positif K (+) 0,003.

commit to user

Sedangkan antara kelompok kontrol positif K (+) dan kelompok P tidak ditemukan nilai signifikansi yang signifikan yaitu 0,676.

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

Pengamatan pada penelitian ini adalah perbandingan antara efek pemberian topikal lendir bekicot (Acha tina fulica) dengan gel bioplacenton terhadap kecepatan penyembuhan luka bersih pada tikus putih. Hal ini dilihat dari banyaknya jumlah sel fibroblas pada preparat histologis yang diambil dari perlukaan pada tikus putih. Pada tabel 4.1 dapat dilihat kelompok K (-) memiliki jumlah sel fibroblas yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok P dan K (+). Pemberian lendir bekicot (Acha tina fulica) dan gel bioplacenton menyebabkan perbedaan efek penyembuhan luka yang ditandai oleh adanya penambahan jumlah sel fibroblas. Hal ini terjadi karena lendir bekicot (Acha tina

fulica) mengandung zat heparan sulfat yang dapat mengaktivasi proliferasi

fibroblas (Kim et a l., 1996; Sen et a l., 2002). Sedangkan dikutip dari Kalbe Farma (2010), gel bioplacenton mengandung ekstrak plasenta sehingga mempercepat proliferasi sel-sel pada proses penyembuhan luka, termasuk fibroblas. Jumlah sel fibroblas diamati dengan menghitung sel fibroblas pada empat lapang pandang berbeda, baik fibroblas aktif yang berbentuk bulat dan diameter besar, maupun fibroblas muda yang berbentuk stelat. Dari pengamatan tersebut, lapang pandang dengan sel-sel fibroblas yang aktif (berbentuk bulat) memiliki lapisan benang-benang fibrin yang lebih tebal dibandingkan dengan lapang pandang dengan sel-sel fibroblas muda yang berbentuk stelat.

commit to user

Pengamatan pada penelitian ini dilakukan pada hari kelima di mana diperkirakan sudah terjadi proliferasi fibroblas. Kelemahan pada penelitian ini adalah pengamatan hanya dilakukan pada sebuah titik waktu, yaitu pada hari kelima sehingga jumlah fibroblas yang didapatkan belum tentu terdapat pada angka maksimal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nuryana, Suryadi, dan Harijadi (2007), kelompok peneliti mengamati percepatan penyembuhan luka pada mencit yang diberikan ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus) dan pemberian ekstrak plasenta serta neomisin sulfat sebagai kontrol negatif. Kelompok peneliti melakukan pengamatan pada hari ke tiga, tujuh, dan duabelas. Hal-hal yang diamati pada penelitian tersebut adalah jumlah fibroblas, jumlah sel leukosit PMN, jumlah pembuluh darah baru, ketebalan lapisan epitel, dan kepadatan serabut kolagen. Banyakya titik waktu dan hal yang diamati pada penelitian tersebut membuat penelitian tersebut semakin baik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dilakukan pengamatan pada jumlah fibroblas karena jumlah fibroblas dapat dianggap sebagai parameter penyembuhan luka.

Data hasil perhitungan dianalisis dengan menggunakan uji One Wa y Anova

dan apabila terdapat perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil

uji One Wa y Anova menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara ketiga

kelompok perlakuan (p<0,05). Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok K (-) – K (+) dan K (-) - P. Sedangkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok K (+) – P. Hasil uji LSD antara kelompok K (-) (tidak diberikan apa-apa) dengan kelompok K (+) (diberikan gel

commit to user

bioplacenton selama 4 hari berturut-turut) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan ini disebabkan karena terdapat rata-rata jumlah sel fibroblas yang lebih besar pada kelompok K (+). Dari gambar 4.1 dapat dilihat rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok kontrol sebesar 312,33 dan pada kelompok K (+) sebesar 466. Menurut de Jong (1997), proses penyembuhan yang terjadi pada jaringan yang rusak dapat dibagi menjadi fase hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan granulasi. Penggunaan gel bioplacenton sebagai obat luka pada tikus putih dapat membantu proses proliferasi yang merupakan proses penting pada penyembuhan luka sehingga pada pengamatan didapatkan hasil yang bermakna. Hasil uji LSD antara kelompok K (-) (tidak diberikan apa-apa) dengan kelompok P (diberikan lendir bekicot selama 4 hari berturut-turut) menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Perbedaan ini disebabkan karena terdapat rata-rata jumlah sel fibroblas yang lebih besar pada kelompok P. Dari gambar 4.1 dapat dilihat rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok kontrol sebesar 312,33 dan pada kelompok P sebesar 488.88. Menurut Kim et a l. (1996), lendir bekicot

(Acha tina fulica) memiliki kandungan glikokonjugat kompleks, yaitu

glikosaminoglikan dan proteoglikan. Glikosaminoglikan dan proteoglikan merupakan pengontrol aktif fungsi sel dan berperan dalam proliferasi fibroblas. Hasil uji LSD antara kelompok P dengan kelompok K (+) menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna. Pada tabel 4.1 tertera bahwa rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok P adalah 488,88 sedangkan rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok K (+) adalah 466. Rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok P lebih besar dari rata-rata jumlah sel fibroblas pada kelompok K (+),

commit to user

namun menurut uji LSD perbedaan antar kedua kelompok tersebut tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok K (+) dan kelompok P dalam mempercepat penyembuhan luka. Perlakuan yang diberikan pada kelompok P dan kelompok K (+), yaitu pemberian lendir bekicot (Acha tina fulica) dan pemberian gel bioplacenton, sama-sama mengandung zat yang dapat mempercepat penyembuhan luka meskipun tingkat efektivitas lendir bekicot sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat efektivitas gel bioplacenton. Hal ini berdasarkan atas lebih banyaknya jumlah fibroblas pada pengamatan kelompok P dibandingkan pengamatan pada kelompok K (+) meskipun jumlahnya tidak berbeda signifikan.

Penelitian ini dikatakan berhasil karena melalui pengamatan mikroskopis, telah terjadi proliferasi fibroblas pada hari kelima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Priosoeyanto (2005), yang dikutip melalui Graha Cendekia pada tahun 2009. Penelitian Priosoeyanto (2005) membuktikan bahwa lendir bekicot (Acha tina fulica) mampu menyembuhkan luka dua kali lebih cepat dari pada luka yang diberi larutan normal saline.

Dari hasil dan analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian lendir bekicot atau gel bioplacenton secara topikal dapat memberikan efek pada penyembuhan luka pada tikus putih yang ditandai oleh penambahan jumlah fibroblas yang lebih banyak. Pemberian lendir bekicot memiliki efek yang sama jika dibandingkan dengan pemberian gel bioplacenton pada penyembuhan luka.

commit to user

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode-metode yang lebih baik sehingga didapatkan hasil penyembuhan luka yang paling sempurna. Selain itu pengamatan pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dibeberapa titik waktu dan pada parameter kecepatan penyembuhan luka yang lainnya.

commit to user

46

BAB VI

Dokumen terkait